Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN

TANAMAN KACANG TANAH

Dosen Pengampu :

DR.IR. Usman Made, Mp

Oleh :
SULFIA
E 281 21 134

PROGRAMSTUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya.
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah Budidaya Tanaman Pangan yang berjudul
“Tanaman Kacang Tanah”.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


menyusun makalah ini. Oleh arena itu saya akan menerima segala bentuk kritikan dan
saran yang di berikan, agar saya dapat memperbaiki penyusunan Tugas Makalah
Budidaya Tanaman Pangan yang berjudul “Tanaman Kacang Tanah”.

Palu, 13 Maret 2023

penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 1.1 Latar Belakang
Kacang tanah salah satu tanaman sumber pangan terutama protein,
karbohidrat, dan vitamin. Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang bernilai
ekonomi cukup tinggi bagi petani. Disamping tananaman tersebut sebagai komoditi
agrobisnis juga merupakan salah satu sumber pangan bagi penduduk Indonesia.
Kacang tanah memiliki kandungan protein sebesar 27%, kacang tanah juga
mengandung lemak (40-50%), karbohidrat serta vitamin A, B, C, D,E, dan K serta
mineral lainnya. (Adisarwanto, Rahmianna dan Suhartina, 1993).
Kebutuhan kacang tanah terus meningkat dari tahun ke tahun hal ini sejlan
dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, diversifikasi
pangan, serta meningkatnya jumlah industry pakan dan makanan di Indonesia. namun
produksi kacang tanah dalam negri belum mampu untuk mencukupi kebutuhan
tersebut, hal ini yang membuat Indonesia masih impor kacang tanah. Oleh sebab itu
pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan produksi kacang tanah melalui
intensifikasi, perluasan lahan pertanaman dan penggunaan pupuk yang tepat.
(Adisarwanto, Rahmianna dan Suhartina, 1993). Semakin tinggi permintaan produksi
kacang tanah menjadikan tanaman ini perlu untuk di kembangkan dalam
pembudidayaannya. Produksi dalam penyusunan perencanaan di lahan pertanian. Di
samping itu tanah juga mempunyai peran penting terhadap ketersediaan air bagi
tanaman (Abidin, 1984).
1.2 1.2 Rumusn Masalah
1. Bagaimana cara tumbuh kacang tanah?
2. Bagaiman cara budi daya kacang tanah?
1.3 1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara tumbuh kacang tanah?
2. Untuk mengetahui cara budi daya kacang tanah?
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 2.1 Botani Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak dan berbintil.
Panjang akarnya dapat mencapai 2m. Tanaman kacang tanah termasuk kedalam
tanaman legum. Berikut adalah taksonomi tanaman kacang tanah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Roales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea
Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas emat anak daun
dengan tangkai daun agak panjang. Menurut Suprapto (2004) helaian anak daun ini
bertugas mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Pitojo mengtakan
banhwa batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang
tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50-80cm. kacang
tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus kedalam tanah hingga kedalaman 40 cm.
Pada perakaran tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan di ikuti akar serabut, akar
kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat penyerap air dan
zat-zat hara serta mineral dalam tanah. Biji kacang tanah terdapat dalam polong. Biji
berbentuk bulat agak lonjong karena berimpitan dengan butir biji yang lain selagi di
dalam polong.

2.2
2.3
2.4
2.5 2.2 Cara Tumbuh Kacang Tanah
Pertumbuhan tanaman kacang tanah yang optimal memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai, karena kacang tanah sangat peka terhadap perubahan kondisi
lingkungan khususnya faktor iklim, tanah dan biologi. Pada saat ini perubahan
kondisi lingkungan sudah sering terjadi, salah satu kasus diantaranya tentang
pencemaran lingkungan oleh tumpahan minyak (hindrokarbon) yang terjadi pada unit
pengolahan dan pengangkutan sehingga menurunkan produktivitas lahan dan
merusan kelestarian lingkungan (Hasan, 2008).
Penurunan produktvitas lahan dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya mempengaruhu hasil tanaman pertumbuhan
dan produksi kacang tanah dapat di tingkatkan dengan melakukan pemupukan.
Menurut Rinsema (1986), pemberian pupuk tidak hanya menambah unsur hara
tanaman namun akan mempengaruhi kondisi tanah dan mengalami perubahan.
Sumarno (1986), menyatakan bahawa dosis pemukukan nitrogen dalam bentuk urea
yang di butuhkan kacang tanah antara 60-120 kg ha -1. Efektifitas pemukukan tetap
terus dilakukan untuk meningkatkn pertumbuhan dan hasil kacang tanah.
Penambahan pupuk organi P dan N pada lahan yang tercemar hidrokrbon mampu
meningkatkan kecepatan biomerediasi secsrs signifikan, disamping itu perlu juga
diupayakan perbaikan media tanam dengan penambahan bakteri (Hadi, 2003).
Degradasi tanah yang tercemar minyak dapat di tasi dengan memanfaatkan
bakteri Pseudomonas fluorescens. Mikroorganisme ini mamapu mengurai komponen
minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan
hidrokarbon sebagai donor elektronnya (Hadi, 2003). Jika bakteri Pseudomonas
fluorescens diaplikasikan pada tanaman kacang tanah pada berbagai media tanam,
akan memberikan efek positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Atlas &
Bartha, 1987).
2.3 Budidaya Tanaman Kacang Tanah

 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah sebelum tanam mempunyai dua tujuan pokok yaitu:
a. Membuat kondisi fisik lahan remah/gembur untuk menunjang pertumbuhan
yang baik bagi tanaman, dan,
b. Mengurangi populasi gulma yang tumbuh.

Penyiapan lahan yang baik mempermudah penanaman, pertumbuhan dan


perkembangan benih, kecambah dan tanaman muda, akar tanaman akan lebih baik,
ginofor akan lebih mudah menembus tanah serta polong berkembang secara lebih
baik. Pengolahan tanah sempurna merupakan pengolahan tanah yang lazim dilakukan
secara intensif yaitu dua kali dibajak dan digaru dengan tujuan agar tanah menjadi
gembur, remah, bersih dari sisa-sisa tanaman sebelumnya serta bersih dari gulma.
Dengan demikian tanaman mampu membentuk sistem perakaran yang lebih dalam,
leluasa dan mempengaruhi penyerapan unsur hara dan air. Kandungan air tanah
dipengaruhi oleh perbedaan sistem pengolahan tanah yaitu kandungan air tanah lebih
tinggi terdapat pada tanah tanpa diolah diikuti pengolahan tanah terbatas (Girsang
1999). Di lahan sawah, sebaiknya di kanan dan kiri petakan dibuat drainase, sehingga
akan terbentuk bedengan. Pada tanah-tanah bertekstur liat, atau dengan kandungan
abu dan lempung tinggi, hendaknya dibuat bedengan dengan ukuran 2 m, sehingga
lima jalur tanaman di atas bedengan. Hal ini untuk mempercepat drainase/pengatusan
lahan. Kacang tanah yang ditanam tanpa bedengan serta tanahnya diolah secara
dangkal akan berpengaruh negatif pada hasil, sebab pertumbuhan tanaman kurang
optimal. Pembuatan bedengan yang diapit oleh saluran patusan dapat meningkatkan
hasil 0,34 t/ha dibanding dengan tanpa saluran. Kegunaan saluran ini selain untuk
mengalirkan air pada saat kelebihan, juga dipakai untuk saluran irigasi apabila
diperlukan tambahan air.
 Mulsa Organik

Pemberian mulsa organik menjadikan suhu dan kelembaban tanah lebih


seragam, karena dapat bertindak sebagai insulator yaitu akan menyalurkan panas
apabila suhu dingin dan akan mendinginkan bila suhu udara panas (Coleman et al.
1989). Selain itu, mulsa juga menurunkan jumlah air yang hilang akibat evaporasi,
mengurangi pemadatan tanah akibat curah hujan yang tinggi dan mengurangi
pertumbuhan gulma (Williams 1997). Oleh karena itu, mulsa organik juga cenderung
mempercepat saat berbunga, umur panen, cenderung meningkatkan jumlah cabang,
jumlah bunga dan nyata meningkatkan jumlah polong isi per tanaman. Aplikasi mulsa
organik jerami pada dosis 3 t/ha telah meningkatkan jumlah polong isi per tanaman
dan tidak menurunkan bobot 100 biji atau ukuran bijinya . Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Sutarto (1986) bahwa dosis mulsa organik 2–4 t/ha dapat
meningkatkan jumlah bunga, jumlah ginofor, jumlah polong per tanaman, dan jumlah
polong isi per tanaman. Selain dapat meningkatkan kelembaban tanah, mulsa organik
juga memperbaiki iklim mikro di bawah tanaman dan menekan populasi gulma.
Mulsa organik yang diaplikasikan menjadikan struktur tanah lebih gembur (Coleman
et al. 1989) sehingga mempermudah ginofor masuk ke dalam tanah untuk
berkembang menjadi polong. Di samping itu, terjadinya peningkatan aktivitas
mikroorganisme dan makrofauna dengan membuat lubang udara di dalam tanah telah
mempermudah infiltrasi air ke dalam tanah, dan kotorannya dapat meningkatkan
stabilitas agregat, sehingga pembentukan dan pertumbuhan polong kacang tanah
menjadi lebih baik.

 Pengendalian Gulma

Kacang tanah lebih mudah terinvestasi gulma pada fase awal perkecambahan dan
selama pertumbuhan vegetatif karena pertumbuhan kanopi lambat dan jarak tanam
antarbaris lebar (40 cm). Ruang bebas di antara tanaman ini menciptakan kondisi
yang kondusif bagi tumbuhnya gulma terutama spesies gulma yang tahan naungan.
Besarnya investasi gulma di lahan kacang tanah juga dapat disebabkan rendahnya
populasi kacang tanah akibat jumlah perkecambahan yang rendah. Holland dan Mac
Namara (1982) menyatakan bahwa pada kerapatan tanaman yang rendah, gulma
tumbuh lebih pesat karena gulma tidak mengalami persaingan tinggi terhadap unsur
hara, cahaya, dan air. Saat penyiangan gulma yang tepat sebenarnya tergantung pada
populasi gulma di lapang Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis
dengan bajak, cangkul, sabit, atau secara kimia menggunakan herbisida.

 Cara Tanam, Kepadatan Tanaman, dan Jarak Tanam

Kacang tanah sebagian besar ditanam di lahan kering dengan menyebar benih di
belakang alur bajak dan diperkirakan populasi mencapai 300.000−500.000
tanaman/ha. Karena secara umum kualitas benih rendah, pada saat panen hanya
tersisa antara 100.000−150.000 tanaman/ha. Populasi tanaman optimum adalah
250.000 tanaman/ha, benih ditanam secara tugal dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm.
Cara larikan ini bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan tanaman yang meliputi
penyiangan gulma dan penyemprotan fungisida/insektisida. Penanaman dengan cara
meletakkan benih mengikuti jalur bajak dapat pula dilakukan asal
penempatan/peletakan benih kacang tanah pada jarak teratur. Benih diletakkan dalam
lubang tanam sedalam ±3−5 cm, satu biji/lubang kemudian lubang tanam ditutup
dengan tanah halus. Penutupan ini bertujuan untuk menjamin terjadinya kontak
antara benih dan air tanah, mengurangi serangan hama dan mengurangi busuk benih
karena banyaknya air di dalam lubang tanam. Kebutuhan benih untuk jarak tanam 40
cm x 10 cm dengan rendemen/ nisbah biji/polong 50% dan bobot biji 45 g/100 biji
adalah sekitar 175 kg/ha polong kering atau 80–90 kg biji. Kacang tanah yang
ditanam di lahan sawah setelah padi pada populasi 125.000 sampai 333.000
tanaman/ha tidak menciptakan perbedaan hasil polong yang berarti. Atas
pertimbangan kualitas benih dan jumlah benih yang dibutuhkan maka populasi
tanaman 250.000tanaman/ha dapat dianjurkan. Untuk daerah lahan kering yang
sangat sedikit curah hujannya atau tingginya risiko kekurangan air pada penanaman
bulan Juli/Agustus (musim kemarau), penggunaan 50% dari populasi optimum
250.000 tanaman/ha (125.000 tanaman/ha) memberi hasil polong tertinggi,
dibanding populasi tanaman yang rendah (60.000) maupun 250.000 tanaman/ha.

Hal ini menandakan bahwa penggunaan air tanah lebih efisien pada populasi
rendah. Jarak tanam dalam baris yang semakin rapat akan semakin meningkatkan
tinggi tanaman kacang tanah. Hal ini disebabkan tajuk tanaman yang semakin
merapat mengakibatkan kualitas cahaya yang diterima menjadi menurun. Sinar biru
dan infra merah banyak diserap, sedangkan sinar hijau dipantulkan atau diteruskan.
Kualitas cahaya yang jatuh pada tajuk tanaman yang semakin menutup, lebih banyak
sinar infra merah sehingga eieterjadi pemanjangan batang (Supriyadi et al. 1986).
Jumlah polong bernas per tanaman secara nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Jarak
tanam antarbaris tanaman yang semakin rapat, dari 50 cm menjadi 40 cm x 16 cm dan
30 cm, telah menurunkan jumlah polong bernas per tanaman. Hal ini diduga jarak
tanam 40–50 cm dapat memberikan ruang tumbuh yang optimum sehingga polong
bernas yang terbentuk semakin banyak. Hal ini diduga karena adanya persaingan
dalam pengambilan zat hara dan cahaya (Kari et al. 1993). Apabila persaingan ini
berlanjut dalam waktu yang lama maka dapat meningkatkan jumlah biji keriput dan
menurunkan jumlah polong bernas (Trustinah 1993). Bobot polong bernas dan bobot
biji per tanaman, ukuran biji dan hasil polong per satuan luas tidak dipengaruhi oleh
populasi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa populasi sekitar 125 ribu tanaman/ha
pada tiga tata letak tanaman memberi ruang yang ideal bagi hasil polong.

 Perlakuan Benih

Daya tumbuh benih yang baik adalah lebih dari 90%, dan sangat dianjurkan
untuk melakukan uji daya tumbuh sebelum benih ditanam. Biji kacang tanah yang
dipilih untuk benih adalah yang tua, bernas dan bebas dari penyakit . Pertanaman
yang hasil polongnya akan digunakan untuk benih harus dipanen ketika polong
sudah masak fisiologis dengan kriteria bahwa paling tidak 80% dari jumlah polong
bernas, kulit polong bagian dalamnya sudah berwarna coklat kehitaman. Umur panen
tidak dapat dipakai sebagai patokan yang baku dan tidak dapat diperlakukan sama
untuk semua agroekologi karena perbedaan musim tanam dan iklim. “Seed
treatment” dengan fungisida Captan, maupun kombinasi insektisida Tiamektosan
dan fungisida Captan ternyata meningkatkan jumlah tanaman dipanen. Hal ini
menunjukkan bahwa fungisida tersebut efektif dalam menekan serangan jamur tular
tanah dan bakteri layu selama pertumbuhan tanaman, utamanya pada awal
pertumbuhan tanaman terhadap hasil polong kering, kombinasi fungisida dan
insektisida ternyata memberikan hasil terbaik dibanding aplikasi tunggal maupun
tanpa aplikasi sama sekali.

 Pemupukan

Kacang tanah seperti tanaman kacang-kacangan lainnya tidak menunjukkan


respon yang nyata terhadap tambahan pupuk. Akan tetapi untuk mempertahankan
keseimbangan unsur hara di dalam tanah, maka pemberian pupuk sebanyak 50 kg
Urea, 100 kg TSP dan 50–100 kg KCl/ha dapat digunakan sebagai patokan anjuran.
Pupuk dapat diberikan dengan disebar merata pada petakan tanah sebelum tanam lalu
dicampur/diaduk dengan tanah. Dapat pula pupuk diberikan secara larikan yaitu
dengan membuat parit sekitar 7−10 cm di samping lubang benih. Beberapa daerah
sentra produksi kacang tanah menunjukkan gejala kekurangan unsur mikro Fe (besi)
yaitu daun berwarna kuning pucat. Gejala ini dapat diatasi dengan penyemprotan
pupuk daun yang mengandung unsur mikro, yang dilakukan pada saat tanaman
berumur 3 dan 6 minggu. Pada lokasi di mana kandungan unsur kalsiumnya sangat
rendah, polong yang terbentuk kurang bernas, maka pemberian 0,5–1 t/ha dolomit
dengan cara dicampur dengan tanah pada kedalaman 0–20 cm, meningkatkan jumlah
polong bernas dan memberikan hasil polong lebih baik dari yang disebar pada
permukaan tanah pada larikan sedalam 5−10 cm sebelum tanaman berbunga.
 Rhizobium

Biji kacang tanah mengandung protein berkisar 17–32,8% (Balitkabi 2012).


Kandungan protein tinggi merupakan indikasi bahwa tanaman memerlukan hara
nitrogen (N) yang tinggi pula. Sebagai tanaman kacang-kacangan, kacang tanah
mampu mendapatkan hara nitrogen dari proses simbiotik dengan bakteri Rhizobium
japonicum. Suplai hara nitrogen berasal dari bakteri tersebut ternyata hanya dapat
memenuhi 25–50% dari seluruh kebutuhan tanaman akan hara nitrogen (Sutarto et al.
1988). Permasalahan yang sering timbul dalam bercocok tanam kacang tanah di
tingkat petani adalah perlu tidaknya lahan diinokulasi dengan Rhizobium. Akhir-
akhir ini dalam usaha meningkatkan produksi kacang-kacangan telah mulai
digunakan inokulan Rhizobium. Inokulasi bertujuan untuk meningkatkan penambatan
N dari udara sehingga mengurangi penggunaan pupuk N anorganik. Cara ini
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pupuk N tanpa mengurangi hasil (Manwan
et al. 1989). Pengembangan kacang tanah pada lahan pasang surut dihadapkan pada
kondisi tanah yang masam. Kondisi demikian mengakibatkan aktivitas biologi tanah
seperti Rhizobium yang berperan dalam proses fiksasi nitrogen dari udara dapat
terganggu. Status hara N tersedia di lahan pasang surut umumnya rendah oleh
karenanya kemampuan tanaman untuk mengikat N dari udara sangat memberi arti
penting dalam peningkatan hasil.

 Pengelolaan Air

Dibandingkan dengan kedelai, kacang tanah lebih toleran terhadap kekeringan.


Meskipun demikian, pada masa kritis pertumbuhan yaitu pada fase perkecambahan,
pembungaan, dan pengisian polong, tanaman harus cukup air. Apabila air tidak
tersedia pada fase-fase kritis tersebut, maka pertumbuhan tanaman terhambat dan
berakibat pada penurunan hasil polong. Ketika kacang tanah ditanam pada musim
kemarau di lahan sawah setelah padi dan tanaman hanya mengandalkan air yang
tersisa dari pertanaman padi, maka hasil polong sangat rendah, yang diekspresikan
pada rendahnya hasil polong kering dan indeks panen per hektar. Dengan pengairan
terbatas baik pada fase vegetatif maupun generatif, hasil polong meningkat secara
nyata. Oleh karena itu, kegiatan mengairi tanaman harus dilakukan pada waktu yang
tepat dan air tidak menggenang terlalu lama dalam petakan.

 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh (ZPT) telah banyak digunakan dan memberi banyak
keuntungan terutama untuk tanaman buah-buahan, tanaman hias dan sayuran. Pada
kacang tanah, ZPT ternyata mampu menekan pertumbuhan vegetatif, memperbaiki
kualitas polong dan meningkatkan hasil. Akan tetapi secara ekonomis, zat pengatur
tumbuh belum menunjukkan keunggulan. Kacang tanah yang ditanam pada tanah
sawah yang subur karena residu pupuk tinggi dari tanaman padi sebelumnya dan
memperoleh air cukup sepanjang hidup tanaman, tumbuh subur terutama
pertumbuhan vegetatifnya. Keadaan ini sangat rentan terhadap serangan penyakit,
berkurangnya jumlah bunga menjadi polong, dan distribusi fotosintat selama periode
pengisian polong. Terdapat peluang ZPT untuk diterapkan pada pertanaman kacang
tanah dengan kondisi tersebut. Satu-satunya ZPT yang diijinkan oleh Environmental
Protection Agency (EPA) untuk digunakan pada tanaman kacang tanah di Amerika
Serikat adalah Kylar. Kylar, berbentuk bubuk larut dalam air, berfungsi untuk
menurunkan pertumbuhan ruas batang, namun tidak menurunkan luas atau jumlah
daun.

Dengan menghambat panjang ruas batang maka terjadi pengurangan


pertumbuhan vegetatif sebesar 15–20% sehingga tanaman menjadi lebih pendek dan
kompak. Kylar dianjurkan untuk pertanaman yang subur dan tidak dianjurkan apabila
tanaman mengalami kekeringan. Penghambatan pertumbuhan vegetatif pada periode
pembentukan polong dan pengisian biji akan menghasilkan jumlah polong isi lebih
banyak karena distribusi fotosintat lebih efisien. Takaran Kylar yang dianjurkan
adalah 1,2 kg Kylar (konsentrasi 85% bahan aktif) dilarutkan dalam 37,8 liter
air/volume semprot untuk satu kali penyemprotan. Ethrel dan Alar 85 pernah dicoba
pada tanaman kacang tanah. Alar 85 mampu menekan tinggi tanaman kacang tanah
sampai 30% pada saat tanaman umur 40 hari dan 23% pada umur 80 hari. Alar 85
meningkatkan hasil 11% karena meningkatnya jumlah polong total, jumlah polong isi
dan bobot polong kering dibanding hasil dan komponen hasil tanaman yang tidak
diberi Alar 85 (Tabel 23). Takaran Alar 85 yang dicoba adalah 1,1 kg Alar 85
dilarutkan ke dalam 400 liter volume semprot/ha. Takaran tersebut diberikan dua kali
yaitu pada umur 28 dan 56 hari. Ethrel ternyata belum mampu menekan pertumbuhan
tanaman karena tanaman yang disemprot Ethrel menghasilkan polong dan komponen
hasil lebih rendah dibanding tanaman yang tidak diberi Ethrel. Takaran Ethrel yang
dicoba 1,2 liter Ethrel/ha dilarutkan dalam 400 liter volume semprot. Jumlah tersebut
diberikan tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur 28, 42, dan 56 hari. Dharmasri 5
EC juga pernah dicoba untuk tanaman kacang tanah yang ditanam pada musim hujan
(MH) dan musim kemarau (MK). Dharmasri 5 EC dengan dosis 0,15 ppm dapat
meningkatkan bobot 100 biji hanya pada pertanaman MH saja. Informasi tentang
penggunaan zat-zat pengatur tumbuh untuk budidaya kacang tanah di Indonesia
masih sangat terbatas, khususnya ditinjau dari keuntungan secara ekonomisnya.
mendalam

 Panen

Penentuan umur panen pada kacang tanah lebih sulit karena polongnya berada di
dalam tanah. Sebagai patokan untuk mengetahui tanaman telah tua dan dapat
dipanen adalah:
1. daun-daun telah mulai kuning kering dan luruh (umur 85–90 hari),
2. varietas-varietas yang telah dilepas umur masak berkisar antara 85–110 hari,
3. polong telah masak, yang ditandai: kulit polong telah mengeras dan bagian dalam
berwarna coklat, biji telah mengisi penuh, kulit polong tipis dan berwarna mengkilat.
Umur panen tergantung pada varietas yang ditanam, dan musim tanamnya. Panen
yang terlalu cepat/awal akan menurunkan hasil dan mutu karena biji menjadi keriput
dan kadar lemak rendah. Kadar lemak tertinggi dicapai ketika polong telah tua
dengan umur 110 hari. Sebaliknya, hasil polong akan berkurang bila dipanen
terlambat karena banyak polong tertinggal di dalam tanah. Saat panen kacang tanah
disesuaikan dengan penggunaan kacang tanah itu sendiri. Untuk konsumsi berupa
kacang tanah rebus dan kacang asin, kacang tanah dipanen sebelum polong masak
benar yaitu umur 70–80 hari. Khusus untuk benih, kacang tanah dapat dipanen pada
periode masak fisiologis. Untuk keperluan konsumsi seperti kacang garing, minyak
goreng dan ekspor, kacang tanah dipanen umur 90–95 hari.
BAB III

PENUTUP
3.1 3.1 Kesimpulan
Kacang tanah salah satu tanaman sumber pangan terutama protein, karbohidrat,
dan vitamin. Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang bernilai ekonomi
cukup tinggi bagi petani. Disamping tananaman tersebut sebagai komoditi agrobisnis
juga merupakan salah satu sumber pangan bagi penduduk Indonesia. Kacang tanah
memiliki kandungan protein sebesar 27%, kacang tanah juga mengandung lemak (40-
50%), karbohidrat serta vitamin A, B, C, D,E, dan K serta mineral lainnya. Kacang
tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas emat anak daun dengan tangkai
daun agak panjang. Menurut Suprapto (2004) helaian anak daun ini bertugas
mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Pitojo mengtakan banhwa
batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh
menjalar dan ada yang tegak.
Pertumbuhan tanaman kacang tanah yang optimal memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai, karena kacang tanah sangat peka terhadap perubahan kondisi
lingkungan khususnya faktor iklim, tanah dan biologi. Pada saat ini perubahan
kondisi lingkungan sudah sering terjadi, salah satu kasus diantaranya tentang
pencemaran lingkungan oleh tumpahan minyak (hindrokarbon) yang terjadi pada unit
pengolahan dan pengangkutan sehingga menurunkan produktivitas lahan dan
merusan kelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1984. Ilmu Tanaman. Angkasa Bandung. Penerbit CV Armico.
Adisarwanto,T. A. A. Rahmianna, dan Suhartina, 1993. Budidaya Kacang Tanah,
dalam Kacang Tanah. Monograph Balittan Malang.
Atlas, R. M. & Bartha. 1987. Microbial Ecology Fundamentals and Application. The
Benjamin. Menlo Park.
Buge, Veronica Ester, A. E. Tarore dan A. M. Lumingkewas. 2006. Masa Tanam
Kacang Tanah Berdasarkan Neraca Air di Kecamatan Kakas Barat. Balai
Penelitian Tanaman Pangan. Hal 241-252.
Coleman, D.C., J.M. Oades, and G. Uehara. 1989. Dynamics of soil organic matter in
tropical ecosystems. NIFTAL Project. University of Hawaii Press. Hawaii. p.
140–148.
Girsang, W. 1999. Studi dinamika populasi gulma serta pertumbuhan dan hasil
jagung (Zea mays L.) pada berbagai sistem pengolahan tanah dan variasi lebar
lorong tanaman. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Hadi, S. N. 2003. Degradasi Minyak Bumi via Tangan Mikroorganisme. Di akses
tanggal 14 Agustus 2019.
Hasan, Y. 2008. Mencuci Lahan Tercemar Dengan Kuman. Di akses tanggal 14
Agustus 2019.
Holland, J.F. dan D.W. Mc Namara. 1982. Weed control and row spacing in dryland
shorgum in Northern New South Wales. Aust. J. Exp. Anim. Husb. 22: 310–
316.
Kari, Z., Azwir dan Nuralini. 1993. Pengaruh populasi tanaman dan pengairan
terhadap hasil kacang tanah pada musim kering. Hlm. 96–103 dalam Risalah
Seminar Balai Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Sukarami.
Manwan, I., Sumarno, A. Syarifudin Karama dan Achmad M. Fagi. 1989. Teknologi
untuk Kedelai di Indonesia. Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian.
Deptan.46 p
Rinsema, W. T. 1986. Pupuk dan Cara pemupukan. Bhtarata Karya Aksara. Jakarta.
Sumarno, 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru. Bandung.
Supriyadi, H., Syrahmat dan Komarudin. 1986. Tumbuh respon kacang tanah
terhadap kerapatan populasi dan zat penghambat. Penelitian Tanaman Pangan.
Palawija (1):160–165.
Sutarto, I.V. 1986. Pengaruh mulsa dan pengolahan tanah terhadap pertumbuhan dan
hasil kacang tanah. Prosiding Kongres Nasional IV. Himpunan Ilmu Tanah
Indonesia. Bogor. Hlm. 144–145, 155–156.
Sutarto, I.V., Harnoto dan Sri Astuti Rais. 1988. Kacang tanah. Bull. Tehnik. No. 2.
Badan Litbang Pertanian. Balittan Bogor. 47 p.
Trustinah. 1993. Biologi kacang tanah. Hlm. 9–23. Dalam Astanto Kasno, Achmad
Winarto dan Sunardi (Eds). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan.
Malang.
Williams, D.J. 1997. Organic Mulch. Cooperative Extension Service. Department of
Natural Resources and Environmental Science (NRES). University of Illinois.
p. 2.

Anda mungkin juga menyukai