TINJAUAN PUSTAKA
Andes yang meliputi negara Bolivia, Chili, dan Peru. Tanaman kentang masuk
di indonesia sejak tahun 1974 dan dikembangkan secara umum dijawa pada
Selatan), Dieng (Jawa Tengah), Lembang (Jawa Barat) dan Tengger (Jawa
Timur).
Produksi kentang nasional pada tahun 2014 adalah 1.347.815 ton dengan
produktivitas sebesar 17,67 ton/ha dan pada tahun 2015 sebesar 1,21 juta ton
sekitar 1,18 juta ton dibandingkan tahun 2017 sekitar 1,16 juta ton.
7
8
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
merupakan (tanaman pendek tidak ber kayu) semusim. Kentang membentuk umbi
memiliki perbedaan bentuk , ukuran, warna kulit, daya simpan, komposisi kimia,
sifat pengolahan dan umur panen. Adapun jenisnya yaitu kentang kuning, kentang
putih dan kentang merah (Aini, 2012). Dalam penelitian ini kentang yang
granola banyak dipilih oleh petani karena keunggulannya antara lain berumur
pendek, adaptasinya luas, hasil cukup tinggi, bentuk umbi yang bagus dan gak
terdiri dari :
9
a) Daun (Folium)
helai daun umumnya ganjil, saling berhadapan dan di antara pasang daun terdapat
pasangan daun kecil seperti telinga yang di sebut daun sela. Pada pangkal tangkai
daun majemuk terdapat sepasang daun kecil yang disebut daun penumpu
(stipulae). Warna daun hijau muda sampai hijua gelap dan tertutup oleh bulu-bulu
halus (Hidayat, 2014). Daun berbentuk oval sampai oval agak bulat dengan ujung
kentang yang paling terlihat dan berfungsi untuk menyerap sinar matahri untuk
tanaman sebagai resorbsi (pengambilan zat-zat makanan berupa gas CO2), proses
b) Batang (Caulis)
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung
namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat
atau hijau keungu–unguan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat–zat hara
dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian
10
tanaman yang lain (sinurat, 2018). Batang tanaman kentang umumnya lemah
c) Akar (Radix)
keputih-putihan, halus dan berukuran sangat kecil. Dari akar-akar ini ada akar
yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon) dan
d) Bunga
berwarna kekuning – kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik ini biasanya
e) Umbi
Syarat Tumbuh
Iklim
dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 800 sampai 1800 meter di atas
permukaan laut (dpl). Bila tumbuh di dataran rendah (di bawah 500 m dpl),
11
tanaman kentang sulit membentuk umbi atau hanya terbentuk umbi yang
berukuran kecil, kecuali di daerah yang mempunyai suhu malam hari dingin
(200C). Sementara itu, jika ditanam di atas ketinggian 2.000 m dpl, pembentukan
umbinya menjadi lambat. Tanaman kentang dapat tumbuh pada suhu udara antara
15°C sampai 22°C. Suhu optimum pertumbuhan kentang yakni 18°C sampai
sangat dipengaruhi oleh suhu tanah yang rendah pada malam hari, yang akan
akan diteruskan ke ujung stolon atau bakal umbi. Suhu tanah optimal bagi
sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10ᴼ C dan lebih dari 30ᴼ C
(Kementan, 2013). Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang
adalah 1000 sampai 2000 mm/tahun. Derajat keasaman atau pH yang cocok untuk
tanaman kentang berkisar antara 5,0–7,0. Keadaan iklim dan tanah merupakan
dua faktor yang harus diperhatikan selain faktor penujang lainnya (Sinarut, 2010).
Tanah
Secara fisik tanah yang baik untuk budidaya kentang adalah remah, gmbur,
banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik, dan memilki lapisan oleh
tanah yang dalam (Suryana, 2013). Jenis tanah yang paling baik adalah andosol
dengan ciri-ciri agak tebal antara 1-2 m, berwarna hitam, sampai kelabu coklat
tua, berstektur debu atau lempeng. Tanah andosol memiliki kandungan unsur hara
sedang sampai tinggi, produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam
sampai netral (Setiadi, 2009). Pada tanah asam pH kurang dari 5, tanaman sering
mengalami gejala kekurangan Mg dan keracunan mn. Sementara itu pada tanah
basa (pH lebih dari 7) sering timbul gejala keracunan unsur K dan umbinya
12
tumbuh optimal dan ketersediann unsur hara baik pada 5,0 – 6,5 (Sinarut, 2018).
antara BPTP Jawa Timur, UPT PSBTPH Jawa Timur dan Diperta Provinsi Jawa
Timur tersebut adalah adanya pelepasan bahan tanam kentang Varietas Granola
Kentang varietas unggul Granola Kembang telah menjadi “Kentang Ikon Jawa
Timur”. Varietas ini mempunyai keunggulan, yaitu (1) umur tanaman 130 – 135
HST, (2) potensi hasil 38 – 50 ton/ha, (3) jumlah umbi per tanaman 12 – 20 buah,
dan (4) agak tahan terhadap penyakit hawar daun (Phytophthora infestans). Selain
itu menurut Purwito dan Wattimena (2008) Varietas Granola banyak dipilih oleh
petani karena keunggulannya antara lain berumur pendek, adaptasinya luas, hasil
cukup tinggi, bentuk umbi yang bagus. Kentang granola memiliki masa panen
umur ±100 hari dengan tinggi tanaman 60 – 80 cm, bentuk daun oval, ujung daun
runcing, tepi daun rata dan permukaan daun berkerut (Sitangga, 2013). Daun
13
berwarna hijau dengan urat utama hijau muda. Batang berwarna hijau, Bentuk
umbi kentang berbentuk oval, mata umbi agak dalam, permukaan kulit umbi
halus, warna kulit umbi kuning dan putih, warna daging umbi kuning (Sitangga,
2013).
persentase berat kering rendah (16–17 %), kandungan pati granola rendah (16-
18%) dan kandungan air tinggi lebh dari 80% (Windra, 2016). sehingga tidak
tersedianya unsur hara yang cukup bagi tanaman yang diperoleh melalui
makro tetapi juga unsur hara mikro, walaupun dalam jumlah sedikit. Unsur hara
mikro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit, akan tetapi
2014).
defisiensi air dan defisiensi hara (Behera, Suresh, dan Manajo, 2015). Tanaman
makro. Pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman kentang adalah jenis pupuk
tunggal yaitu Urea, SP-36, KCL, maupun pupuk majemuk seperti NPK.
Pupuk majemuk NPK Mutiara 15:15:15 (mengandung 15% N, 15% P2O5, dan
15% K2O). Hal ini berarti pupuk NPK mutiara mengandung unsur hara makro
membutuhkan unsur hara mikro yang tidak banyak didapat pada pupuk NPK.
pupuk organik agar dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan
pencampuran. selain itu unsur hara dalam setiap butiran merata dan berimbang.
Kelebihan lain pupuk NPK mutiara adalah dapat larut secara perlahan sehingga
15
2018).
pengaruh nyata pada variabel jumlah daun, jumlah bunga jantan, jumlah bunga
betina, jumlah buah pertanaman, jumlah buah rusak dan gugur, bobot buah,
panjang buah, dan bobot kering brangkasan. Hasil penelitian ini juga sejalan
dalam Sudjianto dan Krestiani. (2009), pupuk NPK mempunyai peranan dalam
tepat dan tidak berlebihan, karena dengan dosis yang tepat maka akan
memberikan hasil yang optimal pada tanaman. Menurut Lubis dalam Suwarno
(2013), pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot buah
per sampel tanaman terung. Sarno (2009) dalam penelitiannya juga menyatakan
bahwa pemberian pupuk majemuk NPK dapat meningkatkan kadar P-tersedia dan
meningkat.
dalam penyediaan bahan pagan dan mendukung ketahanan pangan. Oleh karena
itu produksi kentang yang berkulitas perlu diusahakan dengan benih bermutu dan
kesehatan benih terjamin karena hal itu yang bersangkutan sudah termasuk dalam
Mulyono dkk. (2017) menyatakan bahwa benih kentang yang sehat harus
mempunyai ciri sebagai berikut : 1.) Umbi kentang tidak terinfeksi oleh penyakit
yang terbawa umbi, 2.) Kemmapuan bertunas baik, 3.) Varietas benar tidak
stek atau umbi mini yang diproduksi pada kondisi terkontrol (Laboratorium),
screenhouse atau kelas benih lebih tinggi dengan pengawasan dari instansi
3. G2 : Benih yang dihasilkan dari pertanaman G1 yang nanti ditanamn di luar atau
kelas yang lebih tinggi dengan pengawasan dari instansi penyelnggara sertifikasi
benih G0 setara dengan Benih Penjenis/BS, kelas benih G1 setara dengan Benih
Dasar Satu (BD1)/FS1, kelas benih G2 setara dengan Benih Dasar Dua
17
(BD2)/FS2, kelas benih G3 setara dengan Benih Pokok/ SS, dan kelas benih G4
benih kentang adalah: (a) benih generasi 0 (G0 ) toleransi penyakit virus adalah
0% dan penyakit layu bakteri 0%, (b) benih generasi satu (G1 ) toleransi virus
0,01% dan penyakit bakteri/nematoda 0%, (c) benih generasi dua (G2 ) toleransi
virus 0,1% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, (d) benih generasi tiga (G3 )
toleransi virus 0,5% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, dan (e) benih generasi
empat (G4 ) toleransi virus 2% dan penyakit bakteri 1% (Hasyim dkk., 2012).
kelas yang lebih tinggi, karena mutu dari benih akan menentukan tingkat
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga penyediaan benih sebar G4 untuk
konsumsi tidak dapat dilakukan secara cepat. Menurut Hilman et al, (2010)
produksi kentang konsumsi tidak harus berasal dari benih kentang kelas G4,
tetapi dapat menggunakan kelas benih lebih tinggi asalkan benihnya tersedia
perbenihan kentang dari G0 sampai G4 perlu dikaji dan dievaluasi kembali agar
perbenihannya.