Artinya : Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut
kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara
kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi
itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tumbuhan) yang indah.
Artinya : Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan
sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa
yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah MahaKuasa atas segala sesuatu.
Bottleneck Effect
Bottleneck effect merupakan salah satu contoh dari hanyutan gen yang terjadi ketika suatu ukuran populasi mengalami
penurunan yang drastis. Efek bottleneck mengacu pada cara pengurangan dan peningkatan ukuran populasi sehingga dapat
mempengaruhi distribusi variasi genetik di antara individu-individunya. Frekuensi alel pada populasi baru akan sangat berbeda
dengan populasi sebelumnya sehingga beberapa alel akan menghilang.Populasi yang sedikit akan lebih rentan terhadap
hanyutan genetik hingga beberapa generasi, yang berpotensi menyebabkan lebih banyak alel yang akan menghilang.
Bottleneck effect dapat disebabkan oleh bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus,
kebakaran, penyakit dan kekeringan. Disebabkan oleh manusia seperti perburuan liar. Bencana tersebut dapat memusnahkan
populasi, membunuh sebagian besar individu, dan hanya menyisakan populasi baru yang sedikit yang mampu bertahan.
3. Cheetah Afrika
Cheetah Afrika (Acinonyx jubatus), merupakan hewan darat tercepat di dunia, jumlahnya kurang dari 20.000
individu dalam rentang Afrika sub-Sahara yang
semakin berkurang. Menjelang akhir Pleistosen, beberapa 10.000-12.000 tahun yang lalu, spesies cheetah monofiletik
muncul dengan kisaran terbatas pada bagian tengah, Timur, dan Afrika Selatan. Selama periode ini menuju Akhir
Zaman Es terakhir, hampir 75% dari semua mamalia besar yang ada di Amerika Utara, Eropa, dan Australia tiba-tiba
punah. Penyebab Pleistosen Akhir kepunahan mamalia tidak diketahui apakah dikarenakan catatan perubahan iklim
lingkungan atau tekanan berburu manusia adalah kemungkinan penyebabnya.
5. Tanaman Silversword Mauna Kea (Argyroxiphium sandwicense ssp. sandwicense) Pada tahun 1970-an dilakukan upaya
konservasi Silversword Mauna Kea yang terancam punah. Populasi alami yang kecil dari silversword bertambah selama
tahun 1970-an. Semua tanaman silversword yang ditanam ditemukan sebagai keturunan generasi pertama atau selanjutnya
dari hanya dua pendiri dari pihak ibu. Jumlah lokus polimorfik yang rendah pada individu yang dicangkok menyebabkan
bottleneck effect, sehingga menyebabkan hilangnya alel penanda di delapan lokus.
Bank Plasma
Plasma nutfah merupakan koleksi sumber daya genetik (SDG) yang berupa keanekaragaman tumbuhan, hewan atau
jasad remik untuk tujuan yang luas. Sastrapraja (1992) menyatakan bahwa plasma nutfah adalah substansi yang terdapat pada
suatu kelompok makhluk hidup yang merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan jenis unggul
atau kultivar yang baru.
Plasma nutfah sebagai sumber genetik pembentuk varietas unggul dapat berasal dari varietas lokal, landraces, galur
introduksi yang disimpan dalam berbagai koleksi. Koleksi dalam jumlah kecil adalah base collection yang secara genetic hampir
sama dengan contoh asalnya, disimpan dalam jangka waktu panjang dan tidak dapat diberikan pihak lain. Sedangkan active
collection adalah aksesi yang dipergunakan, diperbanyak dan disebarkan dalam program pemuliaan . Plasma nutfah lokal
semakin tergeser akibat penggunaan varietas hibrida secara luas, sehingga diperlukan usaha eksplorasi yaitu kegiatan mencari,
mengumpulkan dan meneliti untuk mengamankan dari kepunahannya.
Plasma nutfah berguna untuk melestarikan sumber daya genetik untuk kebutuhan gen di masa depan, agar dapat
menyediakan gen-gen untuk mengantisipasi perubahan ras patogen dan tipe baru serangga hama yang bersifat dinamis, serta
penyediaan gen guna mengatasi cekaman abiotik alamiah.
Bank Plasma Nutfah merupakan pengelolaan plasma nutfah yang dilakukan melalui bank gen yang terletak di Balai
Besar Litbang dan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) memiliki kegiatan antara lain koleksi,
konservasi, karakterisasi, evaluasi dan dokumentasi data.
Bank gen (FAO) merupakan pusat untuk konservasi sumber daya genetik (SDG) pada kondisi yang sesuai untuk
kehidupan benih jangka panjang. Pengoperasian gen bank : menjaga identitas genetik, mempertahankan daya tumbuh, integritas
genetik, dan promosi akses, termasuk memfasilitasi pemanfaat material genetik yang disimpan.
Fasilitas Bank Gen Beberapa fasilitas yang dimiliki bank gen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian – Bogor untuk konservasi sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan meliputi:
● Laboratorium Bank Gen dan Genetika Tanaman, memiliki 6 buah deep freezer (temperatur -18℃), 3 buah chiller (temperatur
0-5℃) dan ruangan penyimpanan benih (temperatur 15-20℃ dan kelembaban 50%) untuk penyimpanan benih padi, jagung,
kedelai, sorgum dan kacang-kacangan.
● Field gene bank untuk konservasi lapang plasma nutfah ubikayu, ubi jalar dan ubi-ubian minor.
● Laboratorium Kultur In Vitro, yang dilengkapi perangkat penunjang untuk konservasi SDG tanaman pangan secara in vitro
dan kriopreservasi.
● Ruang komputer, untuk kegiatan pengembangan database SDG tanaman pangan.
Plasma nutfah harus dikonversi karena plasma nutfah sering mengalami erosi genetik yang mengakibatkan jumlah
plasma nutfah semakin menurun. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelestarian plasma nutfah adalah penyimpanan.
Metode konservasi sumber daya genetik secara luas terbagi menjadi dua yaitu secara in-situ dan ex-situ.
1. Konservasi in-situ
Konservasi in-situ yaitu konservasi didalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Memanfaatkan
plasma nutfah dengan in-situ memungkinkan karakterisasi dan evaluasi tanaman serta memudahkan program
persilangan melalui persendian bunga atau serbuk sari secara cepat. Selain itu proses produksi secara klonal dapat
mempertahankan kemasan genetic materi. Namun demikian, metode koleksi ini rawan punah, terutama di Negara-
negara berkembang yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti hama penyakit, iklim ekstrim, kebakaran lahan,
konflik sosial, serta perubahan pemanfaatan lahan yang tadinya untuk koleksi plasma nutfah.
Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan cara konvensional maupun bioteknologi. Kelebihan cara
konvensional adalah menggunakan lahan yang luas (aneka ragam plasma nutfah dapat dilestarikan), sedang
kekurangannya sulit memonitor dan kestabilan plasma nutfah sulit dijamin. Lebih lanjut diungkapkan mengenai
kelebihan cara modern membutuhkan ruang yang sempit (karena dilakukan secara in vitro), mudah memonitor, tenaga
kerja tidak banyak, sedang kekurangannya adalah investasi awal tinggi dan membutuhkan tenaga ahli yang berkualitas.
2. Konservasi ex-situ
Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi spesies di luar distribusi alami dari
populasi aslinya. Konservasi ex-situ bertujuan untuk mendapatkan kondisi penyimpanan yang ideal sehingga
penyimpanan plasma nutfah dapat dipertahankan dengan menekan proses metabolisme pada tingkat yang sangat mini.
Penyimpanan benih adalah salah satu metode preservasi genotif yang termudah dan termurah.
Konservasi ex-situ, merupakan pelestarian tanaman dengan memindah secara sengaja untuk memelihara lebih
intensif dengan cara mengurangi luas areal penanaman, menggunakan tenaga kerja yang cukup, sarana yang memadai,
atau bahkan menggunakan bahan dan alat yang canggih seperti yang diperuntukkan pada kultur teknik in vitro. Secara
umum sistem pelestarian plasma nutfah secara ex-situ belum memadai. karena keterbatasan lahan atau areal kebun.
Upaya untuk mempertahankan kelestarian plasma nutfah diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan eksplorasi pada
berbagai lokasi untuk mendapatkan berbagai koleksi varietas unggul lokal.
2. Pembuatan lokasi koleksi plasma nutfah dalam rangka budidaya tanaman koleksi dari hasil eksplorasi.
Pelestarian Plasma nutfah
Tumbuhan :
● Kebun plasma nutfah seperti pada PUSPITEK yang menekankan pada tumbuhan yang berpotensi ekonomi. Oleh karena itu
ditanam populasi jenis untuk menangkap keanekaragaman plasma nutfah. Kebun plasma nutfah merupakan kebun koleksi
untuk mengembangkan plasma nutfah yang unggul
● Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus hanya diisi dengan koleksi jenis pepohonan. Karena sifatnya dapat pula
keanekaragaman pohon diwakili didalamnya, sehingga arboretum dapat berfungsi sebagai kebun pohon-pohon hutan.
● Taman hutan raya, adalah arboretum yang diberi fungsi tambahan sebagai tempat rekreasi. Memiliki sifatnya itu tempat ini
paling tepat dikelola pihak departemen kehutanan
● Kebun kampus sebagai suatu kebun koleksi untuk keperluan pendidikan serta laboratorium lapangan guna pendidikan
perplasmanutfahan.
● Kebun koleksi adalah kebun yang ditangani lembaga-lembaga penelitian yang umumnya berisi koleksi plasma nutfah jenis
unggul masa lalu serta perangkat plasma nutfah lainnya yang langsung dapat dimanfaatkan dalam perakitan jenis unggul
baru.
● Kebun Raja (bukan kebun raya) adalah penerus budaya bangsa dalam membina paru-paru kota yang diisi dengan beraneka
jenis tumbuhan setempat. Oleh karena itu, Kebun Raja sangat cocok untuk ditangani oleh provinsi, sehingga pemerintah
daerah dapat memanfaatkan plasma nutfah daerahnya guna berbagai macam keperluan
● Kebun raya merupakan tempat konservasi ex-situ berbagai jenis tumbuhan alam. Puslitbang Biologi LIPI dengan keempat
kebun rayanya yang semuanya meliputi areal seluas 35 ha terus membina koleksi plasma nutfah tanaman serta kerabat-
kerabat liar jenis tanaman budidaya Indonesia yang tidak ditangani lembaga lain.
Hewan :
● Pelestarian ex-situ plasma nutfah hewan adalah merupakan semua aktivitas konservasi material genetik secara in-vitro, di
luar habitat dimana mereka dikembangkan, termasuk penyimpanan beku dari semen, oosit, embrio, atau jaringan. Seperti
Kebun Binatang, Taman Safari, Taman Reptilia, Taman Burung, Seaworld Ancol, Taman Aquarium, Taman Mini
Indonesia Indah, dan tempat-tempat penangkaran merupakan tempat konservasi ex-situ dari jenis-jenis satwa liar dan ikan.
● Pelestarian plasma nutfah ikan di luar habitatnya (ex-situ) dapat dilakukan dalam bentuk wadah koleksi berupa kolam, bak,
akuarium, yang dilengkapi dengan sarana yang mempunyai kondisi tertentu untuk menyimpan plasma nutfah, sehingga
dapat dipertahankan daya hidup dan sifat genetiknya.
PERMASALAHAN KEBUN BINATANG: PENGELOLAAN SATWA
Kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang
melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa
dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan
penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam serta dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat.
Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, di air, di udara. Satwa mempunyai peranan
yang penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, penelitian, pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk
kepentingan rekreasi dan pariwisata, Oleh karena itu perlu upaya untuk tetap menjaga kesinambungan antara manusia dan alam
sekitar termasuk kesejahteraan satwa.
Dalam mengelola sebuah kebun binatang, kesejahteraan satwa (animal welfare) harus mendapatkan perhatian serius,
operator kebun binatang harus mengetahui cara mengenai penanganan satwa. Kesejahteraan satwa (animal welfare) adalah
suatu keadaan fisik dan psikologi hewan sebagai usaha untuk mengatasi lingkungannya. Animal welfare adalah segala urusan
yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan
ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia
Animal welfare berbicara mengenai kepedulian dan perlakuan manusia pada satwa dalam meningkatkan kualitas hidup
satwa secara individual. Animal Welfare memiliki 3 aspek penting yaitu : Welfare Science, Welfare ethics, dan Welfare law.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa
1. Welfare science mengukur efek pada hewan dalam situasi dan lingkungan berbeda, dari sudut pandang hewan.
2. Welfare ethics mengenai bagaimana manusia sebaiknya memperlakukan hewan. 3. Welfare law mengenai bagaimana
manusia harus memperlakukan hewan. Dalam penanganan binatang terdapat standar operasional yang mencakup transportasi
satwa, kebersihan makanan, pemberian lingkungan yang sesuai dan perawatan kesehatan satwa. Hal tersebut bertujuan agar
satwa tidak tertekan, sakit atau kelaparan sehingga kehidupan satwa tetap terjamin walau tidak berapa di habitat aslinya.
Standar minimum prinsip animal welfare di Lembaga Konservasi yang biasa disebut The Five Freedoms (lima kebebasan
binatang) diantaranya :
1. Bebas dari rasa lapar dan haus (Freedom from Hunger and Thirst) :
- wajib dipenuhi mutu pakan dan minum
- wajib memperhatikan jenis dan jumlah pakan dan minum
- wajib memperhatikan menu dan cara penyajian pakan dan minum
2. Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan (Freedom from Discomfort) : - Tempat tinggal disesuaikan
dengan habitat alami
- Perlindungan dari kondisi cuaca buruk
- ketersediaan udara segar
- tempat yang teduh dan hangat serta terjangkau dari sinar matahari jika memang diperlukan
- ketersediaan lorong bawah tanah bagi satwa yang suka menggali tanah
- ketersediaan kualitas air
3. Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from Pain, Injury and Disease) : - Perawatan kesehatan dari dokter
hewan dan paramedik
- mencegah kemungkinan jatuh sakit atau menderita luka-luka
4. Bebas dari rasa takut dan tertekan (Freedom from Fear and Distress)
yang disebabkan oleh:
- Intimidasi dari satwa yang hidup dalam kelompok sosial yang berlebihan - Ancaman predator dari
luar
- Fluktuasi dan kebosanan
- Kegaduhan dan kebisingan
- Penciuman dan penglihatan
5. Bebas untuk mengekspresikan perilaku alami (Freedom to Behave Normally) : Semua satwa yang ada dalam kandang harus
mendapat kesempatan dengan porsi yang tepat untuk dapat melakukan perilaku alami. Sehingga perlu memberikan
lingkungan yang luas, agar satwa dapat melakukan gerakan alami dan bergaul dengan satwa lain.
Standar keamanan kebun binatang melingkupi pembuatan kandang, pagar pembatas dan Animal keeper (penjaga binatang) di
tiap kandang.
● Pembuatan kandang harus disesuaikan dengan lingkungan tempat tinggal satwa sehingga satwa tidak merasa stress atau
tertekan yang nantinya dapat membahayakan pengunjung. ● Pagar pembatas yang ada di sekeliling kandang juga bertujuan
agar keamanan pengunjung
terjadi, desain pagar pembatas yang kokoh atau memiliki parit atau anyaman jeruji kawat dapat melindungi pengunjung
dari satwa.
● Animal keeper bertugas untuk mengontrol satwa yang ada dalam kawasan kebun binatang, pemilihan Animal keeper haruslah
sesuai dan diperlukan pelatihan dalam penanganan satwa, sehingga nantinya jika ada amukan satwa Animal keeper –lah
yang bertugas untuk menenangkannya
2.1 Metapopulasi
Metapopulasi diperkenalkan pertama kali oleh Levins pada tahun 1970, untuk menggambarkan sebuah populasi dalam
sekelompok populasi (Gilpin dan Hanski dalam Ferina, 1998). Metapopulasi adalah suatu sistem dimana tingkat rata-rata
keberadaan serta rekolonisasi yang mengakibatkan terjadinya perpindahan individu yang menjamin terjadinya hubungan
secara genetis antara masing-masing sub populasi.
Sebuah metapopulasi secara umum dipertimbangkan terdiri dari beberapa populasi yang berbeda yang bersama
menempati area dengan habitat yang sesuai yang sekarang tidak ditempati lagi. Dalam teori metapopulasi klasik, masing-
masing siklus populasi yang relatif bebas dari populasi lain akan menjadi punah sebagai konsekuensi dari stokastik
demografi (fluktuasi ukuran populasi tergantung dari kejadian demografi acak); populasi yang lebih kecil akan lebih rawan
menjadi punah.
Walaupun populasi individu memiliki masa hidup yang terbatas, metapopulasi secara keseluruhan biasanya stabil
karena imigrasi dari suatu populasi (sebagai contoh mungkin karena ledakan jumlah populasi). Mereka juga melakukan
migrasi ke populasi kecil dan menyelamatkan populasi tersebut dari kepunahan (disebut sebagai efek penyelamatan).
Teori metapopulasi pertama kali dikembangkan untuk ekosistem terestrial, dan kemudian diaplikasikan untuk real laut.
Pada ilmu perikanan, pengertian “sub populasi” sama dengan istilah ilmiah metapopulasi “populasi lokal. Perkembangan
teori metapopulasi, berhubungan dengan perkembangan teori dinamika “source-sink”, memberikan perhatian yang lebih
terhadap pentingnya hubungan antara populasi yang terpisah. Walaupun tidak ada populasi tunggal yang bisa menjamin
kelangsungan hidup jangka panjang, efek kombinasi dari banyak populasi mampu melakukan hal tersebut.
Konsep metapopulasi sangat erat hubungannya dengan biogeografi (Mac Arthur dan Wilson dalam Ferina, 1998),
dengan mempertimbangkan baik kolonisasi maupun tingkat keberadaan sebagai proses yang mendasarinya. Secara khusus,
hubungan antara konsep metapopulasi terhadap Ekologi Lanskap, mempengaruhi sintesa yang kuat. Proses penyebaran
menghasilkan faktor yang sangat penting, yang menentukan daerah demografis
serta struktur secara spesial dari meta-populasi tersebut. Hanson (dalam Ferina, 1998) mengatakan bahwa ada (tiga) faktor
utama yang berpengaruh terhadap proses penyebaran tersebut, yaitu:
a. Ambang batas ekonomi;
b. Konflik yang terjadi pada pengadaan sumber daya;
c. Pembatalan pemeliharaan.
Model metapopulasi memiliki kelebihan, karena pada kenyataannya populasi lokal bersifat dinamis, dan terdapat
kemungkinan pertukaran maupun perpindahan individu. Para ahli biologi dapat memperhitungkan dampak dari efek semula
dan hanyutan genetik pada suatu spesies. Contoh yang menunjukkan bahwa pendekatan metapopulasi dapat berguna untuk
mengelola suatu spesies:
1. Pada “California mountain sheep” Ovis canadensis yang hidup di gurun di barat daya California terjadi perubahan
mosaik populasi. Hewan tersebut terlihat berpindah antar jajaran pegunungan meninggalkan daerah yang telah
dihuni dan menghuni wilayah baru yang belum dihuni. Upaya pelestarian spesies ini dapat dilakukan dengan
melindungi jalur perpindahan dan wilayah yang berpotensi dihuni olehnya.
