Anda di halaman 1dari 12

Nama : Sulfia

Nim : E28121134
Mata Kulia : Teknologi perbanyakan Bahan tanaman
Resume pemetahan Domansi pada Tanaman kehutanan/Industri
Pematahan Dormansi Pada Benih Aren
Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) merupakan tanaman asli dari asia
tenggara. Di indonesia tanaman ini hampir tersebar di seluruh wilayah nusantara,
khususnya daerah-daerah lembah perbukitan, baik di pulau kecil ataupun besar.
Khususnya di provinsi nusa tenggara barat (NTB) tanaman ini tersebar di
beberapa tempat dan di kenal dengan beberapa nama daerah, seperti lombok dan
bima dengan sebutan nao serta daerah sumbawa dikenal dengan sebutan pola
(Baharuddin & Taskirawati, 2009)

Aren termasuk ke dalam jenis tanaman multifungsi atau MPTS (Multi


Purpose Trees Species) karena hampir semua bagian tanaman ini mempunyai
manfaat, baik secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Tanaman ini di NTB,
khususnya Pulau Lombok, sering dimanfaatkan sebagai penghasil nira dijadikan
sebagai minuman (tuak manis), bahan baku gula merah, dan buah dijadikan
kolang-kaling sebagai bahan campuran beraneka jenis makanan dan minuman,
sedangkan manfaat lainnya sebagai hasil ikutan (Ijuk, lidi, tali, dan bahan
konstruksi). Namun, Lempang (2012) menjelaskan bahwa tanaman ini kurang
mendapat perhatian untuk dikembangkan secara sungguh-sungguh oleh berbagai
pihak. Padahal permintaan produk-produk yang dihasilkan tanaman ini, baik untuk
kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negeri tetap diperlukan.

Tahun 2017, Asosiasi Aren Indonesia (AAI) menyatakan bahwa


penyediaan gula merah di NTB minimal 1,5 ton/bulan gula merah. Permintaan ini
tinggi jika dibandingkan dengan tingkat produksi di NTB hanya 600 kg/bulan
dengan kekurangan persediaan sebesar 9000 kg/bulan. Tingkat produksi ini
rendah dikarenakan pola-pola produksi yang masih tradisional (Bul, 2017). Selain
dari pola-pola produksi yang masih tradisional, diperlukan pula penyediaan bahan
pokok dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan produksi dengan upaya
pengembangan tanaman aren.

Pengembangan tanaman aren pada umumnya belum dibudidayakan secara


massal Petani masih mengandalkan tanaman yang tumbuh bergerombol dengan
kondisi yang kurang optimal (Menper, 2014). Pembudidayaan aren di persemaian
merupakan suatu cara untuk memproduksi bibit yang baik dan sehat.
Namun, pada benih aren kendala yang sering dijumpai adalah
masa dormansi yang lama, dikarenakan kulit benih yang keras. Sehingga, hal ini
mengganggu kegiatan pembibitan. Pada tanaman aren, fase dormansi akan
berakhir dengan munculnya lingkaran putih di samping benih, yang kemudian
memanjang disebut dengan apokol. Marsiwi (2012) menyebutkan
bahwa pada kondisi alami benih aren baru bisa berkecambah 5-6 bulan setelah
disemai, bahkan Rozen et al.(2016)menyatakan bahwa benih aren dapat
berkecambah sampai 1 tahun.

Teknologi dalam mematahkan dormansi benih aren sudah banyak


dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi,
dan perendaman menggunakan bahan kimia mampu memberikan hasil yang
paling baik dibandingkan perlakuan lainnya. Namun, perlakuan skarifikasi sulit
untuk diterapkan pada benih skala besar, begitupun dengan perlakuan bahan kimia
dari segi ekonomis, harga yang mahal dan penerapannya yang sulit di masyarakat.

Selain dari kulit benih aren yang keras, tingkat kemasakan benih juga
mempengaruhi perkecambahan. Benih yang telah masak secara fisiologis telah
memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio sempurna
untuk melakukan perkecambahan (Sutopo 2012). Selanjutnya Widyawati et
al. (2009), menjelaskan bahwa semakin tua benih aren ternyata semakin rendah
permeabilitasnya terhadap air meskipun kadar airnya semakin menurun, tetapi
tidak bersifat impermeable sehingga ketika dikecambahkan proses imbibisi benih
aren berlangsung sangat lambat antara lain di sebabkan oleh meningkatnya
kandungan lingnin yang terdapat pada kulit benih.

Oleh karena itu, meskipun sejumlah penelitian telah dilakukan untuk


mematahkan dormansi pada benih aren, baik secara fisik maupun kimia, tetapi
kajian tentang sifat permeabilitas benih aren masih diperlukan untuk menemukan
cara mempercepat pematahan dormansinya, khususnya pada penelitian ini, benih
dengan tingkat kemasakan yang berbeda dilakukan perendaman menggunakan
asam asetat (CH3COOH), nira aren dan air kelapa yang diharapkan dapat
meningkatkan permeabilitas benih terhadap air agar mudah terimbibisinya air ke
dalam benih. Dengan demikian, pentingnya penelitian ini dilakukan untuk melihat
bagaimana pengaruh dari bahan perendaman tersebut pada tingkat kemasakan
yang berbeda terhadap pematahan dormansi benih aren.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Taskirawati, I. (2009). Buku Ajar Hasil Hutan Bukan Kayu.


Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Bul. (2017). Provinsi Nusa Tenggara Barat Mulai Ekspor Gula Merah. Suara NTB
Jendela NTB untuk Dunia. Mataram. Diakses pada tanggal 5 April 2017.
Dari(http://www.suarantb.com/news/2017/01/25/21438/ntb.mulai.ekspor.
gula.merah).

Lempang, M (2012) pohon aren dan manfaat produksinya. Jurnal Info Teknis
Embibo, 9(1), 37-54.

Marsiwi, T. (2012). Laporan Seminar Umum Beberapa Cara Perlakuan Benih


Aren (Arenga pinnataMerr) Untuk Mematahkan Dormansi.
Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rozen, N., Thaib, R., Darfis, I. & Firdaus. (2016). Pematahan Dormansi Benih


Enau (Arenga pinnata) dengan Berbagai Perlakuan Serta Evaluasi
Pertumbuhan Bibit di Lapangan. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon,
2(1), 27-31.

Sutopo, L. (2012). Teknologi Benih Edisi Revisi Fakultas Pertanian Universitas


Brawijaya.Jakarta: Rajawali Pers.
Widyawati, N., Tohari, Yudono, P. & Soemardi, I. (2009). Permeabilitas dan
Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) The
Permeability and Germination of Sugar Palm Seeds (Arenga
pinnata (Wurmb.) Merr.).J. Agron. Indonesia, 37(2), 152-158
Resume pemetahan Domansi pada Tanaman Hortikultura
Pematahan Dormansi Pada kacang tanah

Dormansi pada benih kacang tanah dapat mengakibatkan pertumbuhan


benih yang tidak seragam di lapangan. Metode perlakuan pematahan
dormansi selama tujuh hari terlalu lama dilakukan untuk pengujian sertifikasi
benih di laboratorium.

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah


satu tanaman legum yang cukup penting di Indonesia. Kacang tanah memiliki
peran strategis dalam kontribusi pangan nasional sebagai sumber protein dan
minyak nabati. Produksi kacang tanah Indonesia pada tahun 2015 sebesar 605.449
ton. Hasil produksi tersebut menunjukkan penurunan dari produksi tahun 2014
sebesar 638.896 ton dan produksi tahun 2013 sebesar 701.680 ton (BPS, 2017).

Salah satu kendala budidaya kacang tanah adalah pada pengujian mutu


benih kacang tanah masih banyak ditemukan benih segar tidak tumbuh atau
mengalami dormansi. Menurut Sadjad (1993) dormansi benih merupakan suatu
fenomena benih dalam keadaan istirahat, tidak aktif bermetabolisme meskipun
lingkungan baik untuk proses itu. Kacang tanah mengalami dormansi fisiologis
dengan terjadinya after rippening yaitu setiap perubahan pada kondisi fisiologis
benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi berkecambah.
Penyebab dormansi fisiologis adalah embrio yang belum sempurna dalam
pertumbuhan atau belum matang. Secara genetik, dormansi pada
kacang tanah dikontrol oleh gen monogenik (di mana benih yang dorman lebih
dominan daripada benih yang tidak dorman) dan tidak terdapat efek maternal
(Asibuo et al., 2008).
Menurut Sutopo (2004) terdapat beberapa cara yang telah diketahui untuk
pematahan dormansi benih yaitu, pada dormansi fisik dengan cara skarifikasi atau
pelukaan pada kulit benih yang keras dengan mengikir, menggosok atau
memotong kulit benih, pada dormansi fisiologis dengan stratifikasi atau
perendaman dengan menggunakan air ataupun zat kimia, dan perlakuan
pemberian temperatur tertentu pada benih. Metode yang digunakan dalam
penanganan dormansi fisiologis yaitu dengan perendaman benih menggunakan zat
kimia. Kalium Nitrat (KNO3) sangat dikenal sebagai bahan kimia yang digunakan
dalam pematahan dormansi benih karena mampu sebagai promotor
perkecambahan. Kalium Nitrat (KNO3) mengandung dua unsur penting yang
dibutuhkan tanaman, yaitu kalium dan nitrogen. Kalium merupakan pengaktif dari
enzim protease untuk memecah protein menjadi asam amino yang penting untuk
fotosintesis dan respirasi. Nitrogen berperan dalam sintesis asam amino dan
protein, serta mampu meningkatkan kemasakan fisiologis benih. Pada biji-bijian
yang mengandung minyak atau lemak dapat menghasilkan enzim lipase
(Sya’bani, Astuti, dan Pratiwi, 2017).

Selain penggunaan Kalium Nitrat, bahan kimia yang dapat digunakan


dalam pematahan dormansi adalah Ethephon. Menurut Wang et al, (2012),
Pongsupasamit dan Utayo (2014), Ethephon (C2H6ClO3P) dapat dikonversikan
sebagai etilen bagi tanaman berpengaruh nyata menghilangkan dormansi.
Menurut Chen et al. (2015) melaporkan bahwa pada benih yang berhasil terlepas
dari dormansi, diketahui terjadi peningkatan kandungan endogenus GA seiring
dengan peningkatan etephone, menurunnya kandungan ABA dan rasio GA/ABA
yang meningkat.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh interaksi yang dihasilkan


dari penggunaan varietas dengan perlakuan pematahan dormansi, serta
mempelajari respon pertumbuhan tanaman yang dihasilkan dari penggunaan
varietas dan perlakuan pematahan dormansi
DAFTAR PUSTAKA

Asibuo,J.Y.R. Akromah, S.K. Osesi, K.A.D. Hans, O.D. seth, and A.


Adelaide.2008. Inhertitance of Fresh seed Dormancy in Groundunut
african journal of Biotekc hnology 7(4):412-424

Badan Pusat Statistik. 2017. Data Badan pusat Statistik tentang produksi kacang
tanah (online). Tersedia pada http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.
(Diakses 12 feb.2018).

Chen,J.L.Jiang, and C.Wang. 2015. Study on influencing factors of seed


Dormancy in peanut (Arachis hyppogaea L.). journal of Nuclear
agricultural science, 29(7):1392-1398

Sajad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih PT Grasindo. Jakarta p 144

Sutopo, L. 2004. Teknologi benih Rajawali press : jakarta .p 237


Ringkasan materi dormansi

Benih dorman yaitu benih yang hidup, tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan yang memenuhi yang syarat (umum). Dormansi secara
fisik (dormansi fisik) misalnya kulit bijinya, fisiologis ( misalnya dari embrio).

Dormansi Fisik

Kulit biji yang keras dan kedap, impermeabilitas kulit biji terhadap air biasanya
pada biji yang kulit bijinya keras, pengambilan air terhalang oleh kulit biji
berdiding tebal atau ada lapisan lilin pada permukaan luar / dalam.

Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

• Kulit biji keras menghalangi pertumbuhan embrio

• Banyak pada jenis gulma

• Usaha menghilangkan kulit biji.

Dormansi Fisiologi

• Immaturyty embrio, perkembangan embrio tidak secepat jaringan


sekitarnya.

• Perkecambahan perlu ditunda dan biji ditempatkan pada kondisi

After rivening adalah setiapa perubahan pada kondisi fisiologis selama


penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Benih ini
bisa langsung berkecambah bila setelah panen diberi perlakuan khusus, tetapi
setelah disimpan bebrapa waktu.
Dormansi Sekunder

Benih yang dalam keadaan normal mampu berkecambah tetapi bila


dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa
waktu. Misalnya: pemberian cahaya yang tidak diinginkan, tekanan O2 yang
rendah, tekanan O2 yang tinggi, kadar air yang berlebihan.

Pemecahan dormansi

• Perlakuan mekanis, untuk permeabilitas kulit biji teradap air dan gas,
resistensi mekanis kulit.

• Perlakuan kimia, memudahkan kulit biji dimasuki air pada proses imbibisi
karena lunak.

• Larutan H2SO4 dan KNO pekat

• KOH, HCL, dan KNO3

• Hormon tumbuh : sitokinin, giberelin, auksin.

• Perlakuan perendaman dalam air, bertujuan untuk memudahkan


penyerapan oleh air benih.

• Perlakuan temperatur

- Rendah, stratifikasi ( pada anggur, apel) pemberian suhu rendah selama


waktu tertentu (berbeda untuk setiap jenis).

- Rendah dan tinggi

Tempat tinggi ( hanya radikalnya) diikuti temperratur rendah ( untuk epikotilnya).

• Perlakuan cahaya

Jumlah cahaya, intensitas, panjang hari selain meningkatkan persen


perkembangan juga laju perkecambahan. Misalnya, caaya merah dapat
mempercepat perkrecambahan benih selada.
• Benih rekalsitrat

Tanaman pangan : padi, kedelai, dan jaging. Disebut benih ortodoks, dimana
semakin rendah kadar air, dan suhu simpannya. Biji yang tidak menurunkan kadar
airnya walau telah masak.

• Ekologi rekalsitrat

• Tumbuhan air, dimana lingkungan selalu ada genangan air dan biji yang
memproduksi biji dengan yang dihasilkan tak akan mngalami keadaan kering.

• Tanaman tahunan yang memproduksi biji dengan waktu yang teratur,


yaitu saat ph tinggi pada daerah tropis basah.

 Immaturry embrio masi muda belum mampu berkecambah


perkecambahan embbrio tidak secepat jara. Sekitarnya perkecambahan
perlu di tunda dan biji di tempatkan pada kondosi tertentu sampai embrio
sempurna
 Impermeabilitas air tidak dapat masuk karena terhalang kulit yang keras
contohnya pola usaha: pergantian teperatur tinggi ke temperatur rendah
contohnya air panas ke air dingin.
 After repening adalah perubahan pada kondisi fiologis benih selama
penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah
contohnya selada dapat berkecabah dengan suhu <20oc
 Macam-macam metode uji cepat dormansi
Uji TTZ
Uji hydrogen perioksida
Uji X-ray
Uji konduktivitas
Uji benih

Anda mungkin juga menyukai