Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

KULIAH LAPANG PERTANIAN TERPADU

BUDIDAYA CAISIN (Barssica sinensis L.) DAN PENGOLAHAN

Disusun oleh:

Florianus Deni (17011033)


Novita Dwi Astuti (17021041)
Bagas Rizky Lahestatama (17021084)
Mohammad Baharudin Yusuf (17031001)
Cintia Nur Setyaningsih (17031044)

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2019
DAFTAR NAMA KELOMPOK

1. Program studi Agroteknologi


a. Florianus Deni (17011033)
2. Program Studi Peternakan
a. Novita Dwi Astuti (17021041)
b. Bagas Rizky Lahestatama (1721084)
3. Program studi Teknologi Hasil Pertanian
a. Mohammad Baharudin Yusuf (17031001)
b. Cintia Nur Setyaningsih (17031044)

ii
STRUKTUR ORGANISASI

KETUA KELOMPOK

M. Baharudin Yusuf

SEKRETARIS BENDAHARA

Novita Dwi Astuti Cintia Nur


Setyaningsih

Sie. Penjualan Sie.


Dokumentasi
Bagas Rizky
Florianus Deni

iii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR NAMA KELOMPOK ............................................................................ ii

STRUKTUR ORGANISASI ................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

A. Pupuk Kandang ............................................................................................ 5

B. Sawi .............................................................................................................. 6

C. Ayam Kampung ........................................................................................... 7

III. METODE PELAKSANAAN ...................................................................... 9

A. Tempat Dan Waktu ...................................................................................... 9

B. Alat Dan Bahan ............................................................................................ 9

C. Cara Kerja .................................................................................................. 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 13

A. Hasil ........................................................................................................... 13

B. Pembahasan ................................................................................................ 13

V. ANALISIS EKONOMI ................................................................................. 16

A. Anggaran Pengeluaran Ternak Ayam ........................................................ 16

B. Anggaran Pengeluaran Budidaya Caisin .................................................... 16

C. Anggaran Pengeluaran Pengolahan............................................................ 16

D. Kalkulasi Harga Untuk Stick Ayam Dan Saos Caisin ............................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pertanian terpadu merupakan pemanfaatan seluruh potensi


energi yang terdapat pada lahan dengan berbagai jenis usahatani sehingga
dapat menghasilkan hasil panen secara seimbang. Melalui pertanian
terpadu akan terjadi pengikatan bahan organik di dalam tanah dan
penyerapan karbon yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pertanian
konvensional yang memakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Proses
pemanfaatan produksi pertanian terpadu dalam suatu kawasan dapat terjadi
secara efektif dan efisien, sehingga keberadaan sektor-sektor akan
mengakibatkan kawasan memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh
komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan
dimanfaatkan oleh komponen lainnya, selain itu juga akan terjadi
peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga
efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Penerapan sistem
pertanian terpadu dapat dilakukan dengan pengelolaan tanah secara
terpadu, pengelolaan tanaman secara terpadu, pengelolaan ternak terpadu,
pengelolaan air terpadu, pengelolaan unsur hara terpad, pengelolaan hama
terpadu dan adanya pengelolaan pemasaran terpadu. Tujuh unsur dalam
penerapan pertanian terpadu saling terkait yang satu dengan lainnya.
Beberapa penerapan Sistem Pertanian Terpadu (SPT) dilahan
Bapak Suryon ialah penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau
Integrated Crop Management (ICM) dengan melakukan budidaya tanaman
organik dengan menggunakan pemupukan organik yang dihasilkan dari
limbah kotoran ternak puyuh untuk pemupukan budidaya tanaman
kangkung, yang pada akhirnya komoditas kangkung dapat dimanfaatkan
sebagai pakan untuk lele. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan
pemakaian pupuk organik dalam budidaya tanaman organik yaitu limbah

1
2

kotoran untuk tanaman kangkung bertujuan tidak sekedar untuk


meningkatkan produktivas tanaman, namun juga bertujuan agar
lingkungan tetap sehat serta juga bertujuan untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca, menjaga keseimbangan ekosistem, mempertahankan siklus
hidrologi dan keragaman hayati makhluk hidup yang ada.
Sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) merupakan
integrasi antara tanaman dan ternak yaitu dengan perpaduan dari kegiatan
peternakan dan pertanian. Dengan sistem pertanian terpadu dapat
menunjang ketersediaan pupuk kandang di lahan pertanian. Sistem
pertanian terpadu merupakan sistem yang menerapkan prinsip zero waste
karena limbah peternakan nantinya akan menjadi pupuk, dan limbah
pertanian dapat menjadi pakan ternak. Integrasi antara ternak dan tanaman
dapat meningkatkan keuntungan dari segi ekonomi selain itu dapat
memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Sistem pertanian terpadu selain
dapat meningkatkan usaha peternakan juga dapat menunjang pola
pertanian organik. Usaha peternakan perlu ditingkatkan seperti pada
komoditas sapi, hal ini diharapkan dapat mencukupi kebutuhan daging
nasional. Pertanian terpadu yang mengandalkan pada bahan alami tanpa
menggunakan bahan kimia termasuk untuk pupuknya. Dengan
peningkatan populasi peternakan sapi maka akan menjamin ketersediaan
pupuk kandang di lahan pertanian. Apabila ketersediaan pupuk kandang
terjamin hal itu akan menjamin terlaksananya program pertanian organik
dengan baik. Sistem pertanian terpadu dapat dikembangkan di lahan yang
sempit maupun lahan yang luas. Untuk lahan sempit dengan pertanian
terpadu akan memaksimalkan produksi tanpa membuang limbah.
Pertanian terpadu yang dikembangkan di lahan lebih luas dapat
menjadi suatu pengembangan agribisnis yang menguntungkan. Suatu
sistem pertanian terpadu di lahan yang cukup luas serta dikelola dengan
baik dapat dijadikan sebuah percontohan maupun pelatihan bagi
masyarakat umum, hal tersebut menjadi peluang dalam mengembangkan
agrowisata. Agrowisata merupakan diversivikasi produk wisata dari
3

penggabungan aktivitas pertanian (agro) dan rekreasi di sebuah lingkungan


pertanian (Sznajder et al., 2009).
Diversivikasi usaha pertanian diimplementasikan antara lain
dengan menggabungkan sektor pertanian dengan sektor pariwisata dalam
bentuk wisata pertanian atau lebih dikenal dengan agrowisata. Dengan
demikian agrowisata dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru
daerah, sektor pertanian, dan ekonomi nasional (Departemen Pertanian
2008).Caisim ( Brassica juncea L. ) merupakan tanaman semusim,
berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun caisim berbentuk
bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan
berwarna putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang
mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis,
daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian
hingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih. Susunan dan
warna bunga seperti kubis. Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi
putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih ( B. Juncea
L. Var. Rugosa Roxb. & Prain ) memiliki batang pendek, tegap dan daun
lebar berwarna hijau tua,tangkai daun panjang dan bersayap melengkung
ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna
hijau keputih – putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma
memiliki ciri batang kecil – panjang dan langsing, daun panjang – sempit
berwarna hijau keputih – putihan, serta tangkai daun panjang dan
bersayap.
Diantara sayuran daun, caisim merupakan komoditas yang
memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen
menggunakan daun caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai
pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain sebagai bahan
pangan, caisim dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan
pada penderita batuk. Caisim pun berfungsi sebagai penyembuh sakit
kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah.
4

B. Tujuan

1) Mengetahui cara pembuatan kompos dari kotoran kambing.


2) Mengetahui cara pemeliharaan dan pertumbuhan tanaman caisin
(sawi hijau).
3) Mengetahui cara pengolahan tanaman caisin menjadi olahan yang
bisa di makan yang bergizi.
4) Mengetahui cara pemeliharaan ayam kampung.
5) Mengetahui cara pengolahan daging ayam kampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk Kandang

Pupuk Kandang atau kompos merupakan hasil penguraian dari


campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi
berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab dan aerobik atau anaerobik. Pupuk organik merupakan bahan
pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah
buatan/sintetis. Pada umunya pupuk orgnik mengandung hara makro N, P,
K rendah tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah yang cukup sangat
diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Nitrogen dan unsur hara yang
lain dilepaskan oleh bahan organik secara perlahan-lahan melalui proses
mineralisasi. Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik pada
umunya adalah kandungan hara rendah, tergantung pada jenis bahan
dasarnya dan menyediakan hara dalam jumlah yang terbatas.
Penggunaan pupuk organik merupakan solusi yang tepat, apalagi
didukung trend budidaya saat ini mulai beralih ke pertanian organik.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian
baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk
organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
dapat mencegah degradasi lahan. Selain itu peranannya cukup besar
terhadap perbaikan sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta mempunyai
kandungan unsur hara lebih lengkap baik unsur hara makro yaitu Nitrogen
(N), Pospor (P) dan Kalium (K) maupun unsur hara mikro (Sudarmi dan
Nikentari, 2011 ; Gustia 2009). Secara umum petani dari pupuk kandang,
karena bisa menjadi solusi untuk mengatasi harga pupuk kimia yang
semakin meningkatdan bahkan sering terjadi keterbatasan ketersediaan
pupuk kimia. Pada umumnya petani juga sebagai peternak, sehingga dapat

5
6

menggunakan kotoran ternaknya baik berupa kotoran padat (faeces) yang


bercampur dengan sisa makanan maupun air kencing (urine) sebagai
pupuk kandang, sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung
pada jenis, umur dan kesehatan ternak. Hewan yang kotorannya sering
digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh
masyarakat, seperti ayam, kambing/domba maupun sapi. Selain berbentuk
padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing
yang dipisahkan dari fecesnya.
Pupuk kandang padat yang siap diaplikasi juga disebut pupuk
kandang yang sudah matang, memiliki ciri-ciri dingin, remah, wujud
aslinya tidak tampak dan baunya sudah tidak menyengat. Jika belum
memiliki sifat-sifat seperti tersebut, pupuk kandang belum siap
diaplikasikan di lapangan. Dengan cara tradisional untuk mencapai pupuk
kandang matang membutuhkan waktu relatif lama 2-3 bulan, inilah yang
menyebabkab petani enggan menggunakan pupuk kandang. Walaupun
cara kerja pupuk kandang ini lebih lambat dibanding pupuk kimia, oleh
karena itu perlu diupayakan agar unsur hara lebih cepat tersedia bagi
tanaman dan aman bagi keberlanjutan tanah. Kompos ibarat multivitamin
bagi tanah dan tanaman. Rachman Sutanto (2002) mengemukakan bahwa
dengan pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih
baik.

B. Sawi

Tanaman sawi hijau dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa


panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya
hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang
cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di
atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi
7

tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada
musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang
sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan
tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan
demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimumuntuk pertumbuhannya adalah
antara pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto, 2010).
Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi
hijau (Brassica juncae L) dapat memberikan hasil panen yang tinggi.
Sehingga dengan demikian untuk menunjang usaha tani sawi hijau yang
berhasil, lokasi usaha tani harus memilki kondisi lingkungan yang sesuai
seperti yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan lingkunan
(iklim dan tanah) sangat menunjang produktifitas tanaman berproduksi.
Hingga dewasa ini masih banyak di jumpai petani mengalami kegagalan
panen atau memperoleh kuntungan yang rendah karena kurang
memperhatikan keadaan lingkungan lokasi penanaman.

C. Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah


perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung
diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle
fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau atau green jungle fowls (Gallus
varius). Awalnya, ayam tersebut hidup di hutan, kemudian didomestikasi
serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan (Yaman, 2010). Ayam
kampung merupakan ayam asli yang sudah beradaptasi dengan lingkungan
tropis Indonesia. Masyarakat pedesan memeliharanya sebagai sumber
pangan keluarga akan telur dan dagingnya (Iskandar, 2010). Ayam-ayam
8

tersebut mengalami seleksi alam dan menyebar atau bermigrasi bersama


manusia kemudian dibudidayakan secara turun temurun sampai sekarang
(Suharyanto, 2007).
Istilah ayam kampung semula adalah kebalikan dari istilah ayam
ras, dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran
bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan
program pengembangan, pemurnian dan pemuliaan beberapa ayam lokal
unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk
membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (ayam bukan ras) bagi
ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan
teknik budidaya (tidak sekedar diumbar dan dibiarkan mencari makan
sendiri). Peternak ayam kampung mempunyai peranan yang cukup besar
dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif
lebih mudah (Sarwono, 1999). 7 Di Indonesia, terdapat berbagai jenis
ayam kampung, sebagian sudah teridentifikasi dan sebagian lagi belum.
Pemahaman masyarakat tentang ayam kampung mungkin tiap
daerah berlainan. Namun, secara umum ayam kampung mempunyai warna
bulu beragam (hitam, putih, cokelat, kuning dan kombinasinya), kaki
cenderung panjang dan berwarna hitam, putih, atau kuning serta bentuk
tubuh ramping. Ayam kampung asli Indonesia yang sudah banyak dikenal
misalnya ayam pelung, ayam kedu, ayam merawang, dan ayam sentul
(Suharyanto, 2007). Akibat proses budidaya dan perkawinan antar
keturunan secara alam atau liar, serta pengaruh lingkungan yang berbeda-
beda maka terbentuklah berbagai macam tipe ayam dengan beragam
penampilan fisik dan varietas (Nuroso, 2010).
III. METODE PELAKSANAAN

A. Tempat Dan Waktu

Kuliah Lapang Pertanian Terpadu dilaksanakan di Universitas


Mercu Buana Yogyakarta Kampus II Gejayan. Untuk budidaya
dilaksanakan di parkiran kampus dan ternak ayam dilaksanakan di
kontrakan/kost masing-masing kelompok. Kegiatan perkuliahan
dilaksanakan selama 4 bulan setiap hari Jumat Pukul 15:00 WIB – 17:00
WIB.

B. Alat Dan Bahan

a. Budidaya Caisin
1) Alat :
 Pot
 Gembor
 Cangkul
2) Bahan :
 Tanah
 Pupuk kandang
 Benih Caisin
 Air
b. Ternak Ayam kampung
1) Alat :
 Kandang
 Wadah Pakan
 Lampu Kuning
2) Bahan :
 Bibit ayam

9
10

 Pakan
 Vitamin
c. Pengolahan Hasil
1) Alat :
 Kompor
 Wajan
 Baskom
 Blender
 Saringan
 Sendok
 Alat penggorengan
2) Bahan
 Daging Ayam Fillet
 Sawi Caisin yag sudah diblender
 Bawang merah
 Bawang putih
 Minyak goreng
 Tepung tapioka
 Tepung Roti
 Merica bubuk
 Telur
 Garam
 Cabai hijau
 Penyedap rasa (MSG)
 Kentang (Garnis)
 Wortel (Garnis)
 Buncis (Garnis)
 Plastik mika
11

C. Cara Kerja

a. Budidaya Caisin
1) Menyiapkan media tanam dengan menggunakan pupuk
kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1.
2) Melakukan penyemaian benih caisin dalam satu wadah.
3) Memindahkan hasil semaian setelah 2 minggu kedalam pot
yang sudah disiapkan pertama kali.
4) Melakukan pemeliharaan serta pengendalian hama secara
berkala.
5) Pemanenan.
b. Ternak Ayam Kampung
1) Mengambil bibit ayam kampung yang telah disediakan
pihak kampus.
2) Menyiapkan kandang dan wadah pakan ayam.
3) Memasang lampu pada kandang.
4) Melakukan perawatan ayam secara berkala.
5) Pembersihan kandang secara berkala.
6) Memanen ayam untuk diolah.
c. Pengolahan Hasil
1) Saos Sawi
 Sawi direbus setengah matang kemudian diblender
hingga halus bersamaan dengan bawang putih dan
bawang merah.
 Hasil blender ditumis dengan minyak sedikit sampai
matang dan dicampur dengan tepung tapioka hingga
mengental.
2) Ayam
12

 Menyiapkan daging ayam yang sudah difillet.


 Membuat adonan tepung untung menggoreng ayam.
 Lumuri daging ayam fillet menggunakan adonan
yang sudah dibuat.
 Melapisi daging ayam fillet yang sudah dilumuri
adonan dengan tepung roti.
 Menggoreng daging ayam fillet higga kekuningan.
 Angkat dan tiriskan untuk mengurangi minyak yang
menempel.
 Kemudian dikemas menggunakan plastik mika.
3) Garnis
 Menyiapkan bahan yang digunakan untuk garnis.
 Membersihkan bahan-bahan garnis kemudian
dipotong seperti korek kayu.
 Merebus garis sampai setengah matang.
 Khusus untuk kentang digoreng hingga krispi.
 Taruh garnis diatas ayam yang sudah dimasukkan
kedalam kemasan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Stick ayam yang dihasilkan bertekstur empuk dan renyah serta rasa
gurih dipadukan dengan saos sawi yang segar, terjual sebanyak 25
bungkus dengan harga jual Rp. 5.000,00 per bungkusnya.

