Anda di halaman 1dari 18

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tomat pertama kali dikenal sebagai tanaman liar yang tidak banyak

manfaatnya. Tanaman ini mulanya menyebar di Amerika Selatan dan beberapa

Negara di Eropa, Afrika, dan Asia. Pada tahun 1523, pedagang-pedagang Spanyol

membawa benih tanaman tomat dari benua Amerika ke Eropa. Penyebarluasan

tanaman tomat ini di kawasan Eropa terjadi pada tahun 1600. Peru merupakan negara

yang menjadikan tomat sebagai bahan makanan. Di Filipina, tanaman tomat mulai

diperkenalkan pada tahun 1571. Tanaman ini kemudian menyebar ke berbagai negara

lainnya di Asia, termasuk ke Indonesia pada tahun 1811 (Tim Bina Karya Tani,

2009).

Dengan rasa yang segar dan bermacam-macam khasiat, tomat dapat dijadikan

alternatif pemberdayaan masyarakat baik itu untuk peningkatan pendapatan

petani, masuknya modal atau investasi, membuka kesempatan usaha atau lowongan

perkerjaan, menunjang pengembangan agribisnis serta melestarikan sumber daya

alam (Prahasta, 2009). Di Indonesia pengembangan budidaya tanaman tomat

mendapat prioritas perhatian sejak tahun 1961. Sampai dengan sekarang tingkat

produktivitas tomat di Indonesia hanya 13,2 ton/ha sedangkan produktivitas tanaman

tomat di negara maju seperti Amerika dan Eropa mencapai 100 ton/ha. Permintaan

pasar (konsumen) terhadap produk tomat dunia cendrung terus meningkat dari waktu

ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi di berbagai negara.

Potensi pasar buah tomat dimasa depan dapat menyita perhatian masyarakat hal itu

dilihat dari peningkatan jumlah penduduk, harga yang terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat, dan gizi yang terkandung dalam tomat.


6

Salah satu jenis tomat yang umum digunakan oleh masyarakat yaitu tomat

ceri berbentuk bulat atau bulat panjang, berwarna merah atau kuning, ruang buah

sedikit, dan ukurannya kecil-kecil.Tomat ceri banyak diminati karena mengandung

vitamin C lebih tinggi serta rasa yang lebih manis dan segar dari tomat biasa. Tomat

ceri merupakan tanaman perdu semusim dari famili solanaceae. Tanaman tomat ceri

diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisi: Spermatophyta,

Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Solanales, Famili :

Solanaceae, Genus : Lycopersicon (Lycopersicum), Spesies : Solanum lycopersicum

var. cerasiforme. (Agromedia, 2007).

Tomat ceri memiliki sistem perakaran tunggang dengan akar-akar cabang

yang menyebar ke segala arah pada kedalaman 60-70 cm. Perakaran tomat cherry

cukup kuat dan berwarna kecokelatan (Rukmana, 2003). Tomat ceri memiliki batang

bulat dan pada bagian buku–bukunya membengkak. Bagian yang masih muda mudah

patah dan dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali. Ada bagian

batang yang dibiarkan melata menutupi tanah dengan rimbun. Ada juga yang bagian

yang bercabang banyak (Decoteau, 2000).

Daun tomat ceri umumnya lebar, bersirip dan berbulu, panjangnya antara 2-3

cm atau lebih. Tangkai daun bulat panjang sekitar 7-10 cm dan tebalnya antara 0,3-

0,5 cm. Daun tomat berjumlah antara 5-7 helai. Umumnya diantara pasangan daun

besar terdapat 1-2 daun kecil (Trisnawati dan Setiawan, 2001).

Tomat ceri biasanya memiliki bunga berwarna kuning dan tersusun dalam

dompolan dengan jumlah 5-10 bunga. Kuntum bunga terdiri dari lima helai daun

kelopak dan lima helai daun mahkota. Serbuk sari bunga memiliki kantong, letaknya

menjadi satu dan membentuk bumbung mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga
7

tomat ceri dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu

(Wiryanta, 2004).

Buah tomat ceri berbentuk bulat dengan diameter1,5-3 cm. Bobot buah

sekitar 25-30 gram, serta memiliki kulit buah yang tipis. Kulit buah ada yang

berwarna merah muda, merah, orange atau kuning (Opena dan Vossen, 1994). Biji

tomat ceri umumnya berukuran kecil dan berbentuk pipih, berbulu serta diselimuti

daging buah. Warna bijinya ada yang putih, putih kekuningan, serta kecoklatan. Biji

ini umumnya digunakan untuk perbanyakan tanaman (Pracaya, 1998).

Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1972 Tugiyono,

(1999) dalam Yana (2003), nilai gizi buah tomat segar pada umumnya (per 100

gram) adalah Karoten (vitamin A) 1500 SI, Thiamin (vitamin B) 60 g, Asam Akorbat

(vitamin C) 40 mg, Protein 1 gram, Karbohidrat 4,2 gram, Lemak 0,3 mg, Kalsium

(Ca) 5 mg, Posfor (P) 27 mg, Zat Besi (Fe) 0,5 mg.

Tomat baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki kandungan zat gizi

yang cukup lengkap dan vitamin yang penting bagi tubuh. Buah tomat terdiri dari

90–95% berat kering mengandung air dan 1% kulit dan biji. Jika buah tomat

dikeringkan sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari gula-gula pereduksi seperti

glukosa dan fruktosa, sisanya asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin dan lipid

(Prahasta, 2009).

Tomat ceri dapat tumbuh baik apabila lingkungan sekitarnya mendukung

pertumbuhannya. Pada umumnya permasalahan yang sering dihadapi petani tomat di

Indonesia adalah teknologi budidaya, mulai dari pemilihan benih, penanaman,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit sampai penanganan pasca panen.

Syarat tumbuh yang penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman tomat ceri
8

diantaranya adalah iklim dan tanah. Tomat ceri tumbuh dan berproduksi dengan baik

pada daerah yang mempunyai ketinggian di atas 700 mdpl. Suhu yang optimum

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat cherry adalah 21-24ºC. Suhu

di atas 27ºC akan menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah (Yamin, 2012).

Tomat ceri memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari dengan curah

hujan sekitar 5750-1250 mm per tahun. Keadaan temperatur dan kelembaban yang

tinggi, berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah

tomat cherry (Wiryanta, 2004).

Selain itu, tanaman tomat membutuhkan konsentrasi nutrisi yang tinggi yaitu 180

kg N, 150 kg P2O5 dan 100 kg K2O per ha (Balai Penelitian Tanaman Sayuran,

1997). Masukan pupuk kimia yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman peka

terhadap kelebihan unsur karena dapat menyebabkan busuk ujung buah dan gugur

bunga (Rukmana, 1994) serta dapat menimbulkan efek samping bagi ekosistem juga

terhadap hasil buah sendiri.

Tomat ceri dapat ditanam pada jenis tanah, seperti andosol, regosol, latosol,

ultisol, dan grumusol. Tanah yang paling ideal adalah jenis lempung berpasir, subur,

gembur, memiliki kandungan bahan organik tinggi, serta mudah mengikat air

(porous). Jenis tanah berkaitan dengan peredaran dan ketersediaan oksigen di dalam

tanah bagi kebutuhan akar tanaman. Ketersediaan oksigen penting bagi pernapasan

akar yang rentan terhadap kekurangan oksigen. Kadar oksigen harus mencukupi di

sekitar akar sehingga pernapasan akar berlangsung dengan baik. Tanaman tomat

cherry membutuhkan pH tanah sekitar 6-7 untuk pertumbuhan dan perkembangannya

(Agromedia, 2007).
9

Dengan demikian diperlukan berbagai solusi untuk meningkatkan produksi

maupun kualitas hasil tanaman tomat ceri dengan penggunaan pupuk organik dan

pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk

hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik

dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologitanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik dari pada kadar

haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,

sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut

kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian,

dan limbah kota (sampah). Salah satu sumber pupuk organik yaitu ampas teh hijau.

Citra Indonesia sebagai salah satu negara penghasiltehberdampak

terhadappertumbuhan industri pengolahan teh. Banyaknya industri minuman

teh instan yang ada di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya jumlah

ampas teh yangdihasilkan. Saat ini pemanfaatan ampas teh lebih banyak digunakan

sebagai bahan pembuat pupuk kompos (Hartati Soetjipto, 2012).

Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak

negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung

banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun

antimikroba (Gramza et al., 2005).

Hasil penelitian menurut Adikasari (2012) menunjukkan bahwa tinggi

tanaman yang paling baik adalah pada tanaman dengan 300 mL air ditambah 3 gram

campuran ampasteh. Berdasarkan hasil penelitian Widyati (2004), yang berjudul

“Pemanfaatan Kompos Ampas Teh Sebagai Substitusi Sumber Nitrogen Pada

Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)” bahwa ampas teh berpengaruh
10

sangat nyata pada peningkatan produksi kelobot jagung. Kompos ampas teh dapat

menggantikan sebagian sumber nitrogen untuk tanaman jagung manis.

Berdasarkan hasil penelitian Fajarini (2007), yang berjudul “Pengaruh Air

Leri Dan Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Aglaonema golden bay Pada Media

Tanam yang Berbeda” bahwa penyiraman (air leridan ampas teh) berpengaruh

terhadap pertumbuhan A. golden bay. Perlakuan pada kombinasi media arang sekam

dengan penyiraman ampas teh memberikan pengaruh paling baik terhadap

pertumbuhan A. golden bay.

Sisa teh atau ampas teh dapat bermanfaat bagi tanaman, yaitu dapat

memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun,

limbah rumah tangga ini dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lagi.Ampas

teh ini lebih praktis dibandingkan penggunaan kompos.Kandungan yang terdapat

diampas teh selain polyphonel juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira

10 kali lipat sereal dan sayuran.Ampas teh ini biasanya diberikan pada semua jenis

tanaman. Misalnya, tanaman sayuran, tanaman hias, maupun pada tanaman obat-

obatan, hal ini dikarenakan bahwa ampas teh tersebut mengandung Karbon Organik,

Tembaga (Cu) 20%, Magnesium (Mg) 10% dan Kalsium (Ca) 13%, kandungan

tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman. Salah satu jenis teh unggul dari

beberapa jenis teh yaitu teh hijau.

Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan banyak

dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk

membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya dalam membunuh

bakteri. Di Indonesia, teh hitam lebih banyak dikonsumsi dibandingkan teh hijau.

Padahal sebetulnya teh hijau mempunyai khasiat lebih baik untuk kesehatan dan
11

kecantikan karena teh hijau tidak mengalami proses fermentasi sehingga zat kimia

teh masih utuh terutama kadar polifenolnya. Kandungan polifenol yang tinggi dalam

teh hijau dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri

yang menyebabkan penyakit di rongga mulut (penyakit periodontal) (Kushiyama et

al., 2009).

Kandungan teh hijau antara lain magnesium, kalium, flour, nitrogen, kalsium,

seng, mangan.Beberapa enzim terdapat dalam daun teh di antaranya invertase,

amilase, glukosidase, oximetilase, protease, dan peroksidase. Peranan penting dari

enzim-enzim ini adalah sebagai biokatalisator pada setiap kali reaksi kimia di dalam

tanaman. Enzim lain yang tidak penting dalam proses kehidupan tanaman tetapi

penting pada proses pengolahan teh adalah polifenol oksidase yang dapat

mengatalisa reaksi oksidasi katekin. Enzim ini tersimpan dalam sitoplasma,

sedangkan katekin ada dalam vakuola. Oleh karena itu, dalam keadaan tidak ada

perusakan sel, kedua bahan ini tidak saling bertemu untuk bereaksi.

Ukuran porsi 1 cangkir (180 ml) pada teh hijau, memliki kalori 2 kkal, lemak

0 g, lemak jenuh 0,004 g, lemak tak jenuh ganda 0,009 g, lemak tak jenuh tunggal

0,002 g, kolesterol 0 mg, protein 0 g, karbohidrat 0, 36 g, serat 0 g, gula 0 g.

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan

meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar

N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan

Marsono, 2000). Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi

pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya

mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan

sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
12

hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno,

2004).

Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya

dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan

perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4)

Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan

dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya

mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak

mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).

Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang kandungan

unsur utamanya terdiri dari tiga unsur hara sekaligus. Pupuk ini merupakan unsur

makro yang sangat mutlak dibutuhkan tanaman. Sesuai dengan namanya, unsur-

unsur tersebut terdiri dari unsur N, P dan K. Unsur NPK ini adalah unsur penting

yang membantu tanaman melangsungkan serangkaian proses pertumbuhan. Jika

tanaman kekurangan salah satu unsur hara, maka dapat dipastikan pertumbuhan

tanaman akan terhambat. Sebagai contoh jika tanaman kekurangan unsur N,

sementara kebutuhan unsur P dan K masih terpenuhi maka tanaman tidak dapat

tumbuh dengan baik, warna hijau daun memudar hingga menguning. Pada kondisi

demikian, tumbuhan akan kesulitan bereproduksi, pembentukan bunga dan buah

akan terhambat, bahkan jika kekurangan unsur N sangat signifikan, maka lama-

kelamaan tanaman menjadi kerdil bahkan akhirnya mati. Begitu juga sebaliknya, jika

unsur P tidak terpenuhi, maka tanaman juga tidak dapat tumbuh dengan baik, akar

tidak terbentuk sempurna sehingga menghambat proses pengangkutan zat-zat

makanan oleh akar. Selain itu, pembentukan bunga juga kurang sempurna, tanaman
13

kesulitan menghasilkan bunga. Demikian juga jika unsur K tidak tersedia, maka

pembungaan banyak terjadi kerontokan, jika akhirnya mau berbuah, buah yang

terbentuk juga kurang sempurna, bahkan kualitas buah sangat rendah. Selain itu

tanaman kurang tahan terhadap serangan hama penyakit maupun

kekeringan.Spesifikasi Pupuk NPK; Nitrogen (N) : 15%, Fosfat (P 2 O 5 ) : 15%,

Kalium (K2 O) : 15%, Sulfur (S) : 10% Kadar air maksimal 2%, bentuk butiran,

warna merah muda (Anonim, 2017)

Pupuk jenis NPK dapat berupa padat (granule) maupun cair. Baik NPK padat

maupun NPK cair, kandungan unsur haranya tetap mengutamakan unsur N, P dan K.

NPK padat biasanya lebih banyak dimanfaatkan sebagai pupuk akar, yaitu

diaplikasikan ke dalam tanah agar pupuk diserap oleh akar. Sedangkan NPK cair

lebih banyak dimanfaatkan sebagai pupuk daun, aplikasinya dilakukan dengan cara

penyemprotan melalui stomata.Meskipun demikian, baik NPK padat maupun NPK

cair keduanya sama-sama penting bagi tumbuhan (Anonim, 2017).

Keunggulan pupuk ini di antaranya:Mudah diserap tanaman karena sifatnya

higroskopis, mengandung berbagai unsur dibutuhkan tanaman, kekayaan

kandungannya membuat proses pemupukan menjadi lebih mudah, kandungan unsur

haranya cukup merata. sesuai buat berbagai jenis tanaman, sebab kandungannya

merata dan lengkap, meningkatkan produksi dan kualitas panen, karena petani tidak

perlu lagi menambahkan pupuk-pupuk lain buat tanamannya. (Anonim, 2017).


14

I. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakutas

Pertanian Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution Km. 11 No 113,

Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Penelitian

ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Desember 2017 sampai Maret 2018

(Lampiran 1).

B. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tomat

varietas Tropical Ruby F1 (deskripsi pada lampiran 2), pupuk kandang sapi,

ampas teh hijau, pupuk NPK 16:16:16, polybag 35 x 40 cm, Dithane M-45,

tali plastik, Curater 3-G, Metilat. Sedangkan alat yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah : handsprayer, gembor, cangkul, papan plot penelitian,

sabit, paku, cat, sarung tangan, meteran, ember, parang, timbangan, kamera

dan alat-alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaaan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap Faktorial. Faktor pertama yaitu faktor A merupakan dosis ampas teh

hijau, faktor kedua yaitu faktor N merupakan dosis pupuk NPK 16:16:16.

Masing-masing faktor terdapat 4 taraf, sehingga didapat 16 kombinasi

perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga percobaan ini terdiri 48 satuan

percobaan (plot). Setiap plot terdiri dari 4 tanaman dan 2 tanaman dijadikan

sampel pengamatan, jumlah keseluruhan 192 tanaman.


15

Faktor A adalah dosis ampas teh hijau terdiri atas 4 taraf yaitu :

A0 : Tanpa pemberian ampas teh hijau.

A1 : Ampas teh hijau 5 gram/polybag.

A2 : Ampas teh hijau 10 gram/polybag.

A3 : Ampas teh hijau 15 gram/polybag.

Faktor N adalah dosis NPK 16 : 16 : 16 terdiri atas 4 taraf yaitu :

N0 : Tanpa pemberian NPK 16:16:16.

N1 : NPK 16:16:16 sebanyak 10 gram/polybag.

N2 : NPK 16:16:16 sebanyak 20 gram/polybag.

N3 : NPK 16:16:16 sebanyak 30 gram/polybag.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan ampas teh hijau dan pupuk NPK.

PERLAKUAN

Faktor N
Faktor A
N0 N1 N2 N3

A0 A0N0 A0N1 A0N2 A0N3

A1 A1N0 A1N1 A1N2 A1N3

A2 A2N0 A2N1 A2N2 A2N3

A3 A3N0 A3N1 A3N2 A3N3

Data hasil pengamatan terakhir masing-masing perlakuan dianalisis statistik.

Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Jujur (BNJ) dengan taraf 5%.


16

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan lahan

Sebelum penelitian terlebih dahulu tempat penelitian dibersihkan gulma

dengan sabit dan cangkul. Lahan penelitian kemudian diratakan agar memudahkan

dalam penyusunan polybag. Ukuran lahan yang digunakan 11,04 X 5,60.

2. Persiapan media tanam

Polybag ukuran 35 x 40 cm diisi dengan tanah top soil (0-25 cm).

Pengambilan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul. Penyusunan polybag

dilapangan dengan jarak 50 x 50 cm, kemudian dibiarkan selama 3 hari sebelum

penanaman.

3. Persemaian

Benih disemaikan secara teratur pada polybag ukuran 12 x 8 cm yang telah

diisi tanah ditambah dengan pupuk kandang sapi. Setelah benih berkecambah

dan mengeluarkan 5 helai daun sempurna yang berumur ± 20 hari dipindahkan

ukuran 35 x 40 cm.

4. Pemasangan Label

Label yang telah disiapkan dipasang sesuai dengan perlakuan masing-masing

plot sesuai dengan denah penelitian. Pemasangan label dilakukan 2 minggu

sebelum tanam (lampiran 3).

5. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara pemindahan bibit tomat dari polybag kecil

ke polybag besar. Bibit tomat dipilih yang pertumbuhannya sehat dan normal

dan telah memiliki 5 helai daun. Kriteria bibit yang dipilih sebaiknya terlihat

segar dan daun-daunnya tidak rusak. Penanaman bibit tomat dilakukan pada pagi
17

hari atau sore hari untuk menghindari panas matahari pada waktu siang yang

dapat menyebabkan bibit menjadi layu.

6. Pemupukan Dasar

Banyak dosis pupuk kandang sapi yang digunakan adalah sebanyak 9,37

g/polybag (5 ton/ha) diberikan dua minggu sebelum tanam.

7. Persiapan Ampas Teh Hijau

Setelah mengkonsumsi teh hijau ampasnya diambil kemudian dijemur atau

dikeringkan sampai mengering agar tidak lembab serta berjamur. Kemudian jika

sudah kering ampas teh dapat disimpan maupun langsung diaplikasikan pada

tanaman.

8. Pemberian Perlakuan

a. Ampas Teh Hijau

Pemberian Ampas Teh Hijau dilakukan satu minggu sebelum tanam.

Pemberian dilakukan dengan mencampur ampas teh hijau pada tanah sesuai

dosis.

b. NPK 16:16:16

Pupuk NPK 16:16:16 diberikan 2 minggu setelah tanam sesuai dengan dosis

masing-masing taraf perlakuan. Pemberian NPK dengan cara tugal dengan

jarak 7 cm dari lubang tanam.

9. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan

gembor. Penyiraman tidak dilakukan bila turun hujan.


18

b. Penyulaman

Bibit tomat yang baru ditanam, baik melalui persemaian tidak semuanya

dapat tumbuh dengan baik dan bertahan menjadi tanaman dewasa, salah satu

cara mengatasinya adalah melakukan penyulaman.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar

pertanaman, yaitu dengan cara mencabut gulma di sekitar tanaman. Gulma

tersebut kemudian dibuang atau dibakar. Penyiangan dilakukan 2 minggu

sekali.

d. Pemangkasan

Pemangkasan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah

tanaman dipindahkan dari polybag. Pemangkasan ini dilakukan pada ketiak

daun dengan melakukan pembuangan tunas air, pucuk daun, daun yang

terkena penyakit dan buah yang mengalami busuk.

e. Lanjaran

Pemasangan lanjaran pada batang tanaman tomat setelah tanaman berumur 3

minggu setelah dipindahkan kepolybag, lanjaran dari bambu berukuran 1

meter. Adapun kegunaan lanjaran adalah untuk menghindari rebahnya pohon

ketanah sehingga buah tidak rusak dan busuk.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada penelitian yang telah dilakukan juga dilakukan pengamatan terhadap

hama dan penyakit pada tanaman tomat ceri selama pelaksanaan penelitian

dilakukan. Adapun jenis hama yang menyerang pada tanaman tomat ceri

adalah Ulat buah (Helicoverpa armigera atau Heliothis armigera) menyerang


19

daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini membuat lubang pada buah tomat

secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi akan mengalami infeksi dan

membusuk. Panjang tubuh ulat buah sekitar 4-5 cm dengan permukaannya

berkutil dan dtumbuhi bulu. Warna ulat ini bervariasi dari mulai hijau, hijau

kekuningan, kecoklatan hingga hitam. Pada bagian samping tubuh terdapat

garis bergemlombang dengan warna yang lebih terang. Bentuk ngengatnya

memiliki panjang 2 cm, dengan warna sayap bagian luar coklat dan bagian

dalamnya putih. Hama selanjutnya yakni kutu kepul (Bemisicia tabaci)

memiliki ciri berwarna putih, permukaan tubuhnya dilapisi tepung putih.

Panjang lalat ini kurang lebih 1 mm, rentangan sayapnya sekitar 2 mm.

Tanaman tomat yang terserang lalat putih akan terlihat seperti terselubungi

tepung putih. Bila disentuh tepung putih tersebut akan berhamburan. Akibat

serangan hama ini pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan kerdil. Daun

akan mengecil dan menggulung ke atas. Dan hama lainnya adalah lalat buah

(Bactrocera sp.) panjang badannya sekitar 8 mm dengan sayap transparan

warna tubuhnya hijau kehitaman. Dalam bentuk belatung muda berwarna

putih, menjelang tua menjadi kekuningan panjangnya sekitar 1 cm. Belatung

ini terletak dalam daging buah. Buah tomat yang terserang lalat buah menjadi

busuk, bila dibuka terdapat belatung. Pupa lalat buah hidup dipermukaan

tanah. Pengendalian beberapa hama tersebut dengan insektisida.

Adapun penyakit yang menyerang tanaman tomat ceri adalah Penyakit

layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur Fusarium oxysporum. Jamur

ini awalnya menyerang dari akar kemudian berkembang ke lewat jaringan

pembuluh. Tanaman tomat yang terkena penyakit ini akan berubah menjadi
20

layu dan mati. Pengendalian penyakit ini yaitu tanaman yang terkena penyakit

dibakar atau dibuang sejauh mungkin dari tanaman tomat ceri agar tidak

menular pada tanaman lain. Penyakit selanjutnya adalah Penyakit bercak

bakteri disebabkan oleh Xanthomonas vesicatoria. Penyakit ini bisa

menyerang buah, daun dan batang tanaman tomat. Pada buah pada mulanya

terlihat bercak berair dan berubah menjadi bercak bergabus. Daun yang

terserang akan terlihat keriting dan mengering. Sedangkan batang yang

terserang akan terlihat kerang memanjang berwarna keabu-abuan.

Pengendalian tanaman yaitu tanaman yang terserang dicabut dan dibakar dan

melakukan penyemprotan menggunakan bakterisida.

10. Panen

Panen dilakukan setelah buah berwarna merah dan berumur 60-100 hari

setelah tanam. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna

kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman. Kriteria

tomat telah siap panen yaitu kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi

kekuning-kekuningan atau merah, bagian tepi daun tua telah mengering,

batang tanaman menguning/mengering.

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 14 hari

sampai tanaman berbunga. Pengamatan dilakukan dengan interval 2 minggu

sekali dan pengukuran dilakukan dari ajir (1 m dari permukaan tanah) sampai

ketitik tumbuh. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk tabel.


21

2. Umur Berbunga (hari)

Pengamatan dilakukan terhadap tanaman yang diamati dengan mencatat

hari sejak mulai tanam sampai 50% keluar bunga. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

3. Umur Panen (hari)

Umur panen dihitung sejak penanaman dari populasi tanaman pada plot

sudah menunjukkan siap panen sesuai dengan kriteria panen pada setiap plot.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dan disajikan dalam

bentuk tabel.

4. Jumlah Cabang Produktif (buah)

Jumlah cabang produktif adalah cabang yang menghasilkan buah.

Pengamatan dilakukan sekali pada saat panen. Data yang diperoleh kemudian

dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

5. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)

Buah yang dihitung adalah buah semuanya yang terdapat pada tanaman,

tidak termasuk buah yang jatuh, pada saat pemanenan. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

6. Berat Buah Per Tanaman (gram)

Buah tiap tanaman sampel yang telah dipanen selanjutnya ditimbang

dengan menggunakan timbangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.


22

7. Jumlah Buah Sisa (buah)

Buah yang dihitung adalah buah yang masih ada pada tanaman, setelah

pemanenan terakhir dilakukan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

8. Nisbah Tajuk Akar

Nisbah tajuk/akar merupakan perbandingan tanaman atas yaitu daun dan

batang dengan tanaman bawah yaitu akar. Dengan cara dioven pada suhu

65ºC selama 48 jam. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik

dan disajikan dalam bentuk tabel. Dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝐵𝐾.𝑡𝑎𝑗𝑢𝑘
Nisbah tajuk akar = 𝐵𝐾.𝑎𝑘𝑎𝑟

Anda mungkin juga menyukai