Anda di halaman 1dari 8

POTENSI ANGGREK DENDROBIUM DALAM

MENINGKATKAN VARIASI DAN KUALITAS


ANGGREK BUNGA POTONG
Dyah Widiastoety, Nina Solvia, dan Muchdar Soedarjo

Balai Penelitian Tanaman Hias, Jalan Raya Ciherang, Kotak Pos 8 SDL Segunung Pacet, Cianjur 43252
Telp. (0263) 512607, Faks. (0263) 514138, E-mail: balithi@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 02 Juni 2009; Diterima: 21 Mei 2010

ABSTRAK
Dendrobium merupakan genus anggrek terbesar dari famili Orchidaceae. Genus anggrek ini merupakan kekayaan
sumber daya genetik Indonesia yang banyak terdapat di kawasan timur, seperti Papua dan Maluku. Namun, sumber
daya genetik tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sebagai tetua dalam persilangan untuk menghasilkan
keturunan yang memiliki karakteristik sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Dari 20 seksi Dendrobium, baru dua
seksi yang digunakan sebagai induk silangan, yaitu seksi Phalaenanthe dan Ceratobium atau Spatulata. Kendala
pengembangan anggrek di Indonesia antara lain adalah terbatasnya ketersediaan bibit unggul, teknologi yang
digunakan masih sederhana, dan kurangnya dukungan kebijakan pemerintah.
Kata kunci: Dendrobium, persilangan, bunga potong

ABSTRACT
Potential of Dendrobium in increasing variety and quality of orchids

Dendrobium is one of the largest orchid genera from the family of Orchidaceae. The orchid genera is an important
genetic resource which is vastly available in the eastern Indonesia, such as in Papua and Maluku. However, this
genetic resource has not yet utilized optimally as parents in cross breeding to produce varieties having characteristics
as needed by consumers. Out of the 20 Dendrobium sections, only two sections that have been used as cross
breeding plants, e.g. Phalaenanthe and Ceratobium or Spatulata. The constraints for developing orchid in Indonesia
among others are limited availability of best seedlings, relatively low technology applied, and lacking supports of
government policy.
Keywords: Dendrobium, crossing, cut flowers

nggrek Dendrobium mampu me- 20032006 dan


Amenuhi tuntutan konsumen bunga yang
seleranya selalu berubah dari waktu ke
proporsi 49%, dibandingkan dengan
Dendrobium dengan porsi hanya 5%.
Namun pada pertengahan tahun 1980-
waktu. Hal ini dapat dilihat dari jenis
an, proporsi tersebut bergeser, di
anggrek yang ada di pasar yang memiliki
mana proporsi Dendrobium menyamai
bentuk dan warna bunga yang bervariasi,
Vanda yaitu masing-masing 25%.
serta hadirnya varietas-varietas baru
Dewasa ini, jenis anggrek yang
dengan penampilan yang makin cantik
dominan menguasai pasar di Indonesia
dan menarik. Ekspor anggrek Thailand
adalah Dendrobium, diikuti
yang begitu terkenal juga didominasi
Phalaenopsis, Vanda, dan jenis lainnya.
oleh Dendrobium (Harahap 1996).
Perkembangan industri anggrek di
Selera konsumen terhadap Dendro-
Indonesia pada tahun 19971999, saat
bium ditentukan oleh warna, ukuran,
krisis ekonomi melanda Indonesia, me-
bentuk, susunan, jumlah kuntum per
ngalami penurunan. Seiring dengan
tangkai, panjang tangkai, dan daya tahan
membaiknya kondisi perekonomian
kesegaran bunga. Selain itu, selera kon-
sekitar tahun 2000-an, industri anggrek
sumen dipengaruhi oleh produsen dan
mulai menunjukkan peningkatan,
tren di luar negeri. Menurut Soerojo
namun mulai tahun 2007 menurun
(1992), pada awal tahun 1980-an,
kembali. Demikian pula impor anggrek
konsumen lebih menyukai jenis anggrek
mengalami peningkatan pada tahun
Vanda dengan
Jurnal Litbang Pertanian, 29(3), 2010 1
menurun pada tahun 20072008 (Tabel
1, BPS 2009). Ekspor dan impor
anggrek Indonesia terdiri atas tiga
bentuk, yaitu bibit, tanaman, dan bunga
potong.
Upaya pemerintah untuk
mendorong pengembangan anggrek
di Indonesia sudah dilakukan melalui
peningkatan ekspor nonmigas.
Namun upaya ter- sebut belum
menunjukkan hasil, yaitu
meningkatnya ekspor komoditas
anggrek. Diharapkan anggrek dapat
meningkatkan pendapatan petani dan
sebagai sumber devisa negara.
Perkembangan komoditas anggrek
antara lain dapat dilihat dari luas
panen. Menurunnya luas panen akan
ber- pengaruh terhadap produksi
anggrek nasional. Namun,
produktivitas tanaman anggrek untuk
menghasilkan bunga potong
mengalami peningkatan (Tabel 2).

2 Jurnal Litbang Pertanian, 29(3), 2010


bervariasi. Umumnya, anggrek hibrida
Tabel 1. Perkembangan volume dan nilai ekspor dan impor anggrek Indo- nesia, 2003–2008. berwarna lembayung muda, putih,
kuning keemasan atau kombinasi dari
warna- warna tersebut. Beberapa
Tahun
Ekspor Impor hibrida Dendro- bium hasil pemuliaan
Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$) modern memiliki warna kebiruan,
gading, atau jingga tua sampai merah
2003 711.344 1.652.682 103.941 226.882
2004 426.113 1.325.954 138.781 350.047 tua. Dendrobium dapat berbunga
2005 848.649 1.882.149 156.188 611.564 beberapa kali dalam setahun. Tangkai
2006 2.620.115 2.573.179 309.047 548.601 bunganya panjang dan dapat dirangkai
2007 202.804 1.166.671 72.689 480.204 sebagai bunga potong (Puchooa 2004).
2008 164.104 1.116.222 34.651 78.265

Sumber: BPS (2009).


KLASIFIKASI DAN
PENYEBARAN
Tabel 2. Luas panen dan produksi anggrek Indonesia dalam 5 tahun terakhir.
1980). Spesies anggrek Den-
Uraian 2003 2004 2005 200620072008
Luas panen (m2) 1.237.685 1.120.630 1.229.1021.237.679
Produksi 2.260.464 1.221.524
(tangkai)
6.904.109
Produktivitas (tangkai/m2) 8.027.720 7.902.403 10.903.444 9.489.393 15.309.964

5 4 7 9 7 15

Sumber: Dimyati (2009).

KEUNGGULAN ANGGREK Gambar 1. Anggrek Dendrobium Sha-


DENDROBIUM vin White (a) dan Sonia (b).

Indonesia merupakan pusat keaneka-


ragaman genetik beberapa jenis anggrek drobium terbaik banyak terdapat di
yang berpotensi sebagai tetua untuk kawasan timur Indonesia, seperti Papua
menghasilkan varietas baru anggrek dan Maluku.
bunga potong, seperti Dendrobium, Anggrek Dendrobium banyak diguna-
Vanda, Arachnis, dan Renanthera, kan dalam rangkaian bunga karena me-
maupun sebagai tanaman pot, seperti miliki kesegaran yang relatif lama, warna
Phalaenopsis dan Paphiopedilum. dan bentuk bunganya bervariasi, tangkai
Penyebaran anggrek di Indonesia tidak bunga lentur sehingga mudah dirangkai,
merata, namun para pemburu anggrek dan produktivitasnya tinggi. Tingkatan
telah mengetahui tempat-tempat yang warna anggrek Dendrobium sangat
menjadi pusat penyebarannya. Sejak
dulu hingga kini, orang asing terus
mengincar sumber daya genetik anggrek
Indonesia untuk dimanfaatkan dalam
perakitan varietas baru yang diminta
pasar. Oleh karena itu, untuk mengem-
bangkan anggrek di masa mendatang,
anggrek-anggrek alam ini dapat diman-
faatkan sebagai induk silangan.
Dendrobium (Gambar 1) merupakan
salah satu genus anggrek terbesar dari
famili Orchidaceae, dan meliputi lebih
dari
2.000 spesies (Uesato 1996).
Dendrobium merupakan salah satu
kekayaan alam Indonesia, dan
jumlahnya diperkirakan mencapai 275
spesies (Gandawidjaya dan Sastrapradja
Menurut Dressler dan Dodson (2000), seksi yang berbeda. Holttum (1965) habitat, ukuran, bentuk pseudobulb,
klasifikasi anggrek Dendrobium adalah mengelom- pokkan genus daun maupun warna bunganya.
sebagai berikut: Dendrobium dalam 20 seksi, yaitu: Spektrum penyebaran- nya luas, mulai
Kingdom : Plantae 1) Diplocaulobium, 2) dari daerah pantai sampai pegunungan.
Divisi : Spermatophyta Desmotrichum, 3) Sarcopodium, 4) Bol- Tersebar di India, Sri Lanka, Cina
Subdivisi : Angiospermae bidium, 5) Euphlebium, 6) Latourea, 7) Selatan, Jepang ke selatan sampai Asia
Kelas : Monocotyledoneae Callista, 8) Eugenanthe, 9) Tenggara hingga kawasan Pasifik,
Nigrohirsutae, Australia, Selandia Baru, dan Papua
Ordo : Orchidales
10) Phalaenanthe, 11) Ceratobium, 12) Nugini. Tumbuh baik pada ketinggian
Famili : Orchidaceae
Subfamili : Epidendroideae Stachyobium, 13) Pedilonum, 14) 0 500 m dpl dengan kelembapan
Distic- hophyllum, 15) Rhopalanthe, 16) 6080%. Budi daya anggrek yang
Suku : Epidendreae
Aporum, paling mudah adalah yang berasal dari
Subsuku : Dendrobiinae
17) Oxystophyllum, 18) Strongyle, 19) tempat asalnya (Waston 2004).
Genus : Dendrobium
Grastidium, dan 20) Conostalix. Berdasarkan cara hidupnya, sebagian
Para ahli botani mengelompokkan Genus Dendrobium mempunyai ke- besar Dendrobium bersifat epifit, namun
genus Dendrobium dalam beberapa ragaman yang sangat besar, baik ada pula yang hidup sebagai litofit
(Bechtel et al. 1992). Pola pertumbuhan HIBRIDISASI DAN HIBRIDA yaitu hibridisasi antara dua atau lebih
Dendrobium termasuk simpodial, yaitu ANGGREK DENDROBIUM genus. Namun, persilangan tersebut
mempunyai pertumbuhan pseudobulb hanya terjadi dalam kelompok tanaman
