Anda di halaman 1dari 22

APLIKASI DOLOMIT BERMACAM DOSIS GUNA MENGETAHUI

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH


(Arachis Hypogeae L.)

LAPORAN PRAKTIKUM

Tanaman Semusim (AGT 301)

oleh:
Solehudin
A.1810704
Perlakuan Petak T3

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2021

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman semusim merupakan tanaman yang memiliki siklus hidup (dari
biji, berkecambah, tumbuh vegetatif, generatif sampai membentuk biji lagi)
selama satu musim. Salah satu tanaman semusim yang memiliki nilai ekonomi
tinggi adalah kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Biji kacang tanah kaya energi,
karena banyak mengandung lemak, protein, vitamin dan mineral. Oleh karena itu
tanaman ini memerlukan unsur hara dalam jumlah cukup besar. Umumnya hara
diserap akar tanaman dalam bentuk kation bebas Ca²+, Mg²+, dan K+, dalam
bentuk oksi anion seperti PO₄³–, SO₄²–, dan NO₃– (Maathuis 2009). Kacang
tanah mampu menyerap hara melalui akar dan kulit polong. Sebanyak 62,5% dari
total Ca pada biji diserap melalui kulit polong (Gascho 1996). Akan tetapi pada
kacang bambara (Vigna subterranea L.) Straten (1995) menyimpulkan bahwa Ca
tidak diserap melalui polong tetapi sepenuhnya diserap melalui akar, dan
akumulasi Ca dalam polong lebih rendah dibandingkan pada daun. Dibandingkan
komoditas tanaman pangan lainnya, kacang tanah menyerap unsur Ca paling
tinggi.

Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang penting di Indonesia


sebagai sumber protein nabati. Berdasarkan luas pertanaman, kacang tanah
menempati urutan keempat setelah padi, jagung, dan kedelai. Produktivitas
kacang tanah di Indonesia masih rendah sekitar 1,0 ton/ha, masih setengah dari
potensi hasil kacang tanah dibandingkan dengan USA, China, dan Argentina yang
sudah mencapailebih dari 2,0 ton/ha (Adisarwanto,2003).
Hal ini yang menyebabkan produksi kacang tanah tidak dapat memenuhi
kebutuhan domestik, sehingga diperlukannya impor untuk memenuhi kebutuhan
kacang tanah di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2010). Dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan kacang tanah tersebut pemerintah terus berupaya
meningkatkan jumlah produksi melalui intensifikasi, perluasan areal tanam, dan
peningkatan produktivitas persatuan lahan (Pitojo, 2005).
1.2 Tujuan
Mempelajari budidaya tanaman kacang tanah dan mengetahui dosis
dolomit terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah.
II. TELAAH PUSTAKA
2.1 Tanaman Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L) berasal dari Amerika Selatan,
tepatnya Brazillia, namun sekarang telah menyebar luas ke seluruh dunia yang
beriklim tropis atau subtropis. Diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun
1521-1529. Penanaman kacang tanah di Indonesia baru dimulai pada awal abad
ke-18. Kacang tanah yang ditanam adalah varietas tipe menjalar. Dalam dunia
tumbuhan, tanaman kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Kacang tanah mengandung lemak (40-50%), protein (27%), karbohidrat,
lesitin, kolin, serta vitamin (A, B, C, D, E, dan K), juga mengandung mineral
antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium, dan Sulphur.
Protein yang terkandung dalam kacang tanah jauh lebih tinggi Respon Tanaman
Kacang..., Eko Pratomo Adiguna, Fak. Pertanian UMP 2016 23 daripada yang
terkandung di dalam daging, telur, dan kacang soya (kacang kedelai). Menurut
(Maesen dan Somaatmadja, 2005) mengemukakan bahwa kacang tanah
merupakan tanaman monocius yang berbentuk tegak atau menjalar dan
merupakan tanaman herba tahunan. Tinggi tanaman kacang tanah umumnya 15-
70 cm. Batang utama berkembang dari epikotil dan membawa kotiledon pada tiap
daun ruas pertama. Percabangan bersifat dwimorfik dengan cabang vegetatif dan
cabang generatif. Semua cabang vegetatif memiliki daun kecil-kecil yang disebut
katapils. Cabang vegetatif sekunder dan tersier berasal dari cabang primer. Daun
pada cabang utama membentuk 2/5 filotaksi dan terdapat vegetatif primer. Daun-
daun pada cabang utama itu berjumlah empat daun dengan dua daun terdapat di
tempat yang berlawanan. Panjang daun mencapai 3 – 4 cm dengan lebar 2 – 3 cm
dan panjang petiole 3 – 7 cm. Menurut Sutarto (2000) kacang tanah memiliki
bintil akar, sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium yang berguna untuk
membantu penyediaan unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman
kacang tanah merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang alami
dapat terjadi tetapi persentasenya sangat kecil, yaitu sekitar 0.5% (Suprapto,
2006). Bunga kacang tanah berbentuk seperti kupukupu, terdiri dari kelopak,
mahkota bunga, benang sari, dan kepala putik. Mahkota bunga berwarna kuning
terdiri dari 5 helai yang bentuknya berlainan satu dengan yang lainnya. Helaian
yang besar disebut bendera, pada bagian kanan dan kiri terdapat sayap yang
sebelah bawah bersatu membentuk cakar. Bunganya memiliki 10 benang sari, 2
diantaranya lebih pendek (Trustinah, 2004). Bunga muncul dari buku-buku bagian
bawah cabang, setelah mengalami persarian dan pembuahan 70-75% dari bunga
dapat membentuk ginofor dan membentuk polong didalam tanah. Ginofor tumbuh
ke dalam tanah dengan ovari 5 di ujungnya dan mengeras membentuk pelindung
pada saat memasuki tanah. Panjang ginofor dapat mencapai 18 cm dan tidak
semua ginofor dapat menembus kedalam tanah dan membentuk polong (Sutarto,
2000). Warna ginofor umumnya hijau dan bila ada pigmen antosianin warnanya
menjadi merah atau ungu, dan setelah masuk ke dalam tanah warnanya menjadi
putih. Perubahan warna ini disebabkan ginofor mempunyai butir-butir klorofil
yang dimanfaatkan untuk melakukan fotosintesis selama di atas permukaan tanah,
dan setelah menembus tanah fungsinya akan bersifat seperti akar (Trustinah,
2004).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah


Menurut (Sutarto, 2000) kacang tanah dapat tumbuh baik pada tanah yang
gembur dan cukup unsur N, P, K, Ca, dan unsur mikro. Pernyataan ini di dukung
oleh (Adisarwanto, 2001) bahwa tanah sebagai media tumbuh kacang tanah
berpengaruh besar terhadap pertumbuhannya. Kacang tanah menghendaki jenis
tanah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Kemasaman
yang optimal adalah 6.5-7.0. Apabila pH tanah lebih besar daripada 7.0 maka
daun akan berwarna kuning karena kekurangan hara (N, S, Fe dan Mn) dan
seringkali timbul bercak hitam pada polong. Tanah dengan sistem drainase yang
baik akan menciptakan aerasi yang baik, sehingga penyerapan air, hara, N, CO 2
dan O2 oleh tanaman akan lebih mudah dilakukan. Faktor iklim yang berpengaruh
langsung terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah adalah suhu, curah hujan,
dan cahaya. Suhu udara untuk pertumbuhan optimum berkisar 27˚C sampai 30˚C.
Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh atau
dapat menjadi kendala terhadap pencapaian hasil kacang tanah. Total curah hujan
optimum selama 3-3.5 bulan atau sepanjang periode pertumbuhan sampai panen
adalah 300-500 mm (Adisarwanto, 2003). Menurut (Maesen dan Somaatmadja,
2005) bahwa tanaman kacang tanah dapat tumbuh pada 40˚LU-40˚LS pada daerah
tropis dan sub tropis serta 6 climate. Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang
tanah adalah 30˚C dan pertumbuhan akan terhambat pada 15˚C. Kacang tanah
termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari penuh. Adanya keterbatasan
cahaya matahari akibat naungan atau halangan dan atau awan lebih dari 30%
akanmenurunkan hasil kacang tanah karena cahaya mempengaruhi fotosintesis
dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofor akan
mengurangi jumlah ginofor, sedangkan rendahnya intensitas cahaya pada masa
pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan
menambah jumlah polong hampa.

2.2.1 Iklim
Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Suhu udara sekitar 28-320C.
Kelembaban udara berkisar 65-75 %. Penyinaran matahari penuh dibutuhkan,
terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2.2.2 Media Tanam
Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur. 
pH antara 6,0-6,5. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu
dan akhirnya mati. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering
baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
2.2.3 Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 – 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh
dibawah ketinggian 1.500 m dpl.
2.3 Pengertian pengapuran
Pengapuran adalah proses permberian kapur ke dalam tanah yang umumnya
bukan karena kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Pengapuran
adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dengan
menambahkan kapur kedalam tanah. Tujuan utama dari pengapuran ini adalah
meningkatkan pH, dari pH masam menjadi pH netral. Pada pH tanah yang
masam, banyak unsur hara misalnya N, P, K, Ca, Mg yang tidak tersedia bagi
tanaman karena pada pH rendah unsur tersebut rusak. Hanya unsur Fe dan Al
( unsur mikro ) yang tersedia pada tanah masam. Maka diharapkan, dengan
pengapuran akan meningkatkan pH menjadi netral, dimana pada pH netral banyak
unsur hara yangdapat tersedia bagi tanaman(Hardjowigeno, 1987).
Kapur memberikan pengaruh yang berpariasi pada tanaman pertanian
karena fungsinya bermacam-macam bagi tanah dan tanaman. Pengapuran tanah
masam dengan bahan mengandung Ca dan Mg dapat mengurangi kemasaman
tanah. Tanah dikapur bukan semata-mata menaikan pH tetapi juga karena
tingginya Al. Al itu sebenarnya yang menjadi problem pada tanah masam karena
menghambat ketersediaan unsur hara (Kuswandi, 2005)

2.4 Morfologi Tanaman Kacang Tanah


2.4.1 Daun
Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak
daun dengan tangkai daun agak panjang. Menurut Suprapto (2004) helaian anak
daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya.
2.4.2 Batang
Pitojo (2005) melaporkan bahwa batang tanaman kacang tanah tidak
berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh Menjalar dan ada yang tegak. Tinggi
batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada yang mencapai 80 cm. Kacang tanah
berakar tunggang yang tumbuh lurus ke dalam tanah hingga kedalaman 40 cm.
Pada akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti oleh akar serabut.
Akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat penyerap
air dan zat-zat hara serta mineral dari dalam tanah
2.4.3 Bunga
Bunga kacang tanah tersusun dalam bentuk bulir yang muncul di ketiak
daun, dan termasuk bunga sempurna yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat
dalam satu bunga. Mahkota bunga kacang tanah berwarna kuning terdiri dari 5
helai yang bentuknya berlainan satu dengan yang lain (Trustinah, 1993). Masing-
masing pembungaan memiliki 2-5 kuntum bunga. Bunga tersusun atas sebuah
hifantium berbentuk tabung yang panjangnya 4-6 cm. Hifantium adalah gabungan
bagian pangkal kelopak, mahkota, dan tabungsari. Warna mahkota bunga
bervariasi dari kuning pucat sampai jingga merah. Tangkai sari berjumlah sepuluh
dengan 2-6 bakal biji. Setelah terjadi pembuahan akan terbentuklah bentukan yang
mirip tangkai, yang disebut ginifor. Ginofor ini akan tumbuh menuju ke dalam
tanah menjadi buah matang yang disebut polong. Jika jarak antara ginofor dan
tanah lebih dari 15 cm ginofor ini akan gagal mencapai tanah dan ujungnya akan
mati.
2.4.4 Polong
Berdasarkan hasil laporan AAK (1989) kacang tanah berbuah polong.
Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan, dimana bakal buah tumbuh
memanjang dan disebut ginofor. Setelah tumbuh memanjang, ginofor tadi
mengarah ke bawah dan terus masuk ke dalam tanah. Apabila polong telah
terbentuk maka proses pertumbuhan ginofor yang memanjang terhenti. Menurut
Suprapto (2004) ginofor yang terbentuk di cabang bagian atas tidak masuk ke
dalam tanah sehingga tidak akan membentuk polong.
2.4.5 Biji
Biji kacang tanah terdapat di dalam polong. Contoh biji kacang tanah
dapat dilihat pada. Kulit luar (testa) bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi
biji yang berada di dalamnya. Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan
ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain selagi di dalam
polong (Pitojo, 2005). Warna biji kacang pun bermacam-macam: putih, merah
kesumba, dan ungu. Perbedaan-perbedaan itu tergantung pada varietas-varietasnya
(AAK, 1989).

2.4.6 Akar
Kacang tanah memiliki bentuk akar yang hampir sama dengan bentuk akar
tanaman legume lainnya. Akar kacang tanah memiliki nodule (bintil akar) akibat
dari hubungan simbiosis mutualisme antara bakteri penambat unsur N dengan
Rhizobium sp. Akar kacang tanah berbentuk tunggang dan memiliki cabang akar
yang tumbuh pada akar utama.
2.5 Panen dan pasca panen

2.5.1 Panen

Kacang tanah dipanen pada saat mencapai kemasakan biji yang tepat. Panen
yang terlalu cepat membuat biji menjadi keriput. Tanda tanda kacang tanah yang
telah tua dan dapat dipanen ialah :

 Sebagian besar daun telah menguning


 Kulit polong menjadi keras, kelihatan berserat, dan bagian dalam berwarna
coklat.
 Biji telah terisi penuh.
 Kulit biji tipis dan mengkilat.

Untuk keperluan konsumsi, maka kacang tanah dipanen sekitar umur 90 – 105
hari ( tergantung varietasnya). Varietas kacang tanah local biasanya dipanen pada
umur 90 – 95 hst, sedangkan varietas ungggul sebaiknya dipanen pada umur 100 –
105 hst, kecuali pada dataran yang cukup tinggi ( 400 – 500 dpl) dan yang
ditanam pada musim hujan, umumnya akan lebih panjang. Sebelum panen, tanah
yang agak kering ada baiknya dibasahi dulu agar polong tidak banyak tertinggal
sewaktu proses pencabutan. Penanganan kacang tanah yang terlambat panen,
harus dipisahkan antara yang telah tumbuh dan masih muda dan yang akan
disimpan. Hal ini karena kacang tanah yang tumbuh dan polong muda merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan cendawan Aspergillus flavus, penghasil
Afalatoxin dan Penicillium, sp. Selanjutnya polong dijemur hingga bijinya
mencapai kadar air kurang dari 9 %, Biji untuk benih sebaiknya pada kadar air 7
% sehingga dapat disimpan sampai 1 tahun. Lebih.

2.5.2 Pasca Panen

Polong tua yang tidak pecah dipisah dari polong muda, kemudian dijemur.
Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari atau alat pengering. Gunakan
alas atau lantai Jemur. Bila cuaca cerah, pengeringan selama 7 hari bertururt turut
sudah cukup kecuali kacang tanah untuk benih, harus dijemur sampai 10 hari.
Untuk memperoleh biji kacang tanah polong yang telah kering dikupas dengan
tangan, kemudian ditampi agar bersih dan diplih yang baik. Untuk mengetahui
kadar air 8 – 11 % dapat menggunakan pedoman yaitu apabila kulit ari biji mudah
terkelupas dan bila bijinya ditekan ( disebelah) dengan kuku ibu jari ada tertinggal
minyak yang mengkilat pada kuku. Untuk keperluan benih, kacang tanah
dikeringkan dalam bentuk polong agar tidak mudah terkontaminasi cendawan
bebas dari hama gudang dan kadar airnya tetap. Biji untuk benih berkadar air 10
% disimpan dalam plastik agak tebal yang tertutup rapat ( kedap udara).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2020 sampai 8 Januari
2021 di lahan percobaan Universitas Djuanda Bogor.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang dibutuhkan adalah benih kacang tanah, pupuk kandang, pupuk
Urea, SP-36 dan KCl, dolomit (CaCO 3. MgCO3), insektisida dan fungisida bila
diperlukan. Alat yang digunakan berupa alat pengolah tanah, alat tanam, meteran
dan timbangan.
3.3 Metode
Praktikum dilakukan menggunakan rancangan sederhana (Rancangan
Acak Lengkap) satu faktor yaitu dosis dolomit, yang terdiri atas lima taraf, yaitu 0
kg, 250 kg, 500 kg, 1000 kg, 1500 kg per hektar. Pemupukan dasaran dilakukan
dengan memberi pupuk kandang dosis anjuran 20 ton per hektar, sedangkan
pemberian pupuk tunggal Urea (N): 90 kg/ha ; SP-36 (P): 150 kg/ha; dan KCl
(K): 60 kg/ha. Tahapan kegiatan budidaya jagung manis awal hingga akhir (pasca
panen) di tiap bedengan dikelola oleh dua orang mahasiswa.

Table 1. Dosis yang digunakan untuk praktikum tanaman semusim


N Dosis anjuran Cara perhitungan konversi (ha≈kg) Setara dengan
o (ha) (ha≈g)

1 Urea 90 kg/ha 3,6 m2 N N N


×90 kg =0,0324 kg 32,4 g 2
10.000 ha 3,6 m2 3,6 m

2 SP-36 150 P2 O 5 P 2 O5
0,054 g 2
54 g
kg/ha 3,6 m 3,6 m2

3 KCl 60 kg/ha K2O K2O


0,0216 g 2
21,6 g
3,6 m 3,6 m2
4 Dolomit

A 0 ton ≈ 0 kg kg g
0 2
0 2
3,6 m 3,6 m

B 0,25 ton ≈ 250 3,6 m2 kg kg g


×0,25 ×1000 =0,09 2
0,09 2
kg 10.000 ha 3,6 m 3,6 m

C 0,5 ton ≈ 500 kg g


0,18 180
kg 3,6 m2 3,6 m2

D 1 ton ≈ 1000 kg kg g
0,36 2
360 2
3,6 m 3,6 m

E 1,5 ton ≈ 1500 kg g


0,54 2
540 2
kg 3,6 m 3,6 m

Keterangan: 3,6m2 merupakan luasan petak/bedeng percobaan dengan ukuran


P=3m dan l=1,2m
3.1 Pelaksanaan Praktikum
3.4.1 Persiapan dan Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sampai gembur agar
aerasi dan porositas menjadi baik. Membersihkan lahan dari sisa tanaman lain dan
organisme pengganggu tanaman. Pengolahan tanah ini dilakukan satu minggu
sebelum penanaman.
Tanah dibuat bedengan berukuran 1,2 m x 3 m dengan tinggi 30 cm.
Kemudian diberikan pupuk kandang dan kapur dolomit (CaCO3, MgCO3) sesuai
perlakuan dengan cara disebar kemudian diaduk rata sampai bedengan rapi
kembali. Pemberian kapur dilakukan sebelum penanaman agar kapur dapat larut
dan proses reaksinya tidak mengganggu pertumbuhan kacang tanah.
3.4.2 Penanaman
Lahan yang telah disiapkan dapat dilubangi dengan kedalaman 3-4 cm
dengan Jarak tanam antar lubang adalah 20 cm x 30 cm h. Ke dalam tiap lubang
tersebut dimasukkan 1-2 benih lalu ditutup dengan sedikit tanah.
3.4.3 Pemupukan
Pemberian pupuk dasar di sepanjang sisi barisan tanaman dengan dosis
pupuk Urea : 90 kg/ha, SP-36: 150 kg/ha, dan KCl: 60 kg/ha.
3.4.4 Penyulaman
Penyulaman tanaman kacang dilakukan saat 1 MST dengan menghitung
daya tumbuh benih, dengan cara menghitung persentase benih yang tumbuh.
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiangan dengan cara membuang
gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanaman utama dan bedengan.
3.4.6 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman yang
diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh, jumlah daun dengan
menghitung daun trifoliate yang tumbuh dari cabang tanaman dan lebar kanopi
dihitung dengan cara mengukur lebar kanopi secara melintang yang dilakukan
dari 3-5 MST. Kemudian saat 6 MST dihitung fase generatif meliputi jumlah
bunga dan ginofor. Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman sampel.
3.4.7. Pemanenan
Pada kondisi pertanaman yang optimum, tanaman kacang tanah dapat
dipanen pada umur sekitar 80-100 hari setelah tanam bila daun-daun mulai
menguning.
3.5 Perubahan yang Diamati
Variabel yang diamati dalam praktikum ini adalah :
1. Tinggi Tanaman
Penamatan dilakukan dengan cara mengukur tanaman dari permukaan tanah
sampai titik tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 3 MST – 5
MST pada 10 tanaman sampel.
2. Jumlah Daun Trifoliate
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung daun trifoliate yang
tumbuh dari cabang tanaman. Pengamatan jumlah daun trifoliate dilakukan
mulai dari 3 MST – 5 MST pada 10 tanaman sampel.
3. Lebar Kanopi
Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengukur lebar kanopi secara
melintang. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 3 MST – 4 MST
pada 10 tanaman sampel.

4. Jumlah Ginofor
Pengamatan jumlah ginofor dilakukan dengan cara menghitung setiap
ginofor yang muncul dari tanaman sampel setiap minggu mulai dari 6 MST – 7
MST.
5. Jumlah Polong/tanaman
Jumlah polong (polong per tanaman) dihitung berdasarkan hasil polong
yang didapatkan dari masing-masing tanaman sampel.
6. Bobot Polong/tanaman,
Pengamatan bobot polong (polong per tanaman) dihitung berdasarkan polong
yang didapatkan dari masing-masing tanaman sampel.
7. Panjang Polong
Pengamatan panjang polong dilakukan dengan mengambil panjang rata-rata
sampel dari setiap tanaman sampel.
8. Jumlah dan Bobot Polong Isi
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah dan bobot polong
isi pada setiap tanaman sampel.
9. Jumlah dan Bobot Polong Cipo
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah dan bobot polong
cipo (hampa) pada setiap tanaman sampel.
10. Bobot Polong/petak
Pengamatan bobot polong/petak dilakukan dengan cara menghitung semua
bobot polong yang dihasilkan dalam satu petak.
11. Jumlah dan Bobot Polong Berbiji 1, 2 dan 3
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah dan bobot polong
berbiji satu, 2 dan 3 dari setiap tanaman sampel
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil praktikum menunjukan tingkat pertumbuhan dan perkembangan


tanaman kacang tanah sesuai dengan perlakuan yang diberikan yaitu T3.

4.1.1 Fase Vegetatif

Perlakuan/ T0 T3

Ulangan Bobot (g) Bobot (g)

Bobot tanaman 1 145 144


tanpa polong
 2 99,4 145,4

 3 126,8 151,4

 4 102,4 137,6

 5 176,4 128,6

Bobot polong 1 58,2 41,8


total
 2 31,4 54,4

 3 45,8 48,4

 4 36,6 51,2

 5 52,6 51,6

34 32,8

Jumlah polong 29,4 33,2


total
35,4 38,6

35,4 35,2
33,2 37

20 14,4

14 17

Jumlah polong 17,8 15,4

jadi 15 17,8

18,2 20,8

Bobot polong 53,2 38,2


jadi
29,4 49,8

41 40,8

32,6 43,4

47,8 47,8

Jumlah polong 14 18,4


tidak jadi
15,4 16,2

17,6 23,2

20,4 17,4

15 16,2

Bobot polong 5 3,6


tidak jadi
2 4,6

4,8 7,6

4 7,8

4,8 3,8

Bobot isi polong


20,2 19,2
kupas

17 19,4
18,4 19,4

17 11,4

20,4 23,6

Bobot total
1399,4 1594,2
efektif

4.1.2 Fase Vegetatif

Perlakuan T0 fase vegetative


3 4 5 6 7 8 9 10
Ulangan
  MST MST MST MST MST MST MST MST
1 15.5 17.7 22 27.1 29.9 34.6 38.4 43.2
2 15.6 20.8 25.7 33.2 41.1 43 40.6 52.6
3 15.9 22.8 27.5 30.7 41.1 42.6 44.8 49.4
Tinggi Tanaman (cm)
4 15.9 22.2 26.6 31.1 39.3 44.4 40 50.4
5 15.8 22.7 25.9 27.7 33.9 39.2 42 42.4
rerata 15.74 21.24 25.54 29.96 37.06 40.76 41.16 47.6
1 17.1 21.3 24.2 26.8 39.6 19.6 24 45.4
2 17.2 21.2 24.6 30.2 49.6 23.6 22.2 55.2
3 18.7 23.3 24.4 27.6 49.6 22 25.2 51.2
Diameter Kanopi Tanaman (cm)
4 19.9 23 24.8 27.4 48.8 24.2 22.2 54.6
5 21.4 24.6 27.2 30 43.8 21.6 19.6 49.6
rerata 18.86 22.68 25.04 28.4 46.28 22.2 22.64 51.2
1 6.2 19.8 22.6 31 43.2 43 67 71.4
2 9.2 18 20.4 36.2 49.4 51.2 77.6 98.8
3 9 16.8 21 31.8 38 44.8 54.2 60.6
Jumlah Daun Tanaman
4 9.6 20.4 22.2 36 38.6 51.4 66.8 75.4
5 7.8 18.4 22 27.8 33.8 42.4 58.2 69.2
rerata 8.36 18.68 21.64 32.56 40.6 46.56 64.76 75.08

Perlakuan T3
3 4 5 6 7 8 9 10
Ulangan
  MST MST MST MST MST MST MST MST
1 12.2 13.7 17.6 21.4 26.4 31.4 40.3 x
2 16.4 22.2 27.8 33.6 39.6 40.8 42 46.6
3 15.9 22.9 28.5 32 42.9 45.2 47.2 55
Tinggi Tanaman (cm)
4 15.2 21.6 26.5 29.7 37.6 39.8 42.6 48.4
5 17.8 24.6 28.5 32.2 38.8 42.8 43.8 49.8
Rerata 15.5 21 25.78 29.78 37.06 40 43.18 49.95
1 14 16.2 21 31.6 19.8 19.2 45.8 x
2 20.3 25.4 26.4 30 50.6 25.4 20.4 57
3 19.8 24.2 26.8 30 46.6 22.2 22.4 54.8
Diameter Kanopi Tanaman (cm)
4 18.2 22 25.2 29.8 46.2 25.4 22.4 52.8
5 21.4 27.2 30 35 50.4 26 27 53.2
Rerata 18.74 23 25.88 31.28 42.72 23.64 27.6 54.45
1 6 9.8 20.8 25.6 33.4 65.2 77.2 x
2 8.6 19.2 21.2 40.2 44 54.8 81 92.6
3 12.2 19.4 23.6 36.4 37.4 54.8 67 84
Jumlah Daun Tanaman
4 8 20.2 28.2 37.8 46 60.2 69.8 79.6
5 10.2 23 28.4 36.4 44.6 60 65.6 77.2
Rerata 9 18.32 24.44 35.28 41.08 59 72.12 83.35

4.2 Pembahsaan
Pelaksanaan praktikum dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan Januari,
dikarenakan pada bulan-bulan tersebut sudah memasuki musim penghujan, hampir
di seluruh wilayah kota Bogor sering dilanda hujan. Akibat hujan yang terus-
menerus menjadikan tanah menjadi masam dan pH menjadi menurun. Tanah yang
terlalu masam kurang baik jika digunakan untuk budidaya tanaman. Salah satu cara
untuk menaikan pH dan agar tanah tidak terlalu masam ialah dengan pemberian
kapur.

Pemberian kapur memberikan pengaruh terhadap produksi dan daya hasil


tanaman kacang tanah. Pada peubah vegetatif, perlakuan T0 memberikan hasil
yang hampir sama dengan perlakuan T3, dalam setiap minggu nya terjadi
pertumbuhan terhadap tinggi tanaman. Pada jumlah daun, pemberian dolomit
memberikan pengaruh yang nyata, dapat dilihat dari jumlah daun antar perlakuan
terjadi perbedaan sejak 3 MST, hasil maksimal terdapat pada perlakuan T3, dimana
setiap minggunya terjadi pertambahan jumlah daun yang cukup banyak. Pada
peubah lebar kanopi berbanding lurus dengan pertumbuhan daun. Jumlah daun
yang semakin banyak menjadikan kanopi menjadi lebih lebar.

Pada peubah generatif, pembungaan terjadi sejak 5 MST, namun tidak semua
bunga mampu membentuk polong. Polong yang terbentuk dari bunga yang muncul
saat awal memiliki kesempatan untuk tumbuh dan persediaan asimilat yang lebih
baik daripada poong yang terbentuk dari bunga yang muncul di akhir. Suprapto
(2011) menyatakan bahwa dari seluruh bunga yang dihasilkan, hanya 55%.
Pada peubah panen, menunjukan bahwa pemberian dolomit berpengaruh
terhadap hasil panen tanaman kacang, walaupun masih terdapat polong yang cipo
disetiap perlakuannya. Hal ini dapat disebabkan karena umur panen yang masih
terlalu muda, terhitung dari sejak tanam hingga panen hanya 77 hari. Pemberian
dolomit tidak berpengaruh terhadap panjang polong, karena ukuran dari setiap
perlakuan relatif sama.
Kacang tanah membentuk polong pada daerah perakaran (rizosfer) pada
kedalaman 5-15 cm dari permukaan tanah. Dengan demikian, struktur gembur pada
daerah perakaran menjadi kunci utama dalam pembentukan polong. Permukaan
tanah yang keras akan menghambat ginofor kacang tanah untuk menembus tanah
yang lebih dalam sehingga menghambat perkembangan polong (Sudaryono 2009).
Unsur P dibutuhkan tanaman kacang tanah karena unsur P ini dapat
mengaktifkan pembentukan polong dan pengisian polong yang masih kosong, serta
mempercepat pemasakan buah. Pemberian dolomit yang mengandung unsur Ca
penting dalam pembentukan ginofor, dengan begitu penambahan ginofor
berpengaruh terhadap jumlah polong yang terbentuk (Sutriyadi dan Setyorini
2012).
Faktor yang mempengaruhi tersedianya P untuk tanaman yang terpenting
adalah pH tanah. Fosfat paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar netral
(6-7). Menurut Foth (1994) Dalam keadaan kekurangan fosfor, kedewasaan
tanaman dan pembentukan biji biasanya tertunda. Jadi pemberian Ca yang cukup
dan fosfor yang sesuai dapat meningkatkan berat segar biji per pot.
Berdasarkan analisi dari (Tabel 2 dan 3) menunjukan bahwa pemberian
dolomit dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan lebar kanopi,
Sesuai dengan pendapat Sumaryo dan Suryono (2000) yang mengatakan
bahwa pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg
dalam tanah, dengan demikian dapat memacu turgor sel dan pembentukan klorofil
sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat. Fotosintat yang
dihasilkan akan ditranslokasikan ke organ tanaman diantaranya batang untuk
pertambahan tinggi tanaman.
Peran dolomit mampu memperbaiki kondisi pH tanah yang masam menjadi
netral. Tanah yang memiliki pH masam menyebabkan aktivitas
mikroorganisme rendah. Selain itu, pH tanah yang masam juga
mempengaruhi serapan P pada akar tanaman. Maftu’ah et al. (2013)
Pada stadia pembentukan polong dan pengisian biji, tanaman kacang tanah
menghendaki air yang cukup. Kacang tanah yang di tanam pada musim kemarau
sering mengalami kekeringan. Terbatasnya ketersediaan air selama fase generatif
dapat menghambat pembentukan polong dan pengisian biji (Rahmianna et al.
2009).
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengapuran tanah masam dengan bahan mengandung Ca dan Mg dapat
mengurangi kemasaman tanah. Kapur memberikan pengaruh yang berpariasi pada
tanaman pertanian karena fungsinya bermacam-macam bagi tanah dan tanaman.
Perbandingan pemberian dolomit memberikan pengaruh yang nyata baik pada
peubah vegetatif, generatif dan daya hasil panen. Walaupun hasil terbaik tidak
tertuju pada satu perlakuan, namun pada perubahan vegetatif hasil perlakuan T3,
lebih maksimal di bandingkan dengan perlakuan T0. Dari setiap pertumbuhan
sampai dengan hasil panen dan pengisian polong kurang maksimal pada
perlakuan T0.

Secara umum dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kapur
dolomit terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah dapat dikatakan
mengalami perubahan. Namun perubahan pada fase vegetative dan generative
belum begitu memberikan perubahan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kacang Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 84 hal.


Alibasyah, M.R,. 2000. Efek sistem olah tanah dan mulsa jagung terhadap stabilitas agregat
dan kandungan C. organik tanah ultisol pada musim tanam ke-3. J. Agrista. 3(4) : 228 –
237.
BPS. 2012. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
Foth, H. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Ciracas Jakarta.
Hardjowigeno, Suwono. 1987. Ilmu Tanah. Madiatama Sarana Pustaka. Jakarta.
Jumakir, Waluyo, Suparwoto, 2000 . Kajian Berbagai Kombinasi Pengapuran dan
Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogeal L)
di Lahan pasang Surut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. J. Agronomi 8 (1) : 11-15.
Kuswandi. 2005. Pengapuran Tanah Pertanian: Edisi Revisi. Yogyakarta. Kanisius.
Maftu’ah, E.A., A. Syukur dan B. Purwanto. 2013.Efektivitas amelioran pada lahan
gambut terdegradasi untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan NPK tanaman
jagung manis (Zea maysL. Var. Saccharata). Jurnal Agronomi Indonesia, volume
41 (1) : 16-23.
Mutert dan Sri Adiningsih. 1996. Ilmu Tanah (terjemahan Soegiman). Bhratara
Karya Aksara. Jakarta.
Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 75 hal.
Purwono, dan H.Purnamawati. 2007. Budi daya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya. Bogor.
Sibarani, F.M.A. 2005.Budidaya Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subandi, Hidayat dan A. Mulyani. 2008. Lahan Kering untuk Pertanian. Hal. 1-34.
Buku Pengelolaan Lahan Kering untuk Meningkatkan Produksi Pertanian
Berkelanjutan. Mappaona (Eds). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat. Bogor.
Sumaryo dan Suryono. 2000. Pengaruh pupuk dolomit dan SP-36 terhadap jumlah bintil
akar dan hasil tanaman kacang tanah di tanah latosol. Jurnal Agrosains, volume
2(2): 54-58.
Sudaryono. 2009. kontribusi ilmu tanah dalam mendorong pengembangan agribisnis kacang
tanah di Indonesia. Pengembangan Inov Pertan 2(4): 256-282.
Sutriadi MT, Setyorini D. 2012. Response of peanut due to application of dolomite plus. J
Trop Soils 17(2): 143-150
Suprapto, H. S. 2004. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hal.

Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Hal 9-30. Dalam: A. Kasno, A. Winarto dan Sunardi
(Eds.). Kacang Tanah : Monograf Balittan Malang No 12. Malang.

Anda mungkin juga menyukai