2. “Furbish’s lousewort” (Pedicularis furbishiae) merupakan tumbuhan endemik yang tumbuh disepanjang sungai St.
John di Maine dan New Brunswick, yang mengalami banjir berkala (Menges, 1990). Banjir seringkali
menghancurkan populasi tumbuhan yang ada, namun banjir juga dapat mengakibatkan terbentuk rataan ditepi
sungai, habitat yang sesuai untuk membentuk populasi baru spesies ini. Studi yang berkenaan dengan satu populasi
saja akan menghasilkan gambaran yang tidak utuh terhadap spesies ini, karena populasi yang ada berumur pendek
dan menghasilkan biji yang disebarkan melalui air ke lokasi yang baru.
Metapopulasi merupakan konsep ekologi lanskap yang sangat penting yang berhubungan dengan dinamika populasi
(Bunce and Jongman, 1993).
a. Ekologi Lanskap
Ekologi lanskap Istilah ini diciptakan oleh Carl Troll, seorang ahli geografi Jerman, pada tahun 1939. Ekologi
lanskap merupakan ilmu yang mengkaji tentang struktur, fungsi dan perubahan yang terjadi di lanskap. Lanskap
didefinisikan sebagai
hamparan lahan yang heterogen yang tersusun dari sekelompok ekosistem yang saling berinteraksi (Forman and
Gordon, 1986). Struktur lanskap diartikan sebagai pola ruang dari berbagai komponen lanskap yang menyangkut
ukuran, keanekaragaman, kerapatan dan konfigurasinya. Ekologi Lanskap dapat berguna bagi konservasi alam
karena menyangkut pemikiran dari pengaturan habitat, pemikiran konsekuensi struktur dan proses untuk spesies
yang berbeda. Terdapat tiga (3) pandangan dalam ekologi lanskap antara lain : (Ferina , Almo, 1998).
1. Manusia : Pada perspektif manusia, lanskap dikelompokkan pada fungsi utama yang mempunyai arti untuk
kehidupan manusia.
2. Geobotanical : Distribusi spasial dari komponen lingkungan abiotik dan biotik, dari lanskap tanah sampai
yang didekati oleh tanaman, dan pada distribusi tanaman utama sebagai komunitas, tanah hutan dan
sebagainya.
3. Hewan : Pandangan akhir ini konsepnya dihubungkan dengan pengamatan lanskap manusia, walaupun
terdapat perbedaan substansial dalam mendekati secara langsung.
Inti konseptual dan teoritis ekologi lanskap link disiplin ilmu alam dengan manusia yang berkaitan.
Pemandangan ekologi dapat digambarkan oleh beberapa tema inti:
1. Pola spasial atau struktur dari lanskap, mulai dari padang gurun ke kota, 2. hubungan antara pola dan
proses di lanskap,
3. hubungan aktivitas manusia untuk pola lanskap, proses dan perubahan, 4. efek skala dan gangguan
pada lahan
5. Perkembangan ekologi lanskap menggambarkan hubungan penting antara pola spasial dan proses ekologi.
Perkembangan ini menggabungkan metode kuantitatif yang memiliki pranala pola spasial dan proses ekologis
pada skala spasial dan temporal luas. Ini hubungan antara waktu, ruang, dan perubahan lingkungan dapat
membantu manajer dalam menerapkan rencana untuk memecahkan lingkungan masalah. Perhatian meningkat
dalam beberapa tahun terakhir pada dinamika spasial telah menyoroti kebutuhan untuk metode kuantitatif baru
yang dapat menganalisis pola, menentukan pentingnya proses spasial eksplisit, dan mengembangkan model yang
handal. multivariat teknik
analisis yang sering digunakan untuk menguji tingkat vegetasi pola lanskap. Studi menggunakan teknik statistik,
seperti analisis klaster , analisis korespondensi kanonik (CCA), atau analisis korespondensi detrended (DCA),
untuk mengklasifikasi vegetasi. Analisis Gradient adalah cara lain untuk menentukan struktur vegetasi di seluruh
lanskap atau untuk membantu lahan basah habitat kritis untuk menggambarkan konservasi atau mitigasi tujuan
(Choesin dan Boerner 2002).
b. Fragmentasi Habitat
Fragmentasi Habitat adalah sebuah proses perubahan lingkungan yang berperan penting dalam evolusi dan
biologi konservasi. Sebagaimana yang tersirat pada namanya, ia mendeskripsikan kemunculan fragmentasi
lingkungan pada habitat suatu organisme. Fragmentasi habitat dapat disebabkan oleh proses-proses geologis yang
secara perlahan mengubah tata letak lingkungan maupun oleh aktivitas manusia yang dapat mengubah lingkungan
secara cepat. Proses fragmentasi habitat secara alami diduga merupakan salah satu sebab utama spesiasi, sedangkan
proses fragmentasi habitat oleh manusia menyebabkan kepunahan banyak spesies. Fragmentasi dan pemusnahan
habitat Kera di Afrika Tengah Deforestasi dan pembangunan jalan yang semakin meningkat pada hutan Amazon
mengancam keanekaragaman hayati. Fragmentasi habitat sering kali disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti
agrikultur dan urbanisasi. Habitat yang sebelumnya terhubung menjadi terbagi menjadi dua fragmen. Setelah
pembersihan habitat yang intensif, kedua fragmen yang terpisah tersebut akan terisolasi satu dengan lainnya.
Fragmentasi habitat mengiringi pengubahan habitat. Satu contoh proses ini adalah pembangunan jalan inspeksi
atau jalan untuk membuka wilayah terisolasi (pedalaman). Pembangunan jalan menjadikan habitat alami bekantan
berpetak-petak. Apabila dikaitkan dengan perilaku bekantan, pemetak-petakan tidak hanya memutuskan daerah
jelajah bekantan, tetapi juga menghambat perilaku sosialnya dan bahkan dapat meningkatkan terjadinya perkawinan
kerabat dekat (inbreeding).
Masalah berikutnya yang paling merugikan adalah pembunuhan langsung bekantan. Bekantan dibunuh melalui
peracunan, karena dianggap sebagai hama tanaman pertanian (bebuahan). Dagingnya dikonsumsi oleh salah satu
suku di Kalimantan. Bagian-bagian tubuh primata ini juga dimanfaatkan sebagai umpan
dalam penjeratan biawak dan ular sawa, Bahkan kabar terakhir menyatakan bahwa bekantan dan beberapa spesies
primata lainnya (lutung dan monyet) diburu dan dagingnya diambil untuk bahan pakan buaya yang diternakkan di
Kalimantan Timur, Harga 1 kg daging sekitar Rp. 4.000.
Oleh sebab itu, diperlukan upaya yang serius pula untuk mengatasinya: a. Upaya yang harus segera dilakukan
adalah penetapan dan pemantapan tata ruang yang pasti. Pada saat ini peraturan tata ruang selalu direvisi dan
perivisiannya mengarah pada keinginan pihak penguasa untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Kawasan lindung diubah jadi kawasan budidaya, karena di kawasan lindung ditemukan kayu-kayu berukuran
besar dan laku di pasaran. Sebaliknya, kawasan budidaya diubah jadi kawasan lindung sebagai dalih untuk
dapat ditunjukkan kepada masyarakat bahwa penguasa bertanggung jawab pada pelestarian alam.
b. Upaya lainnya adalah pembangkitan dan pengembangan komitmen multipihak (pemerintah dan semua
lapisan masyarakat) untuk mempertahankan kelestarian bekantan dan habitatnya. Upaya ini perlu segera
dilakukan terutama pada 1) pemerintah yang hanya memikirkan PAD, 2) masyarakat yang memperlakukan
bekantan secara tidak baik dan 3) masyarakat yang menguasai kawasan budidaya dan kawasan budidaya ini
justru menjadi habitat alami bagi bekantan.
Upaya-upaya ini tentunya masih jauh dari cukup dan masih memerlukan upaya pendukung lainnya. Penegakan
hukum hendaknya tidak hanya sebagai pemanis bibir. Penyebarluasan informasi harus lebih digalakkan, karena
masih banyak masyarakat yang tidak atau belum tahu status bekantan. Pengembangan ekoturisme dapat juga
dijadikan alternatif pelestarian.
Aktifitas perubahan lanskap, seperti konversi lahan pertanian menjadi lokasi pemukiman menyebabkan
terjadinya fragmentasi dan kehilangan habitat. Fragmentasi habitat dicirikan terpecahnya lanskap yang luas menjadi
bidang-bidang lahan (patch) yang lebih kecil dan biasanya patch ini secara ekologis banyak yang kurang
berhubungan satu sama lain (Theobald, 2000).
Dalam suatu metapopulasi, penghancuran habitat dari populasi inti dapat mengakibatkan kepunahan berbagai
populasi satelit yang bergantung pada populasi inti tersebut sebagai sumber kolonisasi. Selain itu, perpindahan
dapat terhambat oleh gangguan manusia seperti pembuatan pagar, jalan, dan bendungan. Fragmentasi habitat akibat
kegiatan manusia dapat memecah populasi berukuran besar yang saling berhubungan sehingga menjadi
metapopulasi kecil yang menghuni fragmen habitat untuk sementara waktu.
Saat ukuran populasi sudah terlalu kecil, dan tingkat perpindahan sudah terlalu rendah, maka populasi yang
terisolasi akan punah secara perlahan, dan tidak memungkinkan terjadinya rekolonisasi. Manajemen spesies yang
efektif memerlukan pemahaman yang baik mengenai dinamika metapopulasi dan perbaikan atau restorasi habitat
yang rusak maupun pengamanan jalur-jalur perpindahan individu atau populasi. Di Indonesia, populasi anoa yang
endemik di Sulawesi ternyata memiliki keanekaragaman genetika yang jauh lebih luas daripada yang diperkirakan
sebelumnya sehingga harus diperhitungkan dalam perencanaan konservasi.
c. Dinamika Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya,
populasi pohon kelapa di kelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang. Ukuran populasi berubah
sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam
populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990
dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi pengurangan
pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah
batang pohon yang berkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi :
700 - 500 = 200 batang
1990 - 1980 = 10 tahun
= 20 batang/tahun
Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah
20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari
alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya
karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang
tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain : kepadatan (densitas), laju
kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan.
Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat
bergerak, misalnya hewan dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme ke daerah lain atau
peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; daerah yang didatangi sudah terdapat kelompok
dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan
menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan
emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak
selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari
lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.
3.1 Kesimpulan
Suatu spesies dapat punah dari suatu lokasi, sementara populasi baru dapat terbentuk di lokasi lain yang sesuai dan
berdekatan dengan lokasi semula. Berbagai spesies yang hidup dalam habitat sementara dapat digolongkan sebagai
metapopulasi. Metapopulasi (populasi dari populasi) adalah sejumlah populasi yang membentuk suatu mosaik yang
dinamis dan saling berhubungan melalui peristiwa-peristiwa migrasi maupun penyebaran pasif.
“Arboretum”
Secara filosofi “Arbor” berarti pohon dan “retum” berarti tempat atau ruang. Arboretum adalah suatu tempat yang
digunakan untuk mengumpulkan atau mengoleksi tanaman atau tumbuhan. Arboretum juga merupakan salah satu lingkungan
yang didalamnya menjadi tempat atau habitat bagi beberapa makhluk hidup (fauna). Arboretum juga bisa disebut
sebagai Botanical garden (kebun botani) atau hutan buatan yang ditujukan untuk tempat pelestarian dan penelitian. Di dalam
arboretum sendiri terbentuk berbagai macam ekosistem yang dijadikan sebagai habitat atau tempat hidup bagi macam-macam
hewan.
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik). Di dalam
ekosistem terjadi berbagai macam interaksi, baik komponen biotik dan abiotik; sesama biotik maupun abiotik. Arboretum berisi
berbagai jenis atau tipe ekosistem yang membentuk suatu habitat atau tempat hidup bagi berbagai jenis makhluk hidup seperti
ikan, burung, hewan invertebrata, hewan ternak (mammalia). Arboretum sendiri merupakan suatu lahan buatan yang bertujuan
untuk mengoleksi berbagai macam tanaman dari berbagai daerah. Fungsi arboretum sendiri tidak hanya sebatas mengoleksi
tanaman, tapi juga terdapat fungsi hidrologi, perputaran siklus biogeokimia, siklus nitrogen, dan lainnya. Sehingga arboretum
menjadi suatu lahan atau tempat yang menarik untuk di kaji dari segi ekologi dan dari segi penelitian (dapat berfungsi sebagai
laboratorium alam).
Arboretum diisi oleh berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Tumbuhan yang terdapat di arboretum dapat digolongkan
menjadi beberapa macam jenis tumbuhan berdasarkan fungsinya, seperti terdapatnya jenis tanaman hias, jenis tanaman jati diri,
jenis tanaman obat, jenis tanaman langka, dan jenis tanaman buah. Selain tumbuhan juga terdapat beberapa spesies hewan yang
telah terinventarisir seperti jenis ular, jenis mamalia, puluhan jenis aves, dan hewan lainnya seperti ikan, serangga, gastropoda,
bivalvia dan sebagainya.
Terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di arboretum berkaitan untuk meningkatkan “edukasi ekologi”,
dengan menyediakan program-program yang memacu pengunjung untuk lebih mengenal lebih dekat alam beserta isinya. Salah
satu program yang dibuat adalah program cinta lingkungan, program cinta tanaman, program cinta hewan. Selain itu juga
pengunjung akan disuguhi berbagai permainan yang dapat di nikmati di alam (Outbound).
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia [1]. Bencana
alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang
dianggap maksimal tetapi kenyataan sering tidak terelakkan. Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam.
Kehilangan dan kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan
manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam arti mudah difahami dan mudah
diterima oleh mereka yang mengalami. Beberapa bencana alam yang terjadi bahkan cukup besar di muka bumi ini.
Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan,
hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit [1].
Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan
dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana alam yang diakibatkan
dariluar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai matahari [2]. Sebenarnya gejala alam
merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda
manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai
bencana. Maka dari itu makalah ini ditulis untuk membahas mengenai bencana-bencana yang pernah terjadi di bumi ini.
Serta bagaimana dampak yang ditimbulkan dan cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
3.1 Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Contoh bencana
alam antara lain antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angin puting beliung, dan tanah langsor.
Sedangkan bencana non alam contohnya adalah konflik social, epidemi dan wabah penyakit.
PENGELOLAAN KANDANG
A. Pengertian Kandang
Kandang merupakan suatu bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal ternak untuk sebagian atau sepanjang
hidupnya. Selain kandang suatu peternakan yang dikelola dengan tata laksana pemeliharaaan yang baik memerlukan
sarana fisik sebagai penunjang dan kelengkapan. Sarana fisik tersebut antara lain kantor kelola, gudang, kebun hijauan
makanan ternak dan jalan. Komplek kandang dan bangunan-bangunan pendukung tersebut disebut sebagai
perkandangan. Dengan demikian perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana
maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan.
B. Fungsi dan Persyaratan Kandang Ternak
a. Fungsi Kandang Ternak
Umumnya, kandang dibuat agar ternak yang dipelihara terhindar dari panas matahari yang menyengat, hujan
secara langsung, cuaca ekstrim maupun hal lain yang rawan membuat ternak terkena penyakit. Kandang juga
merupakan rumah bagi ternak yang dapat mencegah ternak dari orang yang tidak bertanggung jawab, dari
gangguan binatang malam dan binatang buas. Selain itu dengan adanya kandang maka kontrol pada ternak bisa
lebih bagus dan teratur. Pemberian pakan pada ternak sapi akan lebih mudah, ternak juga tidak membuang
kotoran sembarangan dan bisa dimanfaatkan kotorannya tersebut untuk dijual atau diolah sebagai pupuk.
Termasuk bisa memantau pola tingkah laku hewan yang sedang sakit dengan lebih aman dan spesifik di dalam
kandang.
b. Syarat Kandang Ternak Sapi
Dalam membuat kandang perlu memperhatikan beberapa persyaratan di bawah ini:
i. Ketersediaan air dan pakan sehari-hari dapat tercukupi.
ii. Tersedianya sumber air untuk membersihkan kandang dan memandikan ternak
iii. Jauh dari pemukiman penduduk / tidak mengganggu kesehatan sekitar.
iv. Akses jalan yang memadai untuk menuju kandang.
v. Posisi kandang berada didataran yang lebih tinggi untuk mencegah genangan air berlebih.
vi. Lahan sebaiknya luas agar mempermudah jika suatu saat kandang akan diperbesar.
vii. Ketersediaan bahan dan peralatan dalam pembuatan kandang.
viii. Penyaluran limbah maupun kotoran mudah dan terkelola dengan baik.
C. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang ternak
a. Konstruksi Kandang
Sebelum memasuki fase perancangan kandang secara teknis, perlu diperkirakan bentuknya dengan pola
pemeliharaan yang akan dipakai. Hal - hal yang harus ada di dalam kandang adalah sebagai berikut:
i. Atap Kandang
ii. Lantai Kandang
iii. Dinding Kandnag
iv. Lorong
v. Tempat Makan dan Minum
vi. Selokan
vii. Penampungan Limbah Feses dan Urine
b. Sanitasi Kandang
Dalam upaya melaksanakan sanitasi yang baik dan benar dalam suatu usaha peternakan, hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
i. Matahari dapat masuk ke dalam kandang
ii. Sirkulasi udara dapa berlangsung secara lancar
iii. Saluran-saluran air pembuangan harus dijaga tetap bersih
iv. Tempat-tempat pembuangan kotoran harus terletak jauh dari kandang · Kebersiahan lantai kandang harus dijaga dari
feses
v. Kebersihan sapi harus dijaga dengan cara memandikannya secara teratur
vi. Peralaan-peralatan yang dipergunakan dalam peternakan harus bersih dari kotoran.
D. Tipe Kandang Ternak
Kandang berdasarkan bentuknya :
1. Kandang Tipe Tunggal
Kandang tunggal merupakan tipe kandang yang ditempati oleh satu ternak di lengkapi oleh tempat pakan dan tempat
minum. Penempatan ternak pada kandang tunggal dilakukan dengan metode satu baris atau sejajar, sedangkan pada
bagian belakang adalah parit pembuangan kotoran.
2. Kandang Tipe Ganda
Kandang ganda merupakan tipe kandang yang ternaknya saling berhadapan (head to head) atau tolak belakang (tail
1. Jumlah individu dalam populasi, di mana efek penyimpangan genetik lebih dominan pada populasi kecil
2. Jumlah individu yang berkontribusi dalam penyimpangan genetik karena beberapa individu tidak menghasilkan keturunan
3. Terjadinya bencana alam yang mempengaruhi ukuran penduduk; Dengan demikian, bencana ini akan meningkatkan
signifikansi penyimpangan genetik acak di antara populasi serta perubahan pola aliran gen alami.
4. Fragmentasi habitat merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi penyimpangan gen dimana manusia hidup di
habitat nonurban sehingga populasi non-manusia tersebar atau bahkan dihilangkan. Akibatnya, aliran gen di antara populasi
ini menurun sementara penyimpangan gen menjadi lebih signifikan.
Manusia dapat mengubah efek penyimpangan gen di mana mereka dapat memindahkan individu ke lingkungan baru
secara sukarela atau tidak sengaja karena urbanisasi, urbanisasi mempengaruhi spesies yang kurang bergerak sampai batas lebih
dari spesies bergerak dengan meningkatkan laju aliran gen di antara spesies ini. Aliran gen yang difasilitasi oleh manusia
biasanya dikenal sebagai "Aliran gen yang difasilitasi manusia" itu juga dapat memperkenalkan gen baru ke dalam populasi
yang memungkinkan alel dan mutasi baru. Dispersi populasi akibat urbanisasi dapat menurunkan pengaruh penyimpangan
genetik karena efek bottleneck akan berkurang.
Efek penyimpangan genetik tidak tergantung pada manfaat alel, karena alel berbahaya dapat diperbaiki dan alel yang
menguntungkan dapat hilang secara kebetulan. Terlepas dari efeknya, gen resesif langka dapat menjadi lebih umum dengan efek
penyimpangan genetik ketika populasi terkena bencana alam (bottleneck effect) atau ketika sekelompok individu terpisah dari
populasi (founder effect) di mana efek penyimpangan genetik sangat muncul pada populasi kecil. Secara lebih rinci, kami
membahas bottleneck effect vs founder effect :
1. Bottleneck Effect
Definisi efek bottleneck adalah penurunan jumlah individu dalam suatu populasi karena bencana alam, efek bottleneck
drift genetik biasanya mempengaruhi distribusi genetik di antara populasi, oleh karena itu, efek penyimpangan genetik
menjadi lebih signifikan. Akibatnya, variasi genetik di antara populasi ini akan berkurang karena jumlah individu yang
kawin akan berkurang.
Ketika tingkat penyimpangan genetik meningkat dalam suatu populasi ini menyebabkan hilangnya atau fiksasi beberapa
alel, fenomena ini dijelaskan dalam hal penurunan ukuran efektif genetik. Meskipun populasi yang mengalami
kemacetan dapat bereproduksi dan menjadi lebih besar ukurannya lagi, namun, variasi genetik di antara populasi ini
menurun pada tingkat yang mewakili ukuran bencana sampai individu baru dimasukkan ke dalam populasi melalui
migrasi atau ketika mutasi baru terjadi. Kekuatan biologi bottleneck dipengaruhi oleh ukuran dan durasinya, faktor-
faktor ini dihitung secara matematis untuk menentukan pengaruh bottleneck pada variasi genetik populasi.
Gambar 1 : Contoh efek bottleneck: Populasi ini telah dipengaruhi oleh bencana alam di mana hanya beberapa
individu yang selamat, efek penyimpangan gen akan mempengaruhi populasi yang masih hidup selama beberapa
generasi (Sumber : Clark, openstax).
2. Founder Effect
Ketika populasi kecil dapat terbentuk karena efek pendiri ketika sejumlah kecil individu meninggalkan populasi mereka
untuk memulai koloni baru, individu-individu ini tidak selalu mencakup seluruh rangkaian genetik populasi; oleh
karena itu, efek penyimpangan gen signifikan dalam populasi kecil ini. Contoh founder effect paling sering ditemukan
di antara spesies jamur di mana spora menyebar dan menjajah di lingkungan yang berbeda membentuk koloni baru yang
mungkin tidak memiliki alel yang sama dengan populasi dari mana mereka berasal.
Aliran gen adalah aliran alel dari satu generasi ke generasi lainnya melalui migrasi atau dispersi, beberapa populasi
biasanya tidak mengalami migrasi atau dispersi sementara yang lain lebih fleksibel, misalnya, tanaman dan jamur mengirim
serbuk sari atau spora mereka menjauh dari populasi mereka untuk berkoloni di lingkungan yang berbeda. Meskipun beberapa
populasi mungkin tampak stabil, namun, mereka tidak stabil seperti yang terlihat, seperti singa yang meninggalkan ibu mereka
setelah perkembangan untuk mencari betina yang tidak terkait dengan
populasi mereka. Aliran gen di antara populasi ini berkontribusi pada perubahan kumpulan gen setiap populasi serta pengenalan
gen baru untuk melanjutkan proses evolusi.
Penyimpangan gen dilawan oleh aliran gen karena suatu populasi biasanya tidak tinggal kecil untuk waktu yang lama
untuk dipengaruhi oleh penyimpangan genetik. Namun, aliran gen dapat menangkal efek penyimpangan genetik hanya jika
aliran gen populasi cukup untuk meningkatkan frekuensi alel yang hilang oleh penyimpangan gen. Aliran gen dapat terjadi
sebagai akibat dari penyebaran benih pasif atau migrasi aktif, penelitian telah menunjukkan bahwa hanya satu migran per
generasi yang dapat meningkatkan diferensiasi genetik di antara populasi itu juga dapat mencegah efek penyimpangan genetik
dalam mengurangi variasi genetik di antara populasi. Perhatikan bahwa aturan ini hanya berlaku untuk populasi ideal, sementara
populasi nonideal mungkin memerlukan lebih dari satu migran untuk menangkal efek penyimpangan genetik.
DEFINISI DAN FUNGSI TAMAN KOTA
1. Taman Kota
Pengertian taman secara umum adalah sebuah area yang mempunyai ruang, luasan, iklim, dan kondisi khusus
lainnya seperti tujuan serta fungsi spesifik dari pembangunan taman (Sintia dan Murhananto, 2004). Menurut Nazzaruddin
(1994) dalam Ilmiajayanti dan Dewi (2015), taman adalah sebidang lahan terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya
ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya
dipergunakan untuk olahraga, bersantai, bermain, dan sebagainya. Jenis taman terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Taman publik aktif
Taman publik aktif adalah taman yang memiliki fungsi sebagai tempat bermain dan olahraga, dilengkapi dengan
elemen-elemen pendukung taman bermain dan lapangan olahraga, contohnya: alun-alun, central park di New York.
2. Taman publik pasif
Taman publik pasif adalah taman yang hanya sebagai elemen estetis saja, sehingga kebanyakan untuk menjaga
keindahan tanaman di dalam taman tersebut akan dipasang pagar di sepanjang sisi luar taman. Contohnya:
Bundestagen Park, Cologne Germany.
Menurut Unterman dan Small (1986) taman dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan sifat kepemilikannya
yaitu:
1. Taman publik (umum) yaitu taman yang bisa digunakan oleh umum. 2. Taman semi publik yaitu taman milik pribadi
yang dapat digunakan oleh umum atau dapat digunakan secara bersama-sama.
3. Taman pribadi yaitu taman milik pribadi yang tidak dapat digunakan oleh umum.
Berdasarkan ukuran dan skala cakupan penggunanya, taman umum di perkotaan biasanya dibedakan atas taman
kota, taman lingkungan, dan taman ketetanggaan. Taman kota adalah taman umum pada skala kota, yang peruntukannya
sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga, dan sosialisasi masyarakat di kota yang bersangkutan.
Lokasi taman biasanya terletak pada lokasi yang strategis dan mudah diakses dari berbagai penjuru kota, sedangkan
penanggung jawab taman kota adalah pemerintah kota, meskipun demikian dalam pengelolaan dapat berkolaborasi dengan
pihak swasta (Arifin,
Hadi S, A. Munandar, N.H.S. Arifin, Q. Pramukanto, dan V.D. Damayanti, 2007). Menurut Arifin (2006), dalam
perancangan taman perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail mengenai elemen-elemennya, agar taman dapat
fungsional dan estetis. Elemen taman dapat diklasifikasikan menjadi:
2. Fungsi Taman
Taman merupakan bagian dari ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau yang telah ada baik secara alami ataupun buatan
diharapkan dapat menjalankan empat (4) fungsi dan memenuhi setiap kriteria yang terdapat pada masing-masing fungsi
sebagai berikut : 1. Fungsi ekologis
- Berfungsi sebagai paru-paru kota
- Berperan dalam mengatur iklim mikro
- Berfungsi sebagai peneduh
- Menjadi lokasi serapan air hujan (Medco Foundation, 2017).
2. Fungsi sosial
- Menjadi media komunikasi warga
- Sebagai wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam
- Mempunyai aksesibilitas yang mudah (Permen PU No.5, 2008).
- Menjadi tempat beraktivitas sosial seperti berolahraga dan rekreasi - Menunjang kesehatan
pengunjung
- Menjamin keamanan pengunjung
- Menjadikan pengunjung merasa nyaman (Asgitami, 2017).
- Mengakomodir kebutuhan masyarakat pada tiap aras (Arifin dkk, 2007). 3. Fungsi ekonomi
- Menyediakan sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah, daun, dan sayur mayur.
- Menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain (Permen PU No.5, 2008).
4. Fungsi estetika
- Menunjang keindahan kota
- Menjadi pembingkai pemandangan untuk melembutkan kesan kaku dari bangunan kota (Cunawan, 2005).
- Terjaga kebersihannya
- Indah dipandang (Heath, 1988 dalam Asgitami, 2017).
- Mempunyai proporsi vegetasi yang lebih dominan (Zahra dkk, 2014). - Kondisi sarana prasarana baik
(Asgitami, 2017).
Menurut The Green Flag Award (2017) yang merupakan standart nasional taman di Inggris, untuk menilai kualitas
Taman dan Ruang Terbuka Hijau ditentukan kriteria sebagai berikut:
1. Tempat yang Ramah (a welcoming place)
Ketika mendekati atau memasuki taman, kesan keseluruhan untuk setiap anggota masyarakat harus positif (terlepas
dari tujuan kunjungan). Kesan positif terhadap taman dapat didukung dengan:
- Akses yang mudah dan aman
- Sirkulasi yang jelas
- Kesetaraan akses bagi semua anggota masyarakat
2. Sehat, nyaman, dan aman
- Peralatan dan fasilitas harus aman dan nyaman untuk digunakan - Harus menjadi tempat yang aman untuk semua
anggota masyarakat yang menggunakan.
- Kebijakan tentang kesehatan dan keselamatan harus ada dalam prakteknya dan secara teratur ditinjau.
- Toilet, air minum, pertolongan pertama, telepon umum dan peralatan darurat yang relevan (misal pelampung) harus
tersedia di dalam atau di dekat taman, dan secara jelas tertandai.
3. Bersih dan Terpelihara (clean and well maintained)
Taman harus dalam keadaan bersih dan terpelihara untuk menjaga nilai estetika, kesehatan dan keamanan, maka
poin-poin yang harus dipenuhi diantaranya: - Sampah buangan harus dikelola dengan baik
- Tanah, tanaman, dan bangunan harus dipelihara dengan baik.
- Kebijakan tentang sampah, perusakan dan pemeliharaan harus ada, dalam praktek, dan selalu dikaji ulang.
4. Keberlanjutan (sustainability)
Metode yang digunakan dalam memelihara taman dan fasilitas harus ramah lingkungan, dengan praktek terbaik, dan
dengan teknologi terbaru.
- Memiliki kebijakan lingkungan atau aturan dan strategi manajemen yang dilaksanakan dan selalu dikaji ulang.
- Meminimalisir penggunaan pestisida
- Tidak menggunakan kotoran hewan untuk pupuk
- Memiliki konservasi energi, pengurangan polusi, daur ulang limbah, dan langkah-langkah konservasi sumber daya
lainnya.
5. Konservasi dan Cagar Budaya (conservation and heritage)
Perhatian khusus harus diberikan untuk konservasi dan pengelolaan yang ditujukan pada:
- Elemen alam, satwa liar dan fauna
- Lanskap
- Elemen bangunan dan struktural Taman harus dapat melayani fungsi mereka dengan baik tanpa merugikan lingkungan
sekitarnya.
6. Peran Serta Masyarakat (community involvement)
Manajemen taman harus secara aktif mengajak dan melibatkan anggota masyarakat dalam kegiatan di lingkungan
taman dengan cara:
- Promosi kepada komunitas-komunitas untuk terlibat kegiatan di dalam taman. - Mempublikasikan bukti
keterlibatan masyarakat dalam kegiatan didalam taman. - Menyediakan fasilitas yang tepat guna untuk semua elemen
masyarakat. 7. Pengelolaan (management)
Rencana pengelolaan harus jelas dan harus menjawab semua kriteria di atas serta menjawab segala aspek terkait
lainnya. Pengelolaan taman harus secara aktif diimplementasikan dan dikaji ulang.
HERBARIUM
Herbarium merupakan kegiatan pengawetan yang biasa dilakukan sebagai sarana mengidentifikasi lanjutan pada jenis
tumbuhan. Herbarium digunakan sebagai sarana membantu identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan
morfologi.
➢ Macam-macam Herbarium
1. Herbarium basah
adalah awetan dari hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya.
2. Herbarium kering
adalah awetan yang dibuat dengan cara dikeringkan, namun masih bisa terlihat ciri-ciri morfologinya.