Anda di halaman 1dari 30

APLIKASI DOLOMIT BERMACAM DOSIS GUNA

MENGETAHUI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


KACANG TANAH (Arachis Hypogeae L.)

LAPORAN PRAKTIKUM
Tanaman Semusim (AGT 301)

Oleh:
Septian Permana
A.2010279
Perlakuan Petak T2

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L) mmerupakan tanaman leguminosa


yang telah lama dibudidayakan di indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman
yang paling banyak ditanam setelah padi, jagung serta kacang kedelai.
Tanaman kacang tanah umumnya ditanam di lahan kering, akan tetapi saat ini
penanaman kacang tanah sudah meluas dari lahan kering ke lahan sawah.

Kacang tanah mengandung lemak 40-50%, protein 27 %, Karbohidrat


18% dan vitamin. Kacang tanah dimanfaatkan sebagai bahan pangan
konsumsi langsung atau campuran makanan seperti roti, bumbu dapur, bahan
baku industri, dan pakan ternak, sehingga kebutuhan kacang tanah terus
meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk.
(Balitkabi, 2008).

Produksi kacang tanah dalam negeri belum mampu mencukupi


kebutuhan, sehingga Indonesia masih memerlukan substitusi impor dari luar
negeri.Oleh sebab itu pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah
produksi dalam negeri melalui intensifikasi, perluasan areal pertanaman,
penggunaan bibit unggul, pemeliharaan yang baik danpemupukan yang tepat
(Adisarwanto, 2000).

Rendahnya produksi kacang tanah di Indonesia disebabkan oleh beberapa


faktor seperti rendahnya kualitas benih, kurangnya pengetahuan petani tentang
pemupukan, ketersediaan varietas unggul yang masih terbatas, pengelolaan
tanah, rendahnya bahan organik, pembuatan drainase yang buruk, periode
kekeringan yang cukup lama. Di samping hal di atas pemberian pupuk dalam
bentuk pupuk organik dan pupuk anorganik merupakan hal penting dalam
peningkatan produksi kacang tanah. kacang tanah sangat membutuhkan unsur
N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup, dan hal tersebut dapat dipenuhi
melalui usaha pemupukan dan pemberian kapur. (Sumarno, 2001).
B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian dari berbagai dosis dolomit


terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta hasil produksi tanaman kacang
tanah

C. Manfaat Praktikum

Dapat mengetahui apa pengaruh dari pemberian dolomit dalam berbagai


dosis terhadap tanaman kacang tanah serta mengetahui hasil produksi tanaman
kacang tanah
II. TELAAH PUSTAKA

A. Sejarah Tanaman

Tanaman kacang tanah berasal dari Amerika Selatan, Brazillia dan


menyebar ke seluruh dunia yang beriklikm tropis atau subtropis. Kacang tanah
masuk di Indonesia pada masa zaman ke 17 yang dibawa oleh pedagang,
kacang tanah telah dibudidayakan di Indonesia selama lebih dari 5000 tahun.

Berdasarkan luas penanaman, kacang tanah menempati urutan keempat


setelah padi, jagung dan kedelai. Saat ini penanaman kacang tanah sudah
menyebar hampir diseluruh pelosok dunia dengan total luas panen sekitar 21
juta ha dan produktivitas rata rata 1,10 ton/ha polong kering.

Di kawasan Asia, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut


luas arealnya (650.000 ha) setelah India (9,0 juta ha) dan Cina (2,2 juta ha).
Selain itu, Indonesia pun dikenal sebagai negara ketujuh terbesar penghasil
kacang tanah di dunia setelah India, Cina, Nigeria, Senegal, USA, Brasil
(Adisarwanto, 2007).

B. Klasifikasi

Menurut Steenis (2005) klasifikasi tanaman kacang tanah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea, L.


C. Morfologi

Berdasarkan bentuk atau letak cabang lateral, tipe pertumbuhan kacang


tanah dapat dibedakan menjadi tipe menjalar yang meliputi runner, trailing,
procumbent, dan prostate, dan tipe tegak yaitu upright, erect bunch, dan
bunch. Moroflogi tanaman kacang tanah sebagai berikut :

a. Akar

Kacang tanah memiliki akar tunggang dengan karakar lateral yang


berkembang baik. Akar tunggang biasanya dapat masuk ke dalam tanah
hingga kedalaman 50–55 cm, sistem perakarannya terpusat pada kedalaman
5–25 cm dengan radius 12–14 cm, tergantung tipe varietasnya. Sedangkan
akar-akar lateral panjangnya sekitar 15–20 cm, dan terletak tegak lurus pada
akar tunggangnya (Rao 1988). Seluruh aksesi kacang tanah memiliki nodul
(bintil) pada akarnya. Keragaman terlihat pada jumlah, ukuran bintil, dan
sebarannya. Jumlah bintil beragam dari sedikit hingga banyak, dengan ukuran
kecil hingga besar, dan terdistribusi pada akar utama atau akar lateral.
Sebagian besar aksesi memiliki bintil akar dengan ukuran sedang dan
menyebar pada akar lateral

b. Batang

Terdapat empat pola percabangan pada kacang tanah, yaitu berseling


sequensial, tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, dan tidak
beraturan tanpa bunga pada batang utama (IBPGR 1985). Pola percabangan
berseling dicirikan dengan cabang dan bunganya terbentuk secara berselang-
seling pada cabang primer atau sekunder dan batang utamanya tidak
mempunyai bunga, sedangkan pola percabangan sequential dicirikan dengan
buku subur terdapat pada batang utama, cabang primer maupun pada cabang
sekunder, tumbuhnya tegak, cabangnya sedikit dan tumbuhnya sama tinggi
dengan batang utama. Bunganya terbentuk pada batang utama dan ruas cabang
yang berurutan.
c. Daun

Kacang tanah memiliki empat helaian daun yang disebut tetrafoliate yang
muncul pada batang dengan susunan melingkar pilotaksis. Daun mempunyai
beragam bentuk antara lain bulat, elips, sampai agak lancip dengan ukuran
bervariasi tergantung varietas dan letaknya. Warna daun hijau dan hijau tua.
Daun-daun pada bagian atas biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang
di bawah. Ukuran dan bentuk daun tercermin dari panjang daun, lebar daun,
serta rasio panjang dan lebar daun. Perbandingan panjang dan lebar daun ini
menentukan bentuk daun, di mana untuk tipe-tipe Spanish bentuk daun
umumnya lebih mendekati bulat-oval, sedangkan pada tipe Valencia
umumnya lebih lancip. Semakin besar nilai perbandingan menunjukkan
semakin lancip bentuk daunnya.

d. Bunga

Kacang tanah termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, yakni kepala


putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama dan penyerbukan
terjadi beberapa saat sebelum bunga mekar, oleh karena itu jarang terjadi
penyerbukan silang. Bunga kacang tanah tersusun dalam bentuk bulir yang
muncul di ketiak daun, dan termasuk bunga sempurna, yaitu alat kelamin
jantan dan betina terdapat dalam satu bunga. Bunga kacang tanah berbentuk
seperti kupu-kupu, terdiri dari kelopak, tajuk atau mahkota bunga, benang sari,
dan kepala putik, Mahkota bunga berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang
bentuknya berlainan satu dengan yang lain.

e. Polong

Polong kacang tanah bervariasi dalam ukuran, bentuk, paruh, dan


kontriksinya. Berdasarkan ukuran polong, kacang tanah dibedakan ke dalam,
polong sangat kecil dengan panjang 3,0 cm, ukuran >155 g/100 polong,
Karakter kualitatif polong meliputi pinggang polong/konstriksi, paruh/pelatuk
polong (tanpa paruh, paruh sangat kecil, paruh menonjol, paruh sangat
menonjol) dengan bentuk paruh (lurus dan lengkung), kulit polong/retikulasi
(halus, agak kasar, kasar) (Rao dan Murty 1994)

f. Biji

Biji kacang tanah beragam warna, bentuk, dan ukurannya, karakter


kualitatif biji meliputi kulit ari biji berwarna putih, rose, merah, coklat, dan
bentuk biji bulat, lonjong, pipih. (Rao dan Murty 1994). Warna kulit dari biji
ada yang satu warna atau lebih dari satu warna.

g. Ginofor

Setelah terjadi persarian dan pembuahan, bakal buah akan tumbuh


memanjang yang pertumbuhannya bersifat geotropik disebut ginofor. Ginofor
terus tumbuh hingga masuk menembus tanah sedalam 2–7 cm, kemudian
terbentuk rambut-rambut halus pada permukaan lentisel, di mana
pertumbuhannya mengambil posisi horizontal. Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah ditentukan oleh jarak
dari permukaan tanah. Warna ginofor umumnya hijau, dan bila ada pigmen
antosianin warnanya menjadi merah atau ungu, setelah masuk ke dalam tanah
warnanya menjadi putih. Perubahan warna ini disebabkan ginofor mempunyai
butir-butir klorofil yang dimanfaatkan untuk melakukan fotosintesis selama di
atas permukaan tanah, dan setelah menembus tanah fungsinya akan bersifat
seperti akar.

D. Syarat Tumbuh

Syarat tumbuh kacang tanah secara umum seperti, suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman kacang tanah berkisar antara 25-350 C. Di daerah yang
bersuhu kurang dari 200 C, tanaman kacang tanah tumbuh lambat, berumur
lebih lama, dan produksi tanaman relatif sedikit. Suhu tanah merupakan faktor
penentu dalam perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanaman. Jika suhu
tanah kurang dari 18o C, kecepatan perkecambahan akan lambat, sedangkan
jika suhu tanah di atas 400 C justru akan mematikan benih yang baru ditanam.
Kacang tanah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari penuh.
Adanya keterbatasan cahaya matahari akibat adanya naungan atau terhalang
oleh tanaman atau awan akan menurunkan hasil kacang tanah karena cahaya
mempengaruhi fotosintesis dan respirasi (Pitojo, 2005).

Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh


atau dapat menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil
kacang tanah. total curah hujan optimum selama 3-3,5 bulan atau sepanjang
periode pertumbuhan sampai panen adalah 300-500 mm. sangat ideal apabila
curah hujan tersebut terbagi merata selama pertumbuhan tanaman. Curah
hujan yang cukup dan tidak terlalu lembab/basah pada saat tanam sangat
dibutuhkan agar tanaman dapat berkecambah dengan baik. Curah hujan yang
terlalu banyak pada awal tumbuh akan menekan pertumbuhan dan dapat
menurunkan hasil. Demikian pula bila curah hujan agak banyak

pada periode pemasakan polong maka polong akan pecah dan biji akan
berkecambah karena penundaan saat penen. Oleh karena itu, kelembapan
tanah yang cukup pada periode awal tumbuh, saat berbunga, serta saat
pembentukan dan pengisian polong sangat penting untuk memperoleh hasil
polong yang tinggi (Adisarwanto, 2007).

Kacang tanah tidak terlalu memilih jenis tanah pada tanah berat, kacang
tanah masih dapat mengahasilkan, jika pengolahan tanahnya dilakukan dengan
baik. Tetapi tanaman kacang tanah dapat tumbuh optimal pada tanah yang
cukup mengandung unsur hara. Tanah tersebut umumnya gembur sehingga
memungkinkan akar tumbuh dengan baik, dan lebih banyak polong yang
terbentuk. Kacang tanah masih mampu tumbuh dengan cukup baik pada tanah
asam (pH 5,0) tetapi peka terhadap tanah basa. Keasaman (pH) tanah yang
ideal bagi kacang tanah berkisar antara 6,0-7,0. Pada pH tanah antara 7,5-8,0
daun akan menguning dan terjadi bercak hitam pada polong. Dengan
demikian, kualitas dan kuantitas produksi polong akan menurun (Fachruddin,
2000)
E. Kandungan Gizi

Kacang tanah kaya akan protein dengan kandungan sekitar 25-35%, yang
terdiri dari asam amino seperti arginin, fenilalanin, histidin, isoleusin, leusin,
lisin, metionin, triptofan, dan valin. Sedangkan kandungan lemaknya 16-50%,
76-86% yang terdapat asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat dan linoleat.
Kacang tanah terdapat anti oksidan, seperti senyawa tokoferol serta
mengandung arakhidonat, dan mineral (kalsium, magnesium, phosphor, dan
sulfur) sedangkan vitamin terdapat (riboflavin, thianin, asam nikotinik,
vitamin ᵤ dan vitamin A). (Alam, 2016)

F. Manfaat

Kacang tanah mengadnung bahan bahan yang sangat dibutuhkan untuk


menunjang kesehtana tubuh memiliki manfaat seperti :

1. Dapat menyimpan energi lebih lama karena kacang tanah mempunyai


indeks glisemik rendah, tenaga yang dihasilkan dari kacang tanah
dilepaskan ke sistem peredaran darah secara berangsur-angsur dan stabil.
Oleh karena itu kadar gula darah akan naik secara perlahan, sehingga kita
merasa kenyang dan bertenaga lebih lama.
2. Konsumsi kacang tanah dapat membantu menurunkan sintesis kolesterol
di dalam tubuh dan mengurangi kadar trigliserida di dalam darah, yang
merupakan salah satu penyebab penyakit jantung.
3. Serat alami tinggi. Kacang tanah mengandung serat lebih tinggi. Serat
makanan berperan penting dalam mengurangi resiko terserang kanker,
pengendalian kolesterol, dan kadar gula darah.
4. Mencegah serangan kanker dan penyakit jantung. Kacang tanah
mengandung antioksidan yang terbukti mampu menekan pertumbuhan
kanker dan mengurangi resiko penyakit jantung.
5. Meningkatkan kekebalan tubuh. Kacang tanah juga mengandung kadar
arginin tinggi, yaitu asam amino yang berguna untuk mencegah serangan
jantung dan kanker, memperkuat kekebalan tubuh, memperkuat
perkembangan otot, mempercepat penyembuhan luka, mengurangi rasa
letih dan menyembuhkan impotensi.
6. Membantu mengurangi berat badan. Kacang tanah merupakan sumber
tenaga yang lebih baik karena kaya protein, minyak dan karbohidrat.
Karena kandungan asam lemak tidak jenuhnya yang tinggi, kacang tanah
sering dimanfaatkan sebagai komponen diet untuk mengurangi berat
badan, juga untuk diet penderita diabetes. Hasil penelitian di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa mengkonsumsi kacang tanah lima kali
takaran yang dianjurkan (25 g) atau lebih dalam satu minggu dapat
mengurangi resiko terserang penyakit diabetes jenis II hingga
sepertiganya.

G. Teknik Budidaya

Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis


tanah, kesuburan tanah, iklim dan pola tanam yang berbda sehingga kendala
satu agroekostsem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain. langkah
langkah yang harus diperhatikan dalam menanam kedelai antara lain :

1. Pemilihan benih

Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai.


Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung,
sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per
satuan luas akan berkurang, Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan varietas yaitu :

a. Umur panen

Varietas yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang


cocok dalam pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi
penting untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah
kedelai dipanen.
b. Ukuran dan warna biji

Ukuran dan warna biji varietas yang ditanam harus sesuai dengan
permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen tidak sulit
dalam menjual hasilnya

c. Bersifat aditif

Untuk daerah sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah


masam, hendaknya memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai
tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah masam sehingga akan diperoleh
hasil optimal

2. Perisapan lahan

Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering atau tanah


persawahan. Pengolahan tanah di lahan kering sebaiknya dilakukan pada akhir
musim kemarau, sedangkan pada lahan sawah dilakukan pada musim
kemarau.

Persiapan lahan penanaman kedelai di persawahan dapat dilakukan secara


sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak
penanaman dengan lebar 3 m - 10 m, yang panjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran drainase selebar 25
cm - 30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selama 7-10 hari,
tanah siap ditanami.

Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau
tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah
dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat
parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-
petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm – 10 cm, dan
tinggi 20 cm – 30 cm. Antara petakan yang satu dengan yang lain dibuat parit
selebar dan sedalam 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih.
3. Penanaman

Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu


dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 –
2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji yang
bisa tumbuh. Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari
90% yaitu 50 – 60 kg/ha. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm
x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang
menjadi 15 – 20 cm.

4. Pemeliharaan

Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan mulsa


berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat penanaman
benih dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm. Satu minggu setelah penanaman,
dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk mengganti
benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh. Tanaman kedelai sangat
memerlukan air saat perkecambahan, pengairan sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase
selama 15 – 30 menit.

Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan


penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai
selesai berbunga. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah.
Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran
tanaman.

Pemberian pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 20 – 30 hari


setelah tanam. Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan pada tanah yang
kurang subur saja. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan dosis anjuran.
H. Hama Penyakit

Pengendalian hama utama kacang tanah antara lain wereng kacang tanah
(Empoasca fasialin), penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat
jengkal (Plusia chalcites) dan ulat grayak (Prodenia litura). Hama tersebut bisa
dikendaliakn dengan insektisida endosulfan, klorfirifor, monokrotofos, 15
metamidofos, diazinon, seperti Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron dan
Basudin). Untuk pencegahan pestisida dapat diaplikasikan pada umur 25, 35
dan 45 hari.

Penyakit utama kacang tanah seperti layu bakteri (Ralstonia


solanacearum), bercak daun (Cercospora arachidicola), penyakit karat
(Puccinia arachidis). Pengendalian dapat dilakukan dengan menanam varietas
atau menggunakan fungsida benomil, mankozeb, bitertanol, karbendazim, dan
klorotalonil. Untuk pencegahan, fungisida tersebut dapat diaplikasikan pada
umur 35, 45 dan 60 hari. (Rahmianna et al, 2015)

I. Panen dan Pascapanen

Menentukan umur panen pada tanaman kacang tanah cukup sulit karena
polongnya yang berdara di dalam tanah, salah satu untuk mengetahui tanaman
telah tua yaitu daun yang sudah kuning kering dan luruh berkisar umur 85-90
hari, varietas yang telah dilepas umur masak berkisar antara 85-110 hari,
polong yang telah masak ditandai dengan kulit polong tipis dan berwarna
mengkilat. Umur tergantung pada varietas yang dipilih serta musim tanamnya,
jika panen yang terlalu cepat maka akan menurunkan hasil dan mutu sehingga
biji menjadi keriput dan kadar lemak rendah. Kadar lemak terdapat pada
polong yang tua dengan umur 110 hari. jika panen terlambat maka polong
akan tertinggal di tanah.

Pada saat panen kacang tanah harus disesuaikan dengan kegunaan kacang
sendiri. Jika untuk di konsumsi seperti kacang rebus maka dipanen sebelum
polong masak yaitu umur 70-80 hari. jika untuk perbanyakan kembali kacang
tanah dapat dipanen pada saat masak fisiologis.
III. METODELOGI

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktikum dilaksanakan pada tanggal 22 September 2022
sampai 17 Januari 2023 di kebun praktikum Citeko Kec. Megamendung
Kab. Bogor.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang dibutuhkan adalah benih kacang tanah, pupuk kandang,


pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dolomit (CaCO3. MgCO3), insektisida dan
fungisida bila diperlukan. Alat yang digunakan berupa alat pengolah
tanah, alat tanam, meteran dan timbang.

C. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan seminggu sekali dan dibuat bedeng sebanyak
8 bedengan. Pemberian pupuk dasar diberikan dengan dosis anjuran 20
ton/Ha. Sedangkan pemberian pupuk tunggal urea (N): 90 Kg/Ha; SP-36
(P):150 Kg/Ha; dan KCL (K):60 Kg/Ha. Tahap kegiatan budidaya kacang
awal hingga akhir di tiap bedengan dikelola oleh 2 orang mahasiswa.

Berikut dosis yang digunakan untuk praktikum tanaman semusim:

Tabel 1 Perhitungan Dosis Pupuk


No Dosis anjuran Cara perhitungan Setara
(Ha) konversi (Ha=Kg) dengan
(Ha=g)
Dosis Pertama
1 Urea 90 Kg/Ha 8m² Kg 36
x 45 =
10.000 Ha
0,036 Kg
2 SP-36 150 Kg/Ha 8m² Kg 120
x 150 =
10.000 Ha
0,12 Kg
3 KCL 60 Kg/Ha 8m² Kg 48
x 60 =
10.000 Ha
0,048 Kg
Dosis Kedua
4 Urea 45 Kg/Ha 8m² Kg 36
x 60 =
10.000 Ha
0,036 Kg
Perhitungan Dolomit
5 T0 = 0 ton = 0 Kg 8m² 0
x 0 x 1000 = 0
10.000
T1 = 0,25 ton = 8m² 200gr / 5 = 40
x 0,25 x 1000
250 Kg 10.000 gr
= 0,25 Kg
T2 = 0,5 ton = 500 8m² 400 gr / 5 = 80
x 0,5 x 1000 =
Kg 10.000 gr
0,4 Kg
T3 = 1 ton = 100 8m² 800 gr / 5 =
x 1 x 1000 =
Kg 10.000 160 gr
0,8 Kg
T4 = 1,5 ton = 8m² 1200 gr / 5 =
x 1,5 x 1000 =
1500 Kg 10.000 240 gr
1,2 Kg
Perhitungan Pupuk Kandang
6 Pupuk kandang 20 8m² 16000 gr/
X 20 X 1000 =
ton/Ha 10.000 80000 m²
16 kg/8 m²

Dosis kedua diberikan 1 minggu setelah dosis pertama

Panjang bedeng :8m


Panjang perlakuan : 8/5 = 1,6 m (dibagi 5 karena ada 5
perlakuan)
Lebar bedeng :1m
Luas bedeng : 8 m²
Dosis kedua diberikan 1 minggu setelah dosis pertama
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pengaruh perbedaan dosis dolomit tidak memiliki pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman (Tinggi, diameter kanopi dan jumlah daun).
Tumbuhan menyerap unsur hara dari bahan organik serta anorganik. Fase
generatif (Bobot polong, jumlah polong, bobot tanaman fase generatif) juga
menunjukkan hasil yang sama. Pengamatan dimulai sejak usia tanaman telah
mencapai umut 3 MST.

a. Tinggi tanaman

Hasil pengamatan menhgenai pertumbuhan tinggi tanaman yang


diamati dari 2MST sampai 8 MST. Hasil pengamatannya sebagai berikut.

Table 2. Data vegetative tinggi tanaman kacang tanah T2 pada bedeng VI


praktikum tanaman semusim

Minggu Setelah Tanam


Tinggi Tanaman (cm)
(MST)
2 11,2
3 12,7
4 17,2
5 20,4
6 20,4
7 22,8
8 35
Rata-rata 20
Keterangan: Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah pada bedeng
VI dengfan perlakuan T2

b. Jumlah Daun

Hasl Pengamatan pengamatan pertambahan banyak daun tanaman


kacang tanah dapat diamati setelah tanaman berumur 3 MST- 8 MST.
Adapun hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :
Table 3. Data vegetative Jumlah daun kacang tanah T2 pada bedeng VI
praktikum tanaman semusim

Minggu Setelah Tanam


Jumlah Daun
(MST)
2 16
3 8
4 14
5 20
6 37
7 26
8 47
Rata-rata 24
Keterangan: Rata-rata jumlah daun tanaman kacang tanah pada
bedeng VI dengfan perlakuan T2

c. Diameter Daun
Pada pengamatan diameter daun tanaman kacangtanah dapat
diamati setelah tanaman berumur minggu setelah tanam. Adapun hasil
pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :

Table 4. Data vegetative diameter daun kacang tanah T2 pada bedeng VI


praktikum tanaman semusim

Minggu Setelah Tanam


Diameter Daun
(MST)
3 30,2
4 33
5 39,4
6 50,4
7 66,4
8 71,6
Rata-rata 48,3
a) Diameter kanopi tanaman
Secara keseluruhan, pengaruh pemberian perbedaan
dolomit, pupuk kandang dan anorganik tidak berpengaruh
signifikan pada hasil diameter kanopi tanaman. Terlihat pada
tanaman usia 7 MST mengalami kenaikan diameter yang
siginifikan.
Tabel 3. Data vegetative Diameter kanopi tanaman kacang
tanah T4 tiap ulangan praktikum tanaman semusim.

Perlakuan Diameter Kanopi Tanaman (cm)


2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
T4 (1) 13.5c 19.0cm 21.5cm 28.0c 27.0cm 43.5cm
m m
T4 (2) 13.5c 14.0cm 17.0cm 23.5c 30.0cm 38.0cm
m m
T4 (3) 15.0c 18.0cm 21.5cm 26.5c 26.0cm 34.5cm
m m
T4 (4) 14.5c 17.0cm 22.5cm 25.5c 33.0cm 38.0cm
m m
T4 (5) 14.5c 15.5cm 23.5cm 27.0c 28.5cm 43.5cm
m m
Keterangan: Data telah diolah berdasarkan rataan perlakuan T4 tiap ulangan
Diameter pada umur tanaman 8 MST tidak mengalami
perbedaan yang nyata. Diameter kanopi tanaman pada 7 MST
mengalami penyusutan. Kemudian, mengalami kenaikan
diameter kembali di minggu setelahnya.

b) Jumlah daun
Jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun trifoliate.
Tidak terjadi interaksi pemberian dolomit terhadap
pertumbuhan jumlah daun secara nyata.

Tabel 4. Data Vegetatif Jumlah Daun Tanaman Kacang


Tanah T0-T4 Tiap Ulangan 1 Praktikum Tanaman Semusim
2022-2023

Perlakuan Jumlah daun Tanaman (cm)


2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
T4 (1) 16 8 13 14 29 40 45
T4 (2) 16 8 9 15 27 23 31
T4 (3) 16 7 8 22 29 40 38
T4 (4) 17 10 11 11 21 33 35
T4 (5) 16 7 12 20 32 38 49
Keterangan: Data telah diolah berdasarkan rataan perlakuan T4 tiap ulangan

Tiap perlakuan meberikan hasil jumlah daun yang


meningkat dan tidak berbeda jauh pada umur 6-8 MST.
Perbedaan nyata terlihat setelah umur tanaman 8 MST pada
ulangan ke 5 dengan jumlah daun 49 helai. Hasil terendah
berada pada ulangan 3 dan 5, yaitu 7 helai.

c) Bobot petak efektif


Interaksi dolomit, pupuk organik serta anorganik
menunjukkan hasil tidak nyata berdasarkan hasil bobot petak
efektif kacang tanah.

Tabel 5. Data Generatif Bobot Petak Efektif Tanaman


Kacang Tanah Perlakuan T0-T4 Praktikum Tanaman Semusim
2022-2023
Perlakuan Bobot (gr)
T0 471
T1 544
T2 688
T3 719
T4 777
Keterangan: Data telah diolah berdasarkan rataan perlakuan T0-T4

Pengaruh perbedaan dosis dolomit T1-T4 memiliki


pengaruh nyata dibandingkan dengan T0 (kontrol atau tanpa
dolomit). Bobot petak efektif tertinggi terdapat pada perlakuan
T4 dengan dosis 0,25 t/ha dengan hasil bobot 777 g.

d) Bobot tanaman tanpa polong


Aplikasi dolomit, pupuk organik dan anorganik memiliki
pengaruh cukup signifikan bila di bandingkan dengan kontrol
terhadap bobot tanaman tanpa polong.

Tabel 6. Data Generatif Bobot Tanaman Tanpa


Polong Tanaman Kacang Tanah Perlakuan T4 Tiap
Ulangan Praktikum Tanaman Semusim 2022-2023

Perlakuan Bobot Brangkasan (gr)


T4 (1) 287
T4 (2) 93
T4 (3) 268
T4 (4) 311
T4 (4) 265
Keterangan: Data telah diolah berdasarkan rataan perlakuan T4 tiap ulangan

Berdasarkan data di atas tiap ulangan T4 (1,5 t/ha)


menunjukkan hasil yang berbeda. Ulangan 2 menunjukkan
hasil terendah sebesar 93 g, sedangkan tertinggi terdapat pada
ulangan 4 sebesar 311 g.

e) Bobot polong total


Pengaruh tidak nyata ditunjukkan pada masing-masing
ulangan T4 maupun perlakuan T0-T4 dari aplikasi perbedaan
dolomit, pupuk organik serta anorganik.

Tabel 7. Data Generatif Bobot Polong Total Tanaman


Kacang Tanah Perlakuan T4 Tiap Ulangan Praktikum Tanaman
Semusim 2022-2023

Perlakuan Bobot Polong Total (gr)


T4 (1) 80
T4 (2) 30
T4 (3) 90
T4 (4) 83
T4 (5) 74
Keterangan: Data telah diolah berdasarkan rataan perlakuan T4 tiap ulangan

Perlakuan T4 (1,5 t/ha) terendah terdapat pada ulangan 2


sebesar 30 gr dan tertinggi pada ulangan 3 sebesar 90 g.

f) Jumlah polong total


Jumlah polong total tiap ulangan T4 maupun perlakuan T0-
T4 tidak memiliki hasil berbeda nyata terhadap aplikasi
dolomit, pupuk organik serta anorganik.

Tabel 8. Data Generatif Jumlah Polong Total Tanaman


Kacang Tanah Perlakuan T4 Tiap Ulangan Praktikum Tanaman
Semusim 2023-2023

Perlakuan Bobot Polong Total (gr)


T4 (1) 30
T4 (2) 10
T4 (3) 33
T4 (4) 33
T4 (5) 33
Keterangan: Data telah diolah berdasarkan rataan perlakuan T4 tiap ulangan

Hasil terendah pada T4 (1,5 t/ha) ulangan 2 sebesar10 buah


serta tertinggi pada ulangan 3,4, dan 5 sebesar 33 buah.

A. Pembahasan
a) Tinggi tanaman

TINGGI TANAMAN
35
32
30 30
29
28 28 28
26 26 26
25 25
24
23
20 20
18
17 17
16
15 15
14
13 13
12 12
11
10.5 11
10 10 10
9

0
MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8

1 2 3 4 5

Pada fase pertumbuhan vegetatif diduga penambahan


dolomit dapat memperbaiki kualitas tanah dalam penaikan pH
tanah, sehingga unsur hara yang berada dalam tanah dapat
menjadi tersedia bagi tanaman. Menurut Kuswandi (1993)
mengatakan bahwa pemberian dolomit dapat menaikan pH
tanah. Unsur Mg dan Ca pada dolomit dapat menetralisir
keasaman tanah. Selain itu pemberian dolomit dapat membantu
pernyempurnaan perombakan bahan organik (mineralisasi)
oleh mikroba dalam pelepasan unsur hara. Hal ini sejalan
dengan Chitravadivu et al. (2009), bahwa secara tidak langsung
mikroba dalam tanah membantu penyerapan unsur hara pada
tanaman kacang tanah untuk meningkatkan pertumbuhannya.

Menurut Singaravel, dkk. (2006), pemberian bahan


organik dapat menigkatkan tinggi tanaman kacang tanah. Hal
ini dikarenakan pertumbuhan kacang tanah sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan unsur makro N, P, dan K (Lubis et al. 2013).
Unsur N berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan akar,
batang dan daun (Astuti, 2018). Perlakuan T2 (0,5 ton/ha) umur
tanaman 10 MST menghasilkan tinggi tanaman lebih rendah
dari pada kontrol. Diduga terjadi karena bagian area tersebut
tidak terkena cahaya matahari secara efektif sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Penyinaran 60% radiasi
matahari pada tanaman berumur 60 hari setelah kecambah
merupakan saat kritis bagi tanaman. Intensitas cahaya yang
rendah pada saat berbunga akan menghambat pertumbuhan
vegetatif (Rahmania, dkk., 2015).

b) Diameter kanopi tanaman

DIAMETER KANOPI TANAMAN


50
45
43.5
40
38.5
38
35 34.5
33
30 30
28 28.5
27
26.5 27
26
25 25.5
23.5
22.5 23.5
21.5
20 19
18
17 17
15 15
14.5 15.5
13.5 14
10
5
0
MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8

1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil T4 tiap ulangan menunjukkan hasil


yang tidak berbeda nyata setelah tanaman berumur 8 MST.
Penurunan diameter terjadi setelah umur tanaman 7 MST. Hal
ini diduga karena kesalahan sampling pada saat praktikum.
Diameter kanopi tanaman diukur berdasarkan luasan daun yang
menutupi permukaan tanah. Jarak tanam yang jarang akan
mengakibatkan tanaman tumbuh kearah samping.

Pengaruh aplikasi dolomit, pupuk organik dan


anorganik menghasilkan hasil tertinggi pada perlakuan T4 (1,5
t/ha) dengan diameter 52,8 cm dibandingkan T0 (kontrol). Nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,2049, artinya aplikasi
perlakuan tersebut hanya memiliki pengaruh kecil sebesar
20,49 besar terhadap pertumbuhan diameter kanopi tanaman.
Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Setiono (2018)
kandungan hara pupuk kandang sapi dan dolomit dapat diserap
dan dimanfaatkan secara optimal oleh akar kacang tanah untuk
mendukung pertumbuhan vegetatif terutama meningkatkan
indesk luas diameter total daun. Selain itu besarnya nilai hasil
T4 (1,5 t/ha) perlakuan dolomit yang menyuplai unsur
magnesium (Mg) yang sangat penting dalam pembentukan
klorofil yang merupakan bahan utama dalam proses fotosintesis
tanaman kacang tanah.

c) Jumlah daun

JUMLAH DAUN
60

50 49
45
40 40
38 38
35
32 33
30 31
29
27
22 23
20 20 21
17
16 15
14
13
12
10 10 11 11
8 9
8
7

0
MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8

1 2 3 4 5
Parameter jumlah daun mengalami peningkatan dan
mengalami pengaruh tidak nyata pada masing-masing
perlakuan T1-T4. Aplikasi dolomit, pupuk organik dan
anorganik memberikan hasil terbaik pada perlakuan T4 (1,5
t/ha) sebesar 82,6 helai. Nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,9772, hal ini menunjukkan bahwa aplikasi dolomit,
pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh 97,72%
terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang tanah.

Meningkatnya jumlah daun diduga karena jarak tanam


20 x 30 cm dapat mempengaruhi populasi tanaman,
berdasarkan dari faktor penyerapan cahaya, air serta unsur hara
yang lebih mudah diserap oleh tanaman sehingga akan
membentuk cabang dan daun yang lebih banyak Hal ini sesuai
dengan pendapat Sitompul dan Guritno (1995) bahwa jarak
tanam mempengaruhi populasi tanaman dan kofesien
penggunaan cahaya, sehingga mempengaruhi kompetisi antara
tanaman dalam menyerap air dan unsur hara yang selaras
dengan hasilnya.

Selain itu penambahan unsur hara dapat berperan dalam


pertumbuhan vegetatif tanaman terutama unsur nitrogen (N).
Menurut Feriawan, dkk. (2013) menjelaskan bahwa unsur
nitrogen berperan dalam pembelahan dan pemanjangan sel,
efektifitas pemberian pupuk NPK akan menambah jumlah daun
tanaman. Selanjutnya menurut Fitriya (2015) menyatakan
bahwa aplikasi dosis pupuk kandang sapi dan dolomit sangat
mempengaruhi peubah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, panjang buah, dan pengakaran.

d) Bobot petak efektif


BOBOT PETAK EFEKTIF
900

800 777
719
688
700

600
544
500 471

400

300

200

100

0
T0 T1 T2 T3 T4

Bobot Petak efektif T0 (1,5 t/ha) menunjukkan hasil


lebih rendah, yaitu sebesar 471 gr dibandingkan pada perlakuan
T1 (0,25 t/ha) dengan bobot sebesar 544 g. Selanjutnya T3 (1
t/ha) dan T2 (0,5 t/ha) memiliki hasil lebih rendah dari T1. Hal
ini tidak sejalan dengan penelitian Wijanarko, dkk., (2011)
hasil polong aplikasi dolomit sebar 1 t/ha lebih tinggi di
bandingkan dengan aplikasi 0,5 t/ha. Artinya, penambahan
aplikasi dolomit dapat menambahkan bobot polong kacang
tanah. karena faktor pendukung seperti air terpenuhi. Namun,
keempat perlakuan memiliki hasil lebih tinggi dari perlakuan
T0 (tanpa dolomit).

Menurut Fefiani et al. (2014), menyatakan dolomit [Ca,


Mg (Co3)2] memberikan ketersediaan hara dalam tanah,
struktur tanah dan tata udara tanah yang baik sangat
mempengaruhi perkembangan sistem perakaran yang baik
sangat menentukan pertumbuhan vegetatif maupun reproduktif
dan hasil tanaman yang maksimal. Penambahan pupuk SP-36
dapat menyediakan unsur P terhadap hasil tanaman pada fase
generatif. Menurut Silahooy (2012) fungsi fosfor yaitu untuk
perkembangan akar, pembentukan bunga, buah dan biji.
Magnesium merupakan unsur yang sangat diperlukan dalam
sintesis klorofil, yang akan menentukan berlangsungnya proses
fotosintesis.

Proses fotosintesis yang optimal sangat diperlukan


dalam proses pertumbuhan tanaman terutama pada fase
pembentukan dan pengisian polong, sehingga akan menentukan
hasil tanaman (Suntoro, 2002).

e) Bobot tanaman tanpa polong

BOBOT TANAMAN TANPA POLONG


350
311
300 287
268 265
250

200

150

100 93

50

0
T4 (1) T4 (2) T4 (3) T4 (4) T4 (5)

Berat segar brangkasan merupakan berat bagian hidup


tanaman. Berat segar digunakan untuk menggambarkan dan
mempelajari pertumbuhan tanaman. Berat segar meliputi
semua bagian tanaman yang secara kasar berasal dari hasil
fotosintesis, serapan unsur hara dan air (Sitompul dan Guritno
1995). Hasil menunjukkan perlakuan tertinggi pada T4 (1,5
t/ha) bila dibandingkan dengan perlakuan lain T1-T3 serta
kontrol T0, yaitu sebesar 218 g.
Menurut Nurhayati (1988) menyatakan bahwa untuk
membentukan jaringan tanaman di butuhkan unsur hara,
adanya unsur hara yang seimbang akan menambah berat
tanaman. Selanjutnya didukung oleh Utami (2016) mengatakan
bahwa ketersediaan unsur hara berperan penting sebagai
sumber energi sehingga tingkat kecukupan hara berperan dalam
mempengaruhi biomassa dari suatu tanaman. Selanjutnya
fungsi unsur hara NPK yang berasal dari pupuk organik dan
anorganik, terutama unsur N merupakan penunjang
pertumbuhan vegetatif tanam, sehingga mempengaruhi berat
tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Esawy, dkk. (2009) ,
bahwa N dapat meningkatkan pertumbuhan secara vegetatif
pada tanaman sehingga volume tanaman akan tumbuh lebih
besar dan berpengaruh terhadap berat segar tanaman.

Pada perlakuan T3 (1 t/ha) menunjukkan hasil yang


rendah daripada T0 (tanpa dolomit), hal ini disebabkan pada
saat praktikum pada bedangan tersebut belum ditebarkan benih
(Lampiran 2). Perbedaan waktu penyulaman rentang 1 minggu
yang membuat hasil bobot lebih rendah daripada kontrol.

f) Bobot polong total


BOBOT POLONG TOTAL
100
90
90
83
80
80 74
70

60

50

40
30
30

20

10

0
T4 (1) T4 (2) T4 (3) T4 (4) T4 (5)

Berdasarkan hasil T4 (1,5 t/ha) memiliki nilai tertinggi,


yaitu sebesar 33 g di bandingkan dengan kontrol dan perlakuan
lain. Peningkatan bobot polong terjadi apabila unsur hara
makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman terpenuhi
(Sutopo, 2003). Kemudian didukung oleh pendapat Setiono
(2018) menyatakan unsur P dan Ca lebih dominan
dimanfaatkan tanaman pada fase generatif terutama
pembentukan ginofor, polong maupun pengisian biji kacang
tanah.

g) Jumlah polong total


JUMLAH POLONG TOTAL
35 33 33 33
30
30

25

20

15

10
10

0
T4 (1) T4 (2) T4 (3) T4 (4) T4 (5)

Hasil tertinggi jumlah polong total berada pada sampel


3,4, dan 5 (1,5 t/ha) dari T0 (kontrol). Pemberian dolomit yang
mengandung unsur Ca penting dalam pembentukan ginofor,
dengan begitu penambahan ginofor berpengaruh terhadap
jumlah polong yang terbentuk (Sutriyadi, 2012). Selain itu Ca
akan membantu dalam penyerapan P yang dibutuhkan pada
fase pembentukan polong. Menurut Lakitan (2001)
menjelaskan peranan penting unsur kalsium adalah sebagai
pengikat antara molekul – molekul fosfolipida atau antara
fosfolipida dengan protein penyusun membran, hal ini
menyebabkan membran dapat berfungsi secara normal pada
semua sel. Kondisi demikian akan memudahkan unsur hara
diserap tanaman kacang tanah.

Anda mungkin juga menyukai