Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang
Widhi Wasa), sehingga Paper Teknologi Budidaya Tanaman yang berjudul Budidaya
Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum) ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya. Paper ini disusun berdasarkan atas beberapa pustaka yang berkaitan dengan
Teknologi Budidaya Tanaman Tomat.
Tujuan penulisan paper ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Budidaya Tanaman. Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna,
karena terbatasnya pengetahuan penulis dan terbatasnya pustaka pendukung. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih
sempurnanya paper ini. Penulis berharap semoga paper ini bermanfaat bagi pembaca,
khususnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang teknologi budidaya tanaman.

Denpasar, November 2016

Penulis,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2

Rumusan Masalah.............................................................................................. 1

1.3 Manfaat............................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 2
2.1

Tanaman Tomat.............................................................................................. 2

2.2 Syarat Tumbuh................................................................................................... 3


2.3

Ekstraksi Benih.............................................................................................. 3

2.4

Teknologi Dry Heat Treatment (DHT)..................................................................4

2.5

Pelaksanaan Teknis......................................................................................... 4

2.6

Pelaksanaan Budidaya..................................................................................... 4

2.8

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman...........................................................6

2.9

Panen dan Pasca Panen.................................................................................... 8

2.10

Teknologi yang Ditekankan...............................................................................9

2.11

Teknologi Budidaya Tomat Modern.....................................................................9

BAB III.................................................................................................................. 11
PENUTUP.............................................................................................................. 11
3.1 Simpulan.................................................................................................... 11
3.2 Saran.......................................................................................................... 11
DAFRAT PUSTAKA................................................................................................. 12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang bernilai ekonomis
tinggi, untuk itu dalam proses budidayanya perlu dilakukan secara intensif agar
produksi yang dihasilkan optimal. Tanaman ini termasuk komoditas multiguna, selain
berfungsi sebagai sayuran dan buah, tomat juga sering dimanfaatkan untuk bahan dasar
kosmetik dan obat-obatan.
Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu determinate dan indeterminate.Pada tipe determinate, postur tanaman pendek
dengan tandan bunga terletak di setiap ruas batang dan ujung tanaman. Sedangkan pada
tipe indeterminate, postur tanaman tinggi dengan tandan bunga terletak berseling di
antara 2-3 ruas, pada ujung tanaman tumbuh pucuk muda. Tanaman tomat dengan tipe
indeterminate berbuah besar.
Budidaya tanaman tomat berkembang seiring dengan perkembangan teknologi
yang ada. Pada mulanya tomat tidak merupakan tanaman budidaya dan bahkan
dianggap sebagi tanaman beracun. Seiring dengan perkembangan tanaman kemudian
dimanfaatkan dan menjadi tanaman budidaya. Budidaya tomat secara tradisional
dilakukan tanpa adanya banyak perlakuan yang diberikan. Sedangkan pertanian
konvensional yang masih berkembang saat ini telah banyak tersentuh teknologi dalam
upaya untuk meningkatkan produksi tanaman. kedepannya pertanian secara modern
diharapkan mampu dikembangkan di Indonesia seperti mengikuti perkembangan
negara negara maju.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana teknik produksi tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)?
2. Bagaimana teknologi yang diterapkan dalam budidaya tanaman tomat
(Lycopersicon esculentum)?
1.3 Manfaat
1.
Mengetahui teknik produksi tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)?
2.
Mengetaui teknologi yang diterapkan dalam budidaya tanaman tomat
(Lycopersicon esculentum)?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat
Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat
banyak dibudidayakan, baik di Indonesia maupun di dunia. Ada berbagai jenis
tanaman tomat yang dibudidayakan di dunia, dan setiap jenisnya memiliki
kekhasannya masing-masing. Menurut Redaksi Agromedia (2007), tanaman tomat
dapat diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae

Genus
Species

: Lycopersicon (Lycopersicum)
: Lycopersicon esculentum

Perakaran tanaman tomat tidak terlalu dalam, menyebar ke segala arah


hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat mencapai 60-70 cm. Tanaman
tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang berwarna
keputih-putihan dan berbau khas. Secara umum akar berfungsi untuk menopang
berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Batang
tanaman tomat berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang
lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan di antara bulu-bulu itu
terdapat rambut kelenjar (Tugiyono, 2005).
Batang dapat naik dan bersandar pada turus atau merambat pada tali,
namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Tanaman tomat jika dibiarkan akan
menjadi melata dan cukup rimbun hingga menutupi tanah. Bercabang banyak
sehingga secara Keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun
bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Antara daun-daun yang
menyirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus).
Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna
hijau, dan berbulu (Redaksi Agromedia, 2007).
2

Daun tomat merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7 helai.
Pada daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil.
Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang seling atau tersusun spiral
mengelilingi batang tanaman (Tugiyono, 2005).
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan kuntum bunganya terdiri dari
lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat
kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe
bunganya berumah satu, meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi
penyerbukan silang. Bunga tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per
dompolan atau tergantung dari varietasnya (Wiryanta, 2004).
Buah tomat memiliki bentuk bervariasi tergantung pada jenisnya.
Bentuknya ada yang bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan bulat
persegi. Ukuran buah tomat juga sangat bervariasi, dari yang berukuran paling kecil
seberat 8 gram hingga yang berukuran besar seberat sampai 180 gram (Tugiyono,
2005).
Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya. Buah yang
masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna
merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Jumlah
ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua seperti pada buah tomat
cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat marmade yang beruang
delapan (Pitojo, 2005).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih
kekuningan atau coklat muda. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan
tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Panjangnya 3-5 mm dan lebar
2-4 mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan
lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Biji biasanya digunakan untuk bahan
perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Redaksi
Agromedia, 2007).
2.2 Syarat Tumbuh
a. Iklim
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yang menguntungkan, tetapi dengan iklim yang sejuk dan sinar yang tidak
terlalu terik. Menurut Harjadi dan Sunarjono (1989) cahaya sebaiknya tidak terlalu
terik ataupun terlalu redup. Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan transpirasi,
memperbanyak gugur bunga dan gugur buah. Tanaman mengalami etiolasi dan
lemah apabila kekurangan cahaya.
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-30oC,
sedangkan suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 2428oC.Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah
80%. Kelembaban akan meningkat pada musim hujan sehingga resiko terserang
3

bakteri dan cendawan cenderung tinggi. (Wiryanta, 2004). Tanaman tomat lebih
banyak diusahakan di dataran tinggi (700-1500 m di atas permukaan laut). Pada suhu
tinggi (dataran rendah), produksinya rendah dan buahnya lebih pucat (Ashari, 1995).
b. Tanah
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang
gembur, sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus. Kadar
keasaman (pH) antara 5-6, serta pengairan yang teratur dan cukup dari penanaman
sampai tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).
2.3 Ekstraksi Benih
Ekstraksi merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh benih yang bersih.
Dengan mengeluarkan benih dari buah atau membersihkan kulit buah, daging buah dan
bagian lain dari buah. Menurut Stubsgaard dan Moestrup (1994), menyatakan bahwa
ekstraksi merupakan pemisahan benih dari daging buahnya. Buah dari beberapa jenis
tanaman seperti pepaya, tomat, dan mentimun mengandung kadar air yang tinggi dan
benihnya dilapisi oleh lendir yang melekat pada benih tersebut (Saisawat, 1998). Benih
yang akan ditanam harus bersih dari lendir atau daging buah. Nakasone dan Paull
(1999) menyatakan bahwa pada benih pepaya yang dihilangkan sarkotesnya pada saat
ekstraksi memilik persentase perkecambahan lebih tinggi dibandingkan dengan yang
tidak dihilangkan sarkotesnya. Proses ekstraksi dapat dilaksanakan melalui banyak
cara, namun tidak semua varietas dari jenis yang sama memerlukan penanganan yang
sama. Penggunaan teknik ekstraksi yang tidak tepat dapat menyebabkan pelukaan pada
benih. Ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan air, larutan asam (HCl), dan
larutan basa (larutan kapur) (Suwarno, 1984).
Menurut Sadjad (1980) penggunaan HCl dalam ekstraksi benih jeruk memberikan
hasil yang terbaik, karena asam yang digunakan selain mampu membersihkan lendir
yang menempel pada benih juga dapat meningkatkan permeabilitas kulit benih.
Penambahan larutan HCl 0,1 1,0 % selama fermentasi dapat membasmi bakteri yang
berada pada pulp tomat.
2.4 Teknologi Dry Heat Treatment (DHT)
Seed treatment merupakan bagian dari kegiatan prosesing benih yang meliputi
satu rangkaian prosedur dari pemanenan biji atau buah setelah buah masak, ekstraksi
dan peragian, pembersihan dan perlakuan sebelum pengeringan, pengeringan dan
sortasi. Salah satu bagian dari seed treatment adalah Dry heat treatment (DHT).
Dry heat treatment (DHT) merupakan terobosan teknologi yang sangat efektif,
aplikatif, dan ramah lingkungan dengan memberikan cekaman suhu tinggi pada benih
sebelum dikecambahkan. Penyakit yang dapat dihilangkan oleh DHT meliputi penyakit
yang disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri (Toyoda et al.,2004).

Keuntungan dari dry heat treatment meliputi : menginaktivasi secara penuh


virus yang bersifat seed borne, seperti tobacco mosaic virus (TMV), cucumber green
mottle mosaic virus (CGMMV), lettuce mosaic virus (LMV), dan lain-lain (Lee et al.,
2004) mengamankan dan menginaktivasi secara penuh bakteri yang bersifat seed borne
seperti Erwinia, dan penyakit yang disebabkan oleh jamur seperti Fusarium, Alternaria,
Cladosporium; aman digunakan dalam produksi benih skala besar; mudah
diaplikasikan; memudahkan dalam memberikan perlakuan tambahan terhadap benih
seperti pewarnaan; serta ideal untuk menyediakan benih sehat dalam pertanian organik
karena perlakuan dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia (Lee, 2004).
2.5 Pelaksanaan Teknis
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur
pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa
menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik
sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.
2.6 Pelaksanaan Budidaya
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, Pembuatan
bedengan kasar dengan