Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AGROWIDYAWISATA

“Taman Vertikultur dengan Memanfaatkan Limbah Botol Plastik Pada


Lahan Pekarangan di Rt 19, Rw 01, Kelurahan Pematang Gubernur”

Disusun oleh:

Nama : Andika Surya Apriadi

Npm : E1J018007

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Usman Kris Joko S, M.Sc., Ph.D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021

2
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
AGROWIDYAWISATA

“Taman Vertikultur dengan memanfaatkan limbah


botol plastik pada lahan pekarangan di Rt 19, Rw 01,
Kelurahan Pematang Gubernur”

Nama : Andika Surya Apriadi

Npm : E1J018007

Bengkulu, 28 Mei 2021

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Usman Kris Joko S, M.Sc., Ph.D


NIP. 196110281987021001

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………….......................................................................... 2
HALAMAN PENGESAHAN………............................................................................ 3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….... 4
ABSTRAK……………………………………………………………………………... 5

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………….............................................................................. 6
1.2 Tujuan ..……………........................................................................... 7
1.3 Manfaat .................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAK.A……………………………………………………... 8
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………………………... 13
3.2 Bahan....................................................................................................................... 13
3.3 Metode…………………………………………………………………………… 13
3.4 Inventarisasi SDM dan SDA................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil……………………………………………………………………………… 14
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………. 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......…………………………………………. 18
ABSTRAK

Agrowidyawisata merupakan salah satu matakuliah wajib di kurikulum pendidikan


Sarjana S-1 Program Studi Agroekoteknologi Universitas Bengkulu dengan bobot 2 sks.
Proses belajar dengan cara melihat secara langsung kondisi yang sebenarnya dilapangan ,
matakuliah agrowidyawisata ini berupa Agropolitan. Dalam situasi covid 19 mengharuskan
mahasiswa melakukan agrowidyawisata dialkukan dirumah masing-masing.Dalam kegiatan
mata kuliah agrowidya wisata yang dilakukan yaitu dengan membuat desain suatu wilayah
untuk dijadikan sebagai objek wisata yang berbasis pertanian.

Agrowidyawisata memberikan pengajaran kepada mahasiswa dalam mendesain suatu


wilayah bahkan merealisasikan, dimana untuk tujuannya untuk mengurangi tingkat
penggangguran dari suatu wilayah dan meningkatkan penghasilan kepada masyarakat.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menambah bekal bagi mahasiswa prodi Agroekoteknologi dengan cara melihat
secara langsung fenomena yang ada di lapangan sangat perlukan, yang akan digunakan sebagai
pemahaman tentang sesuatu yang akan dikembangkan untuk menjadi suatu rencana penelitian
nantinya. Selain itu, permasalahan atau potensi yang dikunjungi/destinasinya dapat menjadi
suatu wawasan dan pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan wawasan tersebut sangat berguna bagi
mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikannya/lulus sehingga dapat menjadi dasar untuk
merintis suatu usaha di bidang pertanian.

Kurikulum Pendidikan Sarjana (S-1) Program Studi Agroekoteknologi Universitas


Bengkulu tahun 2015, memasukkan matakuliah Agrowidyawisata (AGT-402, 0-2 sks) sebagai
mata kuliah wajib. Proses Belajar Mengajar (PBM) mata kuliah Agrowidyawisata berupa
Agropolitan.

Dengan situasi yang terjadi akibat covid-19 mengakibatkan perekonomian masyarakat


melemah khususnya dikota Bengkulu.untuk mengurangi resiko melemahnya perekonomian
tersebut,maka dalam kegitan agrowidyawisata yang dilakukan diarahkan di tempat tinggal
masing-masing khusunya Bengkulu.

Meskipun pandemi COVID-19 memunculkan beberapa masalah bagi pelaku


UMKM dan koperasi, di sisi lain masyarakat harus tahu ada kesempatan yang bisa
dipelajari dan dikembangkan, kemudian dijadikan sebagai usaha baru, yaitu dunia pertanian.
Dunia pertanian yang dimaksud ialah kegiatan bercocok tanam yang dapat masyarakat terapkan
di kebun maupun di lahan dipekarangan ditengah-tengah perkotaan atau yang sering dikenal
sebagai Agropolitan.

Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) adalah


pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada secara utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan, terdesentralisasi, digerakkan oleh masyarakat, dan difasilitasi oleh pemerintah.
Kawasan perdesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah
berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urbanrural linkages) dan menyeluruh
hubungan yang bersifat interdependensi/timbal balik yang dinamis.

Lahan Pekarangan merupakan lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah


tinggal. Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan, melainkan
untuk meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing, dan untuk menciptakan lahan
pekarangan secara optimal dapat menerapkan teknik budidaya tanaman secara vertikultur.
Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam diruang/lahan sempit dengan memanfaatkan
bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat, Oleh karena
itu dengan mempadukan keduannya dapat dikembangkan menjadi agrowisata yang dapat
mengatasi melemahnya perekonomian dengan cara memanfaatkan lahan pekarangan menjadi
suatu lokasi objek wisata pembelajaran (eduwisata) yang bertemakan tentang berbudidaya
pertanian secara vertikultur.

1.2.Tujuan

Adapun manfaat yang ingin dicapai pada matakuliah Agrowidyawisata ini yaitu sebagai
berikut:

Mahasiswa mampu mendesain kawasan agropolitan dengan fokus pengembangan


agrowisata berbasis wilayah kecamatan dalam rangka meningkatkan aktivitas pertanian dan
ekonomi pedesaan.

1.3.Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai pada matakuliah Agrowidyawisata ini yaitu sebagai
berikut:
1. Melihat potensi dari suatu daerah sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia
dan meningkatkan penghasilan dari suatu daerah.
2. Mendesain suatu lokasi menjadi agropolitan agar meningkatkan penghasilan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya
sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian (sektor usaha pertanian dalam artian luas) di wilayah sekitarnya..
Beberapa daerah menerapkan konsep agropolitan untuk kemajuan daerah. Hal ini didasarkan
bahwa sebagian besar wilayah Indonesia merupakan agraris/pertanian. Konsep Agropolitan
merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan daerah melalui
optimalisasi sumber daya tumbuhan dan hewan, yaitu pertanian, perkebunan, perikanan dan
peternakan. Jika sebuah kawasan hanya memiliki potensi perikanan, maka dapat pula disebut
sebagai minapolitan.(Wikipedia,2021)

Pengembangan kawasan agropolitan/minapolitan merupakan bagian dari potensi


kewilayahan kabupaten di mana kawasan agropolitan itu berada. Pengembangan kawasan
agropolitan/minapolitan yang merupakan penguatan sentra-sentra produksi
pertanian/perikanan yang berbasiskan kekuatan internal, akan mampu berperan sebagai
kawasan pertumbuhan ekonomi yang mempunyai daya kompetensi inter dan intra
regional. Agropolitan merupakan kawasan ekonomi berbasis pertanian dan dicirikan
komoditas unggulan, dengan batasan skala ekonomi/skala usaha tanpa dibatasi wilayah
administrasi. Sasaran dalam pengembangan kawasan agropolitan ini adalah mewujudkan
kawasan agroplitan dan berkembangnya ekonomi lokal yang berbasis produk unggulan
daerah yang efektif, efisien, transparan dan berkelanjutan.(Wikipedia,2021)

Menurut Mahi (2014:1), agropolitan adalah suatu konsep pembangunan berdasarkan


aspirasi masyarakat bawah yang tujuannya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
tapi juga mengembangkan segala aspek kehidupan sosial (pendidikan, kesehatan, seni-
budaya, politik, pertahanan-keamanan, kehidupan beragama, kepemudaan, dan
pemberdayaan pemuda dan kaum perempuan).

Pengertian agropolitan dalam Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan
sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem
permukiman dan Agrobisnis.
Pengertian agropolitan secara rinci dijelaskan oleh Rustiadi dan Pranoto (2007), yaitu sebagai
berikut:

 Model pembangunan yang mengandalkan desentralisasi, mengandalkan pembangunan


infrastruktur setara kota di wilayah perdesaan, sehingga mendorong urbanisasi (peng-
kotaan dalam arti positif).
 Bisa menanggulangi dampak negatif pembangunan seperti migrasi desa-kota yang
tidak terkendali, polusi, kemacetan lalu lintas, pengkumuhan kota, kehancuran masif
sumber daya alam, pemiskinan desa, dan lain-lain.

Menurut Riadi,2018.ciri-ciri kawasan agropolitan yang sudah berkembang adalah sebagai


berikut:

1. Sebagian besar kegiatan masyarakat didominasi oleh kegiatan pertanian dan atau
agribisnis dalam suatu sistem yang utuh dan terintegrasi, terdiri atas: Subsistem
agribisnis hulu (mesin, peralatan pertanian pupuk, dan lain-lain), Subsistem usaha
tani/pertanian primer (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan
peternakan, dan kehutanan), Subsistem agribisnis hilir (industri pengolahan dan
pemasaran, termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor) dan Subsistem jasa-jasa
penunjang (perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan pengembangan,
pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah).
2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang bersifat
interdependensi/timbal balik dan saling membutuhkan. Kawasan pertanian di
perdesaan mengembangkan usaha budi daya (on farm), sebaliknya kota menyediakan
fasilitas untuk berkembangnya usaha budi daya dan agribisnis seperti penyediaan
sarana pertanian antara lain: modal, teknologi, informasi, peralatan pertanian dan lain
sebagainya.
3. Kegiatan masyarakat di dalamnya termasuk usaha industri (pengolahan) pertanian,
perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor),
perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa
pelayanan.
4. Kehidupan di kawasan agropolitan sama dengan suasana kehidupan di perkotaan,
karena prasarana dan infrastruktur yang ada di kawasan agropolitan diusahakan tidak
jauh berbeda dengan di kota.
Persyaratan Berdasarkan Peratuan Menteri Pertanian No. 41 Tahun 2009 Tentang Kriteria
Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian, syarat kawasan agropolitan adalah sebagai berikut:

1. Lokasi mengacu pada RT/RW provinsi dan kabupaten/kota, dan mengacu pada
kesesuaian lahan baik pada lahan basah maupun lahan kering.
2. Pengembangan komoditas tanaman pangan pada lahan gambut mengacu pada kelas
kesesuaian lahan gambut yang telah berlaku.
3. Dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan
atau masyarakat sesuai dengan biofisik dan sosial ekonomi dan lingkungan.
4. Berbasis komoditas tanaman pangan nasional dan daerah dan, atau komoditas lokal
yang mengacu pada kesesuaian lahan.
5. Dapat diintegrasikan dengan komoditas lainnya.
6. Kawasan pertanian pangan pada lahan basah yang telah diusahakan secara terus
menerus tanpa melakukan alih komoditas yang mencakup satu atau lebih dan 7 (tujuh)
komoditas utama.

7. Kawasan pertanian pangan pada lahan kering yang telah diusahakan secara terus
menerus di musim hujan tanpa melakukan alih komoditas yang mencakup satu
atau lebih dan 7 (tujuh) komoditas utama tanaman pangan.

Menurut Rustiadi dan Pranoto ,2007 .Sistem Kawasan Agropolitan Kawasan agropolitan
terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Kawasan lahan pertanian (hinterland). Berupa kawasan pengolahan dan kegiatan


pertanian, mencakup kegiatan pembenihan, budidaya dan pengelolaan pertanian.
Penentuan hiterland berupa kecamatan/desa didasarkan atas jarak capai/radius
keterikatan dan ketergantungan kecamatan/desa tersebut pada kawasan agropolitan di
bidang ekonomi dan bidang pelayanan lain.
2. Kawasan permukiman. Berupa kawasan tempat bermukimnya petani dan penduduk
kawasan agropolitan.
3. Kawasan pengolahan dan industri. Berupa kawasan tempat penyeleksian dan
pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan dan dikirim ke terminal
agribisnis/pasar, atau diperdagangkan. Di kawasan ini terdapat pergudangan
dan industri yang mengolah langsung hasil pertanian menjadi produk jadi.
4. Kawasan pusat prasarana dan pelayanan umum. Berupa pasar, kawasan
perdagangan, lembaga keuangan, terminal agribisnis dan pusat pelayanan umum
lainnya.
5. Keterkaitan antara kawasan agropolitan dengan kawasan lainnya, seperti :
kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan konservasi alam
Pengelolaan sumber daya lahan pekarangan yang dilakukan secara optimal dan dengan
memanfaatkan sumber daya alam serta jasa-jasa lingkungan lainnya akan dapat memberikan
dorongan dan insentif penyediaan pangan yang lebih beragam. Di sisi lain, aktivitas produksi
tersebut akan menumbuhkan beragam usaha pengolahan pangan. Jasa jasa Lingkungan yang
dapat memberikan dukungan dan bersinergi salah satunya adalah kegiatan pengelolaan sampah.
Sampah merupakan permasalahan yang perlu kita tangani bersama. Tidak hanya di kota namun
di desa sampah juga menjadi permasalahan yang perlu ditangani secara serius. Diantara
berbagai jenis sampah, plastik adalah salah satu jenis limbah yang menjadi ancaman terhadap
kerusakan bumi. Plastik ini terbuat dari bahan sintetis sehigga sangat sulit untuk terdegradasi.
Penumpukan sampah plastik ini semakin hari semakin menumpuk, karena setiap hari tanpa kita
pungkiri plastik digunakan dalam setiap rumah tangga. Untuk itu salah satu cara untuk dapat
mengurangi volume pemakaian plastik yaitu dengan cara didaur ulang atau dimanfaatkan
kembali. Salah satu contoh pemanfaatan limbah plastik adalah pembuatan polybag dari bahan
plastik bekas minyak goreng atau botol-botol bekas air mineral kemasan untuk dijadikan pot
tanaman. Media tanam merupakan salah satu komponen pokok tanaman agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik dan optimal, salah satu Alternatif yang dapat digunakan sebagai Pot Hidup
tanaman adalah botol bekas melalui proses Recycle dan dijadikan sebagai media vertikultur

Vertikultur berasal dari bahas inggris yaitu verti (bertingkat) dan culture (budidaya).
Dari istilah tersebut, vertikultur merupakan kegiatan bertanam yang dilakukan dengan
menempatkan media tanam dalam suatu wadah dan disusun secara vertikal. Menurut Temmy
(2003), vertikultur merupakan salah satu teknik bercocok tanam diruang sempit dengan
memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara
bertingkat.Selain itu, Marsema Kaka Mone (2006) sebagai ahli pertanian mengungkapkan
bahwa vertikultur adalah cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam
dalam wadah yang tersudun secara vertikal dalam rangka melakukan pemanfaatan ruang ke
arah vertikal. Diantara manfaat dari system vertikultur adalah sebagai berikut:

1. Mempermudah perawatan

2. Mempercepat pertumbuhan
3. Mempermudah pemanenan dan tidak membutuhkan banyak energi

4. Menghemat pemupukan

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai 31 Mei 2021 ,dilaksanakan di
Rt 19, Rw 01, Kelurahan Pematang Gubernur, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota
Bengkulu.

3.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu kamera, Alat tulis kerja, dan Lokasi yang akan
didesain untuk dijadikan objek wisata tersebut.

3.3. Metode

Melakukan survei secara langsung lokasi yang akan dijadikan objek desain agro wisata
guna mendapatkan hasil pengamatan yang tepat sesuai keinginan kita. Tujuan dari tempat
wisata ini sendiri yaitu Agar bisa mengembangkan potensi masyarakat, khususnya karang
taruna dan warga sekitar, karena juga di bebaskan masyarakat yang ingin berjualan serta juga
memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang misalnya berjualan jajanan ringan
seperti makanan dan minuman.

3.4. Inventarisasi SDM dan SDA

Sumber Daya manusia atau SDM di daerah ini menurut saya sangat bagus, karena
sebagian besar masyarakat dan karang taruna yang dapat dibina lebih dalam lagi tentang
pemanfaatan lahan kosong atau pekarangan tersebut yang tujuannya untuk menambah Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) didaerah tersebut.

Sedangkan untuk Sumber Daya Alamnya, bisa saya katakan lumayan bagus, ini dapat
dilihat dari lahan yang sudah ada sebelumnya haya saja tidak terawat dan hanya menyusun
ulang konsep dari taman tersebut agar menjadi daya tarik kembali .
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Keterangan :
Gambar disamping
merupakan desain lansekap
untuk Taman Vertikultur
yang dirancang di kawasan
Perkotaan, mempadukan
antara suasana asri,
nyaman, dan edukatif
sehingga diharapkan akan
menarik pengunjung

Contoh:
Gambar vertikultur
memanfaatkan limbah botol
plastik dan bambu
Gambar Lokasi Lahan
Pekarangan yang tidak
terawat

4.2. Pembahasan

Dari hasil observasi lokasi yang dilakukan saya memutuskan lokasi tersebut untuk
dijadikan lokasi desain agrowisata .Lahan tersebut merupakan suatu lahan pekaramgan yang
kosong dan terletak di samping perumahan, tetapi lokasi tersebut sudah tidak dirawat lagi
sehingga banyak ditumbuhi gulma dan mirisnya menjadi tempat pembuangan sampah.
Padahal lokasi tersebut sangat bagus jika dikembangkan. Oleh karena itu saya melakukan
desain lokasi tersebut agar memiliki nilai fungsi lagi dan menjadi salah satu objek wisata di
Kota Bengkulu, khusunya Kelurahan Pematang Gubernur.
Dalam desain yang akan dibuat saya merencanakan membuat “Taman Vertikultur
dengan memanfaatkan limbah botol plastik pada lahan pekarangan di Rt 19, Rw 01, Kelurahan
Pematang Gubernur” dimana pada pada taman tersebut menerapakan desain taman vertikal dan
minimalis serta edukatif. Konsep yang akan diberikan yaitu membuat taman dengan tanaman
dalam botol atau bambu disusun secara vertikal. Hal ini sesuai dengan ukuran lahan pekarangan
yang sempit sehingga agar terlihat menarik akan ditanami dengan berbagai tanaman hias dan
sayuran serta di pintu masuk juga akan dihias dengan konsep terowongan dan ditanamani
tanaman buah merambat seperti tanaman anggur. Selain agar terlihat lebih nyaman suasananya
maka pada sekitar taman juga akan dibuat pondok/tempat nongkrong sehingga pengunjung juga
dapat beristirahat dan menikmati suasana asri taman tersebut. Kawasan perkotaan yang selama
ini seringkali terbengkalai dan tak terurus, maka ini dapat dijadika juga sebagai tempat wisata
edukasi tentang bagaimana bercocok tanam secara vertikultur yang baik dan benar yang
nantinya bisa diberikan pelatihan atau praktik langsung oleh masyarakat yang telah dibimbing
kemudian diajarkan kepada pengunjung yang datang.. Peluang usaha yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat khususnya karang taruna sekitar yaitu membuka jajanan ringan, angkringan
atau tempat santai lain yang menyediakan makanan sehingga juga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat di era pandemi covid-19 ini yang belum stabil.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pemanfaatan lahan kosong atau memanfaatkan lahan kembali adalah suatu upaya yang
dapat dilakukan untuk menaikan nilai ekonomi suatu masyarakat. Oleh karena itu dengan
adanya “Taman Vertikultur denagn memanfaatkan limbah botol plastik “ dapat dijadikan
suatu cara meningkatkan penghasilan masyarakat Rt 19 Rw 01 Kelurahan Pematang
Gubernur. Selain itu, nilai positif lain yang dapat diambil yaitu dapat mengurangi limbah
plastik dan memanfaatkannya sehingga menjadikan nilai guna bagi lingkungan.

5.2. Saran

Dari kegiatan Agrowidyawisata yang sudah dilakukan kegiatan mendesain lokasi


menjadi agropolitan menurut saya kurang optimal,dimana dengan keterbatasan ilmu desain
dan jika kegiatan ini berlanjuat harapannya tidak hanya mahasiswa yang begerak tetapi dosen
lebih berperan dan mahasiswa sebagai penggeraknya. Dan jika di realisasikan menurut saya
kurang optimal jika dilakukan di agrowidyawisata ini,sebaiknya dilanjutkan pada kegiatan
kuliah kerja nyata(KKN).
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia,2021.Agropolitan.https://id.wikipedia.org/wiki/Agropolitan .Diakses pada 24

April 2021

Mahi, A.K. 2013. Survei Tanah, Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan. Bandar

lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Rustiadi, Ernan dan Pranoto, Sugimin. 2007. Agropolitan, membangun ekonomi


perdesaan.Bogor: Crestpent Press.

Riadi,M.2018. Agropolitan. https://www.kajianpustaka.com/2018/04/kawasan


agropolitan.html.Diakses pada 24 Apil 2021.

Sedyo Santosa, dkk, 2018. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Rumah dengan Sistem
Vertikultur dari Limbah Plastik Sebagai Upaya Mendukung Indonesia Bebas Sampah
dan Mewujudkan Ketahanan Pangan Keluarga di Dukuh Baturan Kec. Gantiwarno
Kab. Klaten. Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Indonesia, Volume 18, Nomor 2, Page: 127-134

Anda mungkin juga menyukai