Disusun Oleh:
Kelompok 4
Carissa Besari N. Tilaar
Ully Ngesti Pratiwi
Diana Nafitri C.
Irwantha Sihombing
Ahmad Oktaviandi L.
150510150176
150510150177
150510150184
150510150187
150510150238
Kelas G
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
KATA PENGANTAR
0
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Produksi Benih Sumber (G 0) Beberapa
Varietas Kentang dari Umbi Mikro. Kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak dosen mata kuliah Teknologi Benih yang telah memberikan
tugas kepada kami sehingga kami dapat lebih paham akan materi yang
diajarkan dan dibahas, dan telah kami selesaikan dengan sebaik-baiknya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna sebagai penambah
wawasan dan pemahaman tentang produksi benih umbi secara mikro.
Namun kami menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna di
dunia ini. Oleh karena itu sangatlah penting adanya kritik dan saran agar
kami dapat memperbaiki kesalahan pada makalah yang kami buat untuk
masa yang akan datang.
Semoga makalah yang kami buat dapat dengan mudah dipahami
oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada
kata-kata yang tidak berkenan, atau terdapat penulisan yang salah.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL...........................................................................iii
BAB I..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2
BAB II.................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN...................................................................................................... 4
BAB III.................................................................................................................. 8
PENUTUP.............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 9
Gambar
1.1
....2
Gambar
1.2
BAB I
PENDAHULUAN
beberapa
kendala,
antara
lain
memerlukan
proses
penanganan yang sangat hati-hati dan cepat, karena dapat merusak fisik
planlet. Hal ini dapat menyebabkan planlet tidak layak untuk ditanam.
Kendala lainnya ialah biaya pengiriman yang relatif tinggi, terutama untuk
pengiriman benih sumber dalam bentuk umbi
G . Dengan demikian,
ditangani
selama
proses
pengiriman,
distribusi,
serta
101A). Umumnya pada umur 4 minggu setelah kultur, 7-12 ruas telah
tumbuh dari planlet ini.
2) Induksi umbi mikro
Induksi adalah penanaman eksplan yang sudah melalui tahap
sterilisasi ke dalam media kultur jaringan. Umbi mikro yang berumur
mikro
Umbi
yang
diamati
meliputi
bobot
melalui
penimbangan, jumlah umbi per tanaman saat panen, dan proporsi umbi
per tanaman. Analisi ragam dilakukan menggunakan program PKBT
BAB II
PEMBAHASAN
Tabel 2.3 Rerata bobot, jumlah, dan presentase umbi berdasarkan diameter
diameter
lainnya,
misalnya
var.
Cipanas
menunjukkan
dan
Persentase
var.
Amudra
tertinggi
yang
untuk
menunjukkan
umbi
dengan
persentase
diameter
terendah.
1,1-2,0
cm
gambar
berikut.
Gambar 2.1 Keragmaan umbi saat panen (a) var. Amudra, (b) Atlantik M, (c)
Cipanas, (d) Granola L., (e). Manohara, (f) Merbabu, dan (g) Ping
Tabel 2.4 Rerata berat umbi mikro diameter 2-5 mm pada var Granola L., Ping,
Merbabu, dan Cipanas berdasarkan 20 umbi
Rerata berat umbi mikro diameter 2-5 mm pada var. Granola L, Ping,
Merbabu, dan Cipanas setara dengan berat umbi mikro yang dilaporkan
Ranalli et al. (1994), bahwa umbi mikro yang dihasilkan varietas dengan
diameter 4-7 mm dan panjang 10-12 mm mempunyai bobot bervariasi
mini
yang
dihasilkan
dari
benih
berupa
umbi
mikro
lebih lambat daripada umbi mini. Hali ini telah dibandingkan oleh Ranalli
et al. (1994).
Umbi mikro memberikan hasil umbi dengan proporsi 74% (<36
mm), 25% (35-55 mm), dan 1,5% (55-80 mm), serta proporsi umbi >45
mm lebih tinggi daripada umbi mini. Pada jarak antar baris yang sempit,
umbi mikro memberikan nilai tertinggi walaupun hasilnya lebih sedikit
daripada umbi mini. Pada penelitian ini diperoleh nisbah perbanyakan 6,78 pada var. Cipanas, Atlantik M, dan Amudra, dan >10 pada var.
Manohara, Ping, Granola L, dan Merbabu, dengan umbi yang memenuhi
kriteria sebagai umbi mini. Perbedaan jumlah umbi yang berbeda
menunjukan potensi gentetis dari varietas yang diuji pada kondisi yang
sama di rumah kaca bebas serangga.
Penyimpanan umbi mikro dapat dilakukan dalam lemari pendingin
untuk memperlambat dormansi. Piao et al. (2003) melaporkan sistem
produksi umbi mikro dalam bioreaktor yang memungkinkan produksi umbi
mikro dalam bioreaktor mencapai berat >1,1 g setara dengan umbi mini
yang dapat langsung ditanam di lapangan. Kualitas umbi mikro lebih baik
ketika Bioreaktor silinder dengan sistem perendaman temporer dan
perendaman terus menerus dengan penyangga kultur. Penggantian media
selama kultur memberikan hasil dan kualitas umbi mikro yang lebih baik.
Selain dapat dimanfaatkan dalam sistem produksi benih kentang, umbi
mikro memiliki keuntungan lain yaitu untuk karakteristik agronomi,
penyimpanan, dan pertukaran materi plasma nutfah, serta tampilan di
lapangan dibandingkan dengan umbi mini, dan produksi skala masal
(Donelly et al. 2003).
Kendala pemanfaatan umbi mikro di lapangan antara lain adalah
ukuran
dan
masa
denganberbagai
dormansinya.
teknik
industri
Namun
umbi
dan
hal
ini
produksi
dapat
diatasi
masal
dalam
BAB III
PENUTUP
benih,
distribusi,
dan
adopsi
varietas
unggul
nasional.
memacu
produktivitas
kentang
domestik,
menekan
impor,
DAFTAR PUSTAKA
Waluya, Angga. 2009. Aklimatisasi Planlet Hasil Perbanyakan Secara Kultur Jaringan.
http://waluya-sutaedih.blogspot.co.id/2011/07/aklimatisasi-planlet-hasil-perbanyakan.html. 1
Oktober 2016.
Pertanyaan
1. Apa yag dimaksud dengan Go pada kentang? dan ada berapa Go di
kentang?
2. Apa media yang digunakan untuk pemeliharaan? Apa kaitannya dengan
zpt?
3. Saat uji jarak tanam akan mempengaruhi ukuran benih, ada benih yang
besar dan kecil, semakin besar jarak tanam maka akan makin besar umbi
yang dihasilkan. Pertanyaannya, umbi yang bagus untuk dijadikan benih
itu yang besar apa yang kecil? (Andala M Nurdin )
4. Jelaskan tahapan penanaman di lapangan (aklimatisasi)!
Jawaban
1. Umbi bibit
Umbi bibit G1, G2, G3, G4 yang dihasilkan di lapang dapat berasal
dari bibit G0 stek mini atau umbi mini. Biasanya umbi bibit yang
digunakan untuk pembibitan sampai G3, sedangakn G4 digunakan untuk
konsumsi. Umbi G0 adalah benih sumber.
tumbuh
sitokinin
dapat
3. Tujuan penggunaan umbi mikro ini dilatar belakangi oleh area produksi
kentang yang menyebar di berbagai kepulauan di Indonesia menyebabkan
distribusi benih sumber dalam bentuk planlet menghadapi beberapa
kendala, antara lain memerlukan proses penanganan yang sangat hatihati dan cepat, karena dapat merusak fisik planlet. Hal ini dapat
menyebabkan planlet tidak layak untuk ditanam. Kendala lainnya ialah
biaya pengiriman yang relatif tinggi, terutama untuk pengiriman benih
sumber dalam bentuk umbi G0. Menurut Perez-Alonso (2010) mentakana
bahwa umbi mikro lebih mudah ditangani selama proses pengiriman,
distribusi, serta penyimpanan karena ukurannya yang relatif kecil. Kriteria
umbi mikro berkualitas baik adalah umbi dengan bobot basah lebih dari
100 mg per umbi dan atau berdiameter 5-10 mm serta mempunyai bahan
kering lebih dari 14%. Dengan demikian, umbi mikro yang diharapkan dan
lebih baik adalah berukuran kecil yang merupakan alternatif terbaik
sebagai benih sumber.
4. Aklimatisasi merupakan kegiatan untuk mengadaptasikan planlet dari
kondisi terkendali ke lingkungan lapang yang kondisinya tidak terkendali.
Namun untuk tanaman kentang tahap aklimatisasi ini tidak terlalu sulit,
karena untuk kondisi terkendali di ruang laboratorium yang suhunya
rendah berbeda tipis dengan kondisi suhu lapang pada dataran tinggi.
Tahapan aklimatisasi planlet kentang meliputi: sterilisasi media tanam,
kegiatan aklimatisasi, dan perbanyakan planet.
Tahapan aklimatisasi kentang yaitu sebagai berikut: 1) Menyiapkan
wadah sebagai tempat penyimpanan planlet dengan disemprotkan
menggunakan alkohol 96% dan dilap menggunakan tissu atau kapas. 2)
Membuka tutup botol, lalu mengeluarkan planlet menggunakan pinset
secara hati-hati. 3) Membersihkan planlet dari media agar dengan
mencuci menggunakan air bersih, sehingga tidak ada agar yang tertinggal
pada planlet. 4) Meletakkan planlet yang telah dicuci pada wadah, jika
akar planlet yang terlalu panjang dapat dipotong menggunakan gunting
dengan menyisakan akar 3-5 cm. 5) Menanam pada seed bed berbahan
aluminium berukuran 2 x 1 m dengan media pupuk kandang, tanah, dan
kompos jamur dengan perbandingan 1:1:1. sebelum itu media tanam yang
digunakan harus sterilkan.
Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan
yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak
terkendali. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil
kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan
tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan
adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
Wetherell
(1982)
menuliskan
aklimatisasi
bertujuan
untuk