Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330594178

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum Pada Media


Kultur In Vitro Dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa [GROWTH AND
DEVELOPMENT OF Dendrobium Anosmum ORCHID ON IN...

Article · April 2012


DOI: 10.30598/a.v1i1.293

CITATIONS READS

4 745

3 authors, including:

Sumiyati Tuhuteru Simon Raharjo


Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Petra Baloem Wamena Pattimura University
6 PUBLICATIONS   10 CITATIONS    65 PUBLICATIONS   379 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Analysis of Genetic and Transgressive Segregation Based on Information from Relatives for Yield Potential and Simultaneity Harvest in Mungbean (Disertation in Bogor
Agriculture University) View project

Eksplorasi dan karakterisasi plasma nutfah kacang-kacangan minor View project

All content following this page was uploaded by Simon Raharjo on 26 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 1-12

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANGGREK Dendrobium anosmum


PADA MEDIA KULTUR IN VITRO DENGAN BEBERAPA
KONSENTRASI AIR KELAPA

S. Tuhuteru, M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura


Jl. Ir. M. Putuhena, Poka, Ambon 97233
Email: indobio@gmail.com

ABSTRAK

Dendrobium anosmum merupakan salah satu anggrek alam di Indonesia. Optimasi komposisi media untuk
perbanyakan anggrek melalui kultur in vitro diperlukan untuk meningkatkan kemampuan multiplikasi maupun
kualitas bibit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tingkat konsentrasi air kelapa terhadap
pertumbuhan dan perkembangan spesies anggrek D. anosmum dan untuk mendapatkan konsentrasi air kelapa yang
optimal dalam media. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan empat taraf perlakuan dan
delapan ulangan. Perlakuan terdiri atas penambahan air kelapa dengan konsentrasi: 0 ml.l (kontrol), 50 ml/l, 100
ml/l dan 150 ml/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dalam media kultur memberikan
pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan dan perbanyakan tunas anggrek D. anosmum. Konsentrasi air
kelapa 100 ml/l merupakan konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan dan perbanyakan anggrek D. anosmum, dilihat
dari pertumbuhan dan perkembangan tunas dan akar, tinggi dan bobot basah plantlet.

Kata kunci: Dendrobium anosmum, anggrek, kultur in vitro, air kelapa

GROWTH AND DEVELOPMENT OF Dendrobium Anosmum ORCHID ON IN VITRO


CULTURE MEDIA WITH SEVERAL COCONUT WATER CONCENTRATIONS

ABSTRACT

Dendrobium anosmum is one of natural orchids in Indonesia. Optimization of medium composition for orchid
propagation through in vitro culture is necessary to enhance propagule multiplication capabilities and quality. This
study was aimed to study the influence of concentration of coconut water in culture medium on in vitro growth and
development of D. anosmum orchid species and to determine the optimal coconut water concentration in culture
media. The experiment were arranged in a Completely Randomized Design with four treatments and eight
replications. The treatments consisted of the addition of coconut water with concentrations: 0 ml/l (control), 50 ml/l,
100 ml/l and 150 ml/l. The results showed that addition of coconut water in culture medium gave different effect on
shoot growth and multiplication of D. anosmum orchids. Coconut water concentration of 100 ml/l was the best
concentration for growth and multiplication of D. anosmum orchids, based on both shoots and roots growth, plantlet
height and wet weight.

Key words: Dendrobium anosmum, orchid, in vitro culture, coconut water

PENDAHULUAN tersebar di pulau-pulau lain di Indonesia


(Lubis, 2010).
Indonesia terkenal sebagai negara Tanaman anggrek (Orchidaceae) meli-
yang memiliki banyak spesies anggrek alam. puti 25.000–30.000 spesies dan merupakan
Diperkirakan setengah dari spesies ini 10% dari jumlah tanaman berbunga di dunia.
terdapat di Papua, sedangkan 2.000 spesies Anggrek memiliki nilai ekonomi yang tinggi
lainnya terdapat di Kalimantan dan sisanya bila dibandingkan dengan tanaman hias


 
Tuhuteru dkk, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek …

lainnya, baik untuk bunga potong maupun jaringan untuk perbanyakan mikro anggrek.
untuk bunga pot. Iklim tropis Indonesia Penggunaan air kelapa sebagai bahan organik
selain cocok untuk hidup anggrek juga sangat merupakan salah satu cara untuk meng-
potensial untuk menghasilkan anggrek alam gantikan penggunaan bahan sintetis yang
yang bermutu (Bey et al., 2006). dipakai dalam pembuatan media kultur,
Anggrek dendrobium adalah salah seperti kinetin. Hal ini disebabkan karena,
satu genus anggrek favorit bagi pecinta buah kelapa yang mudah diperoleh dan
banyak anggrek. Hal ini dikarenakan anggrek harganya terjangkau lebih murah
ini mampu beradaptasi dengan berbagai dibandingkan bahan sintetis yang sulit
kondisi lingkungan tumbuh. Bahkan, didapat-kan dan harganya yang relatif lebih
ditemukan anggrek dendrobium tumbuh mahal. Selain itu, keunggulan air kelapa juga
dalam lingkungan alam di gurun di Australia sepadan dengan bahan sintetis yang
beriklim dingin di daerah Himalaya. Selain mengandung sitokinin atau merupakan
itu anggrek dendrobium memiliki kemam- hormon pengganti sitokinin.
puan menerima langsung sinar matahari tanpa Pemberian giberelin dan air kelapa
membahayakan dirinya dan selama musim pada perkecambahan bahan biji anggrek
dingin, Dendrobium membutuhkan air yang bulan dengan konsentrasi 250 ml/l
sangat sedikit. Jenis angrek ini merupakan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
salah satu jenis anggrek yang banyak disukai perkecambahan biji anggrek bulan.
konsumen, karena bunganya tahan lama dan Pertumbuhan tersebut dapat dilihat saat
tidak mudah rontok, dengan bentuk dan munculnya daun, akar, dan tinggi kecambah.
warna bunga yang sangat bervariasi, serta Ini menunjukkan bahwa air kelapa dan
mudah dalam pengepakan untuk bunga giberelin berpengaruh positif terhadap
potong. perkecambahan biji anggrek tersebut (Bey et
Teknik perbanyakan mikro yang al., 2006).
merupakan suatu bentuk aplikasi teknik Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
kultur jaringan dan bertujuan untuk per- Mempelajari pengaruh tingkat konsentrasi air
banyakan tanaman telah terbukti sesuai untuk kelapa dalam media kultur in vitro terhadap
per-banyakan anggrek termasuk dendrobium. pertumbuhan dan perkembangan spesies
Untuk memanfaatkan teknik ini secara anggrek D. anosmum, dan (2) Mendapatkan
optimal diperlukan penguasaan kondisi yang konsentrasi air kelapa yang optimal untuk
tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan perbanyakan spesies anggrek D. anosmum
anggrek secara in vitro. Salah satunya adalah melalui perbanyakan tunas secara in vitro.
pemakaian media kultur dengan kandungan Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh
komponen-komponennya yang tepat dan informasi baru tentang pengaruh konsentrasi
mampu merangsang perbanyakan protocorm- air kelapa untuk perbanyakan mikro tanaman
like bodies (PLB) ataupun tunas. anggrek anggrek D. anosmum.
Media merupakan faktor utama dalam
perbanyakan dengan kultur jaringan. METODOLOGI
Keberhasilan perbanyakan dan perkembang-
biakan tanaman dengan metode kultur Penelitian ini dilaksanakan di Labora-
jaringan secara umum sangat tergantung pada torium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian,
jenis media. Media tumbuh pada kultur Universitas Pattimura, Ambon, berlangsung
jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap Mei–Agustus 2011. Bahan-bahan utama yang
partum-buhan dan perkembangan eksplan digunakan dalam penelitian ini adalah
serta bibit yang dihasilkannya. eksplan D. anosmum dengan tinggi ± 2–4 cm
Air kelapa merupakan salah satu di dengan jumlah daun 3–5 helai dan tanpa akar,
antara beberapa persenyawaan kompleks media MS, gula, agar-agar, dan benzy-
alamiah yang sering digunakan dalam kultur laminopurin (BAP). Bahan-bahan lainnya

Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 1-12

meliputi: larutan NaOH, larutan HCl, dibuat larutan stoknya. Tahap-tahap dalam
akuades steril, alkohol 70%, spirtus, pembuatan media sebelumnya adalah menye-
antimikroba Betadine, air kelapa, kertas label, diakan bahan-bahan dengan kegiatan-
aluminium foil, arang aktif, kertas wrap, tisu, kegiatan berupa:
desinfektan Denzol, deterjen Sunklin, (1) Pembuatan larutan stok BAP. Larutan
pemutih Bayclin. Alat-alat yang digunakan stok BAP dibuat dengan konsentrasi 100
dalam penelitian ini terdiri dari timbangan mg/l. Untuk membuatnya ditambahkan
analitik, botol-botol kultur, botol stok, gelas larutan HCl beberapa tetes dengan pipet
ukur, gelas kimia, cawan Petri, oven, batang untuk melarutkan BAP, setelah larut
pengaduk, pipet tetes, corong, pinset, spatula, ditambahkan akuades sambil diaduk,
lampu bunzen, gunting, autoklav, laminar air kemudian ditera dengan menggunakan
flowcabinet (LAFC/ enkas), botol spayer, labu takar hingga mencapai 500 ml.
labu Erlenmeyer, pH meter, kompor gas, (2) Persiapan air kelapa. Air kelapa yang
panci stein less, nampan, lampu ultra violet digunakan adalah buah kelapa yang
(UV), air conditioner (AC), kaca pembesar, daging buahnya tidak terlalu lunak, tetapi
kamera digital, pengukur/ penggaris dan alat juga belum terlalu keras (umur 210–240
tulis menulis. hari). Air kelapa disaring dan selanjutnya
Penelitian diatur dalam percobaan dipanaskan hingga mendidih, lalu
faktor tunggal dengan Rancangan Acak disimpan di dalam lemari pendingin
Lengkap (RAL) dengan 8 kali ulangan dan 4 (kulkas) sebelum digunakan untuk
taraf perlakuan, yaitu penambahan air kelapa pembuatan media.
dengan tingkat konsentrasi sebagai berikut: (3) Pembuatan larutan stok. Ini bertujuan
P0 = 0 ml/l (control, tanpa air kelapa), P1 = untuk mempermudah pekerjaan dalam
50 ml/l, P2 = 100 ml/l, dan P3 = 150 ml/l, mebuat media. Larytan stok dibuat sesuai
pada media MS yang digunakan sebagai dengan komposisi media dasar MS.
media in vitro. Setiap ulangan terdiri dari Larutan stok yang digunakan terdiri dari
tiga eksplan dalam setiap botol kultur, larutan stok A, B, C, D, E, F, G (vitamin)
sehingga terdapat 96 kultur sebagai satuan dan H (myo-inositol), yang sebelum
pengamatan. digunakan disimpan dalam lemari
Pada tahap persiapan, sebelum di- pendingin.
gunakan semua peralatan ini dicuci dengan Pekerjaan selanjutnya adalah me-
menggunakan deterjen Sunlight dan larutan nyiapkan media dasar MS dengan cara
pemutih Bayclin, dibilas sampai bersih dan menambahkan senyawa-senyawa makro,
kemudian disterilisasi dengan menggunakan mikro, serta komponen tambahan lainnya
oven atau autoklav. Bahan-bahan atau alat yang sudah disediakan dalam bentuk larutan-
yang disterilisasi dengan autoklav ini antara larutan stok (a sampai H). Untuk pembuatan
lain adalah tutup botol plastik, peralatan setiap liter media tahap-tahapnya sesuai
gelas, peralatan diseksi, pipet, air murni, dan Gunawan (1995), dengan beberapa
media kultur. Semua peralatan diseksi modifikasi berupa penambahan air kelapa
dibungkus dengan menggunakan aluminium sesuai perlakuan yang diberikan. Pada setiap
foil atau kertas sebelum diautoklav. Kondisi liter media ditambahkan 8 gr agar-agar dan 2
autoklav diatur pada suhu 121oC dengan gr arang aktif. Campuran media dipanaskan
tekanan 15 psi selama 15–20 menit. di atas kompor listrik sambil diaduk sampai
Peralatan yang terbuat dari logam, wadah- agar-agar larut. Madia dituangkan dan dibagi
wadah gelas, aluminium foil dan lain-lain, ke dalam botol-botol kultur (65x95 mm) dan
disterilsasi dengan cara pemanasan dalam ditutup rapat. Kemudian media disterilisasi
oven pada suhu 130–170oC selama 2–4 jam. dalam autoklav selama ± 20 menit,
Semua komponen yang diperlukan padatekanan 15–17 psi dengan suhu 121oC.
untuk membuat media kultur ditimbang dan

 
Tuhuteru dkk, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek …

Penanaman eksplan pada media daun per plantlet dihitung dengan cara jumlah
perlakuan dilakukan secara aseptik di dalam daun keseluruhan dikurangi dengan jumlah
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dengan daun awal pada setiap plantlet; pengamatan
menggunakan peralatan diseksi (pinset dan dilakukan pada umur 7 dan 11 MSP.
gunting). Setiap membuka botol kultur Untuk peubah jumlah akar per
permukaan botol dipanaskan diatas api plantlet, tinggi tanaman dan bobot basah
Bunzen. Selain itu, peralatan yang akan plantlet pengamatan dilakukan secara
digunakan, sebelum dimasukkan ke dalam destruktif dengan mengambil 3 botol kultur
LAFC terlebih dahulu disemprot dengan dari keseluruhan satuan pengamatan. Jumlah
alkohol 70%. akar per plantlet dihitung seluruhnya, baik
Sebelum ditanam, eksplan dikeluarkan akar cabang maupun akar utuh; pengamatan
dari botol kultur, dibersihkan kemudian dilakukan pada minggu ke 8 dan 12 MSP
dimasukkan kedalam cawan Petri yang berisi dengan cara mengeluarkan plantlet dari dalam
campuran air steril dan Betadine. Penanaman botol dengan menggunakan pinset. Tinggi
dilakukan dengan membenamkan bagian tanaman per plantlet (cm) diukur dari pangkal
pangkal dari eksplan 5 mm ke dalam media. tanaman sampai pucuk tertinggi; pengukuran
Setelah selesai melakukan penanaman, botol- dilakukan pada minggu ke 8 dan 12 MSP
botol kultur yang telah berisi eksplan ditututp dengan cara mengeluarkan plantlet dari dalam
dengan penutup plastic dan dilabut dengan botol dengan menggunakan pinset. Bobot
plastic wrap, dengan tujuan menghindari basah plantlet diukur dengan cara plantlet
masuknya cendawan dan bakteri melalui dikeluarkan dengan menggunakan pinset
celah botol dan penutup. Kemudian, kemudian ditimbang dengan menggunakan
dilakukan pelabelan yang memuat informasi timbangan analitik digital.
waktu penanaman, jenis media dan jenis Data dari pengamatan peubah kuali-
tanaman. tatif dan beberapa peubah kuantitatif
Botol-botol kultur tersebut disusun ditabulasikan, disajikan dalam bentuk tabel
pada rak-rak kultur yang ada dalam ruang rataan atau ditampilkan dalam bentuk
inkubasi yang memiliki suhu sekitar 16–20oC gambar. Untuk pengamatan beberapa peubah
dengan penyinaran sebesar 20 lux. Peletakan kuantitatif (jumlah akar, tinggi plantlet dan
botol-botol kultur sesuai rancangan bobot basah) secara destruktif, data dianalisis
percobaan. Selama masa inkubasi, kegiatan dengan ANOVA. Apabila terdapat perbedaan
yang dilakukan adalah mengamati perkem- nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji
bangan kultur dan kemungkinan terjadinya DMRT (Duncan Multiple Range Test) α 0,05
kontaminasi. Jika terjadi kontaminasi, maka
dilakukan sterilisasi kembali eksplan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menanam kembali dalam media kultur baru
atau mengganti dengan eksplan baru. 1. Kondisi Umum
Pengamatan dilakukan terhadap Penelitian ini berlangsung di dalam
peubah kualitatif, terdiri dari waktu atau saat laboratorium kultur jaringan dengan suhu
munculnya tunas, akar dan daun (kuncup), 26oC dengan penyinaran lampu neon (TL).
yang diamati setiap hari selama 8 MSP. Selama percobaan berlangsung, faktor yang
Disamping itu juga dilakukan pengamatan menjadi kendala utama adalah kontaminasi
terhadap peubah-peubah kuantitatif. Jumlah yang dapat menyebabkan media perlakuan
tunas per plantlet dihitung keseluruhannya; rusak dan plantlet mati.
pengamatan dilakukan pada umur 5 dan 9 Kontaminasi disebabkan oleh
MSP. Jumlah buku batang (node) per plantlet cendawan dan bakteri, akan tetapi penyebab
dihitung berdasarkan jumlah ketiak daun utamanya adalah cendawan dan sangat sulit
yang mengeluarkan tunas; pengamatan untuk mensterilkan kembali media dan
dilakukan pada umur 6 dan 10 MSP. Jumlah plantlet yang telah terkontaminasi oleh

Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 1-12

cendawan. Kontaminasi yang terjadi pada plantlet. Kontaminasi diduga terjadi karena
media perlakuan sebelum penanaman tidak kurang bersihnya botol, peralatan saat
dapat digunakan, sehingga media tersebut pembuatan media, suhu ruang kultur yang
dikeluarkan dan diganti dengan pembuatan berubah-ubah saat botol disimpan di rak
media baru untuk selanjutnya dilakukan kultur dan adanya bakteri yang terbawa dari
proses penanaman. Media dapat digunakan sumber eksplan. Kontaminasi juga sangat
setelah diinkubasi selama 4–7 hari dan media ditentukan oleh sterilitas ruangan.
yang dapat dipakai hanya yang terbebas dari
kontaminasi, sedangkan, kontaminasi pada 2. Hasil
plantlet mulai terlihat pada umur satu MSP Hasil pengamatan terhadap peubah
dengan frekuensi ± 1–5 botol plantlet. kualitatif (saat munculnya tunas, akar dan
Kontaminasi yang disebabkan oleh kuncup daun) dan peubah kuantitatif (jumlah
cendawan mula-mula terlihat dipermukaan
tunas, node/buku batang, daun, akar, tinggi
dan atau tepi media yang kontak langsung plantlet, dan bobot basah plantlet) menunjuk-
dengan dinding botol. Jika dibiarkan maka kan hasil yang bervariasi. Rentang waktu
cendawan tersebut akan menutupi seluruh munculnya tunas, akar dan kuncup daun
permukaan media. Kontaminasi yang anggrek D. anosmum akibat pemberian air
disebabkan oleh bakteri terjadi langsung pada
kelapa dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
eksplan, yang ditandai dengan munculnya
lendir berwarna putih keruh disekeliling

Tabel 1. Rentang Waktu Munculnya Tunas, Akar dan Kuncup Daun Anggrek D. anosmum.

Konsentrasi Rentang Waktu (HSP)


Air Kelapa
(ml/l) Saat Muncul Tunas Saat Muncul Akar Saat Muncul Kuncup daun
0 19 22 18
50 20 21 17
100 24 25 18
150 17 21 23

Tabel 1 menunjukkan pangaruh yang a. Jumlah Tunas


berbeda untuk masing-masing tingkat konsen-
trasi air kelapa terhadap rentang waktu Tabel 2 rataan hasil pengamatan
munculnya tunas, akar dan kuncup daun. jumlah tunas anggrek D. anosmum
Munculnya tunastercepat dihasilkan pada didapatkan perbedaan yang tidak jauh
media dengan konsentrasi air kelapa 150 ml/l berbeda satu dengan lainnya antara
dengan rentang waktu 17 hari setelah pengamatan 5 MSP dengan pengamatan 9
pengkulturan, dan 21 hari setelah peng- MSP. Jumlah tunas tertinggi dihasilkan dari
kulturan untuk munculnya akar, sedangkan media dengan konsentrasi air kelapa 100 ml/l
waktu tercepat munculnya kuncup daun dengan jumlah tunas pada masing-masing
adalah 17 hari setelah pengkulturan pada minggu pengamatan adalah 2.58 dan 2.96,
media dengan konsentrasi 50 ml/l, jika dengan gambar eksplan di tunjukkan pada
dibandingkan dengan media konsentrasi 150 Gambar 1.
ml/l. Sedangkan hasil pengamatan beberapa
peubah kuantitatif disajikan pada Tabel 2.


 
Tuhuteru dkk, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek …

Tabel 2. Rataan Hasil Pengamatan Peubah Jumlah Tunas, Jumlah Buku Batang (Node) dan
Jumlah Daun pada Anggrek D. anosmum dengan Pemberian Beberapa Konsentrasi
Air Kelapa pada Media Kultur In Vitro

Konsentrasi Peubah Pengamatan


Air Kelapa Jumlah Tunas Jumlah Node Jumlah Daun
(ml/l) 5 MSP 9 MSP 6 MSP 10 MSP 7 MSP 11 MSP
0 2.40 2.50 1.75 3.13 6.50 9.83
50 2.50 2.96 2.38 3.38 7.25 11.63
100 2.58 2.96 2.04 3.29 5.96 9.33
150 1.79 2.25 1.67 2.79 5.25 7.33

Gambar 1. Penampakan Kultur Tunas Anggrek D. anosmum pada Media


Kultur In Vitro MS dengan Konsentrasi Air Kelapa 100 ml/l
pada Pengamatan 8 MSP

b. Jumlah buku Batang (Node) dari media dengan konsentrasi 50 ml/l, dapat
dilihat pada Gambar 2.
Tabel 2, rataan hasil pengamatan
jumlah buku batang (node) menunjukkan c. Jumlah Daun
bahwa pada pengamatan 6 dan 10 MSP media Hasil rataan pada Tabel 2, untuk
dengan konsentrasi air kelapa 50 ml/l jumlah daun pada pengamatan 7 dan 11 MSP
merupakan media optimal dengan jumlah menunjukkan pengaruh yang sama, yaitu
buku batang yang dihasilkan dari masing- media dengan konsentrasi air kelapa 50 ml/l
masing minggu pengamatan adalah 2.38 dan merupakan media optimal dalam meng-
3.38. Sedangkan, media dengan konsentrasi hasilkan jumlah daun tertinggi, yakni 7.25
air kelapa 150 ml/l merupakan media dan 11.63 helai, dibandingkan media dengan
perlakuan yang menghasilkan jumlah buku konsentrasi air kelapa 150 ml/l, dimana selain
batang tersedikit, hal ini juga terjadi pada menghasilkan jumlah tunas dan jumlah buku
jumlah tunas yang dihasilkan. Contoh eksplan batang (node) terendah juga menghasilkan
jumlah daun yang sedikit.


Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 1-12

Gambar 2. Eksplan Anggrek D. anosmum dengan Media Konsentrasi Air


Kelapa 50 ml/l pada Umur 8 MSP

d. Jumlah Akar, Tinggi Plantlet dan Pengaruh perlakuan terhadap jumlah


Bobot Basah total akar plantlet anggrek D. anosmum
berpangaruh sangat nyata pada umur 12 MSP.
Pengamatan selanjutnya dilakukan
Diantara tiga taraf konsentrasi air kelapa yang
dengan cara mengeluarkan plantlet dari dalam
diambil secara acak, yakni media perlakuan
botol kultur dengan menggunakan pinset,
dengan konsentrasi 50 dan 100 ml/l
yang dilakukan pada pengamatan terakhir
menghasilkan jumlah akar terbanyak, yaitu
penga-matan 12 MSP, untuk beberapa
sebanyak 8.33, yang berbeda nyata dengan
parameter kuantitaf. Hal ini dilakukan untuk
media konsentrasi 150 ml/l.
mendetruktif bagian-bagian tanaman, seperti
Diantara tiga taraf konsentrasi air
jumlah akar, tinggi plantlet dan bobot basah
kelapa yang diambil secara acak, terhadap
plantlet anggrek D. anosmum. Hasil reka-
tinggi tanaman dan bobot basah plantlet
pitulasi uji F dari setiap peubah yang diamati
anggrek D. anosmum terlihat media perlakuan
pada umur 8 dan 12 MSP disajikan pada
dengan konsentrasi 100 ml/l menghasilkan
Tabel 3.
tinggi plantlet optimum, yakni 3.30 cm
Dari Tabel 2, hasil uji F terlihat bahwa
dengan bobot 0.89 gr. Dibandingkan dengan
pengamatan 8 MSP menghasilkan pengaruh
media perlakuan pada konsentrasi air kelapa
yang tidak berbeda nyata, sehingga tidak
150 ml/l yang menghasilkan jumlah akar,
dilanjukan dengan uji beda, sedangkan untuk
pengamatan 12 MSP menghasilkan pengaruh tinggi plantlet dan bobot basah terendah.
yang nyata bahkan sangat nyata untuk ketiga Gambar 9 merupakan contoh plantlet dengan
media konsentrasi 150 ml/l pada pengamatan
peubah pengamatan secara destruktif. Hal ini
12 MSP.
juga ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Eksplan Anggrek D. anosmum dengan Media Konsentrasi Air


Kelapa 150 ml/l pada Umur 12 MSP.

 
Tuhuteru dkk, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek …

Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Jumlah Akar (atas kiri),
Tinggi Plantlet, cm (atas kanan), dan Bobot Basah Plantlet, gr (bawah)
Kultur In Vitro D. anosmum pada Pengamatan12 MSP

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Uji F Hasil Pengamatan Jumlah Akar, Tinggi Plantlet dan Bobot
Basah Plantlet Anggrek D. anosmum dari Pemberian Air Kelapa pada Umur 8 dan 12
MSP

Uji F
Peubah Pengamatan
(ANOVA)
Jumlah Akar pada 8 MSP tn
Jumlah Akar pada 12 MSP **
Tinggi Plantlet pada 8 MSP tn
Tinggi Plantlet pada 12 MSP **
Bobot Basah pada 8 MSP tn
Bobot Basah pada 12 MSP *
Keterangan : * = Berbeda nyata pada uji F, α = 5% dan α = 1%
** = Berbeda Sangat Nyata pada uji F, α = 5% dan α = 1%
tn = Tidak Berbeda Nyata pada Uji F, α = 5% dan α = 1%

3. Pembahasan bahan-bahan seperti vitamin, mineral, asam-


Air kelapa baik digunakan pada media asam amino dan asam nukleat, fosfor serta zat
kultur jaringan karena mengandung zat atau tumbuh auksin dan giberelat yang berfungsi
sebagai penstimulir proliferasi jaringan,

Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 1-12

memperlancar metabolisme dan respirasi konsentrasi tersebut dikatakan mempengaruhi


(Tuleckle et al., 1961 dalam Widiastoety et asam nukleat sehingga berpengaruh terhadap
al., 1997). sintesa protein dan pengatur aktivitas enzim
Menurut George dan Sherrington, dalam hal diferensiasi sel untuk pembentukan
1984 dalam Parera 1997, bahwa air kelapa tunas plantlet anggrek D. anosmum. Morel
dapat digunakan sebagai pengganti hormon (1974) dalam Parera (1997), mengatakan
sitokinin. Pada tingkat konsentrasi tertentu bahwa air kelapa mampu menstimulir
air kelapa dapat menginisiasi terbentuknya pembelahan sel epidermis dan mengarah pada
tunas. Pemberian air kelapa dengan pembentukan protocrom jaringan supaya
konsentrasi 150 ml/l adalah sangat efektif beregenerasi lebih lanjut dan lebih cepat.
meningkatkan pertumbuhan dan perkem- Armini et al., (1991), juga menyatakan bahwa
bangan tunas-tunas samping dan akar. Hal ini perbandingan auksin dan sitokinin yang
dilihat dari rentang munculnya tunas tercepat. digunakan mempengaruhi pembentukan tunas
Ini diduga karena kandungan sitokinin dalam dan akar dalam kultur jaringan.
media perlakuan dengan konsentrasi tersebut Perbandingan antara sitokinin dan auksin
lebih tinggi dari auksin sehingga yang tinggi akan mendorong pembentukan
memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas tunas, sedangkan perbandingan sitokinin dan
dan daun. Sehingga meskipun akar keluar auksin rendah akan mendorong pembentukan
tetapi dengan bentuk potongan akar yang akar, sehingga selain meningkat-kan jumlah
berukuran kecil. Hal ini terjadi karena tunas terbanyak juga dapat meningkatkan
diketahui bahwa, keberadaan auksin berperan aktifitas sitokinin yang selanjutnya mening-
sebagai perangsang akar, namun apabila katkan efektifitas pembelahan sel semakin
kandungannya rendah maka akar yang tinggi, sebab air kelapa adalah endosperm
muncul akan berukuran kecil. yang kaya akan makanan, maka jika air
Konsentrasi 50 ml/l juga merupakan kelapa tersebut ditambahkan dalam media
media yang menghasilkan akar dengan kultur jaringan, eksplan yang ditanam dapat
rentang waktu tercepat, dengan hasil yang tumbuh dengan baik.
tidak berbeda secara signifikan dengan Untuk tinggi plantlet yang dihasilkan
konsentrasi 150 ml/l, begitu pun dengan terlihat optimal pada media perlakuan dengan
rentang waktu munculnya kuncup daun. Hal konsentrasi 50 dan 100 ml/l, yakni meng-
ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50 hasilkan tinggi plantlet yang sama yaitu 8.33
ml/l, air kelapa sekalipun tidak mampu cm, sehingga dikatakan sangat efektif dalam
memacu tunas dalam waktu tercepat namun proses diferensiasi jaringan, yang diketahui
terbentuknya daun dan akar menunjukkan bahwa didalam air kelapa terdapat zat hara,
bahwa pertumbuhan tanaman pada media zat pengatur tumbuh atau hormon, dan
tersebut terus berlangsung. vitamin yang dapat merangsang pertumbuhan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa plantlet. Selain itu, senyawa nitrogen yang
air kelapa dengan konsentrasi 100 ml/l terkandung dalam media berperan dalam
merupakan konsentrasi optimal dalam sintesis asam-asam amino dan protein secara
menghasilkan jumlah tunas terbanyak, jumlah optimal yang selanjutnya digunakan dalam
akar terbanyak dengan tinggi plantlet proses pertumbuhan dan perkembangan
tertinggi dan bobot basah terberat. Hal ini tanaman. Pemanjangan batang terjadi karena
diduga, karena adanya kandungan sitokinin adanya proses pembelahan, pemanjangan dan
dalam air kelapa yang tinggi dibandingan pembesaran sel-sel baru yang terjadi pada
kandungan auksin yang terdapat dalam maristem ujung batang yang mengakibatkan
eksplan, sehingga proses pembelahan sel tanaman bertambah tinggi (Gardner et al.,
lebih mengarah ke pembentu-kan tunas-tunas 1985 dalam Widiastoety, 2003). Dengan
samping atau dapat dikatakan bahwa menghasil-kan jumlah tunas dan akar
kandungan sitokinin dalam air kelapa dalam terbanyak, bahkan tinggi tanaman yang tidak

 
Tuhuteru dkk, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek …

berbeda jauh dengan media konsentrasi 50 terkandung dalam air kelapa, yang berfungsi
ml/l, menyebabkan pengaruh terhadap bobot sebagai pembentuk organ vegetatif dan
basah yang dihasilkan, yaitu 0.89 gr. Hal ini pembentukan klorofil pada tanaman.
diduga karena proses organogenesis yang Nitrogen merupakan unsur penyusun klorofil,
dihasilkan dari eksplan akibat adanya sedangkan Magnesium dan Mangan
pemberian air kelapa dengan konsentrasi 100 merupakan bagian dari klorofil. Meskipun
ml/l diduga mengan-dung zat pengatur didalam persenyawaan kompleks organik (air
tumbuh sitokinin yang tinggi. kelapa, pisang, ubi kayu) yang biasanya
Pertumbuhan dan morfogenesis ditambahkan kedalam media kultur jaringan
tanaman secara in vitro (kultur jaringan) sumber energi tersebut telah tersedia, namun
dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi karena karbohidrat tersebut telah banyak
dari zat pengatur tumbuh yang berada dalam digunakan untuk proses respirasi dan
eksplan dan akan menentukan arah dari pembentukan sel-sel baru tanaman maka
pengembangan kultur. Zat pengatur tumbuh penambahan sumber energi lainnya sangat
pada eksplan tergantung dari zat pengatur diperlukan guna mencukupi kebutuhan
tumbuh endogen dan zat pengatur tumbuh tanaman. Karbohidrat yang digunakan umum-
eksogen, yang diserap dari media tumbuh. nya sukrosa atau glukosa pada konsentrasi 2–
Air kelapa yang baik untuk campuran 3% (Murashige, 1974 dalam Widiastoety et
medium kultur jaringan anggrek yaitu air al., 1997).
kelapa muda yang manis rasanya dengan Hasil penelitian secara umum
daging buah yang manis, putih serta masih menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa
muda dikerok dengan sendok (Soeryowinoto, 100 ml/l adalah optimal dalam menghasilkan
1977 dalam Parera, 1997). Selain itu hasil jumlah tunas dan jumlah akar terbanyak yang
penelitian juga menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata dengan media konsentrasi
konsentrasi 50 ml•l-1pengaruh yang berbeda 50 ml/l. Begitu juga dengan tinggi plantlet
terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan bobot basah yang dihasilkan, konsentrasi
plantlet anggrek D. anosmum yakni, 100 ml•l-1 tidak berbeda secara signifikan
menghasilkan jumlah buku batang (node), dengan konsentrasi 50 ml/l.
jumlah daun dan jumlah akar terbanyak. Widiastoety et al. (1995) menyatakan
Jumlah buku batang (node) yang bahwa 10 dan 20 g/l sukrosa, 20 g/l fruktosa,
muncul,diduga dihasilkan karena adanya 10, 20 dan 30 g/l glukosa serta 20 g/l gula
kandungan auksin dan sitokinin dari eksplan pasir memberikan hasil yang lebih baik
dan air kelapa pada konsentrasi tersebut yang terhadap pertumbuhan plantlet anggrek
tinggi dalam media perlakuan, sehingga Dendrobium dibandingkan media tanpa
proses diferensiasi dan morfogenesis jaringan sumber karbohidrat sederhana, sedangkan
semakin berkembang. Selain itu, kandungan penambahan sumber energi tersebut dalam
asam amino dan myo inositol dalam media jumlah yang lebih banyak justru menye-
konsentrasi tersebut juga memperbaiki babkan pertumbuhan tanaman terhambat.
pertumbuhan dan morfologis tanaman. Kondisi seperti ini diduga akibat adanya
Jumlah daun terbanyak yang keracunan (karena jumlah gula berlebihan).
dihasilkan dari hasil penelitian ini, diperoleh Dalam media perlakuan, selain
dari media dengan konsentrasi air kelapa 50 penambahan gula juga ditambahkan arang
ml/l, diduga karena kandungan sitokinin aktif atau charcoal. Arang ini berguna untuk
dalam konsentrasi tersebut yang lebih besar menyerap racun atau senyawa inhibitor yang
dari auksin. disekresikan oleh plantlet kedalam media.
Banyaknya jumlah daun dan jumlah Disamping itu, arang aktif dapat mengurangi
tunas yang muncul juga disebabkan karena pencoklatan media akibat pemanasan tinggi
kandungan Nitrogen (dalam bentuk NH4+), setelah sterilisasi (Madnusudhanan, 2000
Magnesium (Mg) dan Mangan (Mn) yang dalam Widiastoety, 2004). Menurut
10 
Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 1-12

Widiastoety dan Marwoto (2004), penam- bobot basah plantlet tertinggi dibandingkan
bahan arang aktif proanalis sebanyak 2 g/l dengan tingkat konsentrasi 50 dan 150 ml/l;
kedalam media kultur dapat meningkatkan (3) Perlakuan tingkat konsentrasi air kelapa
pertumbuhan tinggi plantlet, luas daun dan 50 ml/l menghasilkan pertumbuhan buku
jumlah akar yang terbentuk. Bahkan dapat batang (node), jumlah daun tertinggi dan
meningkatkan jumlah tunas anakan yang tinggi plantlet yang tidak berbeda jauh
terbentuk. Hal ini yang pada akhirnya juga dengan konsentrasi 100 ml/l, dibandingkan
mempengaruhi semakin bertambahnya bobot dengan konsentrasi 150 ml/l.
basah plantlet anggrek D. anosmum.
Namun demikian, semua bahan-bahan DAFTAR PUSTAKA
nutrisi baik yang berasal dari senyawa
anorganik maupun senyawa organik tersebut, Armini, N. M, G. A. Wattimena dan L. W.
tingkat penyerapannya oleh bahan tanaman Gunawan. 1991. Bioteknologi
(plantlet) sangat dipengaruhi oleh pH media Tanaman. Pusat Antar Universitas.
itu sendiri. Untuk pertumbuhan, pH yang Institut Pertanian Bogor. Bogor.
sesuai adalah5.0–6.5 sedangkan bila pH Bey, Y. 2006. Syafii Phalaenopsis amabilis
terlalu tinggi (>7.0) dapat menghambat atau BL) Secara In Vitro. Jurnal
bahkan meng-hentikan pertumbuhan dan Biogenesis 2: 41-46
perkembangan kultur secara in vitro (Pierik,
Wan dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian
1987 dalam Widiastoety et al, 2005). Hasil
Giberalin (GA3) Dan Air Kelapa
penelitian Widiastoety et al., (2005)
Terhadap Perkecambahan Bahan Biji
menunjukkan bahwa kisaran pH terbaik
Anggrek Bulan. [Skrikpsi] Universitas
terdapat pada kisaran 4.8–5.2 untuk
Riau.
pertumbuhan tinggi plantlet, luas daun,
jumlah daun, jumlah tunas anakan, panjang Gunawan, L.W. 1998. Teknik Kultur Jaringan
akar dan jumlah akar kultur anggrek Tumbuhan. Direktorat Jenderal
Dendrobium. Pendidikan Tinggi, Departemen
Faktor-faktor yang dijelaskan diatas Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
merupakan faktor-faktor penentu pertumbuh- Lubis, N. N. 2010. Mikropropagasi Tunas
an dan perkembangan plantlet anggrek D. Anggrek Hitam (Coelogyne
anosmum. Sehingga keberadaannya sangat pandurata Lindl) Dengan Pemberian
penting dalam menunjang proses diferensiasi Benzil Amino Purin Dan Naftalen
dan pemanjangan jaringan tanaman. Oleh Asam Asetat. [Skripsi] Universitas
karena itu, konsentrasi yang dipakai harus Sumatera Utara. Medan.
benar-benar merupakan konsentrasi optimum.
Parera, F. Dj. 1997. Pengaruh Tingkat
KESIMPULAN Konsentrasi Air Kelapa Terhadap
Pertumbuhan dan Perbanyakan
Dari hasil penelitian dan pembahasan Tanaman Anggrek Dendrbium spp
yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat Melalui Teknik Kultur Jaringan.
diambil kesimpulan, yaitu : (1) Penambahan GOTI-Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
air kelapa pada media kultur jaringan Teknologi Universitas Pattimura,
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Volume 2 April 1997. Ambon.
plantlet dan jumlah tunas anggrek D. Widiastoety, D dan F.A. Bahar. 1995.
anosmum; (2) Perlakuan tingkat konsentrasi Pengaruh Berbagai Sumber dan Kadar
air kelapa 100 ml/l selain menghasilkan Karbohidrat Terhadap Pertumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan tunas yang Plantlet Anggrek Dendrobium.
baik, juga menghasilkan jumlah akar J. Hort. 5: 76-80.
terbanyak, pertumbuhan tinggi plantlet dan
11 
 
Tuhuteru dkk, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek …

Widiastoety, D., S. Kusumo dan Syafni. Widiastoety, D dan S. Kartiningrum. 2003.


1997. Pengaruh Tingkat Ketuaan Air Pemanfaatan Ekstrak Ragi dalam
Kelapa dan Jenis Kelapa Terhadap Kultur In Vitro Plantlet Media
Pertumbuhan Plantlet Anggrek Anggrek. J. Hort. 13: 82 – 86.
Dendrobium. J. Hort. 7: 768-772. Widiastoety, D., S. K. Ningrum dan Purbadi.
Widiastoety, D dan Purbadi. 2003. Pengaruh 2005. Pengaruh pH Media Terhadap
Bubur Ubi Kayu dan Ubi Jalar Pertumbuhan Plantlet Anggrek
Terhadap Pertumbuhan Plantlet Dendrobium. J. Hort. 15: 18 – 21.
Anggrek Dendrobium. J. Hort. 13: Widiastoety, D dan A. Santi. 2004.
1 – 6. Pengaruh Sukrosa Terhadap
Widiastoety, D dan B. Marwoto. 2004. Pertumbuhan Plantlet Anggrek Vanda.
Pengaruh Berbagai Sumber Arang Laboratorium Kultur Jaringan Balai
dalam Media Kultur In Vitro Penelitian Tanaman. Jakarta.
Terhadap Pertumbuhan Plantlet
Oncidium. J. Hort. 14: 1 – 5.

12 

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai