Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HORTIKULTURA

METODE GRAFTING PADA TANAMAN TOMAT

Disusun oleh :

1. Ananda Dwika Permata 1710601075


2. Eka Putri Kurniasari 1710401077
3. Farahifa Risdana Putri 1710401081
4. Reva Irvanusi Cahyana 1710401086
5. Wulan Sri Rahayu 1710401087
6. Alvira Dieriszya Lodianto 1710401098
7. Windhi Suryaningsih 1710401101
8. Berliana Febty N.U 1710401103

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019
Tanaman Tomat

Tomat memiliki nama latin yaitu solanum lycopersicum merupakan


tanaman dari family Solanaceae, tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan,
yaitu Meksiko dan Peru. Tanaman tomat mempunyai siklus hidup yang cukup
singkat karena merupakan tanaman annual dan tingginya dapat mencapai antara 1
sampai 3 meter.

Tanaman tomat mempunyai khasiat untuk pencegah kanker, hal ini terjadi
karena pada tanaman tomat terdapat warna merah yang banyak
mengandung Lycopene, sehingga senyawa inilah yang bertugas untuk menekan
tumbuhnya kanker.

Meskipun begitu di Indonesia sendiri untuk produksi tanaman tomat jika


dilihat dari segi kualitas serta kuantitas masih cukup rendah. Hal ini terjadi karena
kondisi tanah serta lingkungan tumbuh pada lahan yang ditanami, cara
pemupukan yang kurang seimbang, serangan hama dan penyakit, cara budidaya
dari petani, dan pengaruh iklim serta cuaca yang kurang mendukung pada
tanaman tomat. Salah satu syarat tumbuh tanaman tomat yang tepat yaitu
menghendaki curah hujan antara 750 sampai 1250 mm/tahun serta kelembaban
relatifnya kurang lebih 25 %.

Klasifikasi Tanaman Tomat


 Kingdom: Plantae
 Sub kingdom: Tracheobionta
 Sub divisi: Spermatophyta
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Sub Kelas: Asteridae
 Ordo: Solanales
 Famili: Solanaceae
 Genus: Solanum
 Spesies: Solanum lycopersicum
Morfologi Tomat
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus kedalam
tanah dan akar serabuat yang tumbuh ke arah samping tetapi dangkal.
Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan dapat tumbuh dengan baik
jika ditanam ditanah yang gembur dan porous.

Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang


lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambuat halus dan diantara bulu – bulu itu
terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman tomat berwarna hijau, pada ruas – ruas
batang mengalami penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar – akar
pendek. Selain itu, batang tanaman tomat dapat bercabang dan apabila tidak
dilakukan pemangkasan akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.

Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan


mambentuk celah – celah menyirip agak melengkung kedalam. Daun berwarna
hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5 – 7. Ukuran daun
sekitar (15 – 30 cm) x (10 x 25 cm) dengan panjang tangkai sekitar 3 – 6 cm.
diantara daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1 – 2 daun yang berukuran
kecil. Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang seling atau tersusun
spiral mengelilingi batang tanaman.

Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan


berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna
hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lain pada bunga
tomat adalah mahkota bunga, yaitu bagian terindah dari bunga tomat. Mahkota
bunga tomat berwarna kuning cerah, berjumlah sekitar 6 buah dan berukuran
sekitar 1 cm. bunga tomat merupakan bunga sempurna, karena benang sari atau
tepung sari dan kepala benang sari atau kepala putik terletak pada bunga yang
sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna sama
dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah. Bunga tomat tumbuh dari batang
(cabang) yang masih muda.

Buah tomat memiliki bentuk bervariasi, tergantung pada jenisnya. Ada


buah tomat yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan
bulat persegi. Ukuran buah tomat juga sangat bervariasi, yang berukuran paling
kecil memiliki berat 8 gram dan yang berukuran besar memiliki berat sampai 180
gram. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau muda, bila sudah matang
warnanya menjadi merah.

Buah tomat yang masih muda memiliki rasa getir dan aromanya tidak
enak, sebab masih mengandung zat lycopersicin yang berbentuk lender. Aroma
yang tidak sedap tersebut akan hilang dengan sendirinya pada saat buah
memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi
manis agak masam yang menjadi ciri khas kelezatan buah tomat.

Dalam proses pematangan buah terjadi perubahan warna dari hijau muda
sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Pada saat matang optimal, warna
buah berubah menjadi cerah. Buah tomat banyak mengandung biji lunak
berwarna putih kekuning – kuningan yang tersusun secara berkelompok dan
dibatasi oleh daging buah. Biji tomat saling melekat karena adanya lender pada
ruang – ruang tempat biji tersusun.

Daging buah tomat lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah
matang dan mengandung banyak air. Buah tomat juga memiliki kulit yang sangat
tipis dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah tomat tidak harus
dikelupas kulitnya terlebih dahulu apabila hendaki dimakan.

Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis. Curah


hujan yang dikehendaki dalam pelaksanaan budidaya tomat ini ialah sekitar 750-
1.250 mm/tahun. Keadaan tersebut berhubungan erat dengan ketersediaan air
tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah
hujan yang tinggi juga dapat menghambat persarian.

Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan tanaman tomat mudah


terserang penyakit, baik parasit maupun non-parasit. Sinar matahari berintensitas
tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi.
Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila
pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang
dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam (Didit, 2010).

Anomsari, S. D. dan B. Prayudi (2012) menyatakan bahwa kisaran


temperatur yang baik untuk pertumbuhan tomat ialah antara 20-27ºC. Jika
temperatur berada lebih dari 30ºC atau kurang dari 10ºC, maka akan
mengakibatkan terhambatnya pembentukan buah tomat. Di negara-negara yang
mempunyai empat musim, biasanya digunakan pemanas (heater) untuk mengatur
udara ketika musim dingin, udara panas dari heater disalurkan ke dalam green
house melalui saluran fleksibel warna putih.

Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat ialah 25


%. Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih
muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka
lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat merangsang
mikroorganisme pengganggu tanaman (Anomsari, S. D. dan B. Prayudi, 2012).

Secara umum, tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai
dari tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, berporus,
banyak mengandung bahan organik dan unsur hara, serta mudah merembeskan
air. Tingkat kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tomat ialah
berkisar 5,0-7,0. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen. Oleh
karena itu, tanaman tomat tidak boleh tergenangi oleh air. Dalam pembudidayaan
tanaman tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar sehingga
tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul (Didit, 2010).

Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di


dataran tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat
yang sesuai untuk ditanam di dataran tinggi, misalnya varietas Kada, sedangkan
varietas yang sesuai ditanam di dataran rendah, misalnya varietas Intan, varietas
Ratna, varietas LV, dan varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang
cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, antara lain varietas
tomat GH 2, varietas tomat GH 4, varietas Berlian, dan varietas Mutiara (Didit,
2010).
Grafting

Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan


menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar,
batang, dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman
induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan (Hartman dan
Kester, 1983). Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah grafting. Pembiakan
vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan
untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk
penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, 2007).

Menurut Hartman et al. (1997), grafting merupakan suatu seni


menyambung dua potong jaringan tanaman yang hidup sedemikian rupa sehingga
kedua jaringan tersebut bersatu, tumbuh dan berkembang menjadi tanaman.
Bagian bawah dari sambungan yang akan berkembang menjadi sistem perakaran
dari tanaman sambungan disebut batang bawah (stock/rootstock), sedangkan
potongan kecil dari tunas yang mengandung dua atau beberapa mata tunas
dorman, yang ketika disambungkan batang bawah akan menjadi bagian atas dari
tanaman yang akan tumbuh menjadi ranting dan cabang dari tanaman sambungan
tersebut disebut batang atas (scion).

Pada pengertian lain, grafting atau ent adalah menggabungkan batang atas
dan batang bawah dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai
persenyawaan. Kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Tujuan dari grafting ini adalah membuat bibit tanaman unggul, memperbaiki
bagian-bagian pohon yang rusak, dan juga untuk membantu pertumbuhan
tanaman (Wudiyanto 1994).
Sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah:

1. Batang bawah

Batang bawah mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman


itu kompatibel dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel
dengan berbagai jenis dalam satu genus, yang dimaksud kompatibel disini
adalah kemampuan dua tanaman untuk membentuk sambungan (buding atau
grafting) dengan baik dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan
baik, mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan
penyakit yang ada didalam tanah, kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang
atas yang digunakan, dengan demikian diharapkan batang bawah ini mampu
hidup bersama dengan batang atas, tidak mempunyai pengaruh pada batang
atas, baik dalam kualitas maupun kuantitas buah (tanaman buah-buahan) atau
kayu (tanamankehutanan) pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil
sambungan, dan mempunyai batang yang kuat dan kokoh (Wudianto, 2002).

2. Batang atas

Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari
serangan hama dan penyakit, bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan
dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah.
Diameter paling besar ± 1 cm, cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-
benar seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi
(untuk tanaman buah-buahan), berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan
diameter cepat (jika jenis tanaman kehutanan), bisa menyesuaikan diri dengan
batang bawah sehingga sambungan kompatibel (Syah et al., 2011).

3. Pengumpulan batang atas

Pengumpulan sebaiknya berasal dari pohon yang muda dan sehat, yang
sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki, pilih cabang muda yang
mempunyai beberapa mata tunas yang dorman, lurus, diameternya disesuaikan
dengan batang bawahnya (rootstock) yang umum digunakan berdiameter ± 1
cm, hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan, pilih
cabang yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat karena
serangan hama, usahakan pengambilan batang atas pada pagi hari sebelum
tengah hari (Syah et al., 2011).

4. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan antara lain: pisau okulasi, gunting stek,
silet, penggaris, spidol, tali plastik, sarung tangan (Syah et al., 2011).

5. Urutan pelaksanaan

Rincian pelaksanaan kegiatan grafting sebagai berikut: a) potong scion


secara rapi, dengan mata tunas dua atau tiga mata tunas kemudian sayat miring
pangkal scion, sedangkan sebelah lagi cukup dengan mengelupas kulitnya
sehingga tinggal kambiumnya saja, (jika menggunakan teknik Veneer dan
teknik rind) sayat kedua sisi scion berbentuk huruf V, (bila menggunakan
teknik grafting top cleft graf) dan usahakan dalam penyayatan jangan sampai
berulang-ulang, b) potong rootstock pada tempat yang tepat sesuai dengan
sambungan yang diinginkan, c) sambungkan scion pada rootstock dengan
memperhatikan apakah kambium scion dan kambium rootstock telah saling
berlekatan, bila batang bawah tidak sama besar dengan batang atas, maka salah
satu sisinya diusahakan berimpit (satu- garis) supaya kambium bisa bersatu,
walaupun hanya satu sisi. (grafting top cleft), d) ikat sambungan dengan pita
grafting plastik, para film atau tali rafia, sehingga kambiumnya dapat melekat
erat, dan e) Setelah itu sambungan dibungkus kantong plastik transparan
(bening) untuk menjaga kestabilan suhu (Wudianto, 2002)

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan grafting

Hartman dan Kester (1983) mengemukakan lima hal penting yang


menentukan keberhasilan grafting, yaitu :

a. Kompabilitas (kesesuaian) antara batang bawah dan bahan sambungan dan


kemampuan menyatukan diri
b. Daerah kambium dari batang bawah dan bahan sambungan harus saling
menempel sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung
c. Pelaksanaan sambungan harus dilaksanakan pada saat batang dan bahan
sambungan berada dalam kondisi fisiologis yang layak. Umumnya ini
diartikan bahwa tunas-tunas pada bahan sambungan berada dalam keadaan
dorman (istirahat)
d. Segera setelah pelaksanaan sambungan selesai semua permukaan
luka/potongan harus dilindungi dari kekeringan. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberi penutup kain, menutup dengan lilin atau meletakkan
tanaman di tempat lembab
e. Diperlukan pemeliharaan selama periode waktu tertentu, guna mencegah
kerusakan sambungan

Selain faktor-faktor dari dalam tumbuhan sendiri, faktor luar juga


berpengaruh pada keberhasilan sambungan. Salah satu diantaranya adalah
temperatur dan kelembaban selama proses penyambungan (Hartman dan Kester,
1983).

Pada tanaman buah-buahan, pembiakan vegetatif adalah cara yang tepat


untuk memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk (grafting). Adapaun
kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji)
adalah:

1. Umur berbuah lebih cepat.

2. Aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya.

3. Diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang
bawah (rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas
(entris, scion) yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan
(Rukmana, 1999).

Menyambung yang paling berhasil diperoleh jika dilakukan antara dua


tanaman yang berkerabat dekat, bisa antar satu spesies. Bagaimanapun juga,
bahkan yang hubungan kekeluargaannya dekat, sering kali tidak berhasil menyatu
dan sambungan tidak berlangsung. Sekalipun demikian, menyambung antar
spesies yang berbeda dalam satu famili tidak jarang dilakukan, seperti pada
tanaman tomat yang disambung pada takokak. Sebagai contoh, tomat pada
kentang, selada dan kol; menyambung antar famili yang berbeda juga pernah
berhasil (Rahardja, 2003).
Grafting Tomat Pada Terung

a. Pemilihan lahan
Pemilihan lahan digunakan untuk mengatasi kendala air hujan yang
berlimpah atau musim kemarau, pemilihan lokasi penanaman sebaiknya
dilakukan sesuai musim. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
drainase yang baik, kesuburan yang seragam dan datar. Penelitian dilakukan
di setra tanaman sayuran kawasan Bedugul.
b. Penyambungan
 Penyiapan bibit batang atas dan batang bawah
Pembenihan batang atas atau tanaman tomat berproduksi tinggi dilakukan
10 hari sebelum pembenihan batang bawah (terung), hal ini dilakukan karena
tanaman tomat tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman terung. Setelah
tanaman siap disambung yaitu tanaman keluar daun kedua atau ketiga.
Biasanya rentang waktu yang dibutuhkan dari awal bembenihan sampai siap
menjadi bibit untuk disambung adalah 1-1.5 bulan.
Batang bawah yang digunakan memiliki ketentuan persyaratan diantaranya
memiliki kompatibilitas yang baik, ketahanan terhadap suhu rendah, tanah
patogen dan nematoda, mendorong pertumbuhan yang baik, peningkatan
produksi dan tidak mengurangi kualitas produk. Tanaman terung memiliki
sistem akar yang luas dan memiliki sistem akar yang sama dengan batang atas
(tanaman tomat) agar mendukung pertumbuhan keturunan (Singh et al. 2004).

 Proses penyambungan
Setelah tanaman siap disambung maka dilakukan proses penyambungan
yang sangat sederhana. Tanaman tomat dan terung dipotong miring diatas
daun kotiledon. Setelah itu baru dilakukan penyambungan, untuk melakukan
penyambungan maka batang atas dan batang bawah dihubungkan dengan
pentil karet. Pentil karet ini berfungsi selain menghubungkan batang atas dan
bawah juga memegang tanaman agar tidak goyang dan lepas. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat penyambungan adalah posisi miring tang terpotong
jangan sampai terbalik. Kemudian saat penyambungan jangan terlalu lama
apalagi terkena sinar matahari langsung yang akan mengakibatkan batang atas
akan layu dan penyambungan gagal. Setelah melakukan penyambungan maka
tanaman tomat segera dipindahkan pada ruang penangkaran yang terjaga
kelembabannya. Berikut sekilas tentang proses penyambungan yang telah
kami lakukan sebagai pelatihan pendahuluan yang dilatih langsung dari
AVRDC

c. Penanaman dan pemeliharaan

Bibit ditanam sedemikian rupa sehingga sambungannya berada di atas


permukaan tanah, tidak tertimbun tanah. Ini untuk memastikan supaya tidak
ada kontak antara batang atas tomat dengan penyakit yang hidup di tanah.
Tomat sambungan perlu didukung dengan ajir/ tonggak 2-3 minggu setelah
ditanam. Untuk varietas yang terus bertumbuh (indeterminate), pangkaslah
supaya tumbuh dua batang pokok. Tanaman harus diikat di batang
ajir/tonggak untuk memastikan supaya tidak rebah dan batang atas tidak
menyentuh tanah. Tomat sambungan memerlukan pengairan yang lebih
banyak dibanding tomat tanpa sambungan. Sesuaikan jadwal pengairan
sehingga kelembaban tanah cukup tinggi. Jika tidak, maka buah tomat
cenderung busuk di pucuknya. Jika ditanam di musim hujan buatlah
bedengan yang agak tinggi untuk menghindari tanaman tergenang air terlalu
lama pada saat hujan deras. Jika mampu, gunakan naungan plastik yang
terbukti meningkatkan hasil panen jika dikombinasikan dengan teknologi
sambungan (Boga, ____).

Pemupukan bertujuan untuk mereangsang pertumbuhan tanaman. Cara


pemupukan adalah setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu setelah ditanam,
harus segera diberi pupuk buatan. Pupuk dapat diberikan melalui kocoran
NPK dengan dosis 4-5 gr/liter air dan diberikan 1 gelas aqua tiap batang.
Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu sesudah
tanam. Bila pada umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat
dipupuk kembali. Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu
banyak, namun tidak boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan
pada areal tanaman tomat dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh
memanjang, namun tidak mampu menyerap unsur hara dan mudah terserang
penyakit. kelembaban tanah yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan dan
perkembangan patogen sehingga tanaman tomat dapat mati keracunan karena
kandungan oksigen dalam tanah berkurang. Pori-pori yang terisi oleh air
mendesak oksigen keluar dari dalam tanah sehingga tanah menjadi anaerob
yang menyebabkan proses oksidasi berubah menjadi proses reduksi. Keadaan
tanah yang demikian menyebabkan kerontokan bunga dan menyebabkan
pertubuhan vegetatif berlebihan sehingga mengurangi pertumbuhan dan
perkembangan generatif (buah). Sebaliknya kekurangan air yang
berkepanjangan pada pertanaman tomat dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman pada stadia awal, mengakibatkan pecah-pecah pada buah akibat
kekurangan air terjadi pada stadia pembentukan hasil dan dapat menyebabkan
kerontokan bunga akibat kekurangan air terjadi selama periode pembungaan.
Selain itu, dapat menyebkan buah tomat menjadi busuk di pucuknya
(Sumiarta, 2017).

d. Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian tersebut adalah presentase
penyakit, intensitas penyakit, dan hasil produksi. Persentase penyakit adalah
tinggi rendahnya serangan penyakit pada suatu populasi. Ada beberapa
parameter skor yang digunakan untuk mengetahui persentase penyakit.
Hasil dan Luaran yang Dicapai

1. Persentase penyakit
Persentase penyakit merupakan persentase jumlah tanaman yang
terserang patogen (n) dari total tanaman yang di amati (N). Hasil pengamatan
dilapangan menunjukan ditemukannya layu pada tanaman kontrol atau
tanaman tidak disambung namun jumlah yang terserang atau kejadian
penyakit layu tidak terlalu banyak. Persensentase penyakit secara berturut
turut sebesar 1.2 %, 0 %, dan 0.5 %, pada kontrol (tanpa disambung), tomat
disambung terung dan pada tomat tanpa sambungan dengan perlakukan
pestisida. Kecilnya persentase serangan penyakit layu diduga disebabkan
karena waktu penelitian dimusim kemarau sehingga kejadian penyakit sangat
sedikit. Kejadian penyakit sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan salah
satunya adalah curah hujan maupun kelembaban (Agrios, 2004; Semangan,
2007). Akan tetapi dari hasil penelitian menunjukan bahwa tomat yang
disambung dengan terung mampu melindungi tanaman dari penyakit tulah
tanah khususnya layu, bias dilihat dari persentase penyakit layu pada tanaman
tomatat yang disambung sebesar 0% . Berdasarkan laporan Black (2003) dan
Turhan (2011) grafting dapat melindungi tanaman tomat dari penyakit
maupun genangan air. Menurut Black (2003), bahwa terung galur EG195 dan
EG203 tahan terhadap penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia
solanacearum, nematoda puru akar yang disebabkan oleh Meloidogyne
incognita, dan penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici. Berikut gejala layu pada tanaman kontrol atau
tidak disambung sebagai berikut :
2. Hasil panen total
Varietas tomat yang disambung di atasnya menjadi tahan terhadap
penyakit layu bakteri, tahan tergenang air dan juga tahan terhadap nematoda
dan penyakit layu fusarium. Tomat sambungan pada awalnya tumbuh lebih
lambat daripada tomat tanpa sambungan. Tetapi petani yang menanamnya
menyatakan bahwa tomat sambungan dapat dipanen dalam jangka waktu
yang lebih panjang (Boga, ______). Total hasil panen pada penelitian ini
yaitu 891,00 gr/tanaman, 883,33 gr/tanaman, dan 858,33 gr/tanaman pada
kontrol (tanpa disambung), tomat disambung terung dan pada tomat tanpa
sambungan dengan perlakukan pestisida. Hasil dari perlakuan yang dilakukan
sambungan akan lebih rendah daripada yang tanpa sambungan, tetapi pada
perlakuan sambungan ini tidak meningkatkan biaya perawatan untuk
pengendalian penyakit layu dan dapat dilakukan pemanenan dalam jangka
waktu yang lebih panjang, sehingga hasilnya akan lebih banyak pula.
Sejumlah penelitian membuktikan bila sambung pucuk tomat dan
terung bisa memberikan nilai tambah, terutama pada produksi tomat. riset
Ardi Yusman dari Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara
pada 2010 memperlihatkan bahwa warna buah tomat yang dihasilkan lebih
solid, tanaman tomat lebih kokoh, dan tahan penyakit, serta produksi buah
lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Boga, Kuntoro., dkk. ______. Tomat Sambung (Teknologi Grafting). Balai


Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur.
Singh PK, Dasgupta SK, Tripathi SK. 2004. Hybrid Vegetable Development.
Binghampton.USA: Food Products Press. 442pp.
Sumiarta, I Made. 2017. Menyambung Tomat dengan Terong. Dinas Pertanian
Pemerintahan Kabupaten Buleleng.
Yusman, Ardi. 2010. Variasi Waktu Penyambungan dan Produktivitas Buah
Tomat Hasil Sambung Pucuk Antara Terung Sebagai Batang Bawah dan
Tomat Sebagai Batang Atas. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai