Disusun oleh :
Tanaman tomat mempunyai khasiat untuk pencegah kanker, hal ini terjadi
karena pada tanaman tomat terdapat warna merah yang banyak
mengandung Lycopene, sehingga senyawa inilah yang bertugas untuk menekan
tumbuhnya kanker.
Buah tomat yang masih muda memiliki rasa getir dan aromanya tidak
enak, sebab masih mengandung zat lycopersicin yang berbentuk lender. Aroma
yang tidak sedap tersebut akan hilang dengan sendirinya pada saat buah
memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi
manis agak masam yang menjadi ciri khas kelezatan buah tomat.
Dalam proses pematangan buah terjadi perubahan warna dari hijau muda
sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Pada saat matang optimal, warna
buah berubah menjadi cerah. Buah tomat banyak mengandung biji lunak
berwarna putih kekuning – kuningan yang tersusun secara berkelompok dan
dibatasi oleh daging buah. Biji tomat saling melekat karena adanya lender pada
ruang – ruang tempat biji tersusun.
Daging buah tomat lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah
matang dan mengandung banyak air. Buah tomat juga memiliki kulit yang sangat
tipis dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah tomat tidak harus
dikelupas kulitnya terlebih dahulu apabila hendaki dimakan.
Secara umum, tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai
dari tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, berporus,
banyak mengandung bahan organik dan unsur hara, serta mudah merembeskan
air. Tingkat kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tomat ialah
berkisar 5,0-7,0. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen. Oleh
karena itu, tanaman tomat tidak boleh tergenangi oleh air. Dalam pembudidayaan
tanaman tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar sehingga
tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul (Didit, 2010).
Pada pengertian lain, grafting atau ent adalah menggabungkan batang atas
dan batang bawah dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai
persenyawaan. Kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Tujuan dari grafting ini adalah membuat bibit tanaman unggul, memperbaiki
bagian-bagian pohon yang rusak, dan juga untuk membantu pertumbuhan
tanaman (Wudiyanto 1994).
Sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah:
1. Batang bawah
2. Batang atas
Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari
serangan hama dan penyakit, bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan
dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah.
Diameter paling besar ± 1 cm, cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-
benar seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi
(untuk tanaman buah-buahan), berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan
diameter cepat (jika jenis tanaman kehutanan), bisa menyesuaikan diri dengan
batang bawah sehingga sambungan kompatibel (Syah et al., 2011).
Pengumpulan sebaiknya berasal dari pohon yang muda dan sehat, yang
sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki, pilih cabang muda yang
mempunyai beberapa mata tunas yang dorman, lurus, diameternya disesuaikan
dengan batang bawahnya (rootstock) yang umum digunakan berdiameter ± 1
cm, hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan, pilih
cabang yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat karena
serangan hama, usahakan pengambilan batang atas pada pagi hari sebelum
tengah hari (Syah et al., 2011).
Alat dan bahan yang digunakan antara lain: pisau okulasi, gunting stek,
silet, penggaris, spidol, tali plastik, sarung tangan (Syah et al., 2011).
5. Urutan pelaksanaan
2. Aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya.
3. Diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang
bawah (rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas
(entris, scion) yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan
(Rukmana, 1999).
a. Pemilihan lahan
Pemilihan lahan digunakan untuk mengatasi kendala air hujan yang
berlimpah atau musim kemarau, pemilihan lokasi penanaman sebaiknya
dilakukan sesuai musim. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
drainase yang baik, kesuburan yang seragam dan datar. Penelitian dilakukan
di setra tanaman sayuran kawasan Bedugul.
b. Penyambungan
Penyiapan bibit batang atas dan batang bawah
Pembenihan batang atas atau tanaman tomat berproduksi tinggi dilakukan
10 hari sebelum pembenihan batang bawah (terung), hal ini dilakukan karena
tanaman tomat tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman terung. Setelah
tanaman siap disambung yaitu tanaman keluar daun kedua atau ketiga.
Biasanya rentang waktu yang dibutuhkan dari awal bembenihan sampai siap
menjadi bibit untuk disambung adalah 1-1.5 bulan.
Batang bawah yang digunakan memiliki ketentuan persyaratan diantaranya
memiliki kompatibilitas yang baik, ketahanan terhadap suhu rendah, tanah
patogen dan nematoda, mendorong pertumbuhan yang baik, peningkatan
produksi dan tidak mengurangi kualitas produk. Tanaman terung memiliki
sistem akar yang luas dan memiliki sistem akar yang sama dengan batang atas
(tanaman tomat) agar mendukung pertumbuhan keturunan (Singh et al. 2004).
