Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR MAGANG

“BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.) DI


BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS (BALITHI) IP2TP
CIPANAS”

Disusun Oleh:

Nama : Evendi Tri Mulyono

Npm : E1J018010

Prodi : Agroekoteknologi

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir Marulak Simarmata, M.Sc

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG

“BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.) DI BALAI


PENELITIAN TANAMAN HIAS (BALITHI) IP2TP CIPANAS”

Oleh:
Evendi Tri Mulyono
E1J018010

Laporan ini disusun berdasarkan hasil Magang Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu dan telah diuji pada

tanggal… bulan… tahun 2018

Mengetahui ,

Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Dosen Pembimbing Magang/ Penguji

Dr. Hesti Pujiwati, SP. M.Si Prof. Dr. Ir MarulakSimarmata, M.Sc


NIP. 1977121 200604 2 001 NIP. 19610426 198603 1 002
PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir kegiatan magang dengan
judul “Budidaya Tanaman Anggrek (Phalaenopsis Sp.) Di Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi) IP2TP Cipanas”. Penulisan laporan akhir magang ini tak
lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis untuk
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu penulis yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan
do’anya kepada penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
3. Ibu Dr. Hesti Pujiwati, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
4. Bapak Ir. Supanjani, M.Sc., Ph.D. selaku Koordinator Kegiatan Magang tahun
2021.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Marulak Simarmata, M.Sc selaku Dosen Pembimbing
Magang yang senantiasa memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis.
6. Ibu Ir. Dedeh Siti Badriah. M.Si. selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingannya selama pelaksanaan kegiatan magang berlangsung.
7. Ibu Risna Sri Rahayu dan Bapak Dedi Rusnandi selaku teknisi lapangan yang
telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama kegatan magang
berlangsung.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
selama kegiatan magang berlangsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir magang ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
laporan akhir magang ini.
Cianjur, 07 Agustus 2021

Evendi Tri Mulyono


RINGKASAN

Anggrek merupakan tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat


luas, bunga anggrek memiliki keanekaragaman warna, bentuk, dan corak bunga
yang menarik. Purwanto (2016) menyatakan bahwa anggrek sudah dikenal dalam
sejarah Cina sejak sebelum masehi. Persebaran famili Orchidaceae hampir meliputi
seluruh dunia yaitu wilayah tropis hingga wilayah kutub. Wilayah tropis memiliki
keanekaragaman anggrek paling tinggi, karena anggrek bersifat epifit yang
hidupnya menumpang pada batang, cabang, dan ranting pohon (Djufri et al., 2015).
Anggrek adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi sebagai bunga
potong, tanaman hias dalam pot, taman dan merupakan komoditas yang telah
diekspor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (2017) produksi anggrek
dari tahun 2013 sebesar 20.227.627 tangkai, tahun 2014 sebesar 19.739.627
tangkai, tahun 2015 sebesar 21.514.789 tangkai, tahun 2016 sebesar 19.978.078
tangkai, dan pada tahun 2017 sebesar 20.045.577 tangkai. Anggrek bulan
(Phalaenopsis) tergolong tanaman yang memiliki nilai harga jual yang cukup
mahal yaitu Rp. 180.000,-/tanaman dibandingkan anggrek Dendrobium sp. dengan
nilai jual seharga Rp. 80.000,-/tanaman. Harga jual tersebut sebanding dengan
keistimewaan yang ditawarkan oleh anggrek bulan seperti ukuran bunganya yang
besar, penampilannya anggun, warna bunga bervariasi, mahkota bunga tidak
mudah rontok dan kesegarannya tahan satu sampai dua bulan sehingga menjadi
daya tarik bagi konsumen (Yuswanti et al., 2015).

BALITHI merupakan unit pelaksana teknis bidang penelitian tanaman hias di


bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Di Balithi pengembangan tanaman hias
salah satunya tanaman hias anggrek sudah banyak dilakukan.. Tugas magang ini
bertujuan memperoleh wawasan, pengetahuan tentang budi daya anggrek bulan
(Phalaenopsis sp.) dan memperoleh keterampilan dalam budidaya anggrek bulan
di Balai Penelitian Tanaman Hias. Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan
selama 40 hari kerja dari tanggal 21 Juni hingga 10 Agustus 2021 yang bertempat
di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) IP2TP Cipanas, Jawa Barat. Metode
yang digunakan dalam tugas magang ini adalah praktik langsung budidaya anggek
bulan (Phalaenopsis sp.).
Budidaya anggrek bulan di Balai Penelitian Tanaman Hias meliputi
kegiatan persiapan media tanam, aklimatisasi, repotting, pengelompokkan individu
kecil dan individu dewasa tanaman anggrek, pemasangan penyangga tangkai bunga
anggrek, penyilangan bunga anggrek dan pemeliharaan. Persiapan media tanam
dilakukan dengan cara melakukan pencucian media tanam pakis, perendaman
media tanam menggunakan larutan fungisida selama 24 jam, dan pencacahan media
tanam. Aklimatisasi bertujuan untuk membantu tanaman tumbuh dan berkembang
pada kondisi lingkungan yang sebenarnya. Kriteria bibit anggrek yang siap
diaklimatisasi yaitu memiliki 3-4 helai daun, perakaran lebat, dan bebas
kontaminasi serta memiliki perakaran lebat. Pada proses aklimatisasi dilakukan
beberapa kegiatan yaitu pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol, pencucian
bibit, sterilisasi, pengeringan bibit, dan penanaman kedalam kompotan. Reppoting
dilakukan sebanyak empat tahap yaitu reppoting dari kompotan ke dalam pot
plastik kecil ukuran 1,5 inchi, reppoting dari pot kecil ke pot sedang ukuran 2,5
inchi, reppoting dari pot plastik ukuran sedang kedalam pot plastik ukuran besar
dengan ukuran 3,5 inchi, reppoting dari pot yang telah rusak ke dalam pot yang
baru. Pada pemasangan penyangga dilakukan pada saat panjang tangkai bunga
anggrek sudah sekitar 20 cm. Kawat yang digunakan untuk penyangga berdiameter
0,5 cm dengan panjang penyangga disesuaikan dengan panjang tangkai bunga
anggrek. Pemasangan penyangga bertujuan agar pada saat anggrek berbunga lebat
tanaman anggrek tidak roboh dan arah tumbuh tangkai bunga tegak keatas.
Penyilangan adalah suatu metode untuk menghasilkan kultivar baru dari hasil
persilangan antara dua tetua.Tahap penyilangan tanaman anggrek yaitu
persiapan alat untuk menyilangkan , pemilihan tetua yang akan disilangkan, dan
Penyilangan induk jantan dan induk betina.

Pemeliharaan anggrek bulan meliputi penyiraman pada media tanam


anggrek tanpa membasahi daun, pemupukan anggrek menggunakan pupuk organik
dan anorganik. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan secara kimiawi
dengan pestisida dan mekanik dengan cara membuang atau memusnahkan hama
yang terdapat pada tanaman, serta pemberian penopang untuk menyangga bunga
anggrek. Sanitasi dilakukan dengan cara memotong daun yang menguning dan
mencabut gulma yang terdapat pada media tanam.
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iv
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
RINGKASAN ..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3. Tujuan....................................................................................................3
1.4. Manfaat ..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Anggrek ......................................................4
2.2. Syarat Tumbuh ......................................................................................5
2.3. Green House (Bangunan Tanam) ..........................................................5
2.4. Media Tanam .........................................................................................6
2.5. Bibit .......................................................................................................6
2.6. Penanaman ............................................................................................7
2.7. Pemeliharaan .........................................................................................7
2.8. Panen .....................................................................................................9
BAB III METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ...........................................................11
3.2. Metode Pelaksanaan ............................................................................11
3.3. Jadwal Pelaksanaan .............................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Perusahaan .................................................................................14
4.2. Budi Daya Anggrek Bulan ..................................................................15
4.3. Green House (Bangunan Tanam) ........................................................15
4.4. Media Tanam .......................................................................................17
4.5. Bibit .....................................................................................................19
4.6. Pindah Tanam ......................................................................................20
4.7. Pemeliharaan .......................................................................................21
4.8. Panen ...................................................................................................28
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..........................................................................................30
5.2. Saran ....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................31
LAMPIRAN .................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat luas.
Bunga anggrek memiliki keanekaragaman warna, bentuk, dan corak bunga yang menarik.
Anggrek sudah dikenal dalam sejarah Cina sebelum masehi (Purwanto, 2016). Persebaran
famili Orchidaceae (anggrek) hampir meliputi seluruh dunia yaitu wilayah tropis hingga
wilayah kutub. Wilayah tropis memiliki keanekaragaman anggrek paling tinggi, karena
anggrek bersifat epifit yang hidupnya menumpang pada batang atau cabang pohon (Djufri
et al., 2015).
Tanaman anggrek banyak diminati pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri. Menurut data BPS Produksi Tanaman Florikultura (2019) produksi anggrek
potong sebanyak 18.608.657 tangkai pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa masih
tingginya permintaan anggrek di pasaran. Anggrek digemari karena warnanya indah,
aroma dan bentuknya unik, serta jenisnya yang beragam. Salah satu jenis anggrek yang
dibudidayakan adalah anggrek Phalaenopsis.

Anggrek Phalaenopsis termasuk jenis anggrek monopodial hal ini dicirikan


sebagai tanaman yang hidup pada tanaman lain (epifit) ataupun hidup di atas bebatuan
(litofit). Penyebaran marga Phalaenopsis tersebar di wilayah Asia Tenggara.Anggrek
Phalaenopsis Pada umumnya digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki kombinasi
dan variasi warna bunga yang menarik (Iswanto, 2005). Selain itu, bentuk bunga anggrek
Phalaenopsis yang unik dan khas karena menyerupai sayap lebah atau kupu-kupu
menjadikan anggrek ini sangat diminati sebagai tanaman hias dalam pot maupun bunga
potong. Bahkan salah satu jenisnya yaitu Phalaenopsis amabilis (L.) Blume telah
mendapat julukan sebagai “Puspa Pesona Indonesia” oleh pemerintah Indonesia
(Puspitaningtyas dan Mursidawati, 1999; Rukmana, 2000). Keindahan dan keawetan
bunganya menjadikan anggrek ini sebagai lambang jati diri bangsa Indonesia (Setiawan,
2006).