ter- batas. Anggrek Dendrobium Persilangan adalah teknik mengawin- yang memiliki kemiripan sifat dan karak-
disukai masyarakat karena rajin kan bunga dengan meletakkan polen ter.
berbunga dengan warna dan bentuk (serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Persilangan anggrek untuk mendapat-
bunga yang bervariasi dan menarik. Pada tanaman anggrek, persilangan kan jenis baru tidak hanya dilakukan
biasanya dilakukan oleh serangga atau pada anggrek alam atau spesies, tetapi
dengan bantuan manusia. Beberapa jenis juga pada anggrek hibrida. Oleh karena
ANGGREK DENDROBIUM anggrek ada yang bersifat itu, penggunaan anggrek hibrida
SEBAGAI INDUK cleistogamous atau menyerbuk sendiri. unggul sebagai induk silangan sangat
SILANGAN Penyilangan dapat dilakukan pada diperlukan. Dengan melakukan beberapa
beberapa genus yang mudah kali persi- langan, sifat-sifat yang
Persilangan untuk mendapatkan varietas melakukan persilangan antargenus. kemunculannya tidak diharapkan dapat
unggul baru merupakan salah satu upaya Penyilangan akan menghasil- kan ditekan atau dikurangi (Davidson 1994).
dalam pengembangan anggrek dan telah keturunan yang disebut hibrida Pemilihan induk jantan dan betina
dilakukan para pemulia sejak dulu interspesifik, hibrida intraspesifik, hibrida yang akan disilangkan harus disertai
sampai sekarang. Persilangan intergenetik atau hibrida multigenetik, dengan penguasaan sifat-sifat kedua
memerlukan induk yang mempunyai induk tersebut, termasuk sifat yang
sifat-sifat unggul sehingga dominan, seperti ukuran bunga, warna
perpaduan dari sifat-sifat tersebut dan bentuk bunga, yang akan muncul kem-
akan muncul pada hasil persi- langan. bali pada turunannya. Agar penyilangan
Penyilangan anggrek memerlukan waktu berhasil, sebaiknya dipilih induk betina
yang lama dan biaya yang besar. Oleh yang mempunyai kuntum bunga yang
karena itu, untuk mendukung kegi- atan kuat, tidak cepat layu atau gugur, mem-
pemuliaan tersebut, diperlukan induk punyai tangkai putik dan bakal buah yang
yang memiliki sifat-sifat unggul. lebih pendek agar tabung polen (pollen
Di Indonesia, tanaman anggrek tube) dapat dengan mudah mencapai
Dendrobium sebagai sumber genetik kantong embrio yang terdapat pada bagi-
banyak dijumpai di hutan belantara. an bawah bakal buah. Pencatatan nama
Namun, potensi tersebut belum diman- kedua induk yang disilangkan sangat
faatkan secara optimal. Baru sebagian penting agar tidak merusak tata namanya.
kecil anggrek alam yang dimanfaatkan
sebagai induk persilangan, antara lain Dendrobium affine 9 9 18
Dendrobium bigibbum 42 107 149
karena terbatasnya pengetahuan Dendrobium phalaenopsis 67 214 281
mengenai sifat- sifat penurunannya. Dendrobium superbiens 27 12 39
Sebagian besar sumber daya genetik Seksi Ceratobium/Spatulata
Tabel 3. Dendrobium sp. yang banyak digunakan sebagai tetua jantan dan betina dalam persilangan.
tersebut belum dimanfaatkan sebagai Dendrobium stratiotes 30 70 100
induk silangan. Dendrobium Dendrobium undulatum 37 76 113
Dendrobium schulleri 16 83 99
merupakan jenis anggrek alam yang Dendrobium
Nama jenis lasianthera Tetua15betina Tetua65jantan 80
Jumlah
menarik perhatian para penyi- lang Dendrobium veratrifolium 17 41 58
untuk dirakit menjadi varietas baru. Dendrobium
Seksi johannis
Phalaenanthe 9 38 47
Dendrobium antennatum 6 16 22
Dendrobium mirbelianum 15 14 29
Dendrobium violacea-flavens 5 13 18
Dendrobium leporinum 3 1 4
Seksi Latourea
Dendrobium macrophyllum 14 10 24
Dendrobium spectabile 1 8 9
Dendrobium bifalce 7 2 9
Dendrobium atroviolaceum 9 4 13
Polen dari bunga yang berukuran Dendrobium, dalam tulisan ini di- - Den. macrophyllum (seksi Latourea)
kecil, jika diserbukkan pada kepala singkat Den., telah banyak disilangkan x Den. atroviolaceum (seksi Latourea)
putik bunga yang berukuran besar baik interspesifik maupun = Den. New Guinea
biasanya akan mengalami kegagalan interseksional. Namun, persilangan Persilangan interseksional yaitu
karena tabung po- len tidak dapat secaraSumber:
intergenerik masih terbatas.
The Royal Horticulture Society (1995). persilangan antara dua spesies yang
mencapai kantong embrio. Persilangan interspesifik yaitu berbeda dari genus yang sama dalam
Akibatnya pembuahan tidak ter- jadi persilangan antara dua spesies dalam seksi yang berbeda, contohnya:
dan biji tidak terbentuk. Penyilangan satu genus dan seksi yang sama,
perlu dilakukan secara resiprokal atau seperti: - Den. gouldii (seksi Ceratobium) x
bolak-balik untuk mengetahui daya Den. phalaenopsis (seksi
- Den. stratiotes (seksi Ceratobium) x Phalaenanthe) = Den. Jaquelyn
kompatibilitas silangan dan daya fer- Den. veratrifolium (seksi Ceratobium)
tilisasinya. Thomas
= Den. Sunda Islands
- Den. phalaenopsis (seksi Phalae- tetua. Untuk mengatasi masalah dalam Apabila persilangan hanya dilakukan
nanthe) x Den. stratiotes (seksi penyilangan tetua yang berbeda, dapat pada tingkat varietas maka
Ceratobium) = Den. Caesar diterapkan teknik pelipatgandaan jumlah keturunannya hanya akan berbeda dalam
Dalam The Royal Horticulture Society kromosom dengan perlakuan kolkhisin. warna bunga- nya, sedangkan
(1995), persilangan intergeneric Den- Bunga yang bersifat steril (triploid) perawakannya sama. Namun, bila
drobium terjadi pada Dendrobium x tetapi mempunyai sifat dominan dalam kedua tetuanya berasal dari dua jenis
Flickingeria = Dendrogeria. jumlah bunga atau kerajinan tanaman atau dua spesies yang mem- punyai
Bunga anggrek yang telah berbunga, sebaiknya dijadikan sebagai perawakan dan warna yang berbeda,
mengalami penyerbukan, bagian induk betina. Varietas-varietas keturunannya akan memiliki
perhiasan bunga- nya akan layu. Setelah Dendrobium yang sekarang ada perawakan, bentuk, dan warna
terjadi pembuahan, zigot yang terbentuk merupakan hasil persilangan ulang perpaduan antara kedua tetuanya.
akan tumbuh dan berkembang menjadi induk-induk dari hasil silangan. Genus Selanjutnya, bila hasil silangan tersebut
embrio di dalam biji. Bila zigot telah Dendrobium relatif mudah di- disilangkan lagi dengan salah satu
terbentuk, pada saat itu pula dapat silangkan, umur petik buah berkisar tetuanya, hasilnya akan lebih
dikecambahkan atau ditum- buhkan antara 2,503 bulan (Gambar 2), ber- kompleks atau bervariasi. Semakin
secara in vitro. Waktu terjadinya gantung pada spesies dan varietas, dan lanjut persilangan dilakukan, semakin
pembuahan sangat bervariasi, bergan- mudah ditumbuhkan dalam media besar variasi yang diperoleh, dan
tung pada jenis dan varietasnya, buatan semakin banyak pilihan.
dihitung sejak mulai dilakukan (in vitro). Untuk menghasilkan Dendrobium
penyerbukan sampai terjadi
sebagai bunga potong atau tanaman pot,
pembuahan. Pada anggrek Dendrobium,
tetuanya umumnya berasal dari seksi
pembuahan terjadi 22,50 bulan
Phalaenanthe dan Ceratobium atau Spa-
(Withner 1959). Widiastoety et al.
tulata. Dendrobium dengan bentuk
(1998) melaporkan, buah yang dipetik
bunga bulat (Gambar 3) diturunkan dari
pada umur 75 hari setelah penyerbukan
seksi Phalaenanthe, bentuk bunga
dan selanjutnya embrio disemai pada
setengah bulat atau bintang (Gambar 4)
media kultur, embrio yang tumbuh
diturunkan dari perpaduan antara seksi
mem- bentuk protokorm mencapai
Phalaenanthe dan Ceratobium, dan
100%. Bila buah dipetik pada umur 65
bentuk bunga keriting, bertanduk, atau
hari setelah penyerbukan, protokorm
memilin (Gambar 5) diturunkan dari
yang tumbuh mencapai 87,50%,
seksi Cerato- bium. Seksi Phalaenanthe
sedangkan pada umur 60 hari setelah
memiliki sedikit variasi warna bunga
penyerbukan hanya 69,50%.
yang umumnya putih dan ungu,
Rhodehamed (1994) menyatakan,
Gambar 2. Buah anggrek Dendrobium. sedangkan seksi Ceratobium kaya akan
kegiatan penyerbukan sampai biji ter-
variasi warna bunga. Namun,
bentuk terdiri atas empat tahap, yaitu: 1)
memelihara tanaman induk untuk mem-
produksi bunga, 2) melakukan penyer-
bukan, 3) produksi dan pemasakan biji,
dan 4) memetik biji dalam kapsul (buah)
serta mengumpulkan biji. Hee et al.
(2009) menyatakan bahwa proses
pemuliaan melalui beberapa tahap,
yaitu: 1) penyer- bukan dan pematangan
biji, 2) penyebaran biji secara in vitro,
pengembangan protokorm dan
penumbuhan plantlet, 3) penumbuhan
tanaman muda menjadi
dewasa secara in vivo, dan 4) penilaian karakter dan kualitas bunga. Selanjutnya Rhodehamed (1994) dan Yam (1995)
melaporkan bahwa persilangan akan Gambar 3. Bunga anggrek Dendrobium tipe bulat: (a) Den. New Rungroj, (b) Den.
berhasil apabila dilakukan 12 hari White Lip Pink, dan (c). Den. Weeb.
setelah bunga mekar atau pada minggu
pertama sampai kelima sejak bunga
mekar sempurna. Menurut Freed
(1979), pemilihan bunga yang akan
disilangkan sebaiknya dilakukan
beberapa hari setelah bunga mekar. Hal
ini karena warna bunga kadang-kadang
cepat memudar setelah beberapa hari
sehingga memengaruhi keturunannya.
Penyilangan anggrek sering
menemui hambatan akibat
ketidaksesuaian genom
Gambar 4. Bunga anggrek Dendrobium tipe bintang: (a) Den. Thongchai Gold, (b)
Den. Sonia, dan (c) Den. Valentine Blue.
MASALAH DAN PROSPEK
ANGGREK DENDROBIUM
HIBRIDA BUNGA POTONG

Potensi ekonomi anggrek sebagai salah


satu komoditas hortikultura telah di-
manfaatkan dan dikembangkan oleh
banyak negara termasuk Indonesia. Untuk
dapat memanfaatkan potensi tersebut,
beberapa kendala masih dihadapi dalam
pengembangan peranggrekan di Indo-
nesia, antara lain:
Gambar 5. Bunga anggrek Dendrobium tipe keriting/bertanduk/memilin: (a) Den.  Terbatasnya ketersediaan bibit
antenantum, (b) Den. lasiathera, dan (c) Den. spectabile. unggul sehingga harga bibit sangat
mahal. Mahalnya harga bibit
menyebabkan usaha anggrek lebih
banyak dilaku-
seksi-seksi lainnya mulai banyak pula buhannya cepat dan kompak, tahan rapan teknik penggandaan ini adalah
disilangkan. terhadap penyakit, bunga tahan lama, kemungkinan yang lebih awal dalam
Persilangan harus didasarkan pada bunga menarik, ukuran bunga, warna pengikatan rekombinan. Sifat gamet jan-
pemahaman tentang sifat-sifat tetua bunga cerah, jumlah kuntum bunga tan pada serbuk sari dalam suatu populasi
yang akan digunakan, silsilah, dan banyak, tangkai bunga panjang, susunan tanaman hibrida F1 akan menunjukkan
perilaku pewarisannya sehingga bunga simetris, disukai pasar, dan pola segregasi yang akan dimunculkan
hasilnya dapat diramalkan secara ilmiah. mudah pengepakannya. pada tanaman generasi F2, F3 dan sete-
Potensi anggrek alam sebagai bahan Menurut Rahayu et al. (2004), selain rusnya. Dengan menggunakan teknik
dasar persilangan cukup besar. Anggrek dengan persilangan, peningkatan kultur haploid akan dihasilkan tanaman
hasil persilangan memiliki kualitas dan variasi bunga potong dapat yang bersifat diploid homozigot yang
keanekaragaman sifat yang besar, yang dilakukan dengan perendaman dalam stabil (Raina 1999).
memberi peluang untuk memilih larutan kolkhisin. Kolkhisin banyak Anggrek komersial yang dikembang-
turunan yang terbaik untuk kemudian digunakan dalam penggandaan kan dewasa ini umumnya merupakan
diperbanyak secara massal dengan kromosom pada tanaman haploid hasil silangan yang dilakukan di luar
teknik kultur in vitro atau kultur hasil kultur antera. Tanaman haploid negeri, seperti Thailand, Taiwan, dan
jaringan. Perbanyakan tanaman hasil penggandaan tersebut dapat Singapura. Beberapa contoh anggrek
secara massal dengan teknik kultur in diaplikasikan untuk prog- ram hibrida yang pernah beredar dan disukai
vitro, selain menggunakan mata tunas pemuliaan. Keuntungan dari pene- pasar (Soediono 1994) adalah turunan dari
ujung sebagai sumber eksplan, dapat Den. phalaenopsis dan Den. Schulleri.
juga memakai tangkai bunga sebagai Turunan Den. phalaenopsis meliputi
sumber eksplan (Martin et al. 2005). enam persilangan, yaitu:
Kriteria varietas anggrek
Dendrobium hasil silangan yang 1) Den. Jaquelyn Thomas: Den. gouldii
diinginkan konsumen, baik sebagai x Den. phalaenopsis
bunga potong maupun tanaman pot 2) Den. Caesar: Den. phalaenopsis x
adalah: berbunga sepanjang tahun, Den. stratiotes
produksi bunga tinggi, pertum- 3) Den. Indonesia: Den. phalaenopsis x
Den. violaceo-flavens kan oleh kelompok yang bermodal
4) Den. Valley King: Den. Mildred besar.
Kazu- mura x Den. phalaenopsis  Teknologi yang digunakan para
5) Den. Theodore Takiguchi: Den. pengembang anggrek masih seder-
Valley King x Den. phalaenopsis hana. Akibatnya, produktivitas dan
6) Den. Lim Chong Min: Den. Caesar x kualitas bunga yang dihasilkan
Den. phalaenopsis rendah dan belum dapat bersaing di
Tiga hibrida dari turunan Den. schul- pasaran internasional.
leri juga diminati konsumen, yaitu:  Penguasaan dan pemanfaatan tek-
1) Den. May Neal: Den. Hawaii x Den. nologi yang sudah ada belum
schulleri tersebar secara merata.
2) Den. Yong Koh Wah: Den. Mary Kebijakan pemerintah yang perlu
Trowse x Den. schulleri segera mendapat perhatian dalam
3) Den. Brown Derby: Den. Jaquelyn upaya meningkatkan ekspor bunga
Thomas x Den schulleri potong, tanaman, maupun benih
anggrek antara lain adalah perbaikan
varietas dan teknik budi daya,
penanganan pascapanen yang tepat,
penyediaan modal investasi, perbaikan
sistem tata niaga, pembebasan
berbagai pungutan, keringanan pajak,
kemudahan kargo dan transportasi,
kemudahan ekspor, dan penyediaan
ruang pendingin di bandara.

