Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Terung atau Terong ungu (Solanum melongena L.)  adalah tanaman Hortikultura yang
ditanam untuk dimanfaatkan buahnya.Terung menjadi salah satu bahan pangan  yang mudah
di dapat dan murah harganya, Terung juga mengandung banyak khasiat bagi kesehatan
karena dapat menurunkan kolesterol darah, mengandung zat anti kanker. Terung juga
mengandung banyak vitamin dan gizi yang tinggi, seperti vitamin B-kompleks, thiamin,
pyridoxine, riboflavin, zat besi, phosphorus, manganese, dan potassium. Terung adalah  salah
satu sumber  makanan yang sangat dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Terung menjadi
salah satu menu yang paling diminati berbagai  kalangan Untuk membelinya pun tidak sulit
karena tersedia  dipasar pasar maupun supermarket. Selain rasanya enak, terung juga bisa
diolah  menjadi bermacam - macam menu masakan. Bahkan cara mengolahnya terbilang
sangat muda (Martinus, 2015).
Tanaman ini diduga berasal dari Indonesia dan India. Di kedua kawasan ini terdapat
aneka jenis terung, baik yang dibudidayakan atau tumbuh secara liar. Pusat keanekaragaman
terung yang kedua terbesar adalah Cina.Tanaman ini telah tersebar dan dibudidayakan
diseluruh penjuru dunia, Asia, Afrika, Amerika, Australia dan Eropa. Di Indonesia tanaman
ini tersebar di seluruh penjuru tanah air sehingga mempunyai nama yang berbeda-beda
misalnya terong, cokrom (Sunda), encung (Jawa), toru (Nias), tiung (Lampung), poki-poki
(Manado), fofoki (Ternate), dan kauremenu (Timor). Terung sebagai sayuran buah cukup
banyak mengandung vitamin A, B, dan C sehingga cukup potensial untuk dikembangkan dan
mengatasi kekurangan vitamin A. Gejala kekurangan vitamin A yang banyak terdapat di
Indonesia menunjukkan kurangnya konsumsi sayuran (Rival, 2014).
Negara Asia merupakan produsen terbesar (80%), dimana Cina (53%) dan India
(30%). Kedua negara tersebut merupakan produsen terbesar di Asia, sedangkan Indonesia
hanya menyumbang 1% dari produksi terung dunia. Menurut BPS Indonesia (2012), produksi
terung Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 518.827 ton. Tingginya kandungan gizi pada
terung merupakan salah satu alasan komoditas terung banyak digemari. Seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, permintaan terhadap terung juga terus meningkat. Akan
tetapi peningkatan permintaan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan jumlah produksi.
Salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas terung. Menurut BPS Indonesia
(2012) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), produksi terung nasional sebanyak
518.787 ton dengan luas panen 50.559 ha. Peningkatan produksi terung dapat dilakukan
secara ekstensifikasi dan intensifikasi, salah satunya adalah melalui usaha peningkatan
produktivitas dan efisiensi penggunaan tanah, sehingga intensifikasi merupakan pilihan yang
tepat untuk diterapkan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui penggunaan
pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh atau ZPT (Umi, 2013).

Tujuan Pratikum
1. Untuk mengetahui cara memperbanyak tanaman terung ungu dengan media tanam
topsoil 2,5kg dengan pupuk kompos 2,5kg dan topsoil 2,5kg dengan kotoran sapi
2,5kg.
TINJAUAN PUSTAKA

            Terong merupakan salah satu komoditas sayuran yang berpotensial untuk
dikembangkan. Di pasar Eropa terung menduduki urutan keempat sayuran utama dunia dan
dalam kurun waktu 12 tahun dari tahun 1990 areal penanaman terung naik 95% dengan
produksi naik 158%.  Terung merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dengan
pusat keragamannya berada di daerah Cina dan Indo-Burma. Negara Asia merupakan
produsen terbesar (80%), dimana Cina (53%) dan India (30%). Kedua negara tersebut
merupakan produsen terbesar di Asia, sedangkan Indonesia hanya menyumbang 1% dari
produksi terung dunia, produksi terung Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 518.827
ton (Umi, 2013).