Dengan adanya perubahan tren dan gaya hidup baru di kalangan masyarakat
akibat dampak WFH semasa pandemik COVID-19 sejak awal tahun 2020 permintaan
akan tanaman anggrek mengalami peningkatan (Gunawan dan Pasaribu, 2021).
Keanekaragaman spesies anggrek yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai salah
satu negara tujuan para kolektor anggrek baik dari dalam maupun luar negeri. Fandani et
al (2018), menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara penyimpan kekayaan plasma
nutfah anggrek terbesar dunia dimana 23,07 % spesies anggrek dunia terdapat di
Indonesia. Salah satu jenis anggrek yang favorit bagi pecinta anggrek dan dibudidayakan
secara luas di Indonesia adalah anggrek Phalaenopsis sp. Berbagai kelebihan yang
dimilikinya antara lain yaitu tahan beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan tumbuh,
karakteristik bunga tahan lama dan tidak mudah gugur, bentuk dan warna bunga
bervariasi serta mudah dikepak sebagai bunga potong (Tuhuteru et al, 2012).

Indonesia memiliki sekitar 4000 jenis anggrek yang tersebar di semua pulau, salah
satu jenisnya adalah anggrek bulan. Anggrek bulan tergolong tanaman epifit yang sifatnya
tidak merugikan tanaman yang ditumpanginya, sebab akar terdiri dari 2 jenis yaitu akar
lekat dan akar gantung yang dapat menyerap uap air dan gas. Anggrek bulan tumbuh di
daerah tropis, baik dari dataran rendah hingga pegunungan pada ketinggian 50-600 mdpl,
dan dapat tumbuh serta berkembang secara maksimal pada ketinggian 500-1.000 mdpl
(Damayanti, 2011).
Anggrek adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi sebagai bunga potong,
tanaman hias dalam pot, dan anggrek merupakan komoditas yang telah diekspor di
Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (2017) produksi anggrek dari
tahun 2013 sebesar 20.227.627 tangkai, tahun 2014 sebesar 19.739.627 tangkai, tahun
2015 sebesar 21.514.789 tangkai, tahun 2016 sebesar 19.978.078 tangkai, dan pada tahun
2017 sebesar 20.045.577 tangkai. Anggrek bulan (Phalaenopsis) termasuk tanaman yang
memiliki harga jual yang cukup tinggi yaitu Rp. 180.000,-/tanaman dibandingkan
anggrek Dendrobium dengan nilai jual seharga Rp. 80.000,-/tanaman. Harga jual tersebut
sebanding dengan keistimewaan yang ditawarkan oleh anggrek bulan seperti ukuran
bunga yang besar, penampilannya anggun, warna bunga bervariasi, mahkota bunga
tidak mudah rontok, dan kesegarannya tahan 1 sampai 2 bulan sehingga menjadi daya
tarik bagi konsumen (Yuswanti et al., 2015).
Harga jual anggrek Phalaenopsis yang cukup mahal menjadi daya tarik bagi petani
hortikultura dikalangan masyarakat untuk membudidayakannya secara luas. Upaya
budidaya yang dilakukan oleh para petani hortikultura masih menggunakan metode
konvensional sehingga belum dapat memenuhi permintaan. Penyebab utamanya adalah
masih kurangnya pengetahuan terhadap teknologi budidaya anggrek yang dapat
meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam usaha budi daya (Ginting et al., 2018).
Berdasarkan permasalahan tersebut, harus dilakukan upaya pembelajaran proses budi daya
anggrek bulan secara baik dan benar sesuai dengan syarat tumbuhnya, mulai dari
persiapan bibit hingga pemanenan.
Masa pembibitan pada anggrek Phalaenopsis merupakan masa yang berperan
penting dalam membentuk tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang tumbuh optimal.
Pada fase ini tanaman sedang aktif tumbuh, sehingga membutuhkan lebih banyak air
dibandingkan tanaman yang sedang berbunga. Pemupukan yang tepat diperlukan untuk
menunjang pembentukan akar, batang, dan daun tanaman. Selain itu pengendalian hama
dan penyakit harus memperhatikan pestisida yang digunakan. Jenis, dosis, dan aplikasi
pestisida harus sesuai dengan organisme dan penyakit yang menyerang tanaman
(Pamungkas, 2006).
Kegiatan magang adalah salah satu cara yang efektif untuk mempelajari segala
aspek pada pembibitan anggrek, apalagi didukung dengan perusahaan tempat dimana
melakukan magang merupakan perusahaan yang kompeten di bidang tersebut. Selain itu,
dengan mempelajari dan mempraktekkan kerja secara langsung akan lebih memudahkan
untuk memahami proses kerja yang nantinya menghasilkan dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
BALITHI merupakan unit pelaksana teknis bidang penelitian tanaman hias di
bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Di Balithi pengembangan tanaman hias salah satunya tanaman
hias anggrek sudah banyak dilakukan. Balithi memiliki 11 laboratorium yang berlokasi di
Segunung, Cipanas dan Serpong. Masing-masing laboratorium mempunyai fungsi spesifik
berdasarkan bidang keahlian dan disiplin ilmu. Laboratorium IP2TP Segunung berfugsi
mendukung kegiatan penelitian pemuliaan, bioteknologi, hama/penyakit, fisiologi dan
kultur jaringan tanaman hias tropis dan subtropis. Laboratorium IP2TP Cipanas berfungsi
untuk menunjang kegiatan penelitian pemuliaan, perbenihan dan kultur jaringan tanaman
subtropics dan laboratorium UPBS yang berfungsi untuk produksi benih sumber varietas
tanaman hias. Laboratorium IP2TP Serpong berfungsi untuk menunjang kegiatan
pemuliaan dan kultur jaringan khususnya tanaman anggrek.
Penerapan teknik-teknik bioteknologi dalam bidang pemuliaan dan pembibitan
tanaman anggrek Phalaenopsis sudah menjadi prioritas dari Balithi. Terdapat sekitar 25
varietas unggul tanaman anggrek Phalaenopsis yang menjadi komoditas prioritas Balithi
yaitu Ayu Pertiwi, Ayu Larasati, Adelina 3 Agrihorti, Adelina 2 Agrihorti, Permata
Agrihorti, Ayu Pujiastuty Agrihorti, Ayu Suciati, Ayu Respati, Ayu Lestari, Rahayuni,
Udapa Pink, Indu Pramesi, Sri Mulyani, Sri Rahayu, Balithi MF001, Balithi MF002,
Balithi MF003, PB MF004/ Karindra, PB MF005, PB MF006/ Deandra, PB MF007,
Balithi ST005, PB NV001, PB NV002, Puspa Tiara Kencana. Potensi dan fasilitas yang
dimilki oleh Balithi Cianjur memberikan minat tersendiri untuk mencari wawasan,
pengetahuan dan keterampilan dalam budi daya anggrek Phalaenopsis.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan magang ini sebagai berikut:
1. Memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang budidaya anggrek
Phalaenopsis di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) IP2TP Cipanas.
2. Memperoleh keterampilan dalam budidaya anggrek Phalaenopsis di Balai
Penelitian Tanaman Hias (Balithi) IP2TP Cipanas.
1.3 Manfaat
Laporan akhir magang ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa,
perusahaan, dan institusi.
a. Bagi mahasiswa
Memberikan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan mengenai budi daya
anggrek yang baik.
b. Bagi institusi
Terjalinnya kerjasama antara institusi dengan perusahaan, sehingga institusi
dapat meningkatkan kualitas lulusan, dan institusi akan lebih dikenal di dunia
industri.
c. Bagi perusahaan
Menghubungkan antara institusi dan perusahaan, sehingga terjalinnya kerjasama
dalam hal penelitian dan pengembangan produksi.
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG
2.1 Sejarah Perusahaan
2.1.1 Latar Belakang Berdirinya Balai Penelitian Tanaman Hias
Balithi merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan eselon IIIa di
bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbang
Hortikultura), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang
Pertanian). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:
31/Permentan/OT.140/3/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Tahun 1939
instansi ini merupakan Balai Penelitian Hortikultura untuk penelitian Hindia
Belanda, meliputi tanaman hias, umbi-umbian, tanaman akar-akaran dan tanaman
industri.
Tahun 1942-1945 diambil ahli oleh jepang selama revolusi fisik (1945-
1950) lalu ditutup, kemudian dinuka kembali dengan nama Kebun Percobaan Fisik
Teknik Pertanian. Tahun 1961-1968 diubah kembali menjadi Kebun Percobaan
Lembang dan pada tahun 1968-1978 berubah lagi menjadi Cabang Lembaga
Penelitian Hortikultura Lembang. Tahun 1978 diubah menjadi Balai Penelitian
Tanaman Pangan (BALITPA). Lembaga ini memiliki kegiatan penelitian yang
termasuk dalam kelompok tanaman pangan.
Tahun 1982 berubah kembali menjadi Balai Penelitian Tanaman
Hortikultura (BALITHOR), Lembaga ini memiliki kegiatan yang meliputi
kegiatan penelitian tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias (Sub Balai
Penelitian Hortikultura Cipanas). Tanggal 13 Desember 1994 lalu berubah nama
lagi menjadi Kebun Percobaan Tanaman Hias atau sering dikenal dengan nama
Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI). Lembaga ini memiliki kegiatan yang
meliputi pembudidayaan tanaman hias seperti anthurium, anggrek, krisan dan lain-
lain. BALITHI dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelaksana
teknis berlokasi di Pasar Minggu Jakarta dan membawahi dua instalasi yaitu
Instalasi Penelitian Tanaman Hias Cipanas dan Instalasi Penelitian Tanaman Hias
Segunung.
Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) terbentuk berdasarkan SK
Menteri Pertanian Nomor : 796/Kpts/OT/20/21/1994 tanggal 13 Desember 1994.
Bulan Januari 2002 sesuai SK Menteri Pertanian Nomor: 63/Kpts/OT/210/1/2002
tanggal 9 Januari 2002 ditetapkan kembali tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian
Tanaman Hias yaitu sebagai unit pelaksana teknis dibidang penelitian dan
pengembangan berada dibawah tanggung jawab langsung kepala Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI)
terletak pada ketinggian 1100 m dpl di Kabupaten Cianjur, JawaBarat. BALITHI
memiliki tiga kebun percobaan yang terdapat di Segunung, Cipanas, dan Pasar
Minggu dengan luas areal 10,6 ha di Segunung, 10 ha di Cipanas, dan 0,8 ha di
Pasar Minggu. Tahun 1995 sebagai unit pelaksana teknis yang berlokasi di Pasar
minggu Jakarta, membawahi 2 (dua) instalasi yaitu Instalasi Tanaman Hias
Cipanas dan Instalasi Tanaman Hias Segunung.Kegiatan Balai Penelitian Tanaman
Hias terus berkembang, hasilnya telah dilakukan melalui komersialisasi hasil
penelitian dengan bekerjasama diantara Dinas, Instansi Pemerintah, Perguruan
Tinggi serta Perusahaan Swasta lainnya.
Tahun 2001 Balai Penelitian Tanaman Hias Berpindah tempat ke
Segunung yaitu Jl. Raya Ciherang Pacet Cianjur. Kegiatan penelitian terus berjalan
seiring dengan perubahan-perubahan tugas pokok dan fungsi sebagai unit
pelaksana teknis.
Tahun 2002 ditetapkan tugas pokok dan fungsi Balithi sebagai unit
pelaksana teknis di bidang penelitian dan pengembangan berada di bawah
tanggung jawab langsung Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
(Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 63/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29
Januari 2002).
Struktur Organisasi Balai Penelitian Tanaman Hias tahun 2002 terdapat
perubahan menjadi 1 eselon III, 3 eselon IV serta kelompok jabatan fungsional
lainnya didukung 3 Kebun Percobaan antara lain : 1. Kebun Percobaan Tanaman
Hias Cipanas (eks Instalasi Tanaman Hias Cipanas), 2. Kebun Percobaan Tanaman
Hias Segunung (eks Instalasi Tanaman Hias Segunung) dan 3. Kebun Percobaan
Tanaman Hias Pasarminggu Jakarta (eks Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta).
Tahun 2013 Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi,
Keputusan Menteri Pertanian nomor 63/Kpts/OT.210/1/2002 telah disempurnakan
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor
31/Permentan/OT.140/3/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian
Tanaman Hias yang ditetapkan pada tanggal 11 Maret 2013.

2.1.2 Tujuan Balai Penelitian Tanaman Hias


Dalam menjalankan visi dan misinya, Balithi menetapkan tujuan sebagai
berikut:
(1) Menghasilkan varietas unggul baru (VUB), benih sumber bermutu tinggi, dan
teknologi inovatif mendukung industri florikultura yang berdaya saing;
(2) Mengelola dan mengembangkan potensi sumberdaya genetik tanaman hias;
(3) Mendiseminasikan dan merekomendasikan pengembangan hasil-hasil
penelitian unggulan melalui jaringan penelitian dan pengkajian (litkaji)
dankemitraan dengan pemerintah daerah dan swasta;
(4) Meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumberdaya penelitian tanaman hias;
(5) Meningkatkan publisitas kelembagaan dan pelayanan informasi IPTEK
berkelas dunia; dan (6) membangun jaringan IPTEK tanaman hias nasional
dan internasional.

2.1.3 Visi dan Misi Balai Penelitian Tanaman Hias


Balithi telah merumuskan visi (Renstra 2020-2024) sebagai berikut:
“Menjadi lembaga penelitian & pengembangan terkemuka untuk menghela
terwujudnya industri florikultura nasional yang tangguh, modern dan berdaya
saing berbasis bioindustri berkelanjutan”.
Dalam rangka mewujudkan visi ini maka misi Balithi adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan, mendesiminasikan, dan merekomendasikan pengembangan
teknologi inovatif yang berwawasan lingkungan dan berbasis sumberdaya
lokal guna mendukung terwujudnya industri florikultura berkelas dunia,
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya penelitian serta
memanfaatkannya secara efisien dan efektif,
3. Menerapkan corporate management dalam penata kelolaan penyelenggaraan
litbang tanaman hias dengan membangun paradigma scientific recognition dan
impact recognition;
4. Mengembangkan jejaring kerjasama nasional melalui penguatan
LITKAJIBANGLUHRAP dan kerjasama internasional menuju peningkatan
kompetensi yang mampu menghasilkan inovasi terobosan, untuk
pengembangan bioindustri tanaman hias nasional.

2.2 Struktur Organisasi


Balai Penelitian Tanaman Hias merupikan unik pelaksana Teknis (UPT) dengan
eselon III di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan
Litbang Pertanian. Sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian Nomor:
31/Permentan/0T.140/3/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Balai Penelitian
Tanaman Hias mempunyai tugas melaksanakan penelitian tanaman hias dipimpin oleh
seorang Kepala Balai yang membawahi tiga pejabat struktural eselon IV a, yaitu (a) Sub
Bagian Tata Usaha, (b) Seksi Pelayanan Teknis, dan (c) Seksi Jasa Penelitian, serta (d)
Kelompok Jabatan Fungsional. Struktural organisasi dapat dilihat pada gambar 1.

Kepala Balai
Dr. Ir. Muhammad Thamrin, M.Si

Kepala Sub-Bagian Tata Usaha


Yadi Supriyadi, SP.

Kepala Seleksi Pelayanan Teknik Kepala Seleksi Jasa Penelitian


Ronald Bunga Mayang, SP. M.Si Wisnu Ardi Pratama

Kelompok Fungsional

Gambar 1. Struktur organisasi di PT Anugerah Anggrek Nusantara


2.3 Sarana Kerja

Balai Penelitian Tanaman Hias didukung oleh 3 Kebun Percobaan yang memiliki
sarana kerja untuk mendukung kelancaran semua kegiatan penelitian, Kebun Percobaan
tersebut yaitu :
2.3.1 Kebun Percobaan Segunung

Instalasi Penelitian & Pengkajian Teknologi Pertanian Segunung. (IP2TP)


atau biasa disebut Kebun Percobaan Segunung. Luas Kebun Percobaan tersebut
sebesar 10, 58 Ha. jenis tanah Andosol, ketinggian 1100 mdpl, dan tipe iklim tinggi
basah. Kebun Percobaan Segunung berlokasi Jl. Raya Ciherang, Segunung, Pacet,
Cianjur. Kegiatan penelitian yang dilakukan di Instalasi Penelitian Segunung lebih
diutamakan untuk pengembangan teknologi pemuliaan, hama dan penyakit tanaman
dan koleksi plasma nutfah. Dilengkapi dengan fasilitas rumah kaca, rumah sere,
rumah paranet, dan rumah plastik. Kebun Percobaan Segunung merupakan sarana
penelitian yang sangat penting untuk penyelenggaraan kegiatan penelitian, serta di
fungsikan sebagai lokasi konservasi plasma nutfah (PN) ex situ dan sebagai sumber
daya genetic (SDG). Kebun Percobaan Segunung digunakan juga Sebagai
Konservasi Plasma Nutfah, Visitor Plot Tanaman Hias Berdaun Indah dan
Agrowidyawisata.

2.3.2 Kebun Percobaan Cipanas

Instalasi Penelitian & Pengkajin Teknologi Pertanian Cipanas. (IP2TP)


atau biasa disebut Kebun Percobaan Cipanas. Luas Kebun Percobaan tersebut
sebesar 7, 52 ha. Beralamat di Jl. Pahlawan, Cipanas, Cianjur. Kegiatan penelitian
yang dilakukan di Instalasi Penelitian Cipanas lebih diutamakan untuk
pengembangan teknologi benih (perbenihan) dan koleksi plasma nutfah. KP Cipanas
dilengkapi dengan fasilitas rumah kaca, rumah sere, laboratorium Kultur jaringan.
Instalasi Penelitian merupakan sarana penelitian yang sangat penting untuk
penyelenggaraan kegiatan penelitian, serta di fungsikan sebagai lokasi konservasi
plasma nutfah (PN) ex situ dan sebagai bank sumber daya genetic (SDG). PN/SDG
mempunyai peran strategis dalam menyediakan materi genetic dan sangat
menunjang kegiatan penelitian pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul baru
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Instalasi Penelitian berada di kawasan
daerah wisata, jenis tanah Andosol yang terletak pada ketinggian 1.100 mdpl, tipe
iklim tinggi basah. Kebun Percobaan Cipanas digunakan juga sebagai Konservasi
Plasma Nutfah. Lokasi Tanaman Induk Krisan dan sebagai Lokasi Unit
Pengembangan Benih Sumber (UPBS).
Sarana Instalasi Penelitian terdiri dari bangunan gedung dan bangunan
sarana penelitian yang diperlukan untuk menunjang operasional kebun dan kegiatan
penelitian, meliputi Kantor kebun, Ruang Diskusi, Ruang Tamu, Mess, Gudang
Pupuk, Gudang benih, Fasilitas pengolah benih, Laboratorium, Rumah kaca, Rumah
kaca khusus, Rumah sere, Rumah plastik, Rumah polycarbonate, Rumah solar tuff,
Rumah fiber, Ruang pengakaran, Tunnel.

2.3.3 Kebun Percobaan Serpong

Instalasi Penelitian & Pengkajian Teknologi Pertanian Serpong. (IP2TP)


atau biasa disebut Kebun Percobaan Serpong. Luas Kebun Percobaan tersebut 3, 25
ha. Beralamat di Situgadung, Legok Tromol Pos 2, Serpong Tangerang. Berlokasi
berdekatan dengan kantor BBP Mektan dan Instalasi Penelitian Serpong Balitsa.
Kegiatan yang dilakukan di Instalasi Penelitian Serpong diutamakan untuk
penelitian tanaman hias tropis dataran rendah. Fasilitas yang ada di Instalasi
Penelitian Serpong adalah rumah kaca, rumah sere, dan laboratorium Kultur
jaringan. Instalasi Penelitian merupakan sarana penelitian yang sangat penting untuk
penyelenggaraan kegiatan penelitian, serta di fungsikansebagai lokasi konservasi
plasma nutfah (PN) ex situ dan sebagai bank sumber daya genetic (SDG). PN/SDG
mempunyai peran strategis dalam menyediakan materi genetic dan sangat
menunjang kegiatan penelitian pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul baru
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Kebun Percobaan Serpong juga digunakan sebagai konservasi plasma


nutfah anggrek. Sarana Instalasi Penelitian terdiri dari bangunan gedung dan
bangunan sarana penelitian yang diperlukan untuk menunjang operasional kebun
dan kegiatan penelitian, meliputi Kantor kebun, Laboratorium, Ruang peneliti,
Ruang teknisi, Ruang pembuatan media, Rumah kaca, Rumah sere dan Rumah
Plastik.

2.4 Tugas Pokok dan Fungsi

Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) mempunyai tugas melaksanakan


penelitian tanaman hias. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balithi mempunyai fungsi:

 Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan laporan


penelitian tanaman hias
 Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma
nutfah tanaman hias
 Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan fitopatologi
tanaman hias
 Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman
hias
 Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman hias
 Pemberian pelayanan teknis penelitian tanaman hias
 Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian tanaman hias
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Anggrek


Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang termasuk ke dalam
famili Orchidaceae yang banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki
nilai ekonomi tinggi, bentuk yang unik, warna yang menarik, dan daya tahan
kemekaran bunga yang lebih lama dibanding bunga potong komersil lainnya
(Yuswanti et al., 2015). Klasifikasi botani tanaman anggrek bulan menurut
Hatni (2017) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Orchidaceae
Genus : Phalaeonopsis
Spesies : Phalaeonopsis amabilis
Bunga anggrek bulan (Phalaeonopsis amabilis) berwarna putih bersih
dengan sedikit variasi kuning dan bintik kemerahan di bibir bunga. Bunga
anggrek bulan tersusun majemuk dan muncul dari ketiak daun. Bunga simetri
bilateral, helaian kelompok umumnya berwarna mirip dengan mahkota bunga.
Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam lidah yang
melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari dan putik.
Benang sari mempunyai tangkai sangat pendek dengan kepala sari berbentuk
cakram kecil dan terlindungi oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh
serangga penyerbuk dan membawa serbuk sari ke putik. Anggrek bulan
memiliki 2 macam akar yaitu akar lekat dan akar udara, akar lekat berfungsi
untuk melekat, menahan keseluruhan tanaman agar tetap berada di tempatnya
dan dapat menyerap air serta nutrisi, akar udara berfungsi untuk menyerap
nutrisi dalam bentuk uap air dan gas (Binawati, 2012).
Batang dari anggrek Phalaenopsis sangat pendek dan terbungkus oleh
seludang daun dengan bagian ujung batang tumbuh lurus tidak terbatas
(monopodial). Daun anggrek mempunyai tulang daun yang sejajar dengan
helaian daun, berwarna hijau, daun tebal, dan berdaging. Daun anggrek
berbentuk lonjong dengan bagian ujung agak melebar dan tumpul. Buah
anggrek merupakan buah capsular yang berbelah 6 dengan jumlah biji yang
banyak. Biji-biji anggrek ini tidak memiliki endosperm yaitu jaringan
penyimpan cadangan makanan seperti biji tanaman pada umumnya (Hatni,
2017).
2.2. Syarat Tumbuh
Anggrek Phalaenopsis termasuk anggrek epifit yang hidup menumpang
pada batang atau cabang tanaman lain, baik yang masih hidup maupun sudah
mati. Anggrek Phalaenopsis dapat tumbuh di daerah tropis, baik dari dataran
rendah hingga pegunungan pada ketinggian 50-600 mdpl dan dapat tumbuh
serta berkembang secara maksimal pada ketinggian 500-1000 mdpl. Anggrek
membutuhkan cahaya matahari sebanyak 10 % - 40 % artinya anggrek
Phalaenopsis menyukai tempat yang teduh. Anggrek Phalaenopsis tidak
membutuhkan air dalam jumlah yang banyak, namun juga tidak terlalu sedikit.
Pemberian air yang berlebihan sering kali merugikan anggrek, sehingga
kebutuhan air harus disesuaikan dengan jenis anggrek, ukuran tanaman, jenis
media, jenis pot, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin. Anggrek
Phalaenopsis tumbuh dengan baik pada kelembaban udara antara 60 % - 70 %
dengan suhu ideal berkisar antara 19 ºC - 27 ºC, sehingga tanaman anggrek
bulan menyukai tempat dengan suhu udara yang sejuk, karena suhu udara yang
sejuk dapat mengurangi tingginya penguapan (Damayanti, 2011).
2.3. Green House (Bangunan Tanam)
Green house adalah suatu bangunan untuk budi daya, yang fungsinya
untuk menciptakan kondisi lingkungan optimal untuk tanaman, dengan
lingkungan terkendali. Green house memiliki struktur atap dan dinding yang
bersifat tembus cahaya, sehingga kebutuhan cahaya pada tanaman dapat
terpenuhi. Penggunaan atap dan dinding pada green house dapat menurunkan
intensitas cahaya agar tanaman terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan, seperti suhu udara yang terlalu tinggi, curah hujan yang terlalu
tinggi, dan tiupan angin yang terlalu kencang.
Green house di dalamnya memiliki alat pengukur parameter lingkungan
untuk mengetahui apakah lingkungan tempat tumbuh tanaman telah sesuai atau
belum. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan terhadap
tanaman yaitu cahaya matahari, suhu, kelembaban, kecepatan angin,
konsentrasi karbondioksida, serta hama dan penyakit. Penggunaan bangunan
tanam dapat memudahkan pengontrolan tanaman yang dibudidayakan,
memungkinkan dilakukannya modifikasi lingkungan yang tidak sesuai bagi
pertumbuhan tanaman menjadi optimum bagi pertumbuhan tanaman (Alahudin,
2013).

2.4. Media Tanam


Anggrek Phalaenopsis merupakan jenis anggrek epifit yang hidupnya
menempel pada batang tumbuhan inang. Kriteria media tanam anggrek bulan
yang baik memiliki drainase, aerasi, dan mampu menjaga kelembaban dengan
baik. Anggrek bulan dapat ditanam dalam pot, blok pakis, cabang-cabang kayu
yang masih hidup maupun sudah mati. Media tanam yang dapat digunakan
untuk budi daya anggrek Phalaenopsis diantaranya pakis, cocopeat, dan arang
kayu (Andalasari et al., 2014).

2.5. Bibit
Tanaman anggrek bulan dapat diperbanyak melalui 2 cara yaitu
perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan generatif
disebut perbanyakan seksual (penyerbukan atau perkawinan) yang dilakukan
oleh bantuan manusia maupun secara alami. Perbanyakan vegetatif dilakukan
menggunakan bagian tanaman atau jaringan tanaman yang mengandalkan sifat
totipotensi. Anggrek bulan termasuk jenis anggrek monopodial sehingga cara
perbanyakan secara vegetatif anggrek bulan dapat dilakukan menggunakan
keiki dan kultur jaringan.
Keiki adalah anakan yang muncul dan tumbuh dari tangkai bunga
anggrek bulan. Perbanyakan anggrek bulan melalui keiki yaitu dengan cara
memotong anakan yang keluar dari tangkai bunga sehingga diperoleh individu
baru. Perbanyakan dengan metode kultur jaringan dilakukan dengan cara
menumbuhkan bagian tanaman yaitu meliputi jaringan, sel, organ, dan
protoplasma dalam kondisi aseptik. Perbanyakan dengan teknik ini akan
melewati tahap aklimatisasi yang merupakan proses penyesuaian terhadap
iklim pada lingkungan baru (Gunawan, 2001).

2.6. Penanaman
Penanaman tanaman anggrek disesuaikan dengan sifat hidupnya.
Anggrek bulan merupakan jenis anggrek semi ephytis yaitu jenis anggrek yang
menempel pada ranting atau pohon. Media penanaman anggrek dapat
menggunakan arang kayu, pakis, dan pecahan batu bata. Penanaman anggrek
menurut Putra (2009) dapat menggunakan pot tanah/plastik.
Penanaman anggrek dengan pot tanah/plastik menggunakan ukuran pot
dengan diameter 20-30 cm atau disesuaikan dengan ukuran tanaman anggrek
yang akan ditanam. Media tanam berupa serabut kelapa, pecahan genting atau
bata, dan arang kayu. Rendam serabut kelapa terlebih dahulu pada larutan
pupuk dan pestisida sebelum digunakan. Susun media ke dalam pot tanah mulai
dari lapisan dasar yaitu pecahan batu bata atau arang kayu, tanam bibit anggrek
bulan selanjutnya timbun akarnya dengan serabut kelapa dan arang kayu.

2.7. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman anggrek meliputi pemupukan,
penyiraman dan pengendalian organisme pengganggu tanaman dalam budi
daya anggrek bulan.
1. Penyiraman
Penyiraman merupakan kegiatan yang penting dalam pemeliharaan
tanaman anggrek. Penyiraman air berfungsi sebagai pelarut senyawa-
senyawa, pengisi sel, pengatur tekanan sel, pengangkut unsur hara dalam
tubuh tumbuhan, dan sebagai pendingin sehingga dapat mengatur
temperatur daun. Kebutuhan air sangat bergantung pada jenis anggrek,
ukuran tanaman, jenis media, suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban
udara. Cara penyiraman yang baik adalah melalui penyemprot yang
memiliki nozel, penyiraman dengan alat ini dapat mempermudah
pengaturan butiran air, sehingga tidak menghanyutkan media tumbuh,
merusak batang, dan merusak bunga. Penyiraman tanaman anggrek
disesuaikan dengan kondisi cuaca, jika cuaca sedang terik maka
penyiraman dapat dilakuakan dua kali sehari yaitu pagi dan sore, namun
jika musim penghujan tanaman anggrek tidak perlu disiram. Pemberian air
secara berlebihan akan memicu penyakit pada tanaman anggrek sehingga
dapat mengakibatkan tanaman anggrek mati (Gunawan, 2001).
2. Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman untuk
memenuhi kebutuhan tanaman, yang pada kondisi tertentu tidak tersedia
pada media tanam. Pemberian pupuk atau nutrisi menurut Putra (2009)
dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pupuk dalam bentuk padat, dapat diaplikasikan dengan menaburkan
pupuk secara merata pada media tanam.
2. Pupuk dalam bentuk cair cara aplikasinya dicampur dengan beberapa
liter air sesuai dengan takaran yang dianjurkan.
Pemupukan yang banyak dilakukan pada tanaman anggrek yaitu
pemupukan lewat daun, karena lebih efektif dibandingkan cara lain, sebab
daun anggrek mampu menyerap pupuk sekitar 90 %, sedangkan akar hanya
mampu menyerap pupuk sekitar 10 % (Sari et al., 2011). Kegiatan
pemupukan dilaksanakan pada pagi dan sore hari. Penguapan yang terjadi
waktu pagi dan sore hari cukup rendah, sehingga pupuk dapat diserap oleh
tanaman anggrek secara optimal (Sutapa et al., 2015).
Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman anggrek umumnya
adalah pupuk majemuk, yaitu pupuk yang mengandung unsur hara makro
dan mikro. Aplikasi pupuk harus menyesuaikan dengan fase pertumbuhan
tanaman. Perbedaan kebutuhan pupuk dalam setiap fase pertumbuhan
tanaman dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan kebutuhan pupuk setiap fase pertumbuhan tanaman
Fase
Pertumb N P K
uhan
60 30 10
Seedling
% % %
Tanaman 30 30 30
muda % % %
Tanaman 10 60 10
dewasa % % %
(Sumber: Harahap, 2010)
Bibit tanaman sampai masa remaja membutuhkan komposisi N (Nitrogen) yang
lebih tinggi dibandingkan unsur P (Fosfor) dan K (Kalium) karena nitrogen
berfungsi merangsang pembentukan daun dan sistem akar lebih kokoh.
Unsur N juga berfungsi untuk pembentukan klorofil sehingga pembentukan
warna hijau semakin sempurna. Unsur P berfungsi untuk pembentukan
bunga. Tanaman dalam kondisi lemah atau saat musim hujan, disarankan
menggunakan pupuk dengan komposisi K lebih tinggi karena unsur K
berfungsi untuk memperkuat dinding sel sehingga bunga tidak mudah
rontok (Harahap, 2010).
3. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu aspek yang
penting dalam budi daya anggrek. Kerusakan tanaman anggrek yang
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian
yang besar. Tindakan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit
harus dilaksanakan, seperti kebersihan tempat, pemangkasan daun,
hindarkan pemberian air yang berlebihan terutama saat musim penghujan,
pergantian media tumbuh bertujuan agar tanaman terhindar dari lumut
maupun cendawan, serta penggunaan pestisida sesuai dosis dan sasaran
hama atau penyakit pada tanaman anggrek (Gunawan, 2001).
BAB IV
METODE MAGANG
4.1 Waktu dan Tempat
Praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 40 hari kerja dari tanggal 21 Juni hingga 10
Agustus 2021 yang bertempat di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) IP2TP Cipanas, Jawa
Barat.

4.2 Tahapan Pelaksanaan

4.2.1 Pengenalan Keadaan Umum Perusahaan/Instansi


Pengenalan keadaan umum dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi)
Cianjur Jawa Barat melalui kuliah umum yang dibimbing oleh pembimbing lapang yang
ditunjuk oleh perusahaan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan
yang dilaksanakan di lapangan, serta meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi, visi
dan misi, pengenalan pegawai, pengenalan kegiatan instansi, dan hal-hal lain yang yang
dianggap perlu dalam kegiatan praktik kerja lapangan.

4.2.2 Praktik Langsung


Praktik langsung dalam kegiatan perusahaan bertujuan untuk menambah wawasan serta
keterampilan dalam bekerja. Kegiatan yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi), yaitu budidaya anggrek Phalaenopsis. Tahapan kegiatannya dimulai dari
persiapan media tanam, persiapan bibit dari hasil kultur jaringan yang siap untuk di
akilamatisasi, repotting, pemeliharaan, dan penanganan hama dan penyakit.
4.2.3 Diskusi
Diskusi dilakukan bersama pihak pegawai Balithi yang terlibat seperti pembimbing
lapang dan asisten ahli yang terlibat dalam kegiatan lapangan. Kegiatan diskusi dilakukan
dengan memberikan pertanyaan seputar budidaya anggrek Phalaenopsis guna menambah
wawasan dan pengetahuan.

4.2.4 Pengumpulan Data Primer dan Sekunder


Data yang diambil dalam pelaksaan praktik kerja lapang berupa data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan praktik langsung serta diskusi
dengan staf dan pekerja di Balai Penelitian Tanaman Hias mengenai budidaya anggrek
Phalaenopsis. Data sekunder diperoleh dari hasil catatan, studi pustaka, literatur dan
Perpustakaan yang berhubungan dengan budidaya anggrek Phalaenopsis.

4.3 Mekanisme Pelaksanaan

Mekanisme yang digunakan dalam pelaksanaan Magang di PT Balai Penelitian


Tanaman Hias adalah praktik langsung budidaya anggek bulan (Phalaenopsis amabilis) yang
meliputi:
4.3.1 Persiapan Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan yaitu timbangan pupuk, sprayer, bak besar, pot plastik, kawat
penyangga, selotip, parang, pinset, kawat besi, jepit rambut mini, dan gunting pangkas.
2. Bahan yang digunakan yaitu batang pakis hitam, cocopeat, arang sekam,
kaliandra,fungisida, insektisida, bakterisida, pupuk organik dan anorganik, dan bibit
anggrek bulan.
4.3.2 Langkah Budi Daya Anggrek Bulan
1. Persiapan media tanam
Persiapan media tanam dilakukan dengan cara melakukan pencucian media tanam
pakis, perendaman media tanam menggunakan larutan fungisida selama 24 jam, dan
pencacahan media tanam.
2. Aklimatisasi
Pada proses aklimatisasi dilakukan beberapa kegiatan yaitu pencabutan atau
pengeluaran bibit dari botol, pencucian bibit, sterilisasi, pengeringan bibit, dan penanaman
kedalam kompotan.
3. Reppoting
Kegiatan ini terdiri dari dari empat tahap, yaitu:
a. Reppoting dari kompotan ke dalam pot plastik kecil ukuran 1,5 inchi

b. Reppoting dari pot keci ke pot sedang ukuran 2,5 inchi.

c. Reppoting dari pot plastik ukuran sedang kedalam pot plastik ukuran besar dengan
ukuran 3,5 inchi.

d. Reppoting dari pot yang telah rusak ke dalam pot yang baru.

4. Pemasangan penyangga tangkai bunga anggrek

Pada pemasangan penyangga dilakukan pada saat panjang tangkai bunga anggrek
sudah sekitar 20 cm. Kawat yang digunakan untuk penyangga berdiameter 0,5 cm dengan
panjang penyangga disesuaikan dengan panjang tangkai bunga anggrek.

5. Penyilangan bunga anggrek

Tahap penyilangan tanaman anggrek yaitu persiapan alat untuk menyilangkan ,


pemilihan tetua yang akan disilangkan, dan Penyilangan induk jantan dan induk betina

6. Pemeliharaan
a. Melakukan penyiraman dengan cara menyiram media tanam pada anggrek bulan.
b. Melaksanakan pencabutan gulma dan memotong daun yang telah menguning.
c. Pupuk anggrek bulan terbagi menjadi dua pupuk organik dan anorganik, pemberian
pupuk diaplikasikan dengan cara disemprotkan ke tanaman.
7. Penanganan hama dan penyakit dilaksanakan secara kimiawi dan mekanik.
a) Kimiawi yaitu penanganan hama dan penyakit dengan menggunakan zat kimia seperti
fungisida, bakterisida, dan insektisida.
b) Mekanik yaitu dengan memusnahkan, membersihkan, dan mengambil hama atau bagian
tanaman yang terserang secara manual.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kegiatan Budidaya Anggrek Phalaenopsis


Keindahan dari bunga anggrek Phalaenopsis atau yang sering disebut anggrek bulan
dengan bentuk kelopaknya seperti kupu-kupu sangatlah memukau. Keindahan tersebut hanya
dapat dapat diperolah dari tanaman anggrek yang sehat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
tanaman anggrek yang sehat maka kegiatan budidayanya harus ditunjang dengan pemeliharaan
dan perawaan yang baik serta penempatan pada daerah yang sesuai dengan syarat tumbuh dari
tanaman anggrek Phalaenopsis. kegiatan budidaya anggrek phalaenopsis meliputi persiapan
media tanam, aklimatisasi, repotting, pengelompokkan individu kecil dan individu dewasa
tanaman anggrek, pemasangan penyangga tangkai bunga anggrek, penyilangan bunga anggrek
dan pemeliharaan.
A. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan pada penanaman anggrek di Balithi yaitu pakis,
cocopeat,kaliandra, sphagnum, dan media tanam campuran dari pakis, cocopeat, dan
arang sekam dengan perbandingan 3:2:1. Media tanam yang paling sering digunakan
adalah media tanam pakis untuk tanaman dewasa dan media tanam campuran untuk
individu kecil dan kompotan. Kelebihan dari tanaman pakis yaitu batang pakis ini mudah
dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis. Karakteristik yang
menjadi unggulan media tanam batang pakis dikarenakan sifat- sifat yang mudah
mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta berstektur lunak sehingga
mudah ditembus oleh akar tanaman. Kelemahan dari media tanam dari batang pakis ini
adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya. Selain itu harga
dari media tanam pakis juga lebih murah dibandingkan media tanam sphagnum. Sebelum
digunakan sebagai media tanam, pakis harus disterilisasikan terlebih dahulu. Sterilisasi
pakis terdiri atas dua tahap, tahap pertama yaitu pencucian media tanam pakis sebanyak
4-5 kali sampai air cucian bening dan tahap kedua yaitu perendaman media tanam pakis
kedalam larutan fungsida Detazeb 80 WP dengan dosis 1 ml/1 liter air. Media tanam
pakis direndam dan didiamkan selama 24 jam, atau bisa juga dengan merebusnya diatas
kompor selama 1 jam agar lebih menghemat waktu. Kegiatan selanjutnya dari persiapan
media tanam anggrek Phalaenopsis yaitu pemotongan atau pencacahan pakis yang telah
disterilisasi. Pakis dipotong dengan menggunakan gunting atau parang sampai ukurannya
kira-kira 2 cm sehingga siap dijadikan sebagai media tanam.
(a) (b) (c)
Gambar 1. (a) Pencucian pakis, (b) perendaman pakis dengan fungisida, (c) pemotongan
atau pencacahan pakis
B. Aklimatisasi dan Penanaman Bibit Anggrek Hasil Kultur Jaringan
Aklimatisasi merupakan suatu proses adaptasi dengan cara memindahkan planlet
pada lingkungan yang aseptik diluar botol dengan mnggunakan media tanam campuran
pakis, cocopeat, dan arang sekam. Bibit tanaman berupa bibit dalam botol yang berasal
dari perbanyakan generatif dengan seedling yang sebelumnya telah dikembangbiakan di
laboratorium. Tahapan aklimatisasi akan membantu tanaman untuk tumbuh dan
berkembang pada kondisi lingkungan yang sebenarnya. Kriteria bibit anggrek yang siap
ditanam yaitu memiliki 3-4 helai daun, perakaran lebat, dan bebas dari hama maupun
penyakit Jumlah daun dan perakaran lebat pada bibit merupakan indikasi fisiologi
tanaman telah berkembang sehingga siap untuk ditanam di lapang (Audina et al., 2016).
Kegiatan dalam aklimatisasi ini meliputi persiapan bibit dan penanaman bibit
dalam pot. Pada persiapan bibit dilakukan beberapa kegiatan yaitu pencabutan atau
pengeluaran bibit dari botol, pencucian bibit, sterilisasi dan pengeringan bibit.
Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol dilakukan dengan mengeluarkan satu
persatu bibit dari botol dengan menggunakan kawat dengan ujung huruf U. Tanaman
yang telah dikeluarkan dari botol kultur kemudian dibersihkan dari sisa-sisa media agar
yang menempel dengan cara dicuci bersih dengan air mengalir sampai tidak ada media
agar yang menempel pada bibit tanaman anggrek. Tahap selanjutnya yaitu bibit anggrek
yang telah selesai dicuci kemudian dilakukan pensterilan dengan cara direndam kedalam
larutan Fungsida Sidazeb 80 WP sebanyak 2 gr/liter yang dicampurkan dengan atonik
sebanyak 2 ml/liter. Proses perendaman dilakukan selama kurang lebih 15 menit, setelah
15 menit perendaman bibit kemudian ditiriskan dan dikeringkan selama 1 hari agar
tanaman tidak busuk pada saat ditanam dalam kompot. Kegiatan penanaman bibit
dilakukan setelah bibit selesai dikeringkan. Penanaman bibit muda menggunakan
kompot. Cara penanaman bibit yang dilakukan yaitu menyiapkan media tanaman,
menyiapkan tray atau nampan, mengisi media tanam kedalam tray, penanaman dan
penyiraman. Pada persiapan media tanam, media tanam yang dipakai adalah media tanam
campuran berupa campuran dari pakis, cocopeat, dan arang sekam dengan perbandingan
3:2:1, setelah media tanam dimasukkan kedalam bak atau ember, media tanam kemudian
diaduk hingga tercampur merata. Setelah media tanam selesai di buat, kemudian siapkan
tray atau nampan lalu isi dengan media tanam yang telah disiapkan. Tahap selanjutnya
yaitu penanaman bibit anggrek kedalam tray atau nampan yang telah diisi media tanam.
Penanaman dilakukan dengan menyusun bibit yang ditanam kedalam 5 baris, dimana
dalam 1 baris terdiri atas 8-9 bibit anggrek. Hal yang harus diperhatikan dalam
penanaman bibit anggrek yaitu kedalaman akar akar bibit yang ditanam, dimana jika akar
bibit anggrek ditanam terlalu dalam maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
dapat menyebabkan timbulnya penyakit akar seperti busuk akar. Tanaman anggrek yang
baru dilakukan aklimatisasi tidak boleh dilakukan disiram selama kurang lebih 2 minggu
– 1 bulan dan tidak boleh dipupuk dan terkena semprotan pestisida selama kurang lebih 1
bulan.

(a) (b) (c)


Gambar 2. (a) Pencucian bibit hasil kultur jaringan, (b) perendaman bibit dengan
fungisida, (c) penanaman dalam kompotan
C. Reppoting
Repotting merupakan kegiatan memindahtanamkan tanaman anggrek
Phalaenopsis ke dalam pot yang lebih besar dengan media tanam baru agar pertumbuhan
dan perkembangan tanaman anggrek Phalaenopsis tidak terhambat. Kegiatan ini terdiri
dari dari empat tahap, yaitu:
1. Tahap Pertama
Pada reppoting tahap pertama yaitu pemindahan tanaman anggrek phalaenopsis
dari kompotan ke dalam pot plastik kecil ukuran 1,5 inchi. Tanaman anggrek yang
siap untuk dipindahkan kedalam pot kecil adalah tanaman angrek dalam kompotan
yang sudah berumur sekitar 3-6 bulan dengan panjang daun 3-5 cm. Penanaman
dilakukan dengan mengisi pot dengan Sterofoam sekitar 2-3 potongan kecil pada
bagian bawah lalu di lanjutkan dengan pengisian media tanam campuran dari pakis,
cocopeat, dan arang sekam dengan perbandingan 3:2:1. Tuliskan label pada bagian
luar pot yang sesuai dengan label pada kompotan, lalu isi media tanam sampai ½ pot
kemudian letakkan tanaman dalam pot dan tambahkan media sampai pot penuh, lalu
tekan pelan pada pangkal tanam. Setelah penanaman selesai, pot di susun kedalam
ranjang plastik yang sesuai dengan label masing-masing tanaman, dimana untuk 1
ranjang plastik berisi 1 populasi yang sama.
2. Tahap Kedua
Reppoting tahap kedua dilakukan jika tanaman di pot individu kecil sudah tidak
seimbang dengan ukuran pot, dimana akarnya sudah banyak keluar dari pot dan
ukuran tanaman sudah lebih besar dari pot. Proses penanaman reppoting tahap kedua
sama dengan proses reppoting tahap pertama, perbedaannya hanya pada ukuran pot
plastik yang digunakan dimana untuk reppoting tahap kedua ukuran pot yang
digunakan yaitu 2,5 inchi. Dan untuk media tanam yang digunakan juga sama
dengan media tanam reppoting tahap pertama yaitu menggunakan media tanam
campuran.
3. Tahap Ketiga
Reppoting tahap ketiga dilakukan dengan cara memindahkan tanaman anggrek
Phalaenopsis dari pot plastik ukuran sedang kedalam pot plastik ukuran besar dengan
ukuran 3,5 inchi. Pemindahan dilakukan dikarenakan ukuran tanaman sudah tidak
seimbang dengan ukuran pot yang digunakan. Proses pemindahan dilakukan sebelum
tanaman anggrek Phalaenopsis mengeluarkan bunga agar bunga anggrek yang
dihasilkan bisa tumbuh dan mekar dengan sempurna. Media tanam yang digunakan
pada reppoting tahap ketiga ini adalah media tanam pakis, dimana pada bagian
bawahnya terlebih dahulu dikasih media tanam kaliandra sebanyak ⅓ pot kemudian
barulah tanaman anggrek dimasukkan kedalam pot lalu isi dengan media tanam pakis
sampai penuh dan tekan pelan pada pangkal tanam agar tanaman anggrek
Phalaenopsis padat dan tidak mudah tercabut. Setelah selesai ditanam pot disusun
diatas ranjang plastik berdasarkan jenis populasi yang sama.
4. Reppoting Keempat
Reppoting tahap keempat ini dilakukan pada pot tanaman anggrek Phalaenopsis
yang telah rusak dan umur anggrek sudah dewasa dimana ukuran tanaman anggrek
sudah tidak seimbang dengan ukuran pot sehingga perlu dilakukan pemindahan kepot
yang baru. Untuk media tanam yang digunakan yaitu media tanam pakis.
Pada proses reppoting tanaman anggrek Phalaenopsis hal yang diperlukan yaitu
pada saat akan dilakukan reppoting tanaman tidak dilakukan penyiraman terlebih dahulu.
Oleh karen itu, 1 hari sebelum direppoting tanaman anggrek harus dipastikan dalam
keadaan tidak telalu kering dan tidak terlalu basah. Hal kedua yang harus diperhatikan
yaitu pada saat pembongkaran media tanam harus dilakukan secara hati-hati agar akar
tanaman tidak rusak atau patah. Setelah tanaman selesai dibersihkan dari sisa-sisa tanah
menepel dan bagian tanaman yang sudah busuk dan tua dibuang, maka tanaman
didiamkan dahulu selama 24 jam untuk mengeringkan bagian tanaman yang baru saja
dilukai. Pada saat penanaman pastikan akar tanaman tertutup dengan media tanam dan
media tanam tidak menutupi bagian titik tumbuh atau pucuk tanaman anggrek agar
pertumbuhan tanaman anggrek baik. Dan hal terakhir hal yang harus diperhatikan pada
saat reppoting yaitu setelah reppoting selesai tanaman jangan lupa disiram dengan air
secukupnya , hal ini bertujuan untuk memberikan cadangan air pada media tanam baru.
(a) (b) (c)

(d)
Gambar 3. (a) Pembersihan tanaman yang akan direppoting, (b) pembuatan media
campuran, (c) penanaman kedalam pot, (d) penyusun di rak-rak pot
D. Pengelompokkan Individu Kecil dan Individu Dewasa Tanaman Anggrek
Kegiatan pengelompokkan dilakukan dengan cara memisahkan antara tanaman
anggrek yang masih kecil dengan tanaman anggrek yang sudah dewasa. Anggrek bulan
yang sudah dewasa dipisahkan dengan anggrek bulan yang masih kecil, anggrek bulan
yang siap dipisahkan yaitu aggrek bulan yang akan muncul tangkai bunga. Anggrek
dewasa dipindahkan dari rumah sere 1 (tempat individu kecil) ke rumah sereh 2 (tempat
individu dewasa. Kegiatan pengelompokkan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Pemilihan
tanaman pada tahap pengelompokkan meliputi pemilihan tanaman anggrek yang akan
dan telah muncul tangkai bunga. Pengelompokkan anggrek merupakan tahapan yang
penting untuk dilakukan dalam mengantisipasi serangan hama pada tanaman khususnya
lalat buah. Nawawi (2018) menyatakan bahwa lalat buah membutuhkan suhu 26 oC dan
kelembaban relatif 70 % untuk siklus hidupnya dari telur sampai larva.

Gambar 4. Pengelompokkan Individu Kecil dan Individu Dewasa Tanaman Anggrek

E. Pemasangan Penyangga Tangkai Bunga Anggrek


Pemasangan penyangga pada tangkai bunga tanaman anggrek Phalaenopsis
bertujuan agar pada saat anggrek berbunga lebat tanaman anggrek tidak roboh dan arah
tumbuh tangkai bunga tegak keatas. Selain dari untuk berdirinya tanaman anggrek,
penyangga juga dapat memberikan kesan rapi pada susunan tanaman anggrek.
Pemasangan penyangga dilakukan pada saat panjang tangkai bunga anggrek sudah sekitar
20 cm. Kawat yang digunakan untuk penyangga berdiameter 0,5 cm dengan panjang
penyangga disesuaikan dengan panjang tangkai bunga anggrek. Bahan kawat penopang
bunga terbuat dari stainless yang tak berkarat. Pemasangan penopang bunga dilakukan
dengan menyiapkan kawat besi dengan panjang berkisar 20 cm, lalu kawat besi
ditancapkan kemedia tanam dengan hati-hati tanpa melukai bagian akar tanaman. Setelah
kawat terpasang, kemudian jepitkan bagian tengah dari tangkai bunga anggrek yang
sudah agak keras pada kawat besi menggunakan penjepit rambut ukuran kecil.. Kegiatan
ini bertujuan agar tangkai bunga anggrek tidak mudah patah dan mempercantik
penampilan bunga anggek bulan. Gunawan (2001) menyatakan bahwa anggrek epifit
membutuhkan penopang agar tanaman atau bunga dapat berdiri dengan baik.

Gambar 5. Pemasangan Penyangga Tangkai Bunga Anggrek

F. Penyilangan Bunga Anggrek


Hibridisasi atau persilangan adalah metode dalam menghasilkan kultivar
tanaman baru yaitu dengan cara menyilangkan dua atau lebih tanaman yang memiliki
konstitusi genetik berbeda dengan tujuan untuk menggabungkan karekter-karakter
baik dalam satu tanaman, memperluas variabilitas genetik tanaman melalui
rekombinasi gen, dan untuk mendapatkan hibrid vigor.
Dalam melakukan persilangan pada anggrek ada beberapa tahapan
yang harus dilalui. Menurut Damayanti (2006), tahapan dalam persilangan tanaman
anggrek adalah:
1. Persiapan alat
Alat yang digunakan adalah pinset kecil dan tusuk gigi atau batang korek
api, spidol untuk pelabelan, dan kertas label.
2. Pemilihan dan persiapan tanaman induk persilangan
Dasar dilakukannya persilangan-persilangan adalah untuk memperoleh
warna dan bentuk bunga yang unik , ketebalan mahkota bunga (ketahanan bunga
dalam vas/vas life), keteraturan susunan bunga dan wangi bunga. Dalam memilih
bunga yang akan disilangkan harus diperhatikan dalam satu tangkai bunga
maksimal tiga bunga yang disilangkan agar energi hanya terfokus
pada ketiga bunga tersebut dan kuntum bunga terbaik adalah kuntum kedua
sampai keempat.
3. Persilangan
Kuntum induk jantan anggrek diambil tepung sarinya dengan
menggunakan tusuk gigi yang bersih. Tepung sari yang terbungkus kotak sari
terletak di pusat bunga, berwarna kuning. Kotak sari dicungkil pelan sampai tepung
sarinya menempel pada alat yang dipakai, kemudian tepung sari dibawa ke induk
betina, yaitu menuju lekukan berlendir yang letaknya persis di bawah kotak sari.
Tepung sari induk jantan dilekatkan secara sempurna pada putik induk betina,
sementara itu tepung sari induk betina dibuang agar persilangannya murni. Sampai
langkah ini perkawinan sudah berlangsung.
Keberhasilan penyilangan dapat dilihat setelah 1 minggu dilakukan
persilangan, apa bila bunga tetap segar dan tidak berontok itu berarti persilangan
bunga anggrek berhasil.

Gambar 6. Penyilangan indukan anggrek Phalaenopsis


G. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman anggrek yang dilakukan di Balithi anatara lain
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta sanitasi.
1. Penyiraman
Sistem penyiraman di Balithi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan shower dan gembor. Penyiraman anggrek dilaksanakan dengan cara
menyiram media tanam pada anggrek Phalaenopsis tanpa membasahi bagian bunga
anggrek. Genangan air pada sela-sela daun dapat meningkatkan kelembaban sehingga
menimbulkan penyakit busuk daun. Penyiraman dilakukan sebanyak 2-3 hari sekali
dalam seminggu dan dilaksanakan pada pagi hari pukul 08.00-10.00 WIB. Afifah et
al., (2016) menyatakan bahwa penyiraman pada siang hari tidak disarankan sebab
pada siang hari suhu cenderung lebih tinggi sehingga evaporasi meningkat dan air
penyiraman akan menguap sebelum diserap oleh tanaman.
Pemberian air yang berlebihan terutama pada daerah lembab dapat memicu
tumbuhnya cendawan dan bakteri yang menyerang akar. Penyiraman anggrek harus
memperhatikan kondisi cuaca, dan media tanam, jika cuaca tidak terlalu terik, serta
media masih cukup lembab penyiraman dapat dilaksanakan 2-3 hari sekali.
Penyiraman tanaman anggrek disesuaikan dengan kondisi cuaca, jika cuaca sedang
terik maka penyiraman dapat dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, namun jika
musim penghujan tanaman anggrek tidak perlu disiram. Damayanti (2011)
menyatakan bahwa frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada
anggrek tergantung pada besar kecilnya ukuran tanaman dan keadaan lingkungan.
Anggrek Phalaenopsis tidak menghendaki kondisi air yang berlebihan tetapi lebih
membutuhkan kelembaban yang tinggi.

(a) (b)
Gambar 7. (a) Penyiraman dengan shower, (b) penyiraman dengan gembor
2. Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman untuk memenuhi
kebutuhan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang pada kondisi tertentu
tidak tersedia pada media tanam. Pemupukan di Balithi dibagi menjadi 2 yaitu pupuk
organik dan anorganik. Umumnya pengaplikasian pupuk pada tanaman anggrek
Phalaenopsis yang dilakukan oleh Balithi yaitu dengan cara cara penyemprotan
menggunakan hand sprayer manual dan hand sprayer elektrik. Pemupukan dilakukan
sebanyak satu kali dalam satu minggu yaitu pada hari Rabu atau Kamis. Pemberian
pupuk biasanya dilakukan pada pagi hari dengan memperhatikan kondisi cuaca
terlebih dahulu, apabila sedang turun hujan maka penyemprotan pupuk dilakukan
pada saat cuaca cerah. Pemberian pupuk pada saat cuaca sedang penghujan dapat
meyebabkan media tanam terlalu basah sehingga dapat menyebabkan timbulnya
jamur dan dapat meyebabkan tanaman anggrek Phalaenopsis membusuk dan mati.
Menurut Supriyadi et al (2014) penyemprotan dilakukan pada pagi hari. Hal ini
dikarenakan pada waku pagi hari kondisi matahari belum terik, sehingga pupuk yang
diberikan tidak menguap dan dapat diserap oleh tanaman secara maksimal.
Jenis dan dosis pupuk yang sering digunakan untuk pemupukan tanaman anggrek
Phalaenopsis di Balithi yaitu Gaviota 1 gr/L, Grow More 2 gr/L, KNO3 2gr/L, dan
ZPT Hormon Cap Hantu 2 ml/L. Untuk pupuk Gaviota, Grow More, dan ZPT
Hormon Cap Hantu diberikan 1 minggu sekali dengan cara diberikan secara
bergantian. Sedangkan untuk pupuk KNO3 diberikan sebanyak 1 bulan sekali. Dalam
pengaplikasian pupuk diatas pupuk Gaviota, Grow More, dan ZPT Hormon Cap
Hantu diaplikasikan dengan cara dicampurkan dengan Atonik sebanyak 1 ml/L atau
bisa juga dengan penambahan Vitamin B-1 sebanyak 1 ml/L. Penambahan Atonik
dan Vitamin B-1 berfungsi untuk menambah nutrisi yang diterima tanaman anggrek.
Pengaplikasin Pupuk dilakukan dengan memasukkan pupuk yang telah ditakar dan
dicampur atonik kedalam sprayer. Setalah itu masukkan air sampai batas yang
ditentukan pada sprayer, lalu lakukan penyemprotan pada bagian tanaman seperti
daun dan jika kondisi cuaca sedang terik maka pengaplikasian pupuk juga dilakukan
pada bagian media tanam.Penyemprotan pupuk dilakukan satu persatu pada tanaman
agar pemberian pupuk merata dan dapat diserap secara optimal oleh tanaman.
Adapun hal yang harus diperhatikan pada saat penyemprotan pupuk yaitu jangan
lakukan penyemprotan pada bagian bunga tanaman karena dapat meyebabkan
timbulnya penyakit busuk bunga oleh Botrytis Cinera dan pada saat penyemprotan
menggunakan hand sprayer harap dilakukan secara hati-hati agar bagian tanaman
angrek Phalaenopsis tidak rusak seperti bagian bunga dan daun.

(a) (b) (c)


Gambar 8. (a) Penimbangan pupuk, (b) pelarutan pupuk, (c) penyemprotan pupuk

3. Pengendalian Hama dan Penyakit


Beberapa hama yang ditemukan pada tanaman anggrek Phalaenopsis di Balithi
adalah sebagai berikut:
1. Lalat buah ( Bactrocera sp.)
Gejala serangan hama lalat buah adalah ketika lalat betina menginfeksi
dengan meletakkan telurnya pada calon bunga yang belum mekar. Telur lalat
buah akan menetas menjadi larva, larva lalat buah akan memakan calon bunga
pada anggrek. Calon bunga yang terserang hama akan mengering dan rontok,
dampaknya sangat tinggi karena dapat mengakibatkan tanaman gagal berbunga.
Pengendalian hama dapat menggunakan aplikasi insektisida racun kontak
dan lambung. Dosis aplikasi insektisida sebesar 20 ml yang dilarutkan dalam 12
liter air. Anggrek bulan yang telah muncul tangkai bunga dipindahkan ke green
house karantina yang memiliki inseknet dengan kerapatan tinggi sehingga lalat
buah tidak dapat menyerang tanaman.

Gambar 9. Hama lalat buah


2. Siput (Parmarion pupillaris) dan bekicot (Achatina fulica)
Gejala serangan hama siput dan bekicot aktif memakan daun anggrek
bulan pada malam hari, sedangkan pada siang hari berlindung di tempat teduh
dan lembab. Kerusakan oleh siput cukup tinggi, pada pagi hari tanaman sudah
tampak gundul. Daun anggrek yang terserang oleh hama terdapat bekas gigitan,
disekitar daun yang terserang hama siput dan bekicot terdapat lendir yang telah
mengering bekas jalur perjalanannya.
Pengendalian hama yang dilakukakan oleh pihak Balithi yaitu dapat
dilksanakan secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik
dilakukan ketika menemukan hama tersebut harus segera di buang atau
dimusnahkan. Pengendalian secara kimiawi dilaksanakan untuk tindakan
pencegahan, setiap satu minggu sekali tanaman anggrek ditebarkan Moluksida
Toxiput 5 GR sebanyak 5-10 butir per tanaman. Adapun pada saat penebaran
Toxiput pastikan kondisi media tanam lembab sehingga Toxiput akan mudah
bereaksi.

Gambar 10. Hama siput


3. Kutu Putih atau kutu kebul
Kutuh putih (Sandi orchid) merupakan hama berukuran kecil dan
berwarna kelabu kemerahan. Hama ini terdapat pada titik tumbuh, diketiak daun
dan pada akar gantung. Kutu ini melindungi dirinya dengan bahan halus seperti
kapas berwarna putih dimana hidupnya bersimbiosis dengan semut. Kutuh putih
menyerang tanaman dengan cara menyerap nutrisi dan cairan pada tanaman
anggrek Phalaenopsis sehingga membuat tanaman anggrek menjadi layu,
kering, dan bahkan mati. Pengendalian yang dilakukan pihak Balithi yaitu
dengan melakukan tindakan pencegahan dengan penyemprotan insektisida Alika
247 ZC sebanyak 1 ml/1 Liter air. Penyemprotan dilakukan dengan
menggunakan hand sprayer elektrik dengan kapasitas 10 liter. Cara
pengendalian lain yang dilakukan yaitu cara manual dengan membersihkan
atau memotong bagian tanaman yang terdapat kutu putih.

Gambar 11. Hama kutu kebul


Beberapa penyakit yang ditemukan pada tanaman anggrek Phalaenopsis di
Balithi adalah sebagai berikut:
1. Penyakit Busuk Lunak Daun (Erwinia carotovora)
Gejala anggrek Phalaenopsis yang terserang penyakit ini yaitu daun akan
lunak kemudian membusuk serta berbau. Penyakit ini cepat meluas. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Faktor yang mengakibatkan
penyakit busuk lunak daun terjadi adalah ketika keadaan lingkungan yang basah
dan intensitas cahaya matahari yang rendah.
Pengendalian penyakit busuk lunak adalah dengan memotong dan
membuang daun yang telah membusuk. Bekas dari bagian tanaman yang
terjangkit oleh penyakit diolesi dengan bubuk bakterisida. Tujuannya agar bekas
bagian tanaman yang terserang penyakit cepat mengering dan penyakit tidak
tersebar luas.

Gambar 12. Penyakit busuk lunak


2. Penyakit Antraknosa
Penyakit yang menyerang tanaman anggrek Phalaenopsis di Balithi salah
satunya adalah penyakit antraknosa. Penyakit antraknosa disebabkan oleh jamur
Colletotricium gloesporioides. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu pada
daun anggrek timbul bercak coklat berwarna kuning atau hijau muda. Pada
stadia serangan lanjut dapat terlihat lingkaran-lingkaran coklat yang meluas,
ditandai dengan adanya lingkaran berwarna kuning kecoklatan pada bagian luar
serangan. Serangan pada kelopak bunga berwarna coklat dengan bintik-bintik
kecil, dan akan merusak keindahan bunga yang akhirnya menurunkan nilai jual
bahkan tidak dapat dijual.
Pengendalian penyakit ini selain dengan mengandalkan fungisida (anti
jamur) berbahan aktif benomyl, zineb dan atau mancozeb. Tapi harus
mengusahakan kondisi lingkungan yang tidak menyebabkan penyebaran
penyakit. Seperti pertanaman tidak terlalu rapat, aerasi baik, tidak menyiram
pada saat kelembapan tinggi contohnya saat hujan atau mendung, tidak
menyiram saat media masih basah. Selain itu dari teknik budidaya seperti
menggunakan pupuk yang NPK berimbang dan tidak berlebihan, memotong
bagian tanaman yang terserang agak tidak menyebar dan lakukan karantina
dengan memisahkan dengan tanaman yang sehat.

Gambar 13. Penyakit antraknosa


3. Penyakit Bercak Bunga
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Botrytis cinerea. Penularannya
ke tanaman lain melalui angin. Adanya serangan akan menyebabkan bercak-
bercak cokelat pada kuntum bunga sehingga penampilannya tidak menarik dan
akhirnya bunga menjadi cepat busuk. Tanaman yang terserang ditandai dengan
adanya bercak coklat yang tepinya dikelilingi warna merah muda pada sepal
dan petal. Pengendalian yang dilakukan di Balithi yaitu dengan melakukan
penyemprotan fungsida Bactocyn 150 AL sebanyak 1 ml/ 1 liter air. Cara
pengendalian yang dilakukan yaitu dengan memotong dan membuang bunga
yang terkena serangan penyakit bercakbunga ini.

Gambar 14. Penyakit bercak bunga


4. Sanitasi
Sanitasi adalah tindakan pencegahan terhadap hama dan penyakit.
Kegiatan sanitasi tanaman pada anggrek Phalaenopsis yang ada di Balithi meliputi
pemangkasan daun yang menguning dan pencabutan gulma. Kegiatan ini bertujuan
agar terciptanya kondisi lingkungan budi daya yang bebas dari hama dan penyakit.
Sumajow et al., (2016) menyatakan bahwa daun yang menguning disebut juga daun
parasit, pembuangan daun yang menguning dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, karena unsur hara akan diserap oleh daun yang sehat, sehingga unsur hara
yang diberikan tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman yang kurang produktif.

(a) (b)
Gambar 15. (a) Pemangkasan daun yang sudah tua, (b) pembersihan gulma
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Teknik budidaya anggrek bulan (Phalaenopsis) yang diterapkan di Balai Penelitian
Tanaman Hias meliputi persiapan media tanam, aklimatisasi, repotting, pengelompokkan
individu kecil dan individu dewasa tanaman anggrek, pemasangan penyangga tangkai bunga
anggrek, penyilangan bunga anggrek dan pemeliharaan. Persiapan media tanam dilakukan
dengan cara melakukan pencucian media tanam pakis, perendaman media tanam
menggunakan larutan fungisida selama 24 jam, dan pencacahan media tanam. Aklimatisasi
bertujuan untuk membantu tanaman tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan yang
sebenarnya. Kriteria bibit anggrek yang siap diaklimatisasi yaitu memiliki 3-4 helai daun,
perakaran lebat, dan bebas kontaminasi serta memiliki perakaran lebat. Pada proses
aklimatisasi dilakukan beberapa kegiatan yaitu pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol,
pencucian bibit, sterilisasi, pengeringan bibit, dan penanaman kedalam kompotan. Reppoting
dilakukan sebanyak empat tahap yaitu reppoting dari kompotan ke dalam pot plastik kecil
ukuran 1,5 inchi, reppoting dari pot kecil ke pot sedang ukuran 2,5 inchi, reppoting dari pot
plastik ukuran sedang kedalam pot plastik ukuran besar dengan ukuran 3,5 inchi, reppoting
dari pot yang telah rusak ke dalam pot yang baru. Pada pemasangan penyangga dilakukan
pada saat panjang tangkai bunga anggrek sudah sekitar 20 cm. Kawat yang digunakan untuk
penyangga berdiameter 0,5 cm dengan panjang penyangga disesuaikan dengan panjang
tangkai bunga anggrek. Pemasangan penyangga bertujuan agar pada saat anggrek berbunga
lebat tanaman anggrek tidak roboh dan arah tumbuh tangkai bunga tegak keatas. Penyilangan
adalah suatu metode untuk menghasilkan kultivar baru dari hasil persilangan antara dua
tetua.Tahap penyilangan tanaman anggrek yaitu persiapan alat untuk menyilangkan ,
pemilihan tetua yang akan disilangkan, dan Penyilangan induk jantan dan induk betina.
Pemeliharaan anggrek bulan meliputi penyiraman pada media tanam anggrek tanpa
membasahi daun, pemupukan anggrek menggunakan pupuk organik dan anorganik.
Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan secara kimiawi dengan pestisida dan
mekanik dengan cara membuang atau memusnahkan hama yang terdapat pada tanaman,
serta pemberian penopang untuk menyangga bunga anggrek. Sanitasi dilakukan dengan cara
memotong daun yang menguning dan mencabut gulma yang terdapat pada media tanam.

5.2. Saran
Budi daya anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) perlu dilakukan dengan pemeliharaan
secara intensif. Pemupukan anggrek bulan dengan aplikasi pupuk NPK dan pupuk ZA akan
meningkatkan pertumbuhan karena anggrek bulan merupakan tanaman yang lambat dalam
pertumbuhan. Anggrek bulan yang telah berumur 9 bulan setelah pindah tanam, diaplikasikan
pupuk yang memiliki kandungan unsur hara P yang lebih tinggi untuk merangsang
pembungaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, N.K.A.P., I. A. Astarini, dan Ni P. A. Astiti. 2014. Aklimatisasi Anggrek Hitam


(Coelogyne pandurata Lindl.) Hasil Perbanyakan In Vitro Pada Media Berbeda.
Jurnal Simbiosis, 2(2): 203 – 214.
Afifah H, Sutriono R, Aji IML. 2016. Pengaruh media dan frekuensi penyiraman
terhadap pertumbuhan semai tanaman kayu putih (Melalauca cajuputi). Jurnal
Ganek Swara. 1 (1): 107-114.
Alahudin M. 2013. Kondisi termal bangunan greenhouse dan screenhouse pada fakultas
pertanian Universitas Masumus Merauke. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha. 2 (1):
17-27.
Andalasari TD, Yafisham, Nuraini. 2014. Respon pertumbuhan anggrek Dendrobium
terhadap jenis media tanam dan pupuk daun. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.
14 (3): 167-173.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2017. Statistik Tanaman Hias Indonesia 2017.
[internet].[diunduh pada tanggal 05 Agustus 2021]. Tersedia pada:
https://www.bps.go.id/publication/2018/10/05/d1f1f00e73b215b4118fa9e0/statisti
k-tanaman-hias-indonesia-2017.
Badan Pusat Statistika. 2019. Data Produksi Tanaman Florikultura Indonesia Tahun
2019. Badan Pusat Statistika. Jakarta Barat.
Binawati KD. 2012. Pengaruh media tanam terhadap anggrek bulan (Phalaenopsis SP.L)
aklimatisasi dalam plenty. Jurnal Wahana. 58 (1): 60-68.
Damayanti E. 2011. Untung Besar Budi daya Tanaman Anggrek. Yogyakarta [ID]:
Aksara Publisher.
Djufri, Hasanuddin, Fauzi. 2015. Orchidaceae pulau rubiah kota madya Sabang provinsi
Aceh. Jurnal Biotik. 3 (1): 1-8.
Fandani, H.S., Mallomasang, S.N & Korja, I.N. (2018). Keanekaragaman Jenis Anggrek
pada Beberapa Penangkaran di Desa Ampera dan Desa Karunia Kecamatan Palolo
Kabupaten Sigi. Jurnal Warta Rimba 6 (3):14-20.
Ginting A, Hotden L, Nainggolan, Musfrianto H, Ginting. 2018. Analisis efesiensi dan
identifikasi faktor sosial, ekonomi dan teknis yang mempengaruhi konversi
usahatani jeruk ke usahatani kopi di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Jurnal
Agrifo 3 (1): 17-29.
Gunawan LW. 2001. Budi daya Anggrek. Jakarta [ID]: Penebar Swadaya.
Gunawan, E & Pasaribu, S. (2021). Berkah Bisnis Anggrek pada Masa Pandemi Covid-
19. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian.
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/covid-19/berita-covid19/698-
berkah bisnis-anggrek-pada-masa-pandemi-covid-19#!/ccomment.
Harahap F. 2010. Teknik praktis membuat anggrek berbunga. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat 16 (61): 41-50.
Hatni F. 2017. Karakterisasi planlet anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) BL.) hasil
inokulasi Rhizoctonia sp dan induksi asam salisilat secara in vitro. [skripsi].
Lampung [ID]: Universitas Lampung.
Pamungkas, H. 2006. Anggrek bulan (Phalaenopsis). http://www. kebonkembang.com.
[05 Agustus 2021].
Purwanto AW. 2016. Anggrek Budi daya dan Perbanyakan. Yogyakatra [ID]: LPPM
UPN Veteran Yogyakarta.
Putra VH. 2009. Budi daya dan prospek pemasaran anggrek bulan lokal (Phalaenopsis
amabilis) di kebun anggrek widoro kandang Yogyakarta. [tugas akhir]. Surakarta
[ID]. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Iswanto, H. 2005. Merawat dan Membungakan Anggrek Phalaenopsis. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 66 hal.
Sari ER, Cicik U, Tatik W. 2011. Pengaruh volume pemberian air dan konsentrasi pupuk
daun terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium undulatum.
Jurnal Buana Sains. l (11): 77-82.
Rukmana, H.R. 2000. Budidaya Anggrek Bulan. Kanisius. Yogyakarta.
Sumajow AYM, Rogi EXJ, Tumbelaka S. 2016. Pengaruh pemangkasan daun bagian
bawah terhadap produksi jagung manis (Zea mays var. Saccharata Sturt). Jurnal
Ase. 12 (1): 65-72.
Sutapa GN, Ni NR, Gede AK. 2015. Analisis waktu pemupukan tanaman sawi hijau
(Brassica Rapa Var. Parachinensis) dengan teknik perunut radioaktif. Jurnal
Biologi. 20 (1): 35-39.
Setiawan, H. 2002 Usaha Pembesaran Anggrek. Penebar Swadaya. Depok.
Tuhuteru, S., Hehanussa, M.L., & Raharjo, S.H.T. (2012). Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum Pada Media Kultur In Vitro
dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia 1(1):1-12.
Yuswanti H, Dharma IP, Utami, Wiraatmaja IW. 2015. Mikropropagasi anggrek bulan
Phalaenopsis dengan menggunakan eksplan tangkai bunga. Jurnal Agrotrop. 5
(20): 161-166.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai