AGROPROSS Publisher :
National Conference Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture
Proceedings of Agriculture ISBN : 978-623-94036-6-9
DOI : 10.25047/agropross.2021.226
Uji Vigor Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Berbagai Lama
Penyimpanan
ABSTRACT Keywords:
Cocoa beans are recalcitrant beans or beans that cannot be stored at low temperatures. If
stored at low temperatures can experience a decline in viability. Cocoa bean storage is cocoa seed;
carried out to meet the needs of planting material. To determine the storability of cocoa seeds, storage time;
it is done by testing the vigor of the seeds after being stored. This research was conducted
from August 2020 to October 2020 at the Jember State Polytechnic Seed Production vigor test.
Technology Laboratory. The experimental design used was a factorial randomized block
design (RAK) consisting of 2 treatments with 4 replications. The first factor is clones, namely
K1 = ICCRI 03 clones: K2 = MCC 01 clones, and the second factor is Storage Time (P) with
4 levels, namely P0 = Seeds are directly planted (Control): P1 = Seeds are stored for 5 days:
P2 = Seeds are stored 10 days: P3 = Seeds are stored for 15 days. Parameters observed were:
the number of seeds that were not damaged and not moldy, speed of germination, germination
power, wet weight of sprouts, dry weight of sprouts. The results showed that the differences
in clones had a very significant effect on the number of seeds that were not damaged and not
moldy during storage, wet weight of sprouts, and dry weight of sprouts. The storage time
treatment had a very significant effect on the number of seeds that were not damaged and not
moldy during storage, the speed of germination, and the wet weight of sprouts. And the
interaction between cocoa clones and storage time had a very significant effect on the number
of seeds that were not damaged and not moldy during storage.
Tabel 1 Rangkuman Uji Anova Uji Vigor dan Viabiltas Benih Klon Kakao (Theobroma
cacao L) Pada Berbagai Lama Penyimpanan
Hasil Anova
No Parameter
K P KxP
** **
1 Jumlah Benih yang Tidak Rusak dan Berjamur 19,89 44,76 8,11**
2 Kecepatan Berkecambah (etmal) 0,42NS 7,87** 1,22NS
3 Daya Berkecambah (%) 0,04NS 1,07NS 1,18NS
4 Berat Basah Kecambah (gr) 200,03** 6,81** 1,17NS
5 Berat Kering Kecambah (gr) 379,32** 0,51NS 0,3NS
Uji F Tabel
No Parameter
5% 1%
1 Jumlah Benih yang Tidak Rusak dan Berjamur K 4,32 K 8,02
2 Kecepatan Berkecambah (etmal)
3 Daya Berkecambah (%) P 3,07 P 4,87
4 Berat Basah Kecambah (gr)
5 Berat Kering Kecambah (gr) KxP 3,07 KxP 4,87
Keterangan :
K = Klon
P = Lama Penyimpanan
K x P = Interaksi Klon dan Lama Penyimpanan
NS = Non Significant (Berbeda Tidak Nyata)
* = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
Benih yang Tidak Rusak dan Tidak respirasi benih selama di penyimpanan.
Berjamur Di Penyimpanan Hal ini sesuai dengan pernyataan Copeland
Kerusakan benih yang terjadi disini L.O and M.B. Mc Donald (2001) dan
yaitu benih rusak disebabkan benih berair Walters et al. (2001), bahwa Proses
dan lembek. Benih kakao klon ICCRI 03 respirasi benih yang. sangat tinggi
maupun klon MCC 01 memiliki tingkat membuat benih memiliki metabolisme
kerusakan benih yang sama. Semakin lama yang cepat dan panas yang dihasilkan
benih disimpan maka akan menurunkan membuat benih lembab, sehinga benih
kualitas benih kakao. Benih yang rusak dengan mudah terkontaminasi. mikroba
muncul pada penyimpanan benih 10-15 dan mengalami kerusakan.Parimala et al.
hari. Kerusakan benih dapat terjadi akibat (2013), berpendapat bahwa benih yang
sehat dapat disimpan untuk. jangka waktu kualitas benih sebelum dipanen (Parimala
yang lebih lama apabila dibandingkan et al., 2013).
dengan benih yang rusak.
Kecepatan Berkecambah (Etmal)
Tabel 2 Uji Lanjut BNT Interaksi Tabel 3 Uji Lanjut BNT Perlakuan Lama
Perlakuan Klon dan Lama Penyimpanan Terhadap
Penyimpanan Terhadap Jumlah Kecepatan Berkecambah Benih
Benih Kakao yang Tidak Rusak dan Kakao Sampai Umur 14 HSS.
Tidak Berjamur di Penyimpanan. Perlaku Kecepatan Berkecambah BNT
Benih yang Tidak Rusak BNT an (etmal) 5%
Perlakuan
dan Tidak Berjamur 5% P0 49,20a
K1P0 30a P1 44,96b
2,61
K2P0 30a P2 45,72b
K1P1 30a
P3 36,61c
K2P1 30a
0,46
K1P2 28b Perlakuan P0 memiliki kecepatan
K2P2 26c berkecambah tertinggi dengan rata-rata
K1P3 27,5d 49,20 etmal, kemudian disusul P1 dan P2
K2P3 23,5d karena berbeda tidak nyata dengan rata-
rata 44,96 etmal dan 45,72 etmal, dan
Jumlah benih yang terserang jamur kecepatan berkecambah terendah diperoleh
selama penyimpanan cenderung pada perlakuan P3 dengan rata-rata 36,61
mengalami peningkatan, semakin lama etmal.
benih disimpan maka serangan jamur.nya Benih mampu berkecambah dengan
lebih tinggi. Benih kakao dengan klon cepat dan berbeda sangat nyata pada
MCC 01 lebih tinggi serangan jamurnya perlakuan kontrol, kemudian menurun
daripada benih kakao dengan klon ICCRI setelah disimpan 5 hari dan meningkat
03. Serangan jamur pada periode namun tidak berbeda nyata pada
penyimpanan diduga berasal dari. jamur penyimpanan 10 hari. Setelah itu benih
yang terbawa oleh benih ketika di kebun kakao mengalami penurunan kecepatan
karena apabila dari tingginya kadar air daya berkecambah cukup tinggi dan
maka kadar air benih klon ICCRI 03 lebih berbeda sangat nyata pada penyimpanan 15
tinggi dari klon MCC 01. hari. Penurunan kecapatan berkecambah
Sesuai dengan pernyataan Farida et pada ini disebabkan karena semakin lama
al. (2017), bahwa jamur yang terdapat pada benih disimpan maka vigor nya akan
benih selama penyimpanan. tidak selalu rendah.
disebabkan metabolisme jamur selama Menurut Sadjad (1994), vigor benih
penyimpanan, akan tetapi jamur tersebut tinggi memiliki. kekuatan tumbuh yang
terbawa benih ketika masih di pohon atau. tinggi serta daya simpan yang tinggi.
pengolahan pasca panen. Kualitas benih Kecepatan tumbuh merupakan salahsatu
dapat sangat dipengaruhi oleh berbagai. .tolok .ukur .dari .parameter. vigor.
kondisi lingkungan dari tahap kematangan kekuatan. .tumbuh. Kecepatan tumbuh
fisiologis saat panen. Faktor-faktor seperti memiliki hubungan erat dengan vigor.
kesehatan tanah, ketersediaan nutrisi benih, benih. yang. kecepatan. tumbuhnya
tanaman, kekurangan gizi selama. .tinggi akan. menghasilkan tanaman yang
pertumbuhan tanaman, kerusakan karena cenderung. lebih tahan terhadap keadaan
hama dan penyakit dapat mempengaruhi yang suboptimum (Farida et al. 2017)
Kondisi fisiologis .dari benih .yang dan kecepatan tumbuh (Baharudin et al.,
dapat menyebabkan .rendahnya vigor 2010).
adalah. “immaturity” atau kurang Peran PEG 6000 dalam menekan
masaknya benih pada waktupanen dan juga respirasi benih dalam penyimpanan
kemunduran benih selama penyimpanan memperkecel hilangnya cadangan
(Heydecker, 1972). Penurunan kecepatan makanan sehingga pada saat benih
berkecambah sejalan dengan waktu. dikecambahkan cadangan. makanan di
penyimpanan. Semakin lama benih dalam benih masih banyak tersedia yang
disimpan menyebabkan kecepatan. berkorelasi dengan. kemampuan benih
berkecambah semakin rendah (Hartawan untuk dapat tumbuh dengan baik (Putra et
dan Nengsih, 2012). al., 2013) Pemberian PEG 30%
menghasilkan rekapitulasi persentase daya
Daya Berkecambah (%) berkecambah. setelah penyimpanan yang
Daya kecambah merupakan salah lebih. tinggi dibanding dengan perlakuan
satu pengujian yang digunakan. untuk lainnya (Husni et al., 2014).
mengetahui vigor benih, dimana viabilitas
benih itu sendiri mencangkup vigor serta Berat Basah Kecambah
daya kecambah benih. Dari hasil analisa Tabel 4 Uji Lanjut BNT Perlakuan Klon
sidik ragam menunjukkan bahwa Terhadap Berat Basah Kecambah
perlakuan klon maupun lama penyimpanan Kakao per Tanaman Umur 14 HSS.
tidak berbeda nyata, serta tidak terjadi Perlakuan Berat Basah (gr) BNT 5%
interaksi antara perlakuan klon dengan K1 (ICCRI 03) 2,03 b