Proses penyambungan
Setelah tanaman siap disambung maka dilakukan proses penyambungan
yang sangat sederhana. Tanaman tomat dan terung dipotong miring diatas
daun kotiledon. Setelah itu baru dilakukan penyambungan, untuk melakukan
penyambungan maka batang atas dan batang bawah dihubungkan dengan
pentil karet. Pentil karet ini berfungsi selain menghubungkan batang atas dan
bawah juga memegang tanaman agar tidak goyang dan lepas. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat penyambungan adalah posisi miring tang terpotong
jangan sampai terbalik. Kemudian saat penyambungan jangan terlalu lama
apalagi terkena sinar matahari langsung yang akan mengakibatkan batang atas
akan layu dan penyambungan gagal. Setelah melakukan penyambungan maka
tanaman tomat segera dipindahkan pada ruang penangkaran yang terjaga
kelembabannya. Berikut sekilas tentang proses penyambungan yang telah
kami lakukan sebagai pelatihan pendahuluan yang dilatih langsung dari
AVRDC
d. Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian tersebut adalah presentase
penyakit, intensitas penyakit, dan hasil produksi. Persentase penyakit adalah
tinggi rendahnya serangan penyakit pada suatu populasi. Ada beberapa
parameter skor yang digunakan untuk mengetahui persentase penyakit.
Hasil dan Luaran yang Dicapai
1. Persentase penyakit
Persentase penyakit merupakan persentase jumlah tanaman yang
terserang patogen (n) dari total tanaman yang di amati (N). Hasil pengamatan
dilapangan menunjukan ditemukannya layu pada tanaman kontrol atau
tanaman tidak disambung namun jumlah yang terserang atau kejadian
penyakit layu tidak terlalu banyak. Persensentase penyakit secara berturut
turut sebesar 1.2 %, 0 %, dan 0.5 %, pada kontrol (tanpa disambung), tomat
disambung terung dan pada tomat tanpa sambungan dengan perlakukan
pestisida. Kecilnya persentase serangan penyakit layu diduga disebabkan
karena waktu penelitian dimusim kemarau sehingga kejadian penyakit sangat
sedikit. Kejadian penyakit sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan salah
satunya adalah curah hujan maupun kelembaban (Agrios, 2004; Semangan,
2007). Akan tetapi dari hasil penelitian menunjukan bahwa tomat yang
disambung dengan terung mampu melindungi tanaman dari penyakit tulah
tanah khususnya layu, bias dilihat dari persentase penyakit layu pada tanaman
tomatat yang disambung sebesar 0% . Berdasarkan laporan Black (2003) dan
Turhan (2011) grafting dapat melindungi tanaman tomat dari penyakit
maupun genangan air. Menurut Black (2003), bahwa terung galur EG195 dan
EG203 tahan terhadap penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia
solanacearum, nematoda puru akar yang disebabkan oleh Meloidogyne
incognita, dan penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici. Berikut gejala layu pada tanaman kontrol atau
tidak disambung sebagai berikut :
2. Hasil panen total
Varietas tomat yang disambung di atasnya menjadi tahan terhadap
penyakit layu bakteri, tahan tergenang air dan juga tahan terhadap nematoda
dan penyakit layu fusarium. Tomat sambungan pada awalnya tumbuh lebih
lambat daripada tomat tanpa sambungan. Tetapi petani yang menanamnya
menyatakan bahwa tomat sambungan dapat dipanen dalam jangka waktu
yang lebih panjang (Boga, ______). Total hasil panen pada penelitian ini
yaitu 891,00 gr/tanaman, 883,33 gr/tanaman, dan 858,33 gr/tanaman pada
kontrol (tanpa disambung), tomat disambung terung dan pada tomat tanpa
sambungan dengan perlakukan pestisida. Hasil dari perlakuan yang dilakukan
sambungan akan lebih rendah daripada yang tanpa sambungan, tetapi pada
perlakuan sambungan ini tidak meningkatkan biaya perawatan untuk
pengendalian penyakit layu dan dapat dilakukan pemanenan dalam jangka
waktu yang lebih panjang, sehingga hasilnya akan lebih banyak pula.
Sejumlah penelitian membuktikan bila sambung pucuk tomat dan
terung bisa memberikan nilai tambah, terutama pada produksi tomat. riset
Ardi Yusman dari Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara
pada 2010 memperlihatkan bahwa warna buah tomat yang dihasilkan lebih
solid, tanaman tomat lebih kokoh, dan tahan penyakit, serta produksi buah
lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA