Pemuliaan Tanaman
Oleh :
Nama : Nur Sufi Zadah
Nim : G011191047
Kelas : Pemuliaan Tanaman D
Kelompok : 1 (Satu)
Asisten : Sudirman
( sufiizzag0404@gmail.com )
Tanaman tomat mempunyai akar tunggang, akar cabang, dan akar serabut
yang berwarna keputih-putihan. Perakaran tanaman tomat tidak terlalu dalam
sehingga tingkat kesuburan tanah di lapisan atas sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, produksi buah, serta benih tomat yang dihasilkan. Daun
tanaman tomat merupakan daun majemuk bersirip gasal, duduk daun teratur pada
batang, serta membentuk spiral. Panjang daun antara 15 cm - 30 cm, lebar daun
10 cm – 25 cm, tangkai daun antara tiga cm – enam cm (Pitojo, 2005).
Batang tanaman tomat berbulu kasar dan memiliki kelenjar yang dapat
mengeluarkan bau yang kuat dan khas. Percabangan batang bagian bawah bertipe
monopodial, yaitu batang pokok terlihat jelas dan lebih besar daripada cabangnya.
Sedangkan batang tanaman tomat bagian atas bertipe simpodial, yaitu batang
pokok kurang jelas karena perkembangan cabang lebih baik daripada batang
(Pracaya, 1998). Pertumbuhan tanaman tomat berdasarkan tipe pertumbuhan
tanaman digolongan menjadi dua, yaitu indeterminate dan determinate. Golongan
indeterminate mempunyai pertumbuhan batang tidak diakhiri dengan rangkaian
bunga, periode panen relatif panjang dan habitus tanaman umunya tinggi.
Tanaman tomat golongan determinate mempunyai pertumbuhan batang diakhiri
dengan rangkaian bunga, periode panen relatif pendek dan habitus tanaman relatif
pendek (Pitojo, 2005).
Buah tanaman tomat merupakan buah buni. Berwarna muda jika masih
hijau dan berwarna merah muda, merah atau kuning setelah tua. Terdapat tiga
periode pertumbuhan yang dialami buah tomat sejak masih muda hingga masak
fisiologis, yaitu: (1) perkembangan ovari yang telah dibuahi hingga berat buah
mencapai lebih kurang 10% dari berat buah maksimal yang berlangsung lebih
kurang dua hingga tiga minggu, (2) perkembangan buah hingga berat buah
mencapai maksimal, (3) proses pemasakan buah hingga terjadi perubahan warna
hijau menjadi kuning (lebih kurang berlangsung selama dua minggu) dan akhirnya
menjadi merah (lebih kurang berlangsung selama tiga hingga lima minggu).
Setiap bakal buah tomat terdapat 250-1.000 bakal biji. Dari jumlah bakal biji
tersebut yang dapat berkembang lebih kurang 20%-50% tergantung dari varietas,
teknik budidaya, serta lingkungan tumbuhnya. Biji tomat berbentuk seperti ginjal,
berbulu, berukuran lebar dua mm hingga empat mm dan panjang tiga mm hingga
lima mm, serta berwarna cokelat muda. Biji kering yang disimpan dengan baik
dapat bertahan selama tiga hingga empat tahun (Pitojo, 2005).
1. Keadaan iklim
Iklim yang cocok untuk tanaman tomat adalah pada musim
kemarau dengan pengairan yang cukup. Kekeringan menyebabkan banyak
daun gugur, lebih-lebih bila disertai dengan angin kencang. Sebaliknya,
pada musim hujan pertumbuhannya kurang baik karena kelembapan dan
suhu yang tinggi akan menimbulkan banyak penyakit.
Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada
malam hari antara 100C – 200C dan pada siang hari antara 180C – 290C.
Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan banyak buah rusak terkena
sengatan matahari. Suhu di atas 400C menyebabkan pertumbuhan
terhambat, sedangkan pada suhu 600C tanaman tomat tidak dapat hidup/
mati.
1. Media Tanam
Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman tomat pada
umumnya adalah tanah. Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis
tanah, mulai tanah pasir (ukuran partikel 0,05 - 2.0 mm) sampai tanah
lempung (ukuran partikel kurang dari 0,002 mm). Akan tetapi, tanah yang
ideal adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik serta unsur hara, dan mudah merembaskan air.
Untuk komoditas sayuran seperti tomat, pH tanah yang cocok
adalah 5,5-7 atau agak asam hingga netral. Bila pH tanah terlalu asam, (pH
< 5), maka tanaman akan kekurangan kalsium sehingga berpotensi
terserang penyakit busuk ujung buah atau blossom and root, dengan gejala
bagian ujung buah membusuk.
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi
ketersediaan unsur hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi
memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi, hal ini mempengaruhi
ketersediaan hara yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan
bahan organik dalam tanah menimbulkan adanya aktivitas
mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai, jamur, yang mengundang
organisme lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk rongga dalam tanah
yang dapat menjadi pori udara dan pori air. Dengan demikian,
ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi.
1. Dengan penggabungan sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih
tetua, yang kemudian dilakukan seleksi.
2. Dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi
alam yang heterogen.
3. Dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan gen secara mutasi
Dalam perakitan varietas unggul baru pada dasarnya terdapat dua cara
yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara memperbaiki suatu populasi tanaman
yang sudah ada (intra-population improvements) dan dengan cara
menggabungkan sifat-sifat baik dari dua populasi tanaman (inter-population
improvements). Seleksi dengan cara seleksi massa (mass selection) dan seleksi
tanaman individual termasuk perakitan varietas unggul baru dengan memperbaiki
suatu populasi tanaman yang sudah ada. Sedangkan seleksi hibridisasi termasuk
perakitan varietas unggul baru dengan menggabungkan sifat-sifat baik dari dua
populasi tanaman (Mangoendidjojo, 2003).
Selain itu hal penting yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan
serbuk sari dari induk jantan ke atas kepala putik induk betina, dan menjaganya
jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan serbuk sari dari tanaman lain yang
tidak dikehendaki maupun dari tanaman yang sama. Oleh karena itu, setelah
polinasi bunga ditutup/ dibungkus menggunakan plastik agar tidak terserbuki
bunga lain dan tidak rusak).
Deviona, Hariyono, R., dan Zuhry, E. Februari 2015. Variabilitas Genetik Hasil
Persilangan Tanaman Tomat (Lycopersicumesculentum MILL.) Dan
Resiprokalnya Di daratan Rendah. Department of Agroteknology,
Faculty of Agriculture, University of Riau. Jom Faperta, Vol. 2 (1).
Ezura, H., Rosalita, E., dan Wiguna, G. 2019. Keberhasilan Persilangan Tomat
Varietas Komersial (Lycopersicum esculentum L.) dengan Tomat Mutan
Tahan Simpan. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Badan Litbang
Pertanian. Zuriat, Vol. 30 (1) : 21 -26.
Johar, A., Okiarlis, R. A., dan Saputra H. E. September 2016. Sistem Simulasi
Populasi Bersegregasi F2 Tomat Untuk Mendapatkan Galur Unggulan
Dengan Penentuan Karakter Seleksi Dan Perhitungan Indeks Seleksi
(Studi Kasus : Laboratorium Agronomi FP-UNIB). Program Studi
Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu. Jurnal
Rekursif, Vol. 4 (3) : 344 – 358.
Karno, Kusmiati, F., dan Widyasmara, N. I. Juni 2018. Xenia And Metaxenia
Effect On Ranti Tomato And Cherry Tomato Cross Pollination.
Agroecotechnology, Department of Agriculture, Faculty of Animal and
Agricultural Sciences, Diponegoro University. J. Agro Complex, Vol. 2
(2) : 128 – 136.
Kurniawati, T., Murti, R. H., dan Nasrullah. Pola Pewarisan Sifat Buah Tomat.
Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fak. Pertanian, Universitas Gajah
Mada (p. 1 – 13).
Masfufah, A. 2010. SKRIPSI ‘’Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer)
Pada Berbagai Dosis Pupuk Dan Media Tanam Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tomat’’. Perpustakaan Universitas
Airlangga (p. 9. 31).
Purwati, E. Juni 2007. Varitas Unggul Harapan Tomat Hibrida (F1) Dari Balitsa.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, No. 3 : 34 – 40.