Anda di halaman 1dari 15

Tugas Praktikum

Pemuliaan Tanaman

PERSILANGAN TANAMAN TOMAT

Oleh :
Nama : Nur Sufi Zadah
Nim : G011191047
Kelas : Pemuliaan Tanaman D
Kelompok : 1 (Satu)
Asisten : Sudirman

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PERSILANGAN TANAMAN TOMAT

NUR SUFI ZADAH

Departemen Budidaya Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Fakultas


Pertanian, Universitas Hasanuddi, Makassar

( sufiizzag0404@gmail.com )

A. Pengertian Tomat Secara Umum

Menurut Pracaya (1998) dan Pitojo (2005) tanaman tomat merupakan


tanaman yang termasuk dalam divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), anak
divisi Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup), kelas Dicotyledonae (tumbuhan
berbiji belah atau berkeping dua), subkelas Metachlamidae, ordo Solanales, famili
Solanaceae, genus Lycopersicon, Spesies Lycopersicon esculentum L.

Tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup. Sinar matahari


berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A)
dalam yang lebih tinggi. Pertumbuhan tanaman di dataran tinggi lebih baik
daripada di dataran rendah karena tanaman menerima sinar matahari lebih banyak
tetapi suhu rendah (Pracaya, 1998). Tanaman tomat yang sedang memasuki fase
vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup sebaliknya pada fase generative
memerlukan curah hujan sedikit. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan
tanaman tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun (Pitojo, 2005).

B. Morfologi Tanaman Tomat

Tanaman tomat mempunyai akar tunggang, akar cabang, dan akar serabut
yang berwarna keputih-putihan. Perakaran tanaman tomat tidak terlalu dalam
sehingga tingkat kesuburan tanah di lapisan atas sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, produksi buah, serta benih tomat yang dihasilkan. Daun
tanaman tomat merupakan daun majemuk bersirip gasal, duduk daun teratur pada
batang, serta membentuk spiral. Panjang daun antara 15 cm - 30 cm, lebar daun
10 cm – 25 cm, tangkai daun antara tiga cm – enam cm (Pitojo, 2005).
Batang tanaman tomat berbulu kasar dan memiliki kelenjar yang dapat
mengeluarkan bau yang kuat dan khas. Percabangan batang bagian bawah bertipe
monopodial, yaitu batang pokok terlihat jelas dan lebih besar daripada cabangnya.
Sedangkan batang tanaman tomat bagian atas bertipe simpodial, yaitu batang
pokok kurang jelas karena perkembangan cabang lebih baik daripada batang
(Pracaya, 1998). Pertumbuhan tanaman tomat berdasarkan tipe pertumbuhan
tanaman digolongan menjadi dua, yaitu indeterminate dan determinate. Golongan
indeterminate mempunyai pertumbuhan batang tidak diakhiri dengan rangkaian
bunga, periode panen relatif panjang dan habitus tanaman umunya tinggi.
Tanaman tomat golongan determinate mempunyai pertumbuhan batang diakhiri
dengan rangkaian bunga, periode panen relatif pendek dan habitus tanaman relatif
pendek (Pitojo, 2005).

Bunga tanaman tomat merupakan bunga majemuk yang terletak dalam


rangkaian bunga. Rangkaian bunga terdiri atas empat hingga 14 kuntum bunga.
Kelopak bunga berjumlah enam, berwarna hijau dan berujung runcing. Mahkota
bunga berjumlah enam, berwarna kuning, dan bagian pangkalnya membentuk
tabung pendek. Bunga tanaman tomat merupakan bunga sempurna, karena
memiliki benang sari, bakal buah, kepala putik, serta tangkai putik. Benang sari
mengelilingi putik bunga, berjumlah enam, bertangkai pendek, berwarna kuning
cerah (Pracaya, 1998 dan Pitojo, 2005).

Buah tanaman tomat merupakan buah buni. Berwarna muda jika masih
hijau dan berwarna merah muda, merah atau kuning setelah tua. Terdapat tiga
periode pertumbuhan yang dialami buah tomat sejak masih muda hingga masak
fisiologis, yaitu: (1) perkembangan ovari yang telah dibuahi hingga berat buah
mencapai lebih kurang 10% dari berat buah maksimal yang berlangsung lebih
kurang dua hingga tiga minggu, (2) perkembangan buah hingga berat buah
mencapai maksimal, (3) proses pemasakan buah hingga terjadi perubahan warna
hijau menjadi kuning (lebih kurang berlangsung selama dua minggu) dan akhirnya
menjadi merah (lebih kurang berlangsung selama tiga hingga lima minggu).
Setiap bakal buah tomat terdapat 250-1.000 bakal biji. Dari jumlah bakal biji
tersebut yang dapat berkembang lebih kurang 20%-50% tergantung dari varietas,
teknik budidaya, serta lingkungan tumbuhnya. Biji tomat berbentuk seperti ginjal,
berbulu, berukuran lebar dua mm hingga empat mm dan panjang tiga mm hingga
lima mm, serta berwarna cokelat muda. Biji kering yang disimpan dengan baik
dapat bertahan selama tiga hingga empat tahun (Pitojo, 2005).

Tanaman tomat mampu tumbuh baik pada musim kemarau dengan


pengairan yang cukup. Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk,
suhu pada malam hari antara 100C - 200C dan pada siang antara 180C – 290C.

C. Syarat Tumbuh Tomat

Menurut Masfufah (2010), syarat tumbuh tomat terdiri atas :

1. Keadaan iklim
Iklim yang cocok untuk tanaman tomat adalah pada musim
kemarau dengan pengairan yang cukup. Kekeringan menyebabkan banyak
daun gugur, lebih-lebih bila disertai dengan angin kencang. Sebaliknya,
pada musim hujan pertumbuhannya kurang baik karena kelembapan dan
suhu yang tinggi akan menimbulkan banyak penyakit.
Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada
malam hari antara 100C – 200C dan pada siang hari antara 180C – 290C.
Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan banyak buah rusak terkena
sengatan matahari. Suhu di atas 400C menyebabkan pertumbuhan
terhambat, sedangkan pada suhu 600C tanaman tomat tidak dapat hidup/
mati.
1. Media Tanam
Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman tomat pada
umumnya adalah tanah. Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis
tanah, mulai tanah pasir (ukuran partikel 0,05 - 2.0 mm) sampai tanah
lempung (ukuran partikel kurang dari 0,002 mm). Akan tetapi, tanah yang
ideal adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik serta unsur hara, dan mudah merembaskan air.
Untuk komoditas sayuran seperti tomat, pH tanah yang cocok
adalah 5,5-7 atau agak asam hingga netral. Bila pH tanah terlalu asam, (pH
< 5), maka tanaman akan kekurangan kalsium sehingga berpotensi
terserang penyakit busuk ujung buah atau blossom and root, dengan gejala
bagian ujung buah membusuk.
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi
ketersediaan unsur hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi
memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi, hal ini mempengaruhi
ketersediaan hara yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan
bahan organik dalam tanah menimbulkan adanya aktivitas
mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai, jamur, yang mengundang
organisme lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk rongga dalam tanah
yang dapat menjadi pori udara dan pori air. Dengan demikian,
ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi.

D. Pemuliaan Tanaman Tomat

Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk


memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh
varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Perbaikan sifat genetik
tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu:

1. Dengan penggabungan sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih
tetua, yang kemudian dilakukan seleksi.
2. Dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi
alam yang heterogen.
3. Dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan gen secara mutasi

Pada umumnya tujuan pemuliaan tanaman tomat adalah untuk


meningkatkan produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan
penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk
mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu, sehingga diperolehlah suatu
varietas unggul. Untuk mendapatkan varietas baru dapat diperoleh dari sumber
genetik (plasma nutfah) atau dari hasil persilangan. Melalui serangkaian
percobaan yang dilakukan dari sumber genetic (plasma nutfah) maka dilakukan
evaluasi. Apabila hasil evaluasi tersebut baik bisa didapat varietas baru, namun
bila belum mendapatkan varietas unggul perlu dilakukan perakitan.

