Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AISYAH RAIHAN FADILLAH

NIM : 200342416889
OFFR : G17 PAI

Lembar Kerja Mahasiswa


A. Soal dan Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan ringkas dan jelas!
1. Bagaimana pandangan Islam perihal cinta?
2. Mengapa naluri cinta dan berpasangan harus disalurkan secara benar melalui perkawinan?
3. Apakah Islam membenarkan perilaku hidup membujang yang dilakukan dengan kesengajaan?
4. Adakah pacaran yang Islami, jelaskan!
5. Apa pendapat anda tentang pacaran setelah menimbang keuntungan dan kerugiannya? Berikan
alasan anda!
6. Sebutkan ciri-ciri keluarga berkah!
7. Bagaimanakah tuntunan agama dalam mewujudkan keluarga berkah?
8. Jelaskan hokum nikah mut’ah dan alasannya!

B. Tugas Kontekstual Lakukan aktivitas-aktivitas berikut dan catatlah hasilnya!


1. Identifikasi akibat negatif pacaran pra nikah yang dilakukan muda-mudi di lingkungan
sekitarmu!
2. Lakukan investigasi kepada teman-teman anda yang berpacaran mengenai alasan
sesungguhnya mereka berpacaran
3. Buatlah studi kasus perceraian dan lakukan analisis terhadap penyebabnya!

JAWABAN
A. Soal dan Latihan
1. Menurut islam cinta seorang laki-laki kepada wanita dan sebaliknya adalah perasaan
yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa
manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenis ketika ia telah mencapai kematangan
pikiran dan fisiknya. Tetapi islam juga memberikan aturan agar perasaan cinta tidak
disalahgunakan atau tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
2. Karena dalam pernikahan, hampir semua bentuk interaksi antara laki-laki dan perempuan
menjadi halal, bahkan bernilai pahala bila dilakukan karena Allah. Sebaliknya apabila
cinta di luar pernikahan, semua bentuk hubungan cinta laki-laki dan perempuan adalah
terlarang. Sebab orang yang sedang “jatuh” cinta, umumnya diketahui bahwa mereka
seringkali menyalurkan perasaan cintanya dengan cara selalu berada dekat dengan sang
pujaan hati, saling memandang, berbicara berdua, bahkan mungkin lebih dari itu. Semua
aktivitas ini secara tegas oleh Islam terlarang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
yang bukan suami-istri, karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu,
keluarga, maupun masyarakat.
3. Islam menganjurkan ummatnya untuk menikah, bahkan mewajibakn. Karena
sesungguhnya tujuan menikah salah satunya adalah untuk beribadah. Bahkan Rasulullah
melarang umatnya untuk hidup membujang. Rasul bahkan memerintahkan umatnya
untuk menikah. Dalam sebuah hadis, Rasul pernah melarang seorang pemuda untuk
hidup membujang." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengizinkan ‘Utsman
bin Mazh’un untuk tabattul (hidup membujang), kalau seandainya beliau mengizinkan
tentu kami (akan bertabattul) meskipun (untuk mencapainya kami harus) melakukan
pengebirian.” [HR. Bukhari dan Muslim].
4. Tidak ada, bahkan bila mereka bilang pacaran islami tidak bersentuhan, namun secara tak
langsung mereka saling berkata bohong demi kebahagiaan pasangan yang belum tentu
jodoh mereka dan zina tidak hanya dari bersentuhan melainkan bisa juga dari hati pada
bukan pasangan halalnya. Banyak dampak buruk dari pacaran dan Islam sendiri hanya
menunjukkan kepada kebaikan untuk penganutnya maka dari itu Islam melarang pacaran.
Pacaran yang diperbolehkan adalah adalah pacaran setelah akad nikah.
5. Pendapat saya tentang pacaran ialah pacaran itu merupakan hubungan khusus antara
wanita dgn pria. Melihat dari keuntungannya, memang benar pacar bisa memotivasi kita
untuk rajin belajar, diingatkan ibadahnya, dan lain-lain. Sebaliknya, pacaran juga
memiliki dampak negatif, salah satunya bisa membuat kita jadi tidak fokus dalam belajar,
kemana-mana mikirin pacar(overthinking). Dan baik buruknya tergantung pada gaya
pacarannya.
6. Ciri-ciri keluarag berkah salah satunya adalah keluarga yang sakinah mawadah dan
warohmah,keluarga yang mempunyai kehidupan yang
harmonis,damai,tentram,mempererat hubungan kekeluargaan dengan para tetangga,selalu
mempunyai sikap rendah hati dan sederhana kepada setiap orang.
Disamping itu, menurut Kusnaeni (2006), keluarga berkah juga ditandai dengan makin
meningkatnya kualitas keimanan para anggota keluarga tersebut.Hal ini berarti keluarga
berkah menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidup dan ridho Allah sebagai tujuan.
Ciri lain keluarga berkah adalah kualitas pribadi-pribadi dalam keluarga tersebut
berkembang menuju kebaikan; sikap semakin matang, bertambah bijak, wawasan
bertambah, akhlak makin baik. Rizki dan kesehatan yang membawa kebaikan, dan anak-
anak yang sholeh atau sholehah merupakan ciri lain dari keluarga berkah.
7. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan untuk mewujudkan keluarga yang baik dan
mendatangkan kebaikan. Hal-hal itu adalah:
a. Sebelum Menikah
 Menata niat menikah, yaitu untuk meraih ridho Allah
 Tidak berpacaran. Mencari calon pendamping hidup melalui cara yang
diperbolehkan ajaran Islam, misalnya ta‟aruf.
 Memilih calon pendamping hidup yang sesuai dengan pedoman Islam
sebagaimana telah diajarkan Rasulullah SAW.
 Menyiapkan diri secara fisik dan psikis, termasuk ilmu berumah tangga.
 Bermusyawarah dengan orang tua agar memperoleh restu dan dukungan.
b. Saat akad nikah
 Menjaga agar niat tetap lurus, yakni menikah untuk meraih ridho Allah.
 Minta didoakan orang tua dan orang-orang sholeh. Doa orang tua untuk
anaknya dan doa orang-orang sholeh umumnya dikabulkan Allah SWT.
Memenuhi syarat dan rukun pernikahan agar sah menurut agama. Adanya
calon suami dan istri, wali, dua orang saksi, mahar, dan terlaksananya ijab dan
kabul merupakan rukun nikah yang harus dipenuhi. Untuk rincian syaratnya,
para ulama berbeda pendapat (Shihab, 1998:201).
c. Saat Menjalani Kehidupan Rumah Tangga
 Mempertahankan motivasi menjalani pernikahan untuk beribadah.
 Menjadikan ridho Allah sebagai pedoman dalam berumah tangga.
 Nafkah yang halal, dan diupayakan diperoleh di negaranya sendiri.
 Suami dan istri menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Tugas
pokok suami adalah mencari nafkah, dan mengurus rumah tangga merupakan
tugas utama istri.
 Memperlakukan pasangan dengan ma‟ruf (baik). Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap
isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap
isteriku” (HR.Thabrani & Tirmidzi).
 Saling membantu dalam mengerjakan urusan rumah tangga. Istri membantu
suami, dan sebaliknya suami juga membantu istri.
 Bersikap toleran pada pasangan terkait urusan yang tidak melanggar agama.
 Membiasakan bersikap sabar dan syukur.
 Saling terbuka dalam berbagai urusan
 Berbuat adil dan bijak dalam: berbagi peran, memberikan penilaian,
menerapkan aturan, memberikan penghargaan dan sanksi.
 Bermusyawarah dalam memutuskan permasalahan atau urusan. (Kusnaeni,
2006 dan Takariawan, 2006
8. Persoalan nikah mut’ah dan perbedaan pendapat ulama di kalangan Sunni dan Syi’ah
tentang status hukumnya merupakan fenomena yang sangat menarik dan diperlukan suatu
penyelidikan mendalam. Bahkan, masalah waktu dan sejarah pembolehan dan pelarangan
mut’ah oleh Nabi saja, ulama masih berbeda pendapat sehingga sangat wajar bila
kemudian terjadi perbedaan yang luar biasa panjang tentang nikah mut’ah, terutama bila
dikaitkan dengan esensi dari pernikahan. Perbedaan ini semakin menjadi-jadi karena
kasus ikhtilaf nikah mut’ah ini terjadi tidak dalam satu rumpun “aliran”, namun dalam
dua blok yang dikenal telah bertikai sangat lama, yakni Sunni dan Syi’ah.
Secara umum para ulama berpendapat bahwa nikah mut’ah adalah haram. Nikah mut’ah
menurutnya, bertentangan dengan tujuan nikah yang dikehendaki al-Quran dan Sunnah,
yakni pernikahan yang langgeng, sehidup semati, bahkan sampai Hari Kemudian (QS. Ya
Sin: 56). Sebab, pernikahan antara lain dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan, dan
keturunan itu hendaknya dipelihara dan dididik oleh kedua orang tuanya. Hal demikian
tentu tidak dapat dicapai, jika pernikahan hanya berlangsung beberapa hari, bahkan
beberapa tahun sekalipun.

B. Tugas Kontekstual
1. Akibat negatif pacaran pra nikah yang dilakukan muda-mudi seringkali terlihat ialah
pergaulannya yang bebas, tidak fokus pada studinya atau terkesan seadanya dalam
melaksanakannya atau bahkan main-main.
2. Sebagian orang menjalani pacaran atasa dasar suka sama suka, yang membawa kenyamanan
dan merasa diperhatikan. Selain itu, karena pacaran dijaman sekarang sudah menjadi trend
sehingga tidak sedikit para remaja berpacaran.
3. Perceraian seringkali terjadi dan menjadi momok bagi kehidupan rumah tangga. Beberapa hal
yang bisa menyebabkan perceraian adalah rasa ketidak cocokan, tidak ada rasa saling percaya
lagi, atau bahkan ada orang ketiga diantara suami dan istri.

Anda mungkin juga menyukai