            Tanaman terung (S. melongena L.) termasuk dalam famili Solanaceae yang
menghasilkan biji (Spermatophyta), dan biji yang dihasilkan berkeping dua. Beberapa jenis
terung yang sangat dikenal oleh masyarakat di Indonesia yaitu terung kopek yang mempunyai
buah besar dan berbentuk bulat memanjang dengan ujung buah tumpul; terung craigi yang
mempunyai buah berukuran sedang dan berbentuk bulat memanjang sehingga tampak lebih
langsing dengan ujung buah meruncing; terung berbentuk bulat yang memiliki bentuk buah
yang bulat seperti terung pendek, terung gayung, terung rangu dan terung getas. Berdasarkan
taksonominya terung memiliki kalsifikasi botani sebagai berikut: Kingdom:  Plantae; Divisi:
Spermatophyta; Sudivisi: Angiospremae; Kelas: Magnoliopsida;  Ordo: Solanales; Family:
Solanaceae; Genus: Solanium; Spesies: S. melongena (Rival, 2014)

Morfologi Tanaman Terung Ungu

Akar

            Tanaman terung ungu memiliki system perakaran tunggang dan serabut. Akar setabut
dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut umumnya tumbuh
menyebar kesamping dan menembus ke tanah dangkal, akar bewarna keputih-putihan dan
halus beruuran kecil.

Batang

            Batang tanaman terong dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang
primer) dan percabangan (cabang sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya
tanaman, sedangkan percabangan merupakan bagian tanaman yang mengeluarkan bunga.
Bentuk percabangan tanaman terong hampir sama dengan percabangan yaitu menggarpu
(dikotom), letaknya agak tidak beraturan.  Percabangan yang dipelihara yaitu cabang
penghasil buah (cabang produksi). Batang utama bentuknya persegi (angularis), sewaktu
muda berwarna ungu kehijauan, setelah dewasa menjadi ungu kehitaman (Johan, 2010).

Daun

            Daun terung tertutup oleh bulu-bulu halus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan
pangkal dan ujungnya sempit, namun bagian tengahnya lebar, letak daun berselang-seling
dan bertangkai pendek. Tangkai daun berbentuk slindris dengan sisi agak pipih dan menebal
di bagian pangkal, panjang berkisar antara 5 – 8 cm. Lebar helaian daun 7 – 9 cm atau lebih
sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12 – 20 cm. Daun muda berwarna hijau tua,
sedangkan yang telah tua berwarna ungu kemerahan (Johan, 2010). Daun kelopak melekat
pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan (Nur, 2012).

Bunga

            Bunga terong merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin
dua. Dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina
(putik). Bunga ini juga dinamakan bunga sempurna atau bunga lengkap, karena perhiasan
bunganya terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla) dan tangkai bunga.
Pada saat bunga mekar, bunga mempunyai diameter rata-rata 2-3 centimeter dan letaknya
menggantung. Mahkota bunga berwarna ungu cerah, jumlahnya 5-8 buah, tersusun rapi
membentuk bangun bintang. Bunga terong bentuknya mirip bintang berwarna biru atau
lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terong tidak mekar secara serempak
(Johan, 2010). Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang maupun menyerbuk
sendiri (Nur, 2012).

Buah

            Buah terung digolongkan dalam jenis berryyangdicirikan dengan lapisan luar yang
tipis sedangkan lapisan tengah dan lapisan dalamnya menyatu. Buah terung memiliki bentuk
beraneka ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi: panjang silindris,
panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar dan bulat (Rival, 2014).
Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak akan pecah bila buah telah
masak. Kulit buah luar berupa lapisan tipis berwarna ungu hingga ungu gelap yang
mengkilap. Daging buah tebal, lunak dan berair, bagian ini enak dimakan. Biji-biji terdapat
dalam daging buah. Buah menggantung di ketiak daun. Bentuk yang dikenal seperti panjang
silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar dan bulat. Karena bentuk buah berlainan
maka ukuran berat buah juga sangat berbeda-beda dan berlainan pula, rata-rata 125 gram dan
buah menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna cokelat
muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atau perbanyakan tanaman secara generatif (Johan,
2010).
Syarat Tumbuh Tanaman Terung Ungu

Syarat Iklim
Terung mudah dibudidayakan pada berbagai daerah di Indonesia yang memiliki iklim
tropis, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman terung pada
pertumbuhannya lebih mudah beradaptasi terhadap pengaruh cuaca, kelembaban dan suhu
udara mencapai 22- 30 0C. Pertumbuhan terung pada musim kemarau perlu membutuhkan air
sebagai usaha untuk mempertahankan kelembaban tanah selama proses pertumbuhan.
Tanaman terong dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Selama pertumbuhannya, terong
menghendaki keadaan suhu udara 18-25 ˚C, cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga
cocok ditanam pada musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan (Johan, 2010).

Syarat Tanah dan Unsur Hara

Budidaya tanaman terung membutuhkan jenis tanah yang subur, kaya akan unsur hara
atau nutrisi dalam tanah, bertekstur remah atau lempung berpasir dan memiliki aerasi tanah
yang baik, sinar matahari harus cukup dan cocok ditanam musim kemarau. Aerasi tanah
adalah kemampuan tanah dalam menyerap gas seperti oksigen dari udara yang berguna bagi
pertumbuhan tanaman terung. Tingkat keasaman tanah atau pH tanah yang dibutuhkan dalam
budidaya tanaman
terung ini berkisar antara 6,8 sampai 7,3 dimana unsur hara dapat tersedia dalam jumlah
cukup dan mikroorganisme pengurai dapat hidup di dalam tanah (Nur, 2012).
Tanah latosol bertekstur pasir sangat mudah diolah. Tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik. Namun, tekstur pasir memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat
rendah dan tanahnya lebih cepat kering. Kemampuan menyerap unsur hara juga sangat
rendah. Pemupukan merupakan salah satu usaha memberikan bahan tertentu pada tanah
dengan tujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah, menambah unsur hara yang kurang
dalam tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Johan, 2010).
BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Pratikum

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini pada Hari/tanggal; Rabu, 29 Oktober
2019 pukul 10.00 -11.00 WIB. Di pekarangan rumah jl. Letda sujono kec. Medan Tembung.

Alat dan Bahan

Alat :

1. pisau kater ,
2. polybag ukuran 5 kg.

Bahan :

1. Tanah topsoil
2. pupuk kotoran sapi
3. pupuk kompos
4. 8 bibit terong.

Prosedur Kerja

1. Di siapkan semua bibit tanamanan terong


2. Disiapkan media tanam pupuk kompos dengan topsoil lalu media tanam pupuk
kotoran sapi dengan topsoil
3. Di lakukan penanaman 4 bibit terong dengan media tanam tanah topsoil 50 %
dengan pupuk kotoran sapi 50% lalu masukkan satu persatu bibit terong kedalam
masing masing polybag 5 kg yang sudah di siapkan.
4. Dilakukan penanaman 4 bibit terong dengan media tanam tanah topsoil 50%
dengan pupuk kompos 50% lalu masukkan satu persatu bibit terong kedalam
masing masing polybag 5 kg yang sudah disiapkan.
5. Di siram lalu di amati tanaman terong tersebut.
HASIL PRATIKUM

Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) akibat pemberian pupuk kompos dan topsoil pada
tanaman terong ungu pada umur 2,3 dan 4 minggu.

Tabel 1

Sample Minggu
2 3 4
1 23 cm 26 cm 30 cm
2 20 cm 25 cm 29 cm
3 18 cm 28 cm 31 cm
4 - - -
Dari tabel 1 terlihat pada tanaman sample ke 3 lebih tinggi daripada sample ke 1 dan 2, pada
sample ke 4 mengalami kegagalan dikarenakan serangan hama.

Pengamatan Tinggi Tanaman akibat pemberian pupuk kotoran sapi dan topsoil pada tanaman
terong ungu pada umur 2,3 dan 4 minggu .

Tabel 2

Sample Minggu
2 3 4
1 10 cm 12 cm 18 cm
2 10 cm 12 cm 17 cm
3 12 cm 18 cm 23 cm
4 10 cm 16 cm 20 cm
Dari tabel 2 terlihat pada tanaman sample ke 3 lebih tinggi daripada sample ke 1, 2 dan 4.

Jumlah Daun (Helai)

Pengamatan Jumlah Daun (Helai) akibat pemberian pupuk kompos dan topsoil pada tanaman
terong ungu pada umur 2,3 dan 4 minggu .
Tabel 3
Sample Minggu
2 3 4
1 5 Helai 6 Helai 9 Helai
2 4 Helai 5 Helai 8 Helai
3 5 Helai 6 Helai 10 Helai
4 - - -
Dari tabel 3 terlihat pada tanaman sample ke 3 lebih memiliki banyak daun daripada sample
ke 1 dan 2, pada sample ke 4 mengalami kegagalan dikarenakan serangan hama.

Pengamatan Jumlah Daun akibat pemberian pupuk kotoran sapi dan topsoil pada tanaman
terong ungu pada umur 2,3 dan 4 minggu .

Tabel 4
Sample Minggu
2 3 4
1 3 Helai 4 Helai 6 Helai
2 3 Helai 4 Helai 6 Helai
3 4 Helai 6 Helai 9 Helai
4 2 Helai 5 Helai 7 Helai
Dari tabel 4 terlihat pada tanaman sample ke 3 lebih memiliki banyak daun daripada sample
ke 1,2 dan 4.

PEMBAHASAN

Hasil dari budidaya tanamakan terong ungu dengan perlakuan 2,5kg pupuk kompos + 2,5

topsoil lebih memiliki proses pertumbuhan yang lebih cepat daripada dengan perlakuan 2,5kg

pupuk kotoran sapi + 2,5kg topsoil. Dan jumlah daun pada perlakuan 2,5kg pupuk kompos +

2,5 topsoil juga lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 2,5kg pupuk kotoran sapi +

2,5kg topsoil.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil praktikumTeknologi Produksi Tanaman Hortikultura ini dapat disimpulkan yaitu:
1. Pada praktikum kali ini terlihat bahwa tanaman yang tertinggi pada sampel ke 3 yaitu 31
cm dari perlakuan 2,5 kg topsoil + 2,5 kg kompos, lalu terlihat tanaman pada sampel ke
4 mengalami kegagalan dikarenakan hama tanaman.
2. Terlihat jumlah daun terbanyak yaitu pada sampel ke 3 yaitu 10 helai dari perlakuan 2,5
kg topsoil + 2,5 kg pupuk kompos.
3. Terlihat bahwa tanaman yang tertinggi pada sampel ke 3 yaitu 23 cm dari perlakuan 2,5
kg topsoil + 2,5 kg kompos, lalu tinggi tanaman terrendah terlihat pada sampel ke 2 yaitu
17 cm.
4. Terlihat jumlah daun terbanyak yaitu pada sampel ke 3 yaitu 9 helai dari perlakuan 2,5
kg topsoil + 2,5 kg pupuk kompos, lalu terlihat jumlah daun tersedikit pada sample ke 2
yaitu 6 helai.

Saran
Alangkah lebih baik lagi jika praktikum bisa mencapai vase generatif dan tanaman bisa

berbuah, dan iklim juga sangat berpengaruh penting untuk proses budidaya tanaman terong.

DAFTAR PUSTAKA

Fahri Karim, Dkk. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Terung (Solanum
Melongena L.) Terhadap Perlakuan Pupuk Phonska. Kabupaten Bone Bolango.

Hendri Martinus, Dkk. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Npk Mutiara
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum Melongena
L. ). Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda. Volume Xiv. Hal 214.

Herwindo. Rival 2014. Kajian Jenis Kemasan Dan Simulasi Pengangkutan Terhadap Mutu
Fisik Buah Terung (Solanum Melongena L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pracaya, Gema Juang Kartika. 2016. Bertanam 8 Sayuran Organik. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Pudji Umi Astuti, dkk. 2013. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Pupukdan Frekuensi


Pemberian Zpt Terhadap Tanaman Terung Ungu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP). Bengkulu.

Sasongko Johan. 2010. Pengaruh Macam Pupuk Npk Dan Macam Varietas Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong Ungu (Solanum melongena L.). Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Sriyanto Doni, Dkk. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Terung Ungu Dan Terung Hijau (Solanum Melongena L .). Universitas
17 Agustus 1945. Samarinda. Volume XIV. Hal 40.
   
RESPON PEMBERIAN PUPUK ORGANIK PADAT TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN TERONG (Solanum melongena L.)

DISUSUN OLEH :

ADE SYAFITRI TANJUNG 1713010193

WAHYU DERMAWAN 1713010225

WAHYUNI LUBIS 1713010147

LABORATORIUM KEBUN PERCOBAAN DAN PETERNAKAN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2019

DOKUMENTASI
Tanaman terong pada minggu ke 4 dengan perlakuan 2,5 kg topsoil + 2,5 kg pupuk kompos.

Tanaman terong pada minggu ke 4 dengan perlakuan 2,5kg topsoil + 2,5kg pupuk kotoran sapi.
PENGAMATAN EKOSISTEM PADA PERKEBUNAN TEH

DISUSUN OLEH :

ADE SYAFITRI TANJUNG 1713010193

JO IQBAL LAZUARDHIE 17 13010158

WICANDRA RENDI 1713010257

RIZKY INDRA PERKASA 1713010253

LABORATORIUM KEBUN PERCOBAAN DAN PETERNAKAN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2019
PENGAMATAN PADA PAGI HARI
PENGAMATAN PADA SORE HARI
PENGAMATAN PADA MALAM HARI
PENGAMATAN PADA SIANG HARI

Anda mungkin juga menyukai