KESIMPULAN

Dendrobium merupakan salah satu


genus anggrek terbesar yang banyak
terdapat di Indonesia, namun belum
dimanfaatkan secara optimal dalam
menghasilkan varietas-varietas
unggul baru. Dari 20 seksi
Dendrobium, baru dua seksi yang
banyak digunakan sebagai induk si-
langan, yaitu seksi Phalaenanthe dan
Ceratobium. Kendala pengembangan
anggrek di Indonesia antara lain adalah
terbatasnya bibit unggul, teknologi
yang digunakan masih sederhana, dan
kurangnya dukungan kebijakan peme-
rintah.
DAFTAR PUSTAKA
Bechtel, H., P. Cribb, and E. Launert. 1992. The
Hee, K.H., H.H. Yeoh, and C.S. Loh. 2009. In Soediono, N. 1994. Mengenal anggrek Dendro-
Manual of Cultivated Orchids Species.
vitro flowering and in vitro pollination: bium. Buku Kenangan Pameran dan Promosi
Blandford Press, London. 585 pp.
Method that will benefit the orchid industry. Anggrek. Perhimpunan Anggrek Indonesia,
BPS. 2009. Ekspor dan impor tanaman hias tahun p. 2024. Procceding of NIOC, Nagoya, Jakarta. hlm. 2428.
20032008. Statistik Perdagangan Luar Japan. Department of Biological Sciences,
Soerojo, R. 1992. Pengembangan usaha per-
Negeri. Badan Pusat Statistik, Jakarta. National University of Singapore.
anggrekan di Indonesia. Buletin Perhim-
Davidson, B. 1994. Dendrobium breeding trends. Holttum, R.E. 1965. Flora of Malaya. Vol. 1. punan Anggrek Indonesia 5: 2224.
Amer. Orchids Soc. Bull. 63(6): 638645. Orchids of Malaya. Government Printing
The Royal Horticulture Society. 1995. Sander’s
Office, Singapore. 494 pp.
Dimyati, A. 2009. Industrialisasi dan komer- List of Orchid Hybrids. The Gresham Press,
sialisasi anggrek nasional. Seminar Nasional Martin, K.P., J. Geervarghese, D. Joseph, and J. London. 1070 pp.
Anggrek. Perhimpunan Anggrek Cabang Madassery. 2005. In vitro propagation of
Dendrobium hybrids using flower stalk node Uesato, K. 1996. Influences of temperature on
Malang dan Fakultas Pertanian Universitas
the growth of ceratophalae type Dendro-
Brawidjaja, Malang. 13 hlm. explants. Indian J. Exp. Biol. 43(3): 280 285.
bium. The Organizing Committee of 2nd Asia
Dressler, R. and C. Dodson. 2000. Classification Puchooa. 2004. Comparison of different culture Pacific Orchid Conference, Ujung Pandang, p.
and phylogeny in Orchidaceae. Annals of the media for the in vitro culture of Dendrobium 14.
Missouri Botanic Garden 47: 2567. (Orchidaceae). Int. J. Agric. Biol. 15608530
Waston, J.B. 2004. Dendrobium cuthbertsoii.
/2004/(06) 5: 884888. http://www.ijab.org.
Freed, H. 1979. New Horizons in Orchid Breeding. Orchids 73(1): 5053.
Day Printing Co., Pomona California. 148 Rahayu, S., Z.A. Suyanto, dan E.N. Anggia. 2004.
Widiastoety, D., N. Sovia, dan Syafni. 1998.
pp. Peningkatan kualitas anggrek Dendrobium
Kultur embrio pada anggrek Dendrobium. J.
hibrid dengan pemberian kolkhisin. Agric.
Gandawidjaya, D. dan S. Sastrapradja. 1980. Hort. 7(4): 860863.
Ilmu Pertanian 11(1): 1321.
Plasma nutfah Dendrobium asal Indonesia.
Withner, C.L. 1959. The Orchids: A scientific
Bull. Kebun Raya 4(4): 113125. Raina, S.K. 1999. Tissue culture in rice improve-
ment: Status and potential. Adv. Agron. (42): survey. John Wiley & Sons, New York. 648
Harahap, R.A. 1996. Bunga anggrek di pasar pp.
339398.
dunia. Buku Kenangan Pameran Anggrek
Rhodehamed, W.A. 1994. Pollination of orchid Yam, T.Y. 1995. Breeding with Vanda Miss
Silangan Dalam Negeri. Perhimpunan Ang-
flowers. Amer. Orchid Soc. Bull. 5: 534539. Joaquim. Amer. Orchid Soc. Bull. 62(8): 800
grek Indonesia, Jakarta. hlm. 1922.
809.

Anda mungkin juga menyukai