PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dengan berbagai khasiat dari buah pare sebagai tanamat obat, petani
Indonesia perlu mengoptimalkan kondisi buah pare. Tetapi banyak petani
Indonesia mengalami kendala, salah satu kendala yang di hadapi yaitu hama lalat
buah yang menyerang buah pare.
1
dan gugur, Hal ini dapat menurunkan daya saing komoditas holtikultura indonesia
di pasar global (Deptan, 2002 dalam Irwanto, 2008).
1.2.Tujuan
2
Tujuan dari praktikum ini antara lain:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pare
3
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Tubuhan berbiji belah
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia
Akar
Akar tanaman pare memiliki akar tunggang yang berbentuk kerucut dan
cabang – cabang akar bercabang lagi hingga amat luas daerah perakaran nya. Akar
– akar yang tumbuh mendatar dapat menyebar dengan radius 40 – 80 cm dari
pangkal batang. (Kurniawan, 2015)
Batang
Tanaman pare memiliki batang berusuk lima, panjangnya kurang lebih 2-
5 mm, dan pada batang tanaman yang masih muda terdapat rambut yang rapat.
Daun
Tanaman pare berdaun tunggal, bertangkai panjang mulai dari 1,5-5,3
cm, kedudukannya berseling, bentuk bulat panjang, helai daun berbagi 5-7,
pangkal daun berbentuk seperti jantung dengan panjang kurang lebih 3,5-8,5 cm,
lebar 2,5-6 cm, berwarna hijau tua.
Bunga
Bunga tanaman pare bertipe tunggal, berkelamin 2 dalam satu pohon,
tangkai bunga panjang dan mahkota bunga berwarna kuning.
Buah
Buah pare berwarna hijau (muda) sampai jingga (tua), bentuk bulat
memanjang dengan 8-10 rusuk, permukaan buah berbintil-bintil tidak beraturan,
panjang 8-30 cm, bila dikonsumsi rasanya pahit.
Biji
Dalam satu buah pare memiliki banyak biji, berwarna coklat kekuningan,
bentuk pipih memanjang, dan keras.
Iklim
Tanaman pare umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas,namun
kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan
tingkatkeasamaan yang baik merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan pare.
Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus berkisar antara 5-6, namun
tanaman. Tanaman pare adalah tanaman sangat sensitif yang memerlukan kondisi
tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk keberhasilan
produksi. Tanaman pare menghendaki suhu udara antara 220º C – 300º C.
Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
pencapaian masa berbunga pada pare. Lingkungan tumbuh yang memiliki rata -
4
rata 10 temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan umur panen
menjadi lebih pendek (Firmanto, 2011).
Tanah
Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai bagi tanaman pare
berkisarantara 5,3–5,7. Namun demikian masih toleran pada pH yang lebih
rendah, yaitu5,0. pH tanah yang terlalu rendah akan mengakibatkan rendahnya
kualitas dan tingkat produksi tanaman (Samadi, 2011).
Pupuk Kandang Ayam
Menurut (Musnawar dan Elfi, 2015). Pupuk Kandang merupakan pupuk organik
dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya
berupa mamalia (sapi, kambing, babi, kuda) dan unggas (ayam, burung) pupuk
kandang ini paling sering digunakan petani untuk menyuburkan tanah. Bahan
organik yang terkandung dalam kotoran unggas (ayam) bermanfaat dalam proses
mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K,Ca, Mg, S serta hara
mikro) sehingga dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah.selain itu kotoran
ayam juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memperbaiki struktur
tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air,
permeabilitas tanah menjadi lebih baik, serta meningkatkan kapasitas pertukaran
kation, sehingga mampu mengikat kation menjadi tinggi, akibatnya bila pupuk
dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci. (Anonymous, 2010)
Kandang Ayam memiliki kandungan N yang cukup tinggi, dibandingkan pupuk
kandang kotoran hewan lainnya, dan perbandingan C/N rasio yang
rendah.Kandungan N yang relatif tinggi pada kotoran ayam dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Selain itu penambahan pupuk padat kotoran
ayam juga mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Walaupun demikian pupuk
padat
kotoran ayam umumnya lebih lambat tersedia bagi tanaman,karena membutuhkan
waktu untuk proses dekomposisi (Hardjowigeno, 2010) Setiap ternak hara
kotorannya berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas
tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda - beda, padahal makanan
inilah yang menentukan kadar pupuk kandang / jika makanan yang diberikan
banyak mengandung hara N, P, dan K , makanya kotorannya pun akan kaya
dengan zat tersebut. Salah satunya kandungan hara pada pupuk kandang yaitu
kadar air 55%, Nitrogen 1,00%, Phosphor 0,80%, Kalium 0,40% (Musnawar,
2006)
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
AlatAlat tulis,handphone
6
B.Prosedur Kerja
5. Dolomit diberikan pada salah satu polybag dengan takaran 3 sendok atau 3
gram
6. Polybag yang sudah diberi pupuk kandang dan dolomit sesuai perlakuan
selanjutnya disusun dengan rapi.
BAB IV
Hasil
7
Tidak menggunakan dolomit
Menggunakan dolomit
Pembahasan
Tanah podzolik merah kuning atau sering disebut Ultisol adalah tanah
berwarna merah kuning yang sudah mengalami proses hancuran iklim yang
sudahlanjut, basa-basanya tercuci sehingga tanah bereaksi masam dan
memilikikejenuhan Al yang tinggi (Subagyoet al ., 2000).
8
Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau
kuning dengan struktur gumpalmempunyai agregat yang kurang stabil dan
permeabilitas rendah. Tanah iniumumnya berkembang dari bahan induk tua. Ciri
Ultisol memiliki solum tanahagak tebal yaitu 90-180 cm dengan batas horizon
yang datar.Sifat-sifat fisika dari tanah ultisol umumnya buruk, hal ini dapat dilihat
dari beberapa hal sebagai berikut:
(6) agregatkurang stabil dan lambat akibatnya bahaya erosi dapat meningkat.
(7) bobot isi pada lapisan tanah bawah tinggi (Utomo, 2008).
Sifat kimia pada tanah Ultisol yang berperan dalam menentukan sifat,
ciridan kesuburan tanah yakni kemasaman kurang dari 5,5, kandungan bahan
organik rendah sampai sedang, kejenuhan basa kurang dari 35%, serta Kapasitas
TukarKation (KTK) kurang dari 24 me per 100 gram liat. Tingkat pelapukan dan
pembentukan Ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-daerah yang beriklimhumid
dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi (seperti halnya Indonesia),ini
berarti Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian
sangatintensif, hal ini yang menyebabkan Ultisol memiliki kejenuhan basa
rendah.Selain itu, Ultisol juga memiliki kandungan Al-dd tinggi (Munir, 1996)
CaO + H2 Ca(OH)2
10
Ca(OH)2 + 2H2CO3 Ca(HCO3)2 + 2H2O
H (tidak larut)
H fase padat
(Utomo, 2008).
Pengaruh kapur terhadap sifat fisik tanah sangat erat hubungannya dengansifat
biologi tanah. Agregasi zarah tanah yang semakin baik akibat pengaruhkapur akan
memperbaiki aerasi dan perkolasi di dalam tanah sehingga aktivitas biologi tanah
semakin baik. Keadaan ini menyebabkan proses pelapukan bahanorganik menjadi
cepat, sehingga asam-asam organik banyak dihasilkan yangkemudian akan
mengikat Al-dd. Proses pengikatan Al-dd oleh asam-asam organikdapat terjadi
karena asam-asam tersebut mempunyai gugus fungsional yangmengandung
oksigen seperti -C= , -OH, dan – COOH (Stevenson, 1982 dalamWahjudin, 2006).
11
Kompos yang diberikan di dalam tanah akan terdekomposisimenjadi asam
humat dan asam fulvat yang keduanya mengandung asam fenolatdan asam
karboksilat. Asam-asam tersebut dapat berinteraksi dengan oksida danatau
hidroksida Al, baik secara dijerap maupun dikelat. Aktivitas dari asam-asamini
terjadi karena adanya perubahan muatan elektron dari oksigen, baik secara polar
maupun resonansi (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Ada berbagai jenis kapur yang dapat digunakan untuk pengapuran lahan
pertanian. Jenis kapur tersebut dijelaskan menurut Kuswandi (2005) antara lain:
12
5. Kapur liat = Napal, MarlMarl adalah butiran atau butir lepas,
seringkali tak murni,CaCO3yang berasal dari cangkang binatang laut
atau terbentuk dari presipitasi CaCO3 dari perairan danau kecil atau
kolam. Secara umum marl diartikan sebagai CaC3yanglunak dan tidak
tahan lapuk dan biasanya tercampur dengan lempung dan kotoranlain.
Istilah ini juga dipakai untuk hamper semua bahan yang tinggi
kadarkapurnya seperti beberapa tanah liat berkapur. Marl biasanya
hamper semuanyaCaCO3murni, tapi kadang-kadang mengandung tanah
liat, debu atau bahanorganic yang tinggi. Marl sering digali dalam
keadaan basah dan sukar dihampardiatas tanah, kecuali sebelumnya
dibiarkan kering. Penyebaran marl tidak seluaskapur giling, dan
penimbunannya jauh kurang ekstensif tapi terdapat di banyak pantai.
13
Praktikum tentang pengapuran pada tanah marginal dilakukan dengan
caramenanam kangkung pada tanah podzolik merah kuning. Kapur yang
digunakanyaitu kapur pertanian dan dolomit, dengan dosis 0 gr/5 kg tanah, 2 gr/5
kg tanahdan 4 gr/5 kg tanah. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman dan
bobot basahtanaman. Setelah dilakukan pemeliharaan selama 26 hari dan
pengamatansebanyak 13 kali. Pada akhir pengamatan juga dilakukan pengukuran
pH denganmenggunakan alat pH meter. Hasil pengukuran pH tanah dengan pH
meter adalah sebagai berikut. Pada perlakuan K, D1, D2, KP1, dan KP2 berturut-
turut . 6,3;6,3; 6; 6,8;dan 6,4. Dapat terlihat bahwa tanah PMK yang tainya asam
menjadimendekati netral. Sedangkan pengamatan didapatkan hasil sebagai
berikut.Rata-rata tinggi tanaman kangkung pada perlakuan kontrol (K), dolomit
2gr/5 kg tanah (D1), dolomit 4 gr/5 kg tanah (D2), kapur pertanian 2 gr/5 kg
tanah(KP1), kapur pertanian 4 gr/5 kg tanah (KP2) berturut-turut yaitu sebesar 29,
21,22, 21, 23 cm. Terlihat dari data tersebut bahwa tanaman kangkung yang
tertinggiyaitu pada perlakuan kontrol (K) yaitu sebesar 29 cm. Tinggi tanaman
yang palingrendah pada perlakuan D1 dan KP1 yaitu sebesar 21 cm. Data yang
telahdiperoleh lalu dilakukan uji ANOVA menunjukkan F hitung > F tabel,
Artinya perlakuan pemberian kapur baik dolomit ataupun kapur pertanian
tidakmenunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanamankangkung.
Sehingga padatanah masam yang telah diberi kapur, tanaman akan tumbuh
optimal jikadibandingkan dengan pertumbuhan tanaman pada tanah yang masam
tanpa perlakuan pengapuran.Rata-rata bobot basah tanaman kangkung pada
perlakuan kontrol (K),dolomit 2 gr/5 kg tanah (D1), dolomit 4 gr/5 kg tanah (D2),
kapur pertanian 2 gr/5kg tanah (KP1), kapur pertanian 4 gr/5 kg tanah (KP2)
berturut-turut yaitu sebesar5, 3, 8, 4, 4 gram. Hasil ini menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian kapurdolomit dengan dosis 4 gr/5kg tanah dapat
meningkatkan bobot basah tanaman.dari data yang telah diperoleh, lalu dilakukan
14
uji ANOVA, hasilnya bahwa Fhitung < F tabel, artinya bahwa perlakuan
pengapuran tidak berpengaruh terhadap bobot basah tanaman kangkung. Sehingga
tidak dilakukan uji lanjut.
15
BAB V
A.Kesimpulan
B.Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013.
Kangkung.http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/KANGKUN
G.pdf . Diakses pada 01 Januari 2016.
17
Soepardi, G. 1983.Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Studi tata pengadaan dan penggunaan serta dampak kapur terhadap pendapatan
petani dalam rangka pengembangan lahan kering di daerah transmigrasi.
Kerjasama antaraTeam Studi Kapur Fakultas Pertanian dengan Proyek
P3DT Dit. PerluasanAreal Pertanian, DitJen Pertanian Tanaman Pangan,
Dep. Pertanian.
18
LAMPIRAN
19
20
MENGUNAKAN DOLOMIT
21