Meningkatkan produktivitas tomat dapat dilakukan dengan perakitan


varietas unggul, diantaranya perakitan varietas unggul hibrida. Poehlman dan
Sleeper (1995) menyatakan bahwa varietas unggul didapatkan melalui program
pemuliaan dan metode seleksi yang efektif dan efisien. Sebelum menetapkan
metode pemuliaan dan seleksi yang akan digunakan, perlu diketahui berapa besar
keragaman genetiknya. Upaya untuk mendapatkan keragaman genetik dalam
suatu populasi adalah melalui persilangan antar galur murni yang dilakukan untuk
membentuk kombinasi persilangan yang memiliki sifat unggul. Keragaman
genetik pada suatu tanaman sangat penting untuk proses pemuliaan. Sifat
kuantitatif pada tanaman dikendalikan oleh banyak gen. Variabilitas genetik dapat
diartikan besaran atau tahap yang harus diketahui sebelum menetapkan metode
seleksi yang dilakukan dan waktu pelaksanaan metode seleksi tersebut
(Poespodarsono, 1988).

Upaya peningkatan produktivitas tomat juga dapat dilakukan dengan


perakitan varietas unggul melalui program pemuliaan tanaman. Salah satu metode
program pemuliaan tanaman yang telah dilakukan adalah dengan melakukan
persilangan di antara tanaman tomat yang mempunyai karakter unggul yang pada
setiap proses budidayanya dilakukan dengan sistem pertanian organik. Sehingga
didapatlah varietas unggul organik. Sebelum galurgalur hasil pemuliaan dilepas
sebagai varietas, maka perlu diadakan uji yang dinamakan uji daya hasil. Uji daya
hasil bertujuan untuk menguji potensi dan memilih galur-galur harapan yang
berpeluang untuk dijadikan varietas unggul (Kuswanto, 2007).

Persilangan merupakan upaya meningkatkan keragaman genetik tanaman.


Hibridisasi merupakan upaya manipulasi dengan menggabungkan dua sifat atau
lebih tanaman untuk menghasilkan individu baru. Tujuan persilangan buatan
adalah menggabungkan karakter baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas
keragaman genetik, memanfaatkan vigor hibrida dan menguji potensi tetua.
Keragaman genetik yang dihasilkan oleh segregasi gen tetua dapat digunakan
sebagai sumber seleksi tanaman. Pengamatan hasil persilangan diasumsikan baru
dapat diekspresikan pada generasi berikutnya (Syukur et al., 2015).

Dalam kegiatan pemuliaan tanaman tersebut tidak semata-mata hanya


sekedar mendapatkan varietas tanaman yang unggul, tetapi harus dapat diterima
para petani sebagai konsumen. Tiga persyaratan utama yang harus dipenuhi
varietas unggul yaitu, harus mempunyai:

1. Kemampuan produksi yang tinggi.


2. Kualitas hasil panen yang baik.
3. Kepastian hasil panen.

Pada pemuliaan tanaman penyerbuk sendiri terdapat tiga cara pemilihan


tanaman yang dapat dilakukan, yaitu seleksi massa (mass selection), seleksi
tanaman individual, dan seleksi kombinasi. Seleksi massa dilakukan dengan cara
menyeleksi suatu populasi yang ditanam pada suatu areal yang cukup luas
berdasarkan kenampakan luar tanaman. Dalam seleksi massa terdapat dua cara
untuk pemilihan tanaman, yaitu seleksi massa positif dan seleksi massa negatif.
Pada pemilihan dengan cara seleksi massa positif hanya dipilih individu-individu
tanaman yang sesuai dengan tujuan pemuliaan. Sedangkan pada seleksi massa
negatif, tanaman yang menyimpang dari sifat-sifat yang dikehendaki disingkirkan.
Setelah didapatkan kriteria tanaman yang menonjol tanaman yang terpilih secara
individual dipanen secara terpisah dan diberi nomor atau kode sebagai bahan
pertanaman berikutnya hingga didapatkan tanaman yang sesuai kriteria yang telah
ditetapkan. Seleksi pada cara kedua yaitu seleksi tanaman individual atau sering
disebut dengan seleksi galur murni (pure line breeding). Pada seleksi galur murni
telah dilakukan penilaian atau pengujian terhadap keturunan tanaman yang
terpilih, sehingga seleksi tersebut berdasarkan pada genotipe tanamannya. Seleksi
pada cara ketiga yaitu seleksi kombinasi atau sering disebut seleksi hibridasi.
Seleksi hibridisasi merupakan usaha atau cara yang dilakukan untuk
menggabungkan gen-gen pengendali sifat yang dikehendaki serta mengurangi dan
atau menghilangkan gen-gen yang tidak dikehendaki sebanyak mungkin dalam
tanaman yang terpilih (Mangoendidjojo, 2003).