B. Pembahasan

1. Budidaya Caisin
Budidaya sawi caisin dilakukan di Universitas Mercu Buana
Yogyakarta kampus II Gejayan. Media yang digunakan yaitu pupuk
kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1 dan dimasukkan kedalam pot
sebanyak 6 buah. Selama penanaman dilakukan pemeliharaan seperti
pemantauan kelembaban tanah dan pemberian pupuk.
Karena pada saat penanaman bertepatan pada musim kemarau jadi
penyiraman tanaman dilakukan sehari 2 kali yaitu pagi dan sore.
Penyiraman pada pagi hari dilakukan oleh anggota kelompok, dan
penyiraman sore hari dilakukan anggota kelompok yang dijadwal harian.
Pada yang dijadwalkan sore anggota melakukan kontrol seperti pemberian
pupuk dan penyiraman serta pembersihan gulma.
Masa panen bisa dimulai sekitar 50-80 hari usai penanaman benih
untuk pertama kalinya. Untuk memanen nya bisa dilakukan dengan dua
cara yakni dengan memotong pangkal batang dengan pisau, atau mencabut
seluruh nya sampai ke akar nya.

13
14

Gambar 1. Panen Sawi Caisin

Pada kelompok kami pada saat pemanenan caisim di lakukan


mencabut sampai ke akar, saat pemanenan caisim banyak kendala
dikarenakan hama dan hujan menyebabkan panen tidak maksimal. Setelah
masa penanaman, dan pemanenan caisim di olah menjadi panganan yang
mudah di konsumsi dan bergizi pada kelompok kami caisim diolah mejadi
panganan yang bergizi yakni bakso caisim dan cookies caisim.

2. Ternak Ayam kampung


Ternak ayam kampung dilaukan di kontrakan/kost masing-masing
kelompok, bibit ayam serta kandang dan perlengkapan lainnya disediakan
oleh kampus, pakan disediakan sebanyak 1 kg dan untuk pakan
selanjutnya dibeli oleh masing-masing kelompok. Selama ini ayam
kampung hanya dikenal sebagai ayam ekstensif, artinya ayam bebas lepas
berkeliaran dihalaman rumah, lapamgan, kebun, bahkan dihutan. Mungkin
karena cara hidupnya itulah unggas yang satu ini disebut ayam kampung.
Pemeliharaan ayam dilakukan di tempat kos mahasiswa. Ayam yang
diperoleh dalam keadaan bulu muda banyak tumbuh dengan umur sekitar
3 bulan dan dipelihara kurang lebih selama 1 bulan hingga bulu muda
tumbuh sempurna. Pemberian pakan ayam dengan campuran BR, jagung
dan bekatul. Jagung berperan dalam menjaga kesehatan pencernaan ayam
karena kandungan tinggi serat, sumber kalium dan vitamin K, dan untuk
menjaga kesehatan tulang karena kandungan kalsium di dalam jagung.
15

Bekatul sebagai tambahan pakan karena memiliki harga yang relatif murah
juga mengandung beraneka ragam nutrisi seperti karbohidrat dan protein.
Pemberian BR bertujuan untuk membangun daging dan lemak ayam agar
memiliki ukuran tubuh yang maksimum ketika dipanen.
Ayam saat pertama kali diperoleh memiliki berat kurang lebih 725
gram dan menjadi 875 gram saat masa potong. Ayam yang telah dipotong
dan dibersihkan bulu serta bagian dalamnya memiliki berat kurang lebih
527 gram.
Setelah ada upaya membudidayakannya dengan cara
mengandangkannya, barulah disebut ayam buras, maksudnya untuk
membedakan ayam luar negri yang disebut ayam ras. Selain rasa
dagingnya lebih enak daripada ayam ras dan lebih tahan terhadap
gangguan penyakit, sehingga pengeluaran biaya untuk obat-obatan relatif
rendah. Anggapan bahwa ayam kampung dengan dagingnya lebih gurih
dibandingkan dengan telur ayam ras, bukanlah bualan atau sekedar omong
kosong belaka. Setiap 100 gram ayam kampung terbukti mengandung 74
gram air; 12,8 gram protein; 11,5 gram lemak; 0,7 gram karbohidrat; serta
berbagai vitamin dan mineral, seperti kalsium,fosfor, besi, vitamin A,
vitamin B1.
V. ANALISIS EKONOMI

A. Anggaran Pengeluaran Ternak Ayam

No. Nama bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total


1 Ayam 1 ekor - -
2 Pakan 5kg Rp. 7.500 Rp. 37.500
Jumlah Rp. 37.500
*Catatan :
 Ayam disediakan oleh kampus
 Pakan digunakan selama ±2 bulan

B. Anggaran Pengeluaran Budidaya Caisin

No. Nama bahan Jumlah Harga satuan Harga Total


1 Benih Caisin 1 Bungkus - -
Jumlah -
*Catatan :
 Benih caisin disediakan oleh kampus

C. Anggaran Pengeluaran Pengolahan

No Nama Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total


1 Ayam 1 ekor - -
2 Sawi 3 ikat - -
3 Bawang Merah ¼ kg Rp. 37.000 Rp. 9.250
4 Bawang Putih ¼ kg Rp. 38.000 Rp. 9.500
5 Tepung Tapioka ½ kg Rp. 12.000 Rp. 6.000
6 Tepung Roti 2 bungkus Rp. 2.500 Rp. 5.000
7 Merica Bubuk 2 bungkus Rp. 500 Rp. 1.000
8 Telur ½ kg Rp. 20.000 Rp. 10.000
9 Minyak Goreng 1 Liter Rp. 12.000 Rp. 12.000

16
17

10 Garam 1 bungkus Rp. 1000 Rp. 1.000


11 Penyedap Rasa 1 bungkus Rp. 500 Rp. 500
12 Kentang ¼ kg Rp. 25.000 Rp. 6.250
13 Buncis ¼ kg Rp. 6.000 Rp. 1.500
14 Wortel ¼ kg Rp. 8.000 Rp. 2.000
15 Cabai Hijau ¼ kg Rp. 25.000 Rp. 6.250
16 Plastik Mika 25 Rp. 200 Rp. 5.000
Jumlah Rp. 75.500

D. Kalkulasi Harga Untuk Stick Ayam Dan Saos Caisin

Biaya pakan selama ±2bulan = Rp. 37.500


Biaya pembelian bahan = Rp. 75.500
Total biaya = Biaya pembelian bahan + Biaya pakan
= Rp. 37.500 + Rp. 75.500
= Rp. 113.500
Produk Jadi = 25 bungkus
Harga jual = Rp. 5000
Penjualan = 25 bungkus × Rp. 5000
= Rp. 125.000
Keuntungan = Penjualan – Total biaya
= Rp. 125.000 – Rp. 113.500
= Rp. 12.500

Jadi, keuntungan yang diperoleh dalam Kuliah Lapang Pertanian


Terpadu yaitu sebanyak Rp. 12.500 yang diperoleh dari hasil penjualan
olahan stick ayam dan saos caisin di pameran Kuliah Lapang Pertanian
Terpadu sebanyak 25 bungkus.
DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O. Dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman).


Penerbit Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

Iskandar, S. 2010. Usaha Tani Ayam Kampung. Editor: Ketaren, P. P., Sopiyana.
S., Sudarman. D. Balai penelitian ternak Ciawi. Bogor.

Suharto.1998 Konsep Pertanian Terpadu (An Integrated Farming System).


Makalah Utama Seminar Nasional, ISPI – Fakultas Peternakan UNDIP,
Semarang.

Suharyanto, A.A. 2007. Panen Ayam Kampung dalam 7 Minggu Bebas Flu
Burung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan


Pengembangannya). Kanisius Yogyakarta .

Sriniastuti, 2005, Efektifitas Penggunaan Bacillus thuringiensis terhadap Serangan


Ulat Daun (Plutella xylostella) pada Tanaman Sawi (Brassica juncea) di
Sungai Selamat, Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura,
Pontianak.

Pracaya.1993,Hama DanPenyakitTanaman,PenebarSwadaya,Jakarta.

Purwanto. 2006. Cara Bertanam Sayuran. Jakarta : Rajawali Press.

Yaacob, O. and Blair, G.J. 1980. Mineralisation of 15N-labelled legume residues


in soils with different nitrogen contents and its uptake by rhodes grass. Plant
and Soil 57: 237-248

Yaman, A. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya.

18

Anda mungkin juga menyukai