PENDAHULUAN
semakin tinggi. Untuk itu para petani selalu berusaha untuk meningkatkan produksi
tanaman tomat. Namun sering terhambat oleh adanya serangan hama. Kendala
tersebut sering kali menyebabkan menurunnya produksi tanaman tomat, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas, bahkan bila tidak segera di antisipasi dapat menyebabkan
gagal panen.
Produksi tomat di Nusa Tenggara Timur setiap tahunnya terlihat tidak stabil,
kadang produksinya meningkat, kadang menurun. Pada tahun 2020 produksi tomat di
105.440 kwintal, namun pada tahun 2022 produksinya menurun hingga 1.346 kwintal
tumbuhan. Organisme tersebut berupa serangan hama yang dapat menjadi salah satu
menyerang tanaman tomat di antaranya yaitu ulat buah (Helicoverva armigera), ulat
tanah (Agrotis ipsilon hufnagel), lalat buah (Bractosera spp.), kutu kebul (Bemisia
tabaci gennadius), ulat grayak (Spodoptera litura fabricius), lalat penggorok daun
1
Lalat buah (Bactrocera spp). merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman
tomat dari sekian banyak hama yang menyerang tanaman tomat ( Monalisa, 2019). Lalat
buah memiliki intensitas serangan yang semakin meningkat pada buah-buahan dan
sayuran pada iklim yang sejuk, kelembaban tinggi dan angin yang tidak terlalu kencang.
Suhu, kelembaban udara, dan kecepatan angin serta pengaruh curah hujan juga cukup
Selain lalat buah, ada juga hama ulat buah yang sering menyerang buah tomat. Ulat
Buah Tomat Helicoverpa (Heliothis) dewasa berupa ngengat berukuran sedang dengan
lebar sayap sekitar 25–35 mm, berwarna cokelat pucat hingga cokelat terang, kadang
memiliki semburat agak kehijauan. Sayap depan dengan variasi jelas, biasanya memiliki
bintik gelap samar di tengah dan pita terang di dalam pita gelap di sekitar ujungnya.
Sayap belakang berwarna putih kusam dan memiliki pita abu-abu gelap di sekitar
Saat menetas, larva ulat buah tomat berwarna putih krem dengan kepala hitam dan
tuberkel dan rambut hitam yang mencolok. Larva yang lebih besar warnanya
bervariasi dari hijau kekuningan hingga hampir hitam dan berkembang garis putih halus
bulu. Larva yang lebih tua juga memiliki bercak duri pendek pada segmen tubuhnya yang
jauh lebih pendek daripada bulunya dan dapat dilihat paling baik dengan menggunakan
Telur ulat berukuran kecil dan bulat agak pipih di atasnya dengan guratan kasar atau
rusuk yang memanjang dari pangkal ke ujung. Telur hama ini mirip dengan telur ulat
jengkal, tetapi telur ulat jengkal memiliki guratan yang lebih halus. Telur ulat buah
diletakkan secara tunggal pada permukaan atas dan bawah daun, biasanya di bagian atas
tanaman. Saat pertama kali diletakkan, telur berwarna putih krem, tetapi berkembang
2
menjadi cincin coklat kemerahan setelah 24 jam dan menjadi gelap sebelum larva
Ketika ada buah, lalat buah akan menyelesaikan perkembangan larvanya di dalam
buah. Larva tahap awal memasuki ujung tangkai buah ketika diameternya antara 19-50
mm. Selama perkembangan, ulat dapat muncul dari satu buah dan masuk ke buah yang
dan penuh dengan bekas kulit dan kotoran. Buah yang rusak akan matang sebelum
waktunya. Di akhir musim, larva kecil juga akan memasuki buah matang . Larva kecil
sulit untuk dideteksi dan, dengan demikian, mungkin menjadi masalah dalam memproses
tomat untuk pengalengan. Pada tomat pasar segar, setiap buah yang terserang tidak dapat
dipasarkan yang perlu dipisahkan saat panen atau saat pengemasan ( UC IPM Program,
2022).
Serangan lalat buah dan ulat buah mengakibatkan terjadi kerusakan pada buah
buah tomat.
tanaman tomat khususnya fase produksi, mengingat tanaman kenikir sebagai sarang
predator (kumbang) yang menjadi musuh alami lalat buah serta aroma khas dari bunga
Berdasarkan hal tersebut, pada laporan ini penulis ingin menuliskan tentang
Teknik Pengendalian Lalat Buah pada tanaman tomat saat praktek berlangsung.
1.2. Tujuan
3
2. Untuk mengetahui teknik pengendalian hama lalat buah pada tomat.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
4
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : spermatophyta
Subdivisi : angiosspermae
Kelas : dicotyledonae
Subkelas : metachlamidae
Family : Solanaceae
(tomat): Prancis (pommeamut, tomate); Inggris love apple ; dan Italia (tomato) di
Indonesia tomat itu sendiri dikenal dengan beberapa nama daerah di Sumatra tomat
dikenal sebagai terung kulewat, rentang, rangam, terung bali, dan Kendari Tanaman
tomat (Solanum lycopersicum) memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar
serabut yang bewarna keputih-putihan dan berbau khas perakaran tanaman tidak
terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman akar dengan rata–rata 30–
40 cm, namun akar tanaman tomat dan juga dapat mancapai kedalaman hingga 60–
5
70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan
tanah dilapisan atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi
Batang tanaman tomat memiliki berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga
bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan di 8 antara
bulu-bulu itu terdapat rambut kelenjar. Batang dapat naik dan bersandar pada turus
atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Tanaman
tomat jika dibiarkan akan menjadi melata dan cukup rimbun hingga menutupi tanah.
dkk., 2016).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20 – 30 cm. Tepi daun bergerigi dan
terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya,
daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau, dan
berbulu. Daun tomat merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7 helai.
Pada daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil.
Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang seling atau tersusun spiral
Bunga tanaman tomat memiliki warna kuning dan kuntum bunganya terdiri dari
lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat
kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe
6
penyerbukan silang. Bunga tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per
Buah tomat memiliki bentuk bervariasi tergantung pada jenisnya ada yang bulat,
agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan bulat persegi. Ukuran buah tomat
juga sangat bervariasi, dari yang mulai ukuran paling kecil seberat 8 gram hingga
yang berukuran besar seberat sampai 180 gram. Diameter buah tomat antara 2-15 cm,
tergantung varietasnya. Buah yang masih muda berwarna hijau dan berbulu serta
relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan
mengkilat, serta relatif lunak. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang
hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti
tomat marmade yang beruang delapan (Oskar Totong, dkk., 2016). Biji tomat berbentuk
pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau coklat muda. Biji saling
melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging
buah. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi,
tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Biji biasanya
digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman. Biji tomat mulai tumbuh setelah
Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah tanah yang
mengandung lempung (pH kisaran 5,5 sampai 6,5) dengan sistem tata air yang baik
(air tidak boleh tergenang), karena akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan
oksigen. Suhu optimum untuk tanaman tomat antara 20 oC dan 30oC (Oskar Totong,
dkk., 2016).
7
Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas
kemampuan merusak yang sangat hebat. Berikut adalah jenis hama yang menyerang
berukuran sedang dengan lebar sayap sekitar 25–35 mm, berwarna cokelat pucat
hingga cokelat terang, kadang memiliki semburat agak kehijauan. Sayap depan
dengan variasi jelas, biasanya memiliki bintik gelap samar di tengah dan pita terang
di dalam pita gelap di sekitar ujungnya. Sayap belakang berwarna putih kusam dan
memiliki pita abu-abu gelap di sekitar ujungnya. Spot terang terpencar di tengah
pita gelap.
Telur ulat berukuran kecil dan bulat agak pipih di atasnya dengan guratan
kasar atau rusuk yang memanjang dari pangkal ke ujung. Telur hama ini mirip
dengan telur ulat jengkal, tetapi telur ulat jengkal memiliki guratan yang lebih
halus. Telur ulat buah diletakkan secara tunggal pada permukaan atas dan bawah
daun, biasanya di bagian atas tanaman. Saat pertama kali diletakkan, telur berwarna
putih krem, tetapi berkembang menjadi cincin coklat kemerahan setelah 24 jam dan
insektisida. Perlakuan insektisida dilakukan pada saat ulat belum masuk ke dalam
buah tomat. Faktor yang mengurangi perkembangan ulat buah adalah hujan lebat
yang dapat menyapu sebagian telur yang berada di atas daun tanaman tomat.
8
Lalat pengorok daun Liriomyza sp. termasuk sub famili Phyomyzinae, famili
Agromyzidae dan ordo Diptera (Spencer & Steyskal 1986). Liriomyza sp.
merupakan hama penting yang menyerang tanaman sayuran dan tanaman hias di
melalui jalur pengiriman bunga potong krisan (Widya Almaida, 2013). Gejala
berupa liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun. Jumlah
alur korokan pada satu daun kedelai bervariasi, bergantung pada jumlah larva yang
menetas. Pada serangan lanjut, liang korokan berubah warna menjadi kecoklatan
dan di dalamnya larva berkembang. Gejala tersebut merupakan ciri khas serangan
lalat pengorok daun (UC IPM Program. 2022). Selama ini, upaya pengendalian yang
umumnya dilakukan terhadap hama lalat pengorok daun oleh petani adalah
Almaida, 2013).
mengeluarkan lapisan lilin berwarna putih dari kelenjar khusus yang ada di bagian
abdomen. Nimfa maupun imago kutu kebul biasanya memiliki lapisan lilin dengan
berbagai bentuk. Lapisan lilin ini dapat digunakan untuk identifikasi karena
penampilan dan pola dari lapisan lilin dapat berbeda antara satu spesies dengan
Serangga ini merupakan hama penting karena serangga ini tidak hanya dapat
9
kutukebul juga menginjeksikan racun ke dalam jaringan tanaman (Endjang Sujitno,
2014). yang dapat menyebabkan tanaman inang layu, kerdil dan bahkan mati.
Sedangkan kerusakan tidak langsung adalah adanya beberapa spesies juga dapat
Hawar daun merupakan penyakit yang penting, khususnya pada musim hujan.
penyakit ini disebabkan oleh P. infestans. Gejalanya adalah pada daun bercak hitam
kecoklatan mulai timbul pada anak daun, tangkai atau batang dan akan meluas
dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kematian. Bagian bercak paling luar
akan berwarna kuning pucat yang beralih ke bagian yang berwarna hijau biasa.
akan berkembang kembali bila kelembaban meningkat. Pada buah, penyakit juga
dapat timbul pada semua stadia perkembangan. Bercak yang berwarna hijau
kebasah-basahan meluas menjadi bercak yang bentuk dan tidak beraturan (Endjang
Sujitno, 2014).
waktu tanam dan pemakaian fungisida. Sampai saat ini, belum ada varietas tomat
komersial yang mempunyai ketahanan cukup terhadap hawar daun. Serangan hawar
Penyakit bercak cokelat, atau bercak kering, merupakan penyakit daun yang
umum dan tersebar luas di berbagai negara. Gejala yang ditimbulkan mula-mula
pada daun timbul bercak-bercak kecil, bulat atau bersudut cokelat tua sampai hitam
10
sebesar kepala jarum sampai diameter ±4 mm. Jaringan nekrotik sering tampak
papan sasaran (target board). Di sekitar bercak nekrotik biasanya terdapat jalur
pengaruh fisiologi di luar bercak, daun akan cepat menjadi tua, layu, atau gugur
diri dari musim ke musim pada tanaman sakit, sisa-sisa tanaman sakit, atau biji. Di
dalam jaringan daun sakit miselium dapat bertahan selama satu tahun atau lebih.
Dalam suhu kamar konidium dapat tetap hidup selama 17 bulan. Konidium dapat
berkecambah pada suhu 6-34°C. Suhu optimumnya adalah 28-30ºC, didalam air
pada suhu ini konidium sudah berkecambah dalam waktu 35-45 menit. A. solani
konidium terjadi pada bercak yang bergaris tengah ±3 mm dan diperlukan banyak
Tanaman harus diberi pupuk yang seimbang agar menjadi lebih tahan. Untuk
mencegah terbawanya penyakit oleh biji dan agar tidak terjadi banyak infeksi pada
bibit, pembibitan jangan terlalu lembap atau rapat (Endjang Sujitno, 2014).
1970-an. Gejala pertama dari penyakit ini adalah menjadi pucatnya tulang-tulang
daun, terutama daun-daun sebelah atas, kemudian dengan tangkai merunduk dan
kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun bagian bawah. Jika
11
tanaman sakit itu dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan kuku atau
pisau akan terlihat suatu cincin cokelat dari berkas pembuluh. Pada serangan berat,
gejala terdapat pada bagian tanaman bagian atas juga. F. oxysporum dapat bertahan
lama dalam tanah. Tanah yang sudah terinfestasi sukar dibebaskan kembali dari
jamur ini. Cendawan menginfeksi pada akar, terutama melalui luka-luka, lalu
hara tanah terganggu yang menyebabkan tanaman menjadi layu (Endjang Sujitno,
2014).
Penyakit kuning pada tanaman tomat disebabkan oleh Tomato yellow leaf
curl virus (TYLCV) yang termasuk genus patogen Geminivirus. Virus ini ditularkan
oleh kutukebul Bemisia tabaci. Gejala penyakit kuning berupa daun muda menjadi
kekuningan dan keriting, sedangkan daun yang lebih tua akan menggulung ke atas
dan mengalami malformasi. Gejala kuning berkembang dari bagian atas ke bagian
bawah tanaman. Pada umumnya daun yang terserang menjadi kerdil dan buah akan
masak lebih awal. Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan berat pada
disebabkan oleh beberapa faktor seperti transportasi bagian tanaman yang terinfeksi
12
ke lokasi baru, ekstensifikasi pertanian ke area baru, serta migrasi vektor yang dapat
Beberapa teknik pengendalian B. tabaci yang dapat dilakukan adalah secara budi
daya dengan cara sanitasi lahan, penggunaan mulsa plastik, dan varietas resisten
Sedangkan predator yang cukup potensial adalah dari famili Anthocoridae dan
karena kualitas buah tomat menjadi menurun dan masak sebelum waktunya. Gejala
awal penyakit klorosis yakni terdapatnya warna klorosis dan kekuningan di jaringan
antara tulang daun, kemudian berkembang menjadi bintik-bintik nekrotik kecil dan
berwarna keunguan (Sulfiani, 2018). Pada gejala lanjutan daun akan menjadi kaku
dan agak menggulung ke bawah. Perkembangan gejala dimulai dari bagian bawah
ke bagian atas tanaman. Penyakit klorosis disebabkan oleh patogen berupa virus,
yaitu TICV (Tomato infectious chlorosis virus) dan ToCV (Tomato chlorosis virus).
13
abutilonea (Sulfiani, 2018), dan T. vaporarium. TICV dan ToCV dapat menginfeksi
kimia sintetis sedangkan pengendalian OPT yang bersifat ramah lingkungan yaitu
hama dalam tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi. Strategi PHT lebih
14
menekankan pada penerapan teknik pengendalian nonkimiawi. Menurut Sulfiani
(2018), strategi atau langkah dari beberapa metode pengendalian dapat dilakukan
yaitu: (1) penggunaan varietas resisten, (2) penggunaan kultur teknis dengan
dan (3) penggunaan musuh alami berupa predator dan parasitoid. Pengembangan dan
penerapan PHT memerlukan tiga komponen utama yaitu teknologi PHT, jalinan
teknik yang diterapkan untuk mengelola agrosistem agar sasaran PHT dapat tercapai.
15
BAB. III
Kegiatan praktek kerja lapang ini dilaksanakan dari bulan juli sampai agustus
Kampus (Batunirwala).
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengendalian hama lalat buah pada tanaman
- Sprayer
- Ember
- Sendok
- Pengaduk
- Pestisida “alika”
- Air
16
Selain menggunakan pestisida secara kimiawi, pengendalian hama ramah lingkungan
juga dilakukan yaitu penanaman tanaman kenikir sebagai sarang predator maupun
aroma khas yang dikeluarkan oleh bunga kenikir sebagai anti lalat buah.
3. Wawancara yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara berdiskusi dan tanya jawab
Bulan
I II III IV I II III IV
PKL
17
pembersihan gulma dan pembuatan
3. Rabu 12 Juli 2023 Pengadaan bambu dan pohon pinang untuk prmbutan pondok
5. Jumad 14 Juli 2023 Penyiangan pada tanaman yang ada di lahan/bedengan tomat
6. Senin 17 Juli 2023 Pembuatan tempat semai dan penyemaian benih kenikir
10. Selasa 18 Juli 2023 Identifikasi hama pada tanaman di lahan praktek
14. Selasa dan Jum’ad (1, 4, 8, Pengendalian hama dan penyakit tomat
18
11, 15 dan 18 Agustus 2023
BAB. IV
Universitas Tribuana Kalabahi yang terletak dalam areal kampus, luasnya mencapai
40 m2. Kebun ini di buka sejak tahun 2017 silam, dan digunakan untuk penanaman
tanaman hortikultura dengan menggunakan irigasi tetes. Lahan ini intens digunakan
pada tahun 2019 untuk praktek dan penelitian mahasiswa maupun dosen. Jenis
tanaman yang pernah dibudidayakan di lahan ini adalah melon, cabe, tomat,
kangkung, sawi, terung, melon, bunga matahari, serei, ubi jalar, bayam. Juga
daya yang belum memadai seperti ketersediaan modal, air dan tenaga kerja. Perlahan-
lahan lewat percakapan bapak/ibu dosen dan mahasiswa bahwa beberapa keubutuhan
diupayakan untuk dipenuhi agar dapat melancarakan kegiatan praktek dan penelitian
yang dilakukan di lahan ini. Barang-barang tersebut berupa gembor, drum dan tandon
19
untuk penampungan, pacul, linggis, selang dan beberapa kebutuhan untuk budidaya
tanaman.
Selama pelaksanaan PKL dilakukan pengamatan pada buah tomat dan teridentifikasi
1. Lalat Buah
kerusakan pada buah tomat, gejala serangan lalat buah bisa dilihat dari struktur
buah yang diserang oleh hama. Lalat buah ini biasanya menyerang pada buah yang
berkulit tipis, mempunyai daging yang lunak. Gejala serangan pada daging buah
membusuk dan terdapat larva. Serangan lalat buah sering ditemukan pada buah
yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan terlihatnya noda–noda kecil
di dalam buah noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva lalat memakan
Apabila daging buah dibelah terdapat larva-larva kecil. Pada daging buah
terjadi perubahan warna dan pada bagian yang terserang menjadi lunak. Buah akan
gugur sebelum masak jika terserang lalat ini. Buah yang gugur ini, apabila tidak
Pengamatan yang dilakukan pada saat melakukan PKL seperti pada gambar
dibawah ini :
20
Gambar 1 : Buah Tomat Terserang Lalat Buah (Data Pribadi, 2023)
Jenis lalat buah yang menyerang buah di Indonesia adalah dari genus
Hendel diketahui bertanggung jawab atas kehilangan hasil dari yang ringan
yang banyak ditemukan pada berbagai sentra produksi buah di Indonesia (Kaurow
et al, 2015).
epidermis yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada buah dan dapat
akan gugur sebelum waktunya. Luas serangan lalat buah di Indonesia mencapai
buah-buahan dan sayuran pada iklim yang sejuk, kelembaban tinggi dan angin
yang tidak terlalu kencang. Suhu, kelembaban udara, dan kecepatan angin serta
pengaruh curah hujan juga cukup penting dalam memengaruhi tingkat intensitas
serangan lalat buah (Susanto. A, 2017). Sifat khas lalat buah adalah hanya dapat
21
bertelur di dalam buah, larva (belatung) yang menetas dari telur tersebut akan
Hal tersebut dipengaruhi oleh umur tanaman. Semakin bertambah umur tanaman
semakin banyak pula produksi buah dipohon dan serangan hama juga meningkat.
kerusakan pada buah tomat, gejala serangan larva melubangi buah tomat, buah
yang terserang busuk dan jatuh ke tanah dan kadang larva juga menyerang pucuk
Pengamatan yang dilakukan pada saat melakukan PKL seperti pada gambar
dibawah ini :
22
Berdasarkan hasil praktek diketahui bahwa serangan lalat buah pada
tomat dapat dilihat dari buah yang terdapat bintik coklat kehitaman yang
terdapat pada kulit buah, hal ini di sebabkan karena bekas suntikan lalat buah
pada saat akan meletakan telurnya pada buah tomat. Lubang bekas suntikan
lalat buah sangat kecil sehingga hampir tidak dapat terlihat dengan mata
telanjang, jikalau warna bekas suntikn itu tidak berwarna mencolok coklat
kehitaman. Sedangkan serangan ulat buah dapat dilihat dengan jelas secara
langsung karena lubang yang disebabkan oleh ulat buah ada buah tomat terlihat
b. Pengendalian Refugia
tanaman kenikir, tanaman ini ditanam pada saat tanaman tomat setelah berumur
bunga kenikir yang mana dapat mengundang predator lalat buah maupun ulat
23
(Data Pribadi, 2023)
tomat dilakukian setelah bibit berumur 3 minggu dan pada saat itu tanaman
diwaktu tanaman mulai berbuah (fase produksi) yang dilakukan 2 (dua) kali
seminggu, selama 3 (tiga) minggu di bulan Agustus 2023 adalah dengan cara
1 artinya bahwa 2 sendok makan “alika” dicampurkan dalam 1 liter air dengan
24
3. Penanaman varietas tahan, yaitu menggunakan varietas tomat tahan hama,
untuk mengendalikan hama ulat buah ini karena kedua pestisida tersebut
dengan budidaya tanaman yang sehat, seperti menggunakan benih sehat dan
sesuai.
25
BAB. V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Jenis hama yang menyerang buah tomat pada saat praktek adalah lalat buah
(Bractosera spp.);
2. Teknik pengendalian lalat buah pada tomat yang dilakukan pada saat praktek kerja
lapangan (PKL) adalah Teknik refugia dan penggunaan pestisida sintetik “Alika”.
5.2. Saran
sekitar tanaman agar dapat mencegah serangan hama dan melakukan pengendalian
26
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, 2018. Usaha Tani Tomat dan Penanganan Pasca Panen (Edi
Endjang Sujitno, Taemi Fahmi1, I Djatnik. 2014. Usahatani Tumpang Sari Tanaman
Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Balai Penelitian Tanaman
Hias Segunung.
Erna Halid, dkk. 2021. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersium Esculentum
Mill.) Pada Pemberian Berbagai Dosis Bubuk Cangkang Telur
Evan Purnama Ramdan. dkk. 2021 Yayasan Kita Menulis, Hama dan Penyakit Tanaman
Kaurow, H.A., Tulung, M., & Pelealu, J. (2015). Identifikasi dan populasi lalat buah
Bactrocera spp. pada areal tanaman cabe, tomat, dan labu siam. Eugenia, 21(3):
105–110.
Mayasari, Indah. 2018. Efektifitas metil eugenol terhadap penangkapanlalat buah (diptera:
tephritidae) pada pertanaman cabai (capsicum annuum l.)Di kabupaten
tanggamus (skripsi) oleh fakultas pertanian universitas lampung Bandar
Lampung.
27
Monalisa Debora Setlight, dkk. Jenis dan serangan hama lalat buah (bactroceradorsalis)
Pada tanaman tomat (solanumlycopersicum.l) di desa taraitak kecamatan
langowan utara kabupaten minahasa
Oskar Totong, Abdul Hadid, Hidayati Mas’ud. 2016. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Berbagai Media Tumbuh Dengan
Interval Penyiraman Air Kelapa Yang Berbeda The Growth And Yield Of
Tomato (Lycopesicum Esculentum Mill) On Various Planting Media With
Different Coconut Watering Intervals). Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako.
Palu.
Patty JA. 2018. Efektivitas Metil Eugenol Terhadap Penangkapan Lalat Buah (Bactrocera
dorsalis) Pada Pertanaman Tomat. Agrologia. 1(1): 69–75.
Rahmawati Arma, dkk., Jurnal Agrominansia, Desember 2018. Identifikasi Hama Lalat
Buah (Bactrocera Sp) pada Tanaman Cabe, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Muhammadiyah Sinjai
Setlight, M.D., Meray, E.R.M., & Lengkong, M. (2019). Jenis dan serangan hama lalat
buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) di
desa Taraitak kecamatan langowan utara kabupaten Minahasa. COCOS, 2(6): 1–
7.
Sulfiani. 2018. Identifikasi Spesies Lalat Buah (Bactrocera Spp) Pada Tanaman
Hortikulura Di Kabupaten Wajo. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Pungrimaggalatung Sengkang.
Susanto, A., Yadi Supriyadi., Tohidin., Nenet Susniahti.,Vickri Hafizh. 2017. Fluktuasi
Populasi Lalat Buah Bactrocera spp. (Diptera : Tephritidae) pada Pertanaman
Cabai Merah (Capsicum Annuum) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Universitas Padjadjaran. Bandung. Jurnal Agrikultura 2017, 28 (1): 32-38 ISSN
0853-2885
28
Widya Almaida, 2013. Pengenalan Dan Penanganan Hama Penyakit Pada Tanaman
Tomat, Makalah Perlindungan Tanaman. Universitas Brawijaya Malang.
LAMPIRAN – LAMPIRAN :
29
30