Dalam perakitan varietas unggul baru pada dasarnya terdapat dua cara
yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara memperbaiki suatu populasi tanaman
yang sudah ada (intra-population improvements) dan dengan cara
menggabungkan sifat-sifat baik dari dua populasi tanaman (inter-population
improvements). Seleksi dengan cara seleksi massa (mass selection) dan seleksi
tanaman individual termasuk perakitan varietas unggul baru dengan memperbaiki
suatu populasi tanaman yang sudah ada. Sedangkan seleksi hibridisasi termasuk
perakitan varietas unggul baru dengan menggabungkan sifat-sifat baik dari dua
populasi tanaman (Mangoendidjojo, 2003).

E. Proses Persilangan Pada Tomat

Bersarkan Jurnal Penelitian Karno (2018), proses persilangan pada


tanaman tomat dapat dilakukan dengan cara tanaman tomat disemai pada tray
semai sampai umur 30 hari. Tanaman dipindahkan ke polibag berukuran 30 cm
pada umur 30 hari. Tanaman ditanam pada Rumah Kaca hingga siap disilangkan.

Tanaman tomat merupakan tanaman yang mengalami penyerbukan


sendiri. Emaskulasi dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB (sebelum
matahari terbit). Emaskulasi dapat dilakukan pada sore hari yaitu pukul 17.00
WIB (ketika matahari sudah tenggelam), kepala sari dalam keadaan tertutup rapat,
sehingga dengan mudah benang sari dapat dibuang dalam keaadan utuh.
Emaskulasi ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri dan
dilakukan dengan cara menggunting sepertiga bagian bungan jantan kemudian
diambil benang sarinya. Hibridisasi atau persilangan tanaman tomat dilakukan
dengan cara menempelkan atau memasukan bunga jantan kedalam bunga betina
tepat pada putik yang menjadi induk bunga jantan dan betina adalah tanaman
tomat yang memiliki varietas yang berbeda. Bunga betina yang telah dilakukan
polinasi ditutup menggunakan sedotan dan diberi label pengenal.

F. Syarat Pesilangan Tanaman Tomat

Menurut Purwati (2007), salah satu faktor yang sangat menentukan


keberhasilan pada persilangan tomat adalah pemilihan bunga untuk tetua
betina.Bunga yang terlalu muda menyebabkan stigma masih belum reseptif,
sehingga menyebabkan fertilisasi tidak terjadi. Bunga yang sudah terlalu matang
menyebabkan bunga sudah terserbuki oleh polen bunga tersebut (selfing).Hal ini
menyebabkan pentingnya memilih bunga tomat pada fase yang tepat untuk
dijadikan tetua betina. Berikut ini akan disampaikan ciri – ciri bunga tomat yang
siap dijadikan tetua betina pada persilangan tomat :

1. Mahkota bunga sudah sedikit membuka.


Bunga tomat yang mahkotanya sudah sedikit membuka umumnya
sudah siap diserbuki dan kotak anther masih belum pecah. Namun, apabila
mahkotanya belum terbuka, umumnya stigma masih belum reseptif dan
baru reseptif sore hari atau besok paginya. Bunga yang mahkotanya sudah
membuka sempurna sebenarnya sudah sangat siap untuk diserbuki, namun
dikhawatirkan kotak anthernya sudah pecah dan telah terjadi selfing.
2. Anther masih berwarna kuning kehijauan.
Anther yang sudah berwarna kuning namun masih agak kehijauan
umumnya kotak anthernya belum pecah, bahkan polennya pun masih
berbentuk cair (belum matang), namun stigmanya sudah siap diserbuki.
Sedangkan bunga yang kotak anthernya sudah berwarna kuning, umumnya
kotak anthernya sudah pecah dan polennya sudah menyerbuki stigma
bunga.

G. Ciri Keberhasilan dan Kegagalan Persilangan Tanaman Tomat


Menurut Ezura (2019) dalam jurnal penelitin dengan judul Keberhasilan
Persilangan Tomat Varietas Komersial (Lycopersicum esculentum L.) dengan
Tomat Mutan Tahan Simpan, salah satu kriteria yang menunjukkan keberhasilan
dari sebuah persilangan adalah berkembangnya bunga yang dipolinasi menjadi
buah.

