Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) termasuk dalam jenis sayuran yang

sangat popular dikalangan masyarakat. Ciri khas tomat yaitu mempunyai rasa

buah yang asam manis, berbeda dengan buah lainnya serta dapat menambah

kesegaran tubuh. Buah tomat mengandung protein, karbohidrat, lemak, kalsium,

fosfor, zat besi dan juga mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, yang

cukup tinggi. bagian yang dapat dimakan 95% (Wiryanta, 2002).

Statistik Produksi Hortikultura (2014) tomat dengan kontribusi produksi

sebesar 915.987 ton atau sekitar 7,69 persen terhadap produksi sayuran nasional

berada pada urutan kelima. Sentra produksi tomat di Indonesia adalah Pulau Jawa

dengan total produksi sebesar 434.202 ton atau sekitar 47,40 persen dari total

produksi tomat nasional. Adapun provinsi penghasil tomat terbesar adalah Jawa

Barat dengan produksi sebesar 304.687 ton 33,26 persen dari total produksi tomat

nasional, diikuti Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sedangkan provinsi penghasil

tomat terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara, dengan produksi sebesar

84.339 ton atau sekitar 9,21 persen dari total produksi tomat nasional, diikuti oleh

Sumatera Barat.

Produksi tanaman yang maksimum dapat diperoleh dengan penerapan

beberapa teknik budidaya yang tepat diantaranya adalah penggunaan jarak tanam
2

tepat dan penggunaan mulsa. Salah satu teknik budidaya yang mengatur tata letak

dan populasi tanaman dengan jarak tanam yang pasti menurut dua arah tertentu

dalam satu area. Melalui pemilihan jarak tanam yang tepat tingkat persaingan

antar maupun intern tanaman dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu

pemilihan jarak tanam juga dapat mengoptimumkan kemampuan tanaman dalam

memanfaatkan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis seperti

cahaya matahari, air dan hara. Pengaturan jarak tanam sangat berkaitan erat

dengan kerapatan tanaman.

Menurut Yani dan Trisnawati (2007) jarak tanam yang yang baik untuk

tanaman tomat adalah sekitar 80 x 40 cm atau 60 x 40 cm. Penentuan jarak tanam

tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim, serta varietas yang

ditanam. Benih yang daya tumbuhnya rendah perlu ditanam dengan jarak tanam

yang lebih rapat. Penanaman pada musim kemarau, diperkirakan akan kekurangan

air, sehingga perlu ditanam dengan jarak yang lebih rapat.

Secara umum penggunaan mulsa merupakan bagian dari teknik budidaya

tanaman yang perlu mendapat perhatian. Mulsa berfungsi untuk menghindari

kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan gulma. Pemberian

mulsa berpengaruh terhadap kondisi tanah dan iklim mikro. Mulsa dapat menekan

pertumbuhan gulma serta memberikan efek positif bagi tanaman. Menurut

Sumarna dan Suwandi (1990) dalam Amisnaipa (2005) menyatakan bahwa di

lahan kering atau pada musim kemarau perlakuan pemulsaan berpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman tomat dan dapat menghasilkan buah total sebesar

21,4 ton per hektar dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa yang
3

menghasilkan buah total 13,8 ton per hektar. Menurut Rohman Wakhid dkk

(2012) bahwa pada musim penghujan penggunaan mulsa berpengaruh terhadap

produksi terutama pada bobot serta jumlah umbi pada bawang merah. Dalam hal

ini, pengaruh mulsa dapat memperbaiki kondisi ekologi tanah, diantaranya

fluktuasi kelembaban dan suhu tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

vegetatif tanaman yang peka terhadap perubahan suhu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh interaksi jarak tanam dan penggunaan jenis

mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?

2. Apakah jarak tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman tomat?

3. Apakah penggunaan jenis mulsa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman tomat?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh interaksi jarak tanam dan penggunaa jenis

mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

2. Untuk mengetahui jarak tanam yang berbeda berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

3. Untuk mengetahui penggunaan jenis mulsa berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.


4

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat

khususnya petani dalam membudidayakan tanaman tomat dengan pengaturan

jarak tanam dan penggunaan mulsa yang tepat.

1.5 Hipotesis

1. Terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam yang berbeda dan

penggunaan jenis mulsa akan berpengaruh lebih baik terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

2. Penggunaan Jarak tanam yang berbeda berpengaruh lebih baik terhadap

pertumbuhan dan produksi tanam tomat.

3. Penggunaan jenis mulsa tertentu berpengaruh lebih baik terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Tomat

Klasifikasi tanaman tomat secara lengkap menurut Redaksi Agromedia (2007)

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)

Spesies : Lycopersicon esculentum Mill.

2.2 Morfologi Tanaman Tomat

1. Akar

Menurut Pitojo (2005) tanaman ini memiliki akar tunggang, akar cabang,

dan akar serabut yang berwarna keputih-putihan. Perakarannya tidak terlalu

dalam, menyebar kesegala arah hingga rata – rata kedalaman 30 – 40 cm. fungsi

akar tanaman tomat yaitu untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air
6

dan unsure hara dari dalam tanah. Sehingga tingkat kesuburan pada bagian atas

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

2. Batang

Menurut Rismunandar (2001) tanaman ini memiliki batang berbentuk

bulat dan membengak pada buku-buku. Bagian yang masih muda berambut halus

dan ada yang berkelenjar. Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus, namun

harus dibantu dengan beberapa ikatan.Bercabang banyak sehingga secara

keseluruhan berbentuk perdu.

3. Bunga

Menurut Wiryanta (2004) Tanaman ini memiliki bunga berwarna kuning

dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan

tergantung dari varietasnya. Kelopak bunga berjumlah 5 buah dan berwrna hijau

terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Selain itu, bagian lainnya bunga

berupa mahkota bunga yang terdapat di dalam bunga tomat. Bunga tomat dapat

melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunga berumah satu. Meskipun

demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang.

4. Buah

Tanaman ini memiliki buah yang sangat bervariasi, tergantung dengan

varietasnya. Buah tomat memiliki bentuk yang beragam bulat, agak bulat, agak

lonjong dan bulat persegi. Selain itu, ukuran buah sangat bervariasi juga, yang

berukuran 8 -180 gram per buah dengan diameter buah antar 2-15 cm tergantung

pada varietasnya. Sedangkan warna tomat yaitu juga sangat bervariasi yaitu

kemerahan, kekuningan, hijau muda dan juga ada yang belang-belang kemerahan.
7

5. Daun

Menurut Wiryanta (2004) Tanaman ini memiliki daun berbentuk oval,

bagian tepi bergerigi dan mebentuk celah menyerip agak melengkung kedalam.

Daun tanaman ini berwarna hijau dan juga tergolong daun majemuk ganjil

berjumlah 5-7, dengan ukuran 15-30 cm dan memiliki kelebaran 10-25 cm , serta

memiliki tangkai daun berbentuk bulat dengan kepanjangan 7-10-6 cm dan

ketebalan 0,3-0,5m.

2.3 Syarat Tumbuh

Untuk tumbuh dan berkembang, tanaman tomat memerlukan persyaratan

tumbuh tertentu, antara lain:

1. Keadaan Tanah

Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,

latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis

lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang

tinggi, serta mudah mengikat air (porous).

Tanaman tomat di Indonesia dapat dibudidayakan di daerah dengan

ketinggian <100 m dpl. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu udara siang

dan malam hari (Pitojo, 2005).

Tugiyono (2001) untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat

membutuhkan tanah yang gembur, sedikit mengandung pasir dan banyak


8

mengandung humus, kadar keasaman (pH) antara 5-6, serta pengairan yang teratur

dan cukup saat mulai tanam sampai waktu tanaman dapat di panen.

2. Keadaan Iklim

Rismunandar (2001) tanaman tomat dapat tumbuh pada musim hujan

maupun pada musim kemarau, namun dalam musim yang basah tidak akan

terjamin. Pada musim kemarau yang terik dengan angin kencang dapat

menghambat pertumbuhan bunga. Tanaman tomat yang ditanam pada dataran

tinggi maupun dataran rendah dalam musim kemarau memerlukan penyiraman

dan pengairan demi kelangsungan hidup dan produksinya.

Suhu ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25 – 300oC.

sedangkan, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24 – 280oC.

