Anda di halaman 1dari 8

PENYIMPANAN BENIH PERLAKUAN BENIH UNTUK PENYIMPANAN BENIH Kamis, 15 Maret 2012

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Laporan Dasar Teknologi Benih

Oleh : Tulus Yudi Widodo Wibowo A4111962

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2012

I. Pendahuluan 1.1. Tujuan Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi daya hidup (viabilitas benih) selama penyimpanan serta melakuakan penyimpanan benih untuk waktu lama. II. Teori Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas maksimum benih yang telah dicapai pada saat masak fisiologis selama mungkin. Maksud dari penyimpanan benih adalah agar benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau pada tahun yang sama pada musim yang berlainan. Selain itu untuk tujuan pelestarian benih dari satu jenis benih. Dengan demikian diperlukan teknik penyimpanan dengan periode simpan dari beberapa hari sampai tahunan untuk pelestarian suatu jenis benih. Faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan benih adalah jenis benih, viabilitas awal benih, kadar air benih, temperatur, kelembapan relatif, komposisi gas diruang simpan dan keberadaan mikroorganisme. Viabilitas benih selama ditempat penyimpanan dapat dipertahankan dengan memberikan kondisi simpan sebaik mungkin. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan menyimpan benih dengan kadar air rendah, suhu rendah dan kelembapan yang relatif rendah selain itu dapat juga memberikan wadah atau kemasan yang baik dan desikan. Wadah yang baik dapat melindungi benih dari serangan penggangu dan dapat mempertahankan kadar air benih yang akhirnya mempertahankan viabilitas benih. Sedangkan desikan dapat mempertahankan atau menurunkan kelembaban relatif disekitar benih karena sifat higroskopisnya. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang tercapai pada saat benih masak fisiologis atau berada pada stadium II dalam konsep Steinbaurer. Kemasakan fisiologis diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum untuk panen dapat dimulai.

Maksud dari penyimpanan benih adalah agar benih dapat ditanam pada musim yang sama di lain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelestarian benih dari sesuatu jenis tanaman. Untuk maksud-maksud ini diperlukan suatu periode simpan dari hanya beberapa hari, semusim, setahun bahkan sampai beberapa puluh tahun bila ditujukan untuk pelestarian jenis. (Sutopo, 1984) Di samping watak genetiknya sendiri yang menyebabkan perbedaan, faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap daya simpan benih. Bila ditinjau dari viabilitasnya secara umum benih dibedakan antara berdaya simpan baik, sedang dan jelek. Agar benih mempunyai daya simpan yang tinggi atau baik maka benih harus bertitik tolak dari vigor dan daya kecambah yang semaksimum mungkin. Bekal kekuatan itu ditumpu oleh benih sewaktu masih berada dalam asuhan pohon induknya. Mulai dari masa-masa awal pembentukan biji, kekuatan itu terus bertambah dan mencapai maksimum pada saat biji masak fisiologis, di saat mana biji tepat untuk dipanen. Biji yang telah memiliki kekuatan maksimum itu kemudian dikeringkan hingga kadar air tertentu yang sesuai untuk tujuan penyimpanan. Karena tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang maksimum selama mungkin, jadi jangan sampai simpanan energi yang dimiliki benih menjadi bocor dan benih sudah tidak mempunyai cukup energi untuk tumbuh pada saat ditanam. (Justice, 1990) Dalam periode simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat dan lemah. Karena periode simpan merupakan fungsi dari waktu maka perbedaan antara benih yang kuat dan lemah terletak pada kemampuannya untuk tidak dimakan waktu. (S.Sadjad,1976 dalam Sutopo,1984) Berdasarkan umur yang dicapai oleh benih tanaman dalam kondisi penyimpanan yang optimal dibagi dalam tiga golongan yaitu benih mikrobiotik, mesobiotik dan makrobiotik. Penggolongan ini sangat tergantung kepada pengetahuan tentang kondisi penyimpanan yang optimal bagi tiap-tiap jenis benih tanaman. Biasanya udara yang benar-benar kering dan dingin dapat melindungi benih dengan baik. Biji-bijian dan benih dari bahan pangan umumnya tidak tahan disimpan terlalu lama. Misal benih kedelai. Tetapi biji-bijian lain dari famili Legummosae dapat mencapai waktu penyimpanan yang lama. Misal Mimosa gromaratas tahan disimpan selama 81 tahun, Cassia sp. Tahan disimpan selama 115 tahun. Benih-benih dari famili Malvaceae dan Nymphaceae dapat disimpan antara 50-150 tahun. (Kartasapoetra, 1986) Delouche et al (1972, dalam Sutopo, 1984) membedakan antara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk penyimpanan yaitu penyimpanan jangka pendek (1-9 bulan),

penyimpanan jangka menengah (18-24 bulan) dan penyimpanan jangka panjang (3-10 tahun). Bentuk silo yang dibuat dari metal dengan bahan desikan yang diletakkan di atas dan di bawah benih, merupakan tempat simpan yang cukup ideal bagi benih bermunyak di udara tropis. Asalkan kadar air benih di awal periode simpan cukup rendah, dan bahkan desikan secara teratur terbaharui, misalkan satu bulan sekali untuk mencegah jangan terlalu lembab. Ketahanan benih untuk disimpan beraneka ragam tergantung dari jenisnya, cara dan tempat penyimpanannya. Tempat untuk menyimpan benih juga bervariasi tergantung dari macam benih , maksud dan lama penyimpanan. Tempat penyimpanan dapat di ruang yang terbuka ataupun yang tertutup seperti botol, kaleng, kantong kertas, kantong kain, kantong plastik, kantong aluminium dan kantong polyethylene. (S.Sadjad,1976 dalam Sutopo,1984) Biji-bijian dan benih tanaman pangan dapat disimpan dalam wadah seperti karung, kantong dan kaleng juga dapat disimpan dalam silo. Keuntungan dan kerugian kedua cara tersebut antara lain: penyimpanan dalam wadah lebih fleksibel, sebagian dapat secara mekanisasi, pelaksanaan lambat, banyak benih tercecer, modal rendah, biaya pelaksanan tinggi dan kemungkinan serangan hama besar. Sedangkan bila disimpan dalam bulk antara lain tidak fleksibel, seluruhnya dapat secara mekanisasi, pelaksanaan cepat, sedikit benih tercecer, modal besar, biaya pelaksanaan kecil dan kemungkinan serangan hama kecil. (Kartasapoetra, 1986) Kebanyakan penduduk di daerah tropis dan subtropis masih melakukan penyimpanan benih secara tradisional. Cara-cara tersebut telah dipakai sejak dulu dan sampai kini hanya sedikit saja perubahan yang terjadi. Penyimpanan biji-bijian dan benih tanaman pangan biasanya dilakukan segera setelah tanaman selesai dipanen. (Justice, 1990) Metode penyimpanan biji-bijian dan benih tanaman pangan secara modern pada dasarnya dikembangkan dari metode tradisional, hanya saja digunakan bahan-bahan yang lebih modern. Ada dua metode penyimpanan secara modern yaitu penyimpanan dalam karung lalu diletakkan di gudang dan penyimpanan secara bulk dalam berbagai tipe silo. Dari kedua metode tersebut dikembangkanlah berbagai variasi cara penyimpanan biji-bijian dan benih, baik untuk depot desa maupun untuk depo pusat. Masing-masing depot harus menggunakan cara penyimpanan yang sesuai dengan kondisi dan keperluannya. (Justice, 1990).

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktek Waktu pelaksanaan praktikum Perlakuan Benih Untuk Penyimpanan Benih dilaksanakan di Lab. TPB tanggal 8 Maret 2012, jam 13.00-15.00. 3.2 Alat Dan Bahan Alat : Oven, Timbangan, Moisture tester, Lemari es (Cold Storage), Eksikator, Press siller, Aluminium foil, plastik klip, botol, cutter. Bahan : Benih jagung, benih padi, benih kedelai, benih kakao.

3.3 Prosedur Pelaksanaan 1. Amati dan catat masing-masing benih, kondisi benih tersebut, perlakuan dengan bernbagai cara penyimpanan sebagai berikut: a. 30 gr benih dengan kadar air 6-8% disimpan dalam wadah kantong plastik yang memakai klip b. 30 gr benih dengan kadar air 6-8% disimpan dalam wadah alumunium foil c. 30 gr benih dengan kadar air 6-8% disimpan dalam wadah kantong kertas d. 30 gr benih dengan kadar air 6-8% disimpan dalam deksikator yang bawahnya terdapat silica gel yang masih baik (biru) sebanyak 25% dari berat deksikator e. 30 gr benih dengan kadar air 6-8% disimpan dalam deksikator yang bawahnya terdapat kapur tohor sebanyak 25% dari berat deksikator 2. Amati kondisi benih setiap 1 minggu sekali selama 4 minggu catat hasil pengamatan benih tersebut.

IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Hasil praktikum terlampir. 4.2 Pembahasan Pada praktikum penyimpanan benih ini, praktikan menggunakan benih jagung, padi, kakao dan kedelai sebagai medianya. Sementara itu alat penyimpanan yang digunakan adalah kantong plastik, kantong kertas dan aluminium foil. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui persentase daya kecambah benih dan kecepatan berkecambah benih setelah

disimpan dalam jangka waktu tertentu yang dalam hal ini praktikan menggunakan waktu enam minggu untuk penyimpanan. Benih jagung sebanyak 30 gram, benih padi sebanyak 30 gram, kakao sebanyak 20 gram dan benih kedelai sebanyak gram dimasukkan ke dalam 3 wadah yaitu kantong plastik, kantong kertas dan alumunium foil masing-masing untuk biji kedelai tiap wadah 30 gram, biji padi tiap wadah 30 gram, kakao tiap wadah 20 gram dan untuk biji jagung untuk tiap wadah 30 gram. Kemudian kantong plastik, kantong kertas, dan aluminium foil ditempatkan di tempat yang aman (cool storage, eksikator) selama 1 minggu. Setelah 1 minggu benih-benih ini dikecambahkan dan diamati praktikan selama tiap hari. Dari hasil pengamatan selama i hari perkecambahan, praktikan memperoleh data sebagai berikut: setelah disimpan selama 1 minggu bibit kedelai yang mempunyai daya kecambah paling tinggi adalah yang disimpan dalam wadah kantong plastikdaya kecambahnya mencapai 99% dan daya kecambah yang paling rendah diperoleh pada bibit yang disimpan dalam kantong kertas. Sementara itu untuk bibit jagung daya kecambah tertinggi mencapai 88% yaitu yang disimpan dalam botol dan daya kecambah terendah yaitu 54% yaitu yang disimpan dalam kantong kertas. Perlakuan benih dengan bahan-bahan kimia sebelum disimpan biasa dilakukan untuk menghindarkan benih dari serangan hama dan penyakit gudang. Penyakit yang menyerang benih yang disimpan umumnya disebabkan oleh cendawan yang mengkontaminasi benih dari lapangan. Fungisida yang biasa digunakan antara lain Arasan, Cuprocide dan Dithane M-45 seperti yang dipakai praktikan pada praktikum penyimpanan benih ini. Dalam penggunaan fungisida dapat secara kering (dry method) bila berbentuk tepung, atau secara basah (wet method) bila berupa cairan. Slurry method bila digunakan fungisida berupa suspensi sedangkan quick wet method digunakan bila fungisida mudah menguap dan dipakai dalam konsentrasi pekat. Kombinasi antara fungisida dan insektisida sebagai perlakuan benih juga dapat dilakukan misal penggunaan Ceresan dan Gordona pada benih kedelai. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan dibagi menjadi 2 yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih dan kandungan air benih. Sementara itu faktor luar meliputi temperatur, kelembaban, gas di sekitar benih dan mikro organisme. Jenis dan sifat benih sangat penting untuk diketahui apakah benih tersebut berasal dari benih tanaman daerah tropis, sedang atau dingin yang bersifat hydrophyt, mesophyt atau xerophyt, apakah termasuk ke dalam golongan mikrobiotik, mesobiotik atau makrobiotik dan lain-lain. Semua keterangan tentang jenis dan sifat benih ini sangat penting untuk dapat

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan. Cara dan tempat penyimpanan benih pun harus ditentukan sesuai dengan jenis dan sifat benih yang akan disimpan. Untuk mendapatkan benih yang baik sebelum disimpan maka biji harus benar-benar masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Benih yang akan disimpan harus bertitik tolak dari viabilitas awal yang semaksimum mungkin untuk dapat mencapai waktu simpan yang lama. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, yang mana tidak dapat dihentikan lajunya. Pemilihan benih serta cara penyimpanan yang baik merupakan cara untuk mengurangi kemunduran tersebut, sehingga laju kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil mungkin. Sebelum disimpan sebaiknya benih harus bebas terlebih dahulu dari benih yang pecah, cacat, busuk dan kotoran-kotoran dari lapangan seperti jerami, pasir, tanah serta bebas dari biji-biji tanaman lain yang tidak dikehendaki. Kotoran fisik memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas benih secara tidak langsung. Karena kotoran ini akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jasad renik serta hama gudang. Selain itu kotoran dapat menyumbat ruang diantara butiran benih yang akan menyebabkan terganggunya sirkulasi udara diantara butiran benih. Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, yaitu kandungan air tertentu dimana benih tersebut dapat disimpan lama tanpa mengalami penurunan viabilitas benih. Untik benih yang berminyak seperti kedelai kandungan air benih untuk disimpan harus lebih kecil dari 11%. Benih kedelai merupakan salah satu species yang agak sukar mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan terutama pada kondisi di daerah tropis. Benih kedelai dengan kandungan air 14% tidak tahan disimpan lebih lama dari tiga bulan pada temperatur suhu 300 C tetapi bila kandungan airnya diturunkan sampai 9% pada kondisi yang sama maka benih kedelai tersebut mampu mempertahankan viabilititasnya selama setahun penuh. Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan benih dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Telah lama diketahui bahwa temperatur rendah lebih lebih efektif daripada temperatur tinggi untuk penyimpanan benih. Semakin rendah temperatur kemunduran viabilitas benih dapat semakin dikurangi, sedangkan semakin tinggi temperatur semakin meningkat laju kemunduran viabilitas benih. Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi viabilitas benih. Sifat biji yang higroskopis menyebabkan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan mempertinggi kelembaban

udara di sekitar benih. Sebaliknya bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara di sekitar benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih dan penurunan kelembaban udara sekitar benih sampai tercapai tekanan yang seimbang. Adanya gas di sekitar benih dapat mempertahankan viabilitas benih, misalnya gas C02 yang akan mengurangi konsentrasi O2 sehingga respirasi benih dapat dihambat atau menggantikan O2 dengan gas nitrogen. Kegiatan mikroorganisme yang tergolong dalam hama dan penyakit gudang dapat mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan. Selain cendawan dan bakteri, virus juga dapat menyerang benih kedelai di dalam gudang penyimpanan, misalnya virus Bean common mosaic dan Tobacco ring spot. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan kerusakan fisik terhadap benih, misalnya benih menjadi berlubang, keropos atau hancur menjadi butiran kecil. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi selama penyimpanan antara lain perubahan fisik, yaitu berkurangnya berat benih akibat serangan mikroorganisme. Misal Calandra oryzae yang merupakan hama gudang penting pada biji-bijian dapat menyebabkan benih rusak berlubang-lubang atau hancur menjadi tepung. Mikroarganisme ini mengkontaminasi benih pada kelembaban di atas 75% aktifitasnya meningkat dan menginfeksi benih sehungga benih menjadi rusak atau busuk.

V. KESIMPULAN a. Penyimpanan benih adalah salah satu usaha untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. b. Dari hasil pengamatan media penyimpanan yang paling baik adalah kantong plastik dimana daya kecambahnya mencapai 99%. c. Media penyimpanan yang paling buruk yaitu kantong kertas yang tidak diberi perlakuan apapun dimana daya kecambahnya hanya 54%. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan antara lain jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih, kandungan air benih, temperatur, kelembaban, gas disekitar benih dan mikroorganisme. DAFTAR PUSTAKA Politeknik Negeri Jember. 2012. BKPM Dasar-dasar Teknologi Benih. Polije. Jember http://rindangcodot.blogspot.com/2011/11/penyimpanan-benih.html

Anda mungkin juga menyukai