Hasil dari persilangan tomat adalah tanaman berhasil tumbuh dan


membentuk bakal buah tomat namun tanaman yang satu dapat tumbuh sempurna
tetapi tanaman yang lain mati. Keberhasilan hibridisasi yang dilakukan dicirikan
dengan kelopak bunga luruh atau layu dan munculnya bakal biji sampai menjadi
bakal buah.Menurut Prasetyo (2010), “Keberhasilan tersebut dapat dikatakan
antara benang sari dan putik saling kompatibilitas.” Ketidakberhasilan tanaman
untuk tumbuh, dicirikan layu, kering dan mati namun, keadaan mati ini tanaman
sudah membentuk bakal buah. Ini dapat terjadi karena pada perlakuan setelah
hibridisasi, cuaca tidak mendukung, sehingga keadaan media kurang air, dan tidak
dilakukan penyiraman sehingga tanaman layu dan mati.

H. Faktor Keberhasilan Persilangan Tanaman Tomat

Variabilitas atau keragaman pada populasi tanaman memiliki arti penting


pada pemuliaan tanaman. Besar kecilnya variabilitas dan tinggi rendahnya nilai
tengah populasi yang digunakan sangat menentukan keberhasilan program
pemuliaan tanaman (Mangoendidjojo 2007). Variabilitas genetik merupakan nilai
yang harus diketahui sebelum menetapkan metode seleksi yang akan dilakukan
dan waktu pelaksanaan metode seleksi tersebut. Variabilitas fenotipe merupakan
jumlah dari ragam genetik dan ragam lingkungan (Poespodarsono, 1988).

Berdasarkan penelitian Rustianti dkk (2017), Khasanah (2013), dan


Maulida dkk (2013) beberapa variabel yang dapat digunakan untuk melakukan
seleksi ataupun evaluasi tanaman tomat yaitu tinggi tanaman, umur berbunga,
umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah, bobot buah per tanaman,
kekerasan buah, ketebalan daging buah, jumlah ruang buah, ketahanan buah
setelah panen, dan lain-lain.

Kunci keberhasilan suatu seleksi ditentukan oleh karakter seleksi tanaman


yang sesuai dan perhitungan indeks seleksi populasi. Ada beberapa parameter
yang dapat digunakan untuk menentukan suatu karakter tanaman dapat dijadikan
karakter seleksi yaitu nilai himpunan ragam dan heritabilitas, serta penggunaan
analisis korelasi dan analisis lintas (path analysis) dalam mempelajari hubungan
keeratan antar karakter tanaman untuk mengembangkan karakter seleksi. Proses
seleksi yang dilakukan di Laboratorium Agronomi FP-UNIB pada saat ini masih
dihitung secara manual, yang menyebabkan perhitungan kurang efektif dan tidak
efisien karena akan menyita banyak waktu.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan persilangan diantaranya kondisi


polen tetua jantan dan tingkat kompabilitas persilangan. Keberhasilan persilangan
dipengaruhi oleh self incompability, intensitas polinasi serta cuaca saat polinasi
(Yunita et al., 2015). Keberhasilan persilangan merupakan indikator dalam
menentukan kompabilitas antara tetua persilangan. Ambarwati et al. (2009)
menyatakan bahwa terdapat kecenderungan bunga yang disilangkan akan gugur
dan tidak dapat membentuk buah.

I. Faktor Kegagalan Persilangan Tanaman Tomat

Penyerbukan sering mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat kondisi


lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat serbuk sari atau
kepala putik dalam keadaan belum matang oleh karena itu saat penyerbukan yang
tepat merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar penyerbukan
berhasil dengan baik. Untuk melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang
tepat dan tidak boleh terlambat dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari
dalam keadaan segar, sehat, telah matang, dan cuaca mendukung proses persarian
dengan baik. Waktu yang baik untuk penyerbukan adalah jam 05.00 pagi
(sebelum bunga mekar, karena jika bunga telah mekar ditakutkan sudah
mengalami penyerbukan sendiri pada bunga yang dijadikan induk jantan).

Selain itu hal penting yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan
serbuk sari dari induk jantan ke atas kepala putik induk betina, dan menjaganya
jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan serbuk sari dari tanaman lain yang
tidak dikehendaki maupun dari tanaman yang sama. Oleh karena itu, setelah
polinasi bunga ditutup/ dibungkus menggunakan plastik agar tidak terserbuki
bunga lain dan tidak rusak).

Karno (2018), menyatakan bahwa, faktor - faktor lain yang menyebabkan


peristiwa kegagalan persilangan atau hibridisasi yaitu:

1. Gametic mortality (kematian gamet)


Meskipun oleh struktur yang kebetulan memungkinkan bahwa dua
spesies tumbuh-tumbuhan dapat melakukan perkawinan, fertilisasi yang
sebenarnya mungkin tidak akan terjadi. Contohnya ketika bunga jantan
sampai pada alat kelamin betina namun segera terhenti gerakannya karena
keadaan yang tidak sesuai pada alat kelamin tersebut, sehingga sperma
tidak akan mencapai sel telur.
2. Zygot mortality (kematian zigot)
Hybrid seringkali sangat lemah dan berbentuk tidak baik sehingga
sering mati sebelum mereka dikeluarkan dari induknya. Hal ini berarti
bahwa gene flow antara kedua golongan induk tidak terjadi.
3. Hybrid inviability
Anggota dari kedua spesies berdekatan mungkin dapat
mengadakan persilangan dan menghasilkan keturunan yang fertil. Jika
keturunan ini dan keturunannya lagi bersifat sekuat orang tua mereka
disamping adaptasi juga sebaik orang tua mereka, maka kedua populasi ini
tidak akan tetap terpisah untuk jangka waktu yang lama jika mereka
simpatrik. Hal ini mengakibatkan mereka tidak lagi disebut sebagai dua
spesies yang penuh tetapi jika jika anak-anaknya dan keturunannya kurang
beradaptasi, mereka lenyap.
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Tursilawati, S., dan Purnamaningsih, S. L. April 2016. Uji Daya


Hasil Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Organik. Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 4 (4) : 283 – 290.

Deviona, Hariyono, R., dan Zuhry, E. Februari 2015. Variabilitas Genetik Hasil
Persilangan Tanaman Tomat (Lycopersicumesculentum MILL.) Dan
Resiprokalnya Di daratan Rendah. Department of Agroteknology,
Faculty of Agriculture, University of Riau. Jom Faperta, Vol. 2 (1).

Ezura, H., Rosalita, E., dan Wiguna, G. 2019. Keberhasilan Persilangan Tomat
Varietas Komersial (Lycopersicum esculentum L.) dengan Tomat Mutan
Tahan Simpan. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Badan Litbang
Pertanian. Zuriat, Vol. 30 (1) : 21 -26.

Johar, A., Okiarlis, R. A., dan Saputra H. E. September 2016. Sistem Simulasi
Populasi Bersegregasi F2 Tomat Untuk Mendapatkan Galur Unggulan
Dengan Penentuan Karakter Seleksi Dan Perhitungan Indeks Seleksi
(Studi Kasus : Laboratorium Agronomi FP-UNIB). Program Studi
Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu. Jurnal
Rekursif, Vol. 4 (3) : 344 – 358.

Karno, Kusmiati, F., dan Widyasmara, N. I. Juni 2018. Xenia And Metaxenia
Effect On Ranti Tomato And Cherry Tomato Cross Pollination.
Agroecotechnology, Department of Agriculture, Faculty of Animal and
Agricultural Sciences, Diponegoro University. J. Agro Complex, Vol. 2
(2) : 128 – 136.

Kurniawati, T., Murti, R. H., dan Nasrullah. Pola Pewarisan Sifat Buah Tomat.
Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fak. Pertanian, Universitas Gajah
Mada (p. 1 – 13).
Masfufah, A. 2010. SKRIPSI ‘’Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer)
Pada Berbagai Dosis Pupuk Dan Media Tanam Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tomat’’. Perpustakaan Universitas
Airlangga (p. 9. 31).

Pardosi, S. K. 2014. SKRIPSI ‘’Keragaman Pertumbuhan Dan Hasil Enam Belas


Genotipe Tomat (Solanum lucopersicum L.) Di Daratan Rendah’’.
Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas
Bengkuku.

Purwati, E. Juni 2007. Varitas Unggul Harapan Tomat Hibrida (F1) Dari Balitsa.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, No. 3 : 34 – 40.

Anda mungkin juga menyukai