Pertumbuhan tanaman tomat memerlukan kelembaban relatif sebesar 80%

(Wiryanta, 2004).

2.4 Pertumbuhan Tanaman Tomat

Menurut Elviana (2008) pertumbuhan tanaman dapat diartikan dengan

bertambahnya ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan

itu bukan hanya dalam volume, namun juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya

protoplasma, dan tingkat kerumitan. Menurut Subhan, et.al, (2009) pertumbuhan

tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya cahaya, bantuan

mekanik, udara, air, suhu, dan unsur hara.


9

Perbanyakan tanaman tomat diperoleh melalui biji. Karena biji atau

benih merupakan salah satu factor keberhasilan produksi tomat pada awal

pertumbuhan (Trisnawati dan A. Setiawan, 1993). Teknis Budidaya (2010) tahap

budidaya tomat dapat dilakukan pada fase persemaian 0-30 hari setelah semai,

fase fase tanam 0-15 hst, fase vegetatif 15-30 hst, fase generatif 30-80 hst, fase

panen dan pasca panen 80-130 hst.

Menurut Pitojo (2005) pada fase vegetatif tanaman tomat membutuhkan

curah hujan yang cukup. Sebaliknya pada fase generatif membutuhkan curah

hujan yang sedikit. Daya tumbuh yang rendah disebabkan karena curah hujan

yang tinggi pada fase generatif atau fase pemasakan buah. Curah hujan yang ideal

selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750 – 1250 mm/tahun. Curah

hujan tidak menjadi factor penghambat dalam penangkaran benih tomat, apabila

pada musim kemarau kebutuhan air tercukupi dari air irigasi.

2.5 Jarak Tanam

Jarak Tanam menentukan efisiensi pemanfaatan ruang tumbuh,

mempermudah dalam budidaya lainnya, tingkat dan jenis teknologi yang

digunakan dapat ditentukan oleh : kesuburan tanah, kelembaban tanah, Jenis

tanaman, tujuan pengusahaan, serta teknologi yang digunakan (manual atau

mesin). Pengaturan jarak tanam terbagi menjadi beberapa yaitu : baris rangkap

(double row), baris tunggal (single row), sama segala penjuru (equidistant), atau

hexagonal, bujur sangkar (on the square), dan sebagainya (Mahdi, 2011).
10

Perakaran, tajuk tanaman dan kondisi tanah menentukan jarak tanam antar

tanaman. karena berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan unsur hara oleh

tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

Tanaman yang memiliki jarak tanam yang lebih luas mendapatkan sinar matahari

dan unsur hara yang cukup sehingga memperkecil persaingan antar tanaman

(Pima, 2009).

Peningkatan produksi akibat pengaturan jarak tanam juga didapatkan

ketika jarak tanam antar tanaman berkurang, persentase peningkatan intersepsi

cahaya memberikan pengaruh secara nyata terhadap persentase peningkatan

produksi per lahan (Andrade, dkk., 2002 dalam Suryadi, dkk, 2013). Pertumbuhan

dan produksi tanaman di pengaruhi oleh pengaturan jarak tanam. Kondisi iklim

mikro disekitar tanaman dan penerimaan sinar matahari sangat dipengaruhi oleh

jarak tanam, apabila jarak tanam terlalu rapat dapat menyebabkan kelembapan

udara yang tinggi disekitar tanaman. sehingga kondisi ini tidak menguntungkan

untuk pertumbuhan tanaman karena tanaman mudah terserang penyakit (Cahyono,

2003).

Jarak tanam yang tidak tepat akan memberikan pengaruh negatif dan

beberapa kerugian. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan pertumbuhan

dahan terhambat. selain itu, tanaman juga tidak mendapatkan cahaya matahari

dengan baik sehingga proses fotosintesis terhambat dan produksi buah tidak

maksimal, walaupun tanaman diberikan pupuk yang cukup yang banyak

mengandung fosfor (Sarpian, 2003).


11

2.6 Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Tanaman Tomat

Menurut Williams (2011), Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. hal ini berpengaruh pada luas daun,

system perakaran, banyaknya sinar matahari yang diterima dan banyaknya unsure

hara yang diserap tanam dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat

akan berpengaruh menaikkan hasil, apabila penggunaan jarak tanam yang kurang

tepat akan menurunkan hasil.

Dari jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Sareha dkk tahun

2012 “pertumbuhan dan produksi tomat pada berbagai dosis bokshi kotoran sapi

dan jarak tanam” bahwa pada hasil penelitian tersebut perlakuan dengan jarak

tanam berpengaruh terhadap luas daun, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah

per tanaman dan produksi (t ha-1).

Dari jurnal hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rois Paudi dkk

tahun 2013 “ pertumbuhan danproduksi tanaman tomat varietas permata F1

berdasarkan pengolahan tanah dan jarak tanam yang berbeda” bahwa dari hasil

penelitian tersebut perlakuan dengan jarak tanam yang berbeda memberikan

pengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman tomat pada jarak 40 x 60 cm

dan 40 x 70 cm.
12

2.7 Mulsa

Mulsa secara langsung melindungi permukaan tanah dari pukulan butir

hujan, sehingga mengurangi energi pukulan hujan, volume, kecepatan aliran

permukaan, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, serta meningkatkan

pembentukan agregat tanah. Keunggulan lain dari mulsa antara lain yaitu dapat

mempertahankan atau memperbaiki sifat fisik tanah, memperkecil proses dispersi,

meningkatkan stabilitas agregat tanah, serta memperbaiki struktur tanah dan pada

gilirannya dapat mempercepat laju infiltrasi.

Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah tanah kehilangan air

sehingga temperature dan kelembaban tanah terjaga. Aplikasi mulsa merupakan

upaya dalam meneka pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan suhu, air

dan kelembaban tanah serta dapat menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi

tanaman. sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

(Mulyatri, 2003).

Mulsa berfungsi menjaga kelembaban tanah, mengurangi fluktuasi suhu

tanah, mencegah buah agar tidak jatuh ke tanah yang dapat menyebabkan buah

akan busuk sehingga produksi menurun, serta menekan pertumbuhan gulma

penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik (Wikipedia,

2011).

Mulsa dibedakan menjadi dua macam yaitu mulsa organic dan anorganik.

Mulsa organik berasal dari bahan - bahan alami yang mudah terdekomposisi

seperti sisa – sisa tanaman (jerami). Menurut Kadarso (2008) keuntungan mulsa

organik adalah mudah terdekomposisi sehingga dapat menambah bahan organik


13

tanah, sedangkan mulsa anorganik tidak dapat terdekomposisi (mulsa plastik)

namun dapat digunakan lebih dari satu musim tanam. Perlakuan penggunaan

mulsa memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, serta

produksi pertanaman (Penelitian Barus, 2006).

Selain itu menurut Anggi (2010) mulsa organik berasal dari bahan-bahan

alami yang mudah terdekomposisi. Beberapa keunggulan mulsa yaitu memiliki

efek menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan mengurangi erosi,

menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu, dan dapat menambah bahan

organik tanah dalam rentan waktu tertentu.

Menurut Fauzan (2002) bahwa penutupan tanah dengan bahan organic

mampu meningkatkan penyerapan air serta mengurangi penguapan air pada

permukaan tanah. Selain itu mulsa jerami padi dapat memperbaiki kesuburan,

struktur dan secara tidak langsung akan mempertahankan agregasi dan porositas

tanah sehingga dapat mempertahankan kapasitas tanah menahan air, setelah

terjadinya dekomposisi bahan organik.

Sutejo (2002) menyatakan bahwa penggunaan mulsa jerami dapat

mengurangi pertumbuhan gulma serta menjaga kelembaban tanah tetap stabil agar

mikroorganisme dalam tanah tetap melakukan aktifitasnya dalam

mendekomposisi bahan organic untuk mensuplai unsur hara yang di butuhkan

oleh tanaman pada pertumbuhan vegetatifnya.

Menurut Mayun (2007) bahwa mulsa jerami memiliki efek menurunkan

suhu tanah dan meminimalisir evaporasi sehingga bisa menjaga keberadaan air

tanah dan mampu meningkatkan produksi tanaman tomat. Selain itu pemberian
14

mulsa jerami juga memberikan manfaat pada tanaman tomat itu sendiri serta

sangat menguntungkan baik secara biologi, kimia, dan fisik tanah.

Menurut Creamer et al. (1996) dalam Dewi Ratih. R. D dkk (2013) bahwa

penggunaan mulsa organic dapat memperbaiki sifat, kimia dan biologi tanah,

selain itu mulsa oraganik juga sebagai penyedia unsure hara yang dibutuhkan oleh

tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah.

Menurut Raihan et al., (1999) dalam Dewi Ratih. R. D dkk (2013) bahwa

penggunaan mulsa organic dapat mempertahankan kelembaban tanah sehingga

kebutuhan air dapat tersedia bagi tanaman dibanding tanpa mulsa. Selain itu,

penggunaan mulsa organic juga memberikan hasil yang baik karena mensuplai

kebutuhan P bagi tanaman serta dapat mensuplai unsure hara lainnya.

Kumalasari et al. (2005) dalam Dewi Ratih. R. D dkk (2013) menyatakan

bahwa mulsa organic yang telah terdekomposisi dapat mensuplai unsur hara bagi

tanaman dan lingkungan, serta mineral dari bahan organic dapat digunakan oleh

tanaman.

Menurut Noorhadi dan Sudadi (2008) penggunaan mulsa anorganik lebih

efisien dalam penggunaan air, serta mengurangi erosi, hama dan penyakit.

Penggunaan mulsa plastik mampu mengendalikan suhu dan menjaga kelembapan

tanah serta mengurangi serangan dari hama dan penyakit (Kardaso, 2008).

Mulsa organik diberikan setelah bibit ditanam, sedangkan mulsa anorganik

dipasang sebelum bibit ditanam. Mulsa dilubangi sesuai dengan jarak tanam.
15

Mulsa plastic dapat berfungsi untuk memantulkan sinar matahari secara tidak

langsung sehingga dapat menghalau hama tungau, thrips dan aphid, selain itu

mulsa plastik bertujuan untuk menaikkan suhu dan menurunkan kelembapan di

sekitar tanaman-ini dapat menghambat munculnya penyakit yang disebabkan oleh

bakteri (Wikipedia, 2011).

2.8 Pengaruh Mulsa Terhadap Tanaman

Dari jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Hendra Kusuma

dan Mimik Umi Zuhro (2014), pengaruh varietas dan ketebalan mulsa jerami padi

pada pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Bahwa perkaluan menggunakan

mulsa dengan ketebalan 9 cm memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi

tanaman, bobot per buah, bobot per plot, jumlah tandan buah, hal ini di karenakan

mulsa jerami dapat mengurangi persaingan tanaman tomat dengan gulma,

menjaga kelembapan dan mencegah erosi tanah.

Penelitian yang dilakukan oleh Diakh Wisudawati dkk (2016) “pengaruh

jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang di beri

sungkup” dari hasil penelitian perlakuan jenis mulsa terutama mulsa perak

berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan panjang daun pada umur 50 hari setelah

tanam sedangkan pada mulsa plastic hitam berpengaruh terhadap lilit umbi

terbesar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh I Gede Putu Dermawan dkk

(2014) “pengaruh penggunaan mulsa plastic terhadap hasil tanaman cabai rawit di
16

luar musim di desa kerta” bahwa hasil penelitian dari perlakuan tersebut

penggunaan mulsa plastic menunjukan hasil yang baik terhadap pertanaman di

luar musim tetapi pada perlakuan mulsa plastic perak yang berpengaruh terhadap

tinggi tanaman, jumlah cabang, dan hasil panen dikarenakan mulsa plastik baik

perak maupun hitam mempengaruhi peningkatan suhu di lingkungan rhyzosfer di

banding dengan tanpa mulsa (Fahrurrozi dan Stewart, 1994 ; Fahrurrozi et al.,

2001).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ratih Rizki Damaiyanti

dkk tahun 2013 “kajian penggunaan macam mulsa organic pada pertumbuhan dan

hasil tanaman cabai besar” bahwa penelitian yang dilakukan dalam penggunaan

macam mulsa organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun,

jumlah daun, jumlah panen total per tanaman, bobot buah segar per tanaman, dan

diameter buah. Tetapi perlakuan mulsa batang jagung, mulsa jerami, dan mulsa

orok-orok lebih baik dibandingkan dengan mulsa kayu apu, mulsa eceng gondok,

mulsa kara benguk dan perlakuan tanpa mulsa, dikarenakan penggunaan mulsa

jerami, mulsa jagung, dan mulsa orok-orok mampu meningkatkan pertumbuhan

dan hasil panen buah pada tanaman cabai besar.

2.9 Pengaruh Interaksi Mulsa dan Jarak Tanam Terhadap Tanaman

Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Hendra Thaib M, dkk tahun

2013 “pengaruh pemberian mulsa organic dan jarak tanam yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman tomat” bahwa interaksi dari perlakuan mulsa

organic dan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap terhadap tinggi tanaman,
17

jumlah daun, jumlah buah per petak, produksi buah per petak. Maka dari itu perlu

di lakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh mulsa dan jarak tanam

terhadap tanaman tomat.

Dari hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Roswuro dkk tahun 2012

“produksi tanaman cabai pada berbagai jarak tanam dan takaran mulsa” bahwa

masing-masing perlakuan tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah

bunga pertanaman, jumlah buah per tanaman, berat tanaman segar dan produsi.

Akan tetapi interaksi antara jarak tanam dan takaran mulsa tidak berpengaruh

terhadap jumlah bunga dan jumlah buah, namun berpengaruh nyata terhadap pro
18

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa darungan, Kecamatan Kademangan,

Kabupaten Blitar. Pelaksanaan ini dimulai dari bulan Februari sampai dengan

bulan April 2017 yang telah memasuki musim Penghujan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penilitian ini terdiri dari cangkul, sabit,

meteran, talirafia, ajir, sprayer, timbangan, alat tulis, penggaris, dan papan nama.

3.2.1 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu benih tomat, mulsa

organic dari jerami, mulsa plastic hitam perak.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

kelompok yang disusun secara Faktorial dengan 2 (dua) factor yang diulang 3

(tiga) kali.
19

Factor pertama adalah jarak tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

J1 = jarak tanam 40 x 30

J2 = jarak tanam 40 x 50

J3 = jarak tanam 40 x 70

Sedangkan factor kedua yaitu mulsa (M) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

M0 = Tanpa mulsa

M1 = Mulsa jerami (ketebalan 9 cm)

M2 = Mulsa plastic hitam perak

Dengan demikian diperoleh Sembilan kombinasi perlakuan dan masing

masing perlakuan diulang tiga kali ulangan.

Kombinasi perlakuan tersebut sebagai berikut :

M0 M1 M3

J1 J1 M0 J1 M1 J1 M2

J2 J2 M0 J2 M1 J2 M2

J3 J3 M0 J3 M1 J3 M2
20

Ulangan1 Ulangan 2 Ulangan 3 U


220 cm 150 cm 300 cm

100 cm J2 M 1 J1 M0 J3 M2

J3 M 0 J2 M2 J1 M1

J1 M 2 J3 M1 J2 M0

J3 M 2 J2 M1 J1 M0

J1 M 1 J3 M0 J2 M2

J2 M 0 J1 M2 J3 M1

J1 M 0 J3 M2 J2 M1

J2 M 2 J1 M1 J3 M0

J3 M 1 J2 M0 J1 M2

800 cm

Gambar 3.1 Denah Penelitian

Keterangan :

Jarak antar kelompok : 50 cm

Panjang plot penelitian : J1 : 150 cm, J2 : 220 cm, J3 : 300 cm

Lebar plot penelitian : 100 cm

Jarak antar tanaman : 40 x 30 cm, 40 x 50 cm, 40 x 70 cm


21

Jarak antar plot : 50 cm

Tanaman per plot : 15 tanaman

Tanaman sampel : 3 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 405 tanaman

Gambar 3.2 pengambilan sampel tanaman

Gambar 3.2 pengambilan sampel tanaman

Keterangan : X : Tanaman Pinggir

: Tanaman Sampel

3.4 Analisis Data

Analisis data menggunakan sidik ragam (analysis of variance) pada taraf

5%, bila terdapat perbedaan pengaruh di antara perlakuan, maka untuk

membandingkan antara dua rata – rata perlakuan dilanjutkan dengan uji BNJ.
22

3.5 Pelaksanaan Penelitian

1. Persemaian

Persemaian dilakukan dikotak semai yaitu dibuat persegi dengan ukuran

50 x 60 cm. Langkah selanjutnya basahi kotak semai sehari sebelum ditanam.

Semaikan benih tanaman tomat kedalam kotak yang telah dibasahi, kemudian

benih disebar.

2. Pengolahan tanah

Sambil menunggu bibit cukup umur, tanah dipersiapkan untuk penanaman.

Tanah yang akan dipersiapkan untuk penanaman harus diolah dengan sebaik –

baiknya. Pengolahan tanah ini dilakukan dengan cara dibajak sampai gembur.

Setelah itu di buat bedengan, jarak antar bedengan 50 cm dan tinggi bedengan

60cm, lebar plot 100 cm, panjang plot 150 cm, 220 cm dan 300 cm.

3. Penanaman

Setelah bibit siap untuk ditanam atau telah berumur 1 bulan barulah

penanaman dilakukan pada petak percobaan dan penanaman dilakukan pada sore

hari. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam yang telah ditentukan yaitu 40 cm

x 30 cm, 40 cm x 50 cm, 40 cm x 70 cm.

Ciri bibit yang siap tanam yaitu pertumbuhannya seragam, tidak terserang

hama dan penyakit, bibit telah berumur 1 bulan.

4. Pemasangan Mulsa

Pemasangan mulsa dilakukan setelah penanaman yaitu untuk jenis mulsa

oganik dari jerami dengan ketebalan kurang lebih 9 cm, sedangkan pemasangan

mulsa plastic hitam perak dilakukan satu hari sebelum penanaman atau setelah
23

pembuatan bedengan. Pemasangan mulsa plastic dilakukan pada siang hari,

dikarenakan pada suhu panas mulsa plastic tidak akan kendor. kemudian setiap

pinggir plastic di kunci dengan menggunakan bilahan bambu. Setelah itu, barulah

diberi lubang dengan jarak tanam yang telah ditentukan.

5. Pemeliharaan

Selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilakukan pemeliharaan

yang meliputi penyiraman, pembubunan, penyulaman, pengendalian hama

penyakit, dan pemberian ajir pada masing – masing sampel tanaman Serta

dilakukan pemupukan yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan tanaman

atau starter bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan 1 minggu setelah

tanam dengan dosis yang telah ditentukan.

6. Panen

Tanaman tomat merupakan jenis tanaman yang dapat dipanen beberapa

kali sampai tanaman tersebut mati. Tanaman tomat baru bisa dipanen ketika umur

60-100 hari setelah tanam, tergantung dari varietasnya. Jarak panen pertama

dengan jarak panen berikutnya pada tanaman tomat dapat dilakukan dengan

selang waktu 2-3 hari tergantung kondisi tanaman.


24

3.6 Variabel Pengamatan

Dalam penelitian ini hal yang perlu diamati yaitu :

Peubah pertumbuhan :

1. Tinggi Tanaman ( cm )

Pengamatan tinggi tanaman mulai dari pangkal batang pada pada permukaan

tanah sampai titik tumbuh tertinggi diukur pada umur 14, 21, 28, 35 hari

setelah tanam dalam satuan cm dengan interval 7 hari.

2. Jumlah cabang

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah batang produktif pada

umur 21, 28, 35 hari setelah tanam dengan interval 7 hari. Dengan tujuan

untuk mengetahui jumlah batang yang produktif karena jumlah batang

berpengaruh pada jumlah buah yang diproduksi sehingga dapat berpengaruh

pada hasil.

Peubah hasil :

3. Jumlah tandan buah

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah tandan buah per tanaman

sampel setelah tanaman memasuki fase generatif .

4. Jumlah Buah

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buah per tanaman sampel

saat buah mulai dipanen, diamati saat panen serta dinyatakan dalam satuan

buah.
25

5. Bobot buah per tanaman (kg)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung berat buah segar per tanaman

dalam 3 kali panen dalam satuan kg, dengan tujuan untuk mengetahui berat

buah per tanaman dan sebagai perbandingan antara perlakuan lain.

Anda mungkin juga menyukai