LAPORAN PRAKTIKUM
oleh:
Solehudin
A.1810704
Perlakuan Petak T3
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2021
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman semusim merupakan tanaman yang memiliki siklus hidup (dari
biji, berkecambah, tumbuh vegetatif, generatif sampai membentuk biji lagi)
selama satu musim. Salah satu tanaman semusim yang memiliki nilai ekonomi
tinggi adalah kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Biji kacang tanah kaya energi,
karena banyak mengandung lemak, protein, vitamin dan mineral. Oleh karena itu
tanaman ini memerlukan unsur hara dalam jumlah cukup besar. Umumnya hara
diserap akar tanaman dalam bentuk kation bebas Ca²+, Mg²+, dan K+, dalam
bentuk oksi anion seperti PO₄³–, SO₄²–, dan NO₃– (Maathuis 2009). Kacang
tanah mampu menyerap hara melalui akar dan kulit polong. Sebanyak 62,5% dari
total Ca pada biji diserap melalui kulit polong (Gascho 1996). Akan tetapi pada
kacang bambara (Vigna subterranea L.) Straten (1995) menyimpulkan bahwa Ca
tidak diserap melalui polong tetapi sepenuhnya diserap melalui akar, dan
akumulasi Ca dalam polong lebih rendah dibandingkan pada daun. Dibandingkan
komoditas tanaman pangan lainnya, kacang tanah menyerap unsur Ca paling
tinggi.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Kacang tanah mengandung lemak (40-50%), protein (27%), karbohidrat,
lesitin, kolin, serta vitamin (A, B, C, D, E, dan K), juga mengandung mineral
antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium, dan Sulphur.
Protein yang terkandung dalam kacang tanah jauh lebih tinggi Respon Tanaman
Kacang..., Eko Pratomo Adiguna, Fak. Pertanian UMP 2016 23 daripada yang
terkandung di dalam daging, telur, dan kacang soya (kacang kedelai). Menurut
(Maesen dan Somaatmadja, 2005) mengemukakan bahwa kacang tanah
merupakan tanaman monocius yang berbentuk tegak atau menjalar dan
merupakan tanaman herba tahunan. Tinggi tanaman kacang tanah umumnya 15-
70 cm. Batang utama berkembang dari epikotil dan membawa kotiledon pada tiap
daun ruas pertama. Percabangan bersifat dwimorfik dengan cabang vegetatif dan
cabang generatif. Semua cabang vegetatif memiliki daun kecil-kecil yang disebut
katapils. Cabang vegetatif sekunder dan tersier berasal dari cabang primer. Daun
pada cabang utama membentuk 2/5 filotaksi dan terdapat vegetatif primer. Daun-
daun pada cabang utama itu berjumlah empat daun dengan dua daun terdapat di
tempat yang berlawanan. Panjang daun mencapai 3 – 4 cm dengan lebar 2 – 3 cm
dan panjang petiole 3 – 7 cm. Menurut Sutarto (2000) kacang tanah memiliki
bintil akar, sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium yang berguna untuk
membantu penyediaan unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman
kacang tanah merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang alami
dapat terjadi tetapi persentasenya sangat kecil, yaitu sekitar 0.5% (Suprapto,
2006). Bunga kacang tanah berbentuk seperti kupukupu, terdiri dari kelopak,
mahkota bunga, benang sari, dan kepala putik. Mahkota bunga berwarna kuning
terdiri dari 5 helai yang bentuknya berlainan satu dengan yang lainnya. Helaian
yang besar disebut bendera, pada bagian kanan dan kiri terdapat sayap yang
sebelah bawah bersatu membentuk cakar. Bunganya memiliki 10 benang sari, 2
diantaranya lebih pendek (Trustinah, 2004). Bunga muncul dari buku-buku bagian
bawah cabang, setelah mengalami persarian dan pembuahan 70-75% dari bunga
dapat membentuk ginofor dan membentuk polong didalam tanah. Ginofor tumbuh
ke dalam tanah dengan ovari 5 di ujungnya dan mengeras membentuk pelindung
pada saat memasuki tanah. Panjang ginofor dapat mencapai 18 cm dan tidak
semua ginofor dapat menembus kedalam tanah dan membentuk polong (Sutarto,
2000). Warna ginofor umumnya hijau dan bila ada pigmen antosianin warnanya
menjadi merah atau ungu, dan setelah masuk ke dalam tanah warnanya menjadi
putih. Perubahan warna ini disebabkan ginofor mempunyai butir-butir klorofil
yang dimanfaatkan untuk melakukan fotosintesis selama di atas permukaan tanah,
dan setelah menembus tanah fungsinya akan bersifat seperti akar (Trustinah,
2004).
2.2.1 Iklim
Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Suhu udara sekitar 28-320C.
Kelembaban udara berkisar 65-75 %. Penyinaran matahari penuh dibutuhkan,
terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2.2.2 Media Tanam
Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
pH antara 6,0-6,5. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu
dan akhirnya mati. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering
baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
2.2.3 Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 – 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh
dibawah ketinggian 1.500 m dpl.
2.3 Pengertian pengapuran
Pengapuran adalah proses permberian kapur ke dalam tanah yang umumnya
bukan karena kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Pengapuran
adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dengan
menambahkan kapur kedalam tanah. Tujuan utama dari pengapuran ini adalah
meningkatkan pH, dari pH masam menjadi pH netral. Pada pH tanah yang
masam, banyak unsur hara misalnya N, P, K, Ca, Mg yang tidak tersedia bagi
tanaman karena pada pH rendah unsur tersebut rusak. Hanya unsur Fe dan Al
( unsur mikro ) yang tersedia pada tanah masam. Maka diharapkan, dengan
pengapuran akan meningkatkan pH menjadi netral, dimana pada pH netral banyak
unsur hara yangdapat tersedia bagi tanaman(Hardjowigeno, 1987).
Kapur memberikan pengaruh yang berpariasi pada tanaman pertanian
karena fungsinya bermacam-macam bagi tanah dan tanaman. Pengapuran tanah
masam dengan bahan mengandung Ca dan Mg dapat mengurangi kemasaman
tanah. Tanah dikapur bukan semata-mata menaikan pH tetapi juga karena
tingginya Al. Al itu sebenarnya yang menjadi problem pada tanah masam karena
menghambat ketersediaan unsur hara (Kuswandi, 2005)
2.4.6 Akar
Kacang tanah memiliki bentuk akar yang hampir sama dengan bentuk akar
tanaman legume lainnya. Akar kacang tanah memiliki nodule (bintil akar) akibat
dari hubungan simbiosis mutualisme antara bakteri penambat unsur N dengan
Rhizobium sp. Akar kacang tanah berbentuk tunggang dan memiliki cabang akar
yang tumbuh pada akar utama.
2.5 Panen dan pasca panen
2.5.1 Panen
Kacang tanah dipanen pada saat mencapai kemasakan biji yang tepat. Panen
yang terlalu cepat membuat biji menjadi keriput. Tanda tanda kacang tanah yang
telah tua dan dapat dipanen ialah :
Untuk keperluan konsumsi, maka kacang tanah dipanen sekitar umur 90 – 105
hari ( tergantung varietasnya). Varietas kacang tanah local biasanya dipanen pada
umur 90 – 95 hst, sedangkan varietas ungggul sebaiknya dipanen pada umur 100 –
105 hst, kecuali pada dataran yang cukup tinggi ( 400 – 500 dpl) dan yang
ditanam pada musim hujan, umumnya akan lebih panjang. Sebelum panen, tanah
yang agak kering ada baiknya dibasahi dulu agar polong tidak banyak tertinggal
sewaktu proses pencabutan. Penanganan kacang tanah yang terlambat panen,
harus dipisahkan antara yang telah tumbuh dan masih muda dan yang akan
disimpan. Hal ini karena kacang tanah yang tumbuh dan polong muda merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan cendawan Aspergillus flavus, penghasil
Afalatoxin dan Penicillium, sp. Selanjutnya polong dijemur hingga bijinya
mencapai kadar air kurang dari 9 %, Biji untuk benih sebaiknya pada kadar air 7
% sehingga dapat disimpan sampai 1 tahun. Lebih.
Polong tua yang tidak pecah dipisah dari polong muda, kemudian dijemur.
Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari atau alat pengering. Gunakan
alas atau lantai Jemur. Bila cuaca cerah, pengeringan selama 7 hari bertururt turut
sudah cukup kecuali kacang tanah untuk benih, harus dijemur sampai 10 hari.
Untuk memperoleh biji kacang tanah polong yang telah kering dikupas dengan
tangan, kemudian ditampi agar bersih dan diplih yang baik. Untuk mengetahui
kadar air 8 – 11 % dapat menggunakan pedoman yaitu apabila kulit ari biji mudah
terkelupas dan bila bijinya ditekan ( disebelah) dengan kuku ibu jari ada tertinggal
minyak yang mengkilat pada kuku. Untuk keperluan benih, kacang tanah
dikeringkan dalam bentuk polong agar tidak mudah terkontaminasi cendawan
bebas dari hama gudang dan kadar airnya tetap. Biji untuk benih berkadar air 10
% disimpan dalam plastik agak tebal yang tertutup rapat ( kedap udara).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2020 sampai 8 Januari
2021 di lahan percobaan Universitas Djuanda Bogor.
2 SP-36 150 P2 O 5 P 2 O5
0,054 g 2
54 g
kg/ha 3,6 m 3,6 m2
A 0 ton ≈ 0 kg kg g
0 2
0 2
3,6 m 3,6 m
D 1 ton ≈ 1000 kg kg g
0,36 2
360 2
3,6 m 3,6 m
4. Jumlah Ginofor
Pengamatan jumlah ginofor dilakukan dengan cara menghitung setiap
ginofor yang muncul dari tanaman sampel setiap minggu mulai dari 6 MST – 7
MST.
5. Jumlah Polong/tanaman
Jumlah polong (polong per tanaman) dihitung berdasarkan hasil polong
yang didapatkan dari masing-masing tanaman sampel.
6. Bobot Polong/tanaman,
Pengamatan bobot polong (polong per tanaman) dihitung berdasarkan polong
yang didapatkan dari masing-masing tanaman sampel.
7. Panjang Polong
Pengamatan panjang polong dilakukan dengan mengambil panjang rata-rata
sampel dari setiap tanaman sampel.
8. Jumlah dan Bobot Polong Isi
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah dan bobot polong
isi pada setiap tanaman sampel.
9. Jumlah dan Bobot Polong Cipo
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah dan bobot polong
cipo (hampa) pada setiap tanaman sampel.
10. Bobot Polong/petak
Pengamatan bobot polong/petak dilakukan dengan cara menghitung semua
bobot polong yang dihasilkan dalam satu petak.
11. Jumlah dan Bobot Polong Berbiji 1, 2 dan 3
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah dan bobot polong
berbiji satu, 2 dan 3 dari setiap tanaman sampel
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Perlakuan/ T0 T3
3 126,8 151,4
4 102,4 137,6
5 176,4 128,6
3 45,8 48,4
4 36,6 51,2
5 52,6 51,6
34 32,8
35,4 35,2
33,2 37
20 14,4
14 17
jadi 15 17,8
18,2 20,8
41 40,8
32,6 43,4
47,8 47,8
17,6 23,2
20,4 17,4
15 16,2
4,8 7,6
4 7,8
4,8 3,8
17 19,4
18,4 19,4
17 11,4
20,4 23,6
Bobot total
1399,4 1594,2
efektif
Perlakuan T3
3 4 5 6 7 8 9 10
Ulangan
MST MST MST MST MST MST MST MST
1 12.2 13.7 17.6 21.4 26.4 31.4 40.3 x
2 16.4 22.2 27.8 33.6 39.6 40.8 42 46.6
3 15.9 22.9 28.5 32 42.9 45.2 47.2 55
Tinggi Tanaman (cm)
4 15.2 21.6 26.5 29.7 37.6 39.8 42.6 48.4
5 17.8 24.6 28.5 32.2 38.8 42.8 43.8 49.8
Rerata 15.5 21 25.78 29.78 37.06 40 43.18 49.95
1 14 16.2 21 31.6 19.8 19.2 45.8 x
2 20.3 25.4 26.4 30 50.6 25.4 20.4 57
3 19.8 24.2 26.8 30 46.6 22.2 22.4 54.8
Diameter Kanopi Tanaman (cm)
4 18.2 22 25.2 29.8 46.2 25.4 22.4 52.8
5 21.4 27.2 30 35 50.4 26 27 53.2
Rerata 18.74 23 25.88 31.28 42.72 23.64 27.6 54.45
1 6 9.8 20.8 25.6 33.4 65.2 77.2 x
2 8.6 19.2 21.2 40.2 44 54.8 81 92.6
3 12.2 19.4 23.6 36.4 37.4 54.8 67 84
Jumlah Daun Tanaman
4 8 20.2 28.2 37.8 46 60.2 69.8 79.6
5 10.2 23 28.4 36.4 44.6 60 65.6 77.2
Rerata 9 18.32 24.44 35.28 41.08 59 72.12 83.35
4.2 Pembahsaan
Pelaksanaan praktikum dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan Januari,
dikarenakan pada bulan-bulan tersebut sudah memasuki musim penghujan, hampir
di seluruh wilayah kota Bogor sering dilanda hujan. Akibat hujan yang terus-
menerus menjadikan tanah menjadi masam dan pH menjadi menurun. Tanah yang
terlalu masam kurang baik jika digunakan untuk budidaya tanaman. Salah satu cara
untuk menaikan pH dan agar tanah tidak terlalu masam ialah dengan pemberian
kapur.
Pada peubah generatif, pembungaan terjadi sejak 5 MST, namun tidak semua
bunga mampu membentuk polong. Polong yang terbentuk dari bunga yang muncul
saat awal memiliki kesempatan untuk tumbuh dan persediaan asimilat yang lebih
baik daripada poong yang terbentuk dari bunga yang muncul di akhir. Suprapto
(2011) menyatakan bahwa dari seluruh bunga yang dihasilkan, hanya 55%.
Pada peubah panen, menunjukan bahwa pemberian dolomit berpengaruh
terhadap hasil panen tanaman kacang, walaupun masih terdapat polong yang cipo
disetiap perlakuannya. Hal ini dapat disebabkan karena umur panen yang masih
terlalu muda, terhitung dari sejak tanam hingga panen hanya 77 hari. Pemberian
dolomit tidak berpengaruh terhadap panjang polong, karena ukuran dari setiap
perlakuan relatif sama.
Kacang tanah membentuk polong pada daerah perakaran (rizosfer) pada
kedalaman 5-15 cm dari permukaan tanah. Dengan demikian, struktur gembur pada
daerah perakaran menjadi kunci utama dalam pembentukan polong. Permukaan
tanah yang keras akan menghambat ginofor kacang tanah untuk menembus tanah
yang lebih dalam sehingga menghambat perkembangan polong (Sudaryono 2009).
Unsur P dibutuhkan tanaman kacang tanah karena unsur P ini dapat
mengaktifkan pembentukan polong dan pengisian polong yang masih kosong, serta
mempercepat pemasakan buah. Pemberian dolomit yang mengandung unsur Ca
penting dalam pembentukan ginofor, dengan begitu penambahan ginofor
berpengaruh terhadap jumlah polong yang terbentuk (Sutriyadi dan Setyorini
2012).
Faktor yang mempengaruhi tersedianya P untuk tanaman yang terpenting
adalah pH tanah. Fosfat paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar netral
(6-7). Menurut Foth (1994) Dalam keadaan kekurangan fosfor, kedewasaan
tanaman dan pembentukan biji biasanya tertunda. Jadi pemberian Ca yang cukup
dan fosfor yang sesuai dapat meningkatkan berat segar biji per pot.
Berdasarkan analisi dari (Tabel 2 dan 3) menunjukan bahwa pemberian
dolomit dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan lebar kanopi,
Sesuai dengan pendapat Sumaryo dan Suryono (2000) yang mengatakan
bahwa pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg
dalam tanah, dengan demikian dapat memacu turgor sel dan pembentukan klorofil
sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat. Fotosintat yang
dihasilkan akan ditranslokasikan ke organ tanaman diantaranya batang untuk
pertambahan tinggi tanaman.
Peran dolomit mampu memperbaiki kondisi pH tanah yang masam menjadi
netral. Tanah yang memiliki pH masam menyebabkan aktivitas
mikroorganisme rendah. Selain itu, pH tanah yang masam juga
mempengaruhi serapan P pada akar tanaman. Maftu’ah et al. (2013)
Pada stadia pembentukan polong dan pengisian biji, tanaman kacang tanah
menghendaki air yang cukup. Kacang tanah yang di tanam pada musim kemarau
sering mengalami kekeringan. Terbatasnya ketersediaan air selama fase generatif
dapat menghambat pembentukan polong dan pengisian biji (Rahmianna et al.
2009).
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengapuran tanah masam dengan bahan mengandung Ca dan Mg dapat
mengurangi kemasaman tanah. Kapur memberikan pengaruh yang berpariasi pada
tanaman pertanian karena fungsinya bermacam-macam bagi tanah dan tanaman.
Perbandingan pemberian dolomit memberikan pengaruh yang nyata baik pada
peubah vegetatif, generatif dan daya hasil panen. Walaupun hasil terbaik tidak
tertuju pada satu perlakuan, namun pada perubahan vegetatif hasil perlakuan T3,
lebih maksimal di bandingkan dengan perlakuan T0. Dari setiap pertumbuhan
sampai dengan hasil panen dan pengisian polong kurang maksimal pada
perlakuan T0.
Secara umum dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kapur
dolomit terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah dapat dikatakan
mengalami perubahan. Namun perubahan pada fase vegetative dan generative
belum begitu memberikan perubahan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Hal 9-30. Dalam: A. Kasno, A. Winarto dan Sunardi
(Eds.). Kacang Tanah : Monograf Balittan Malang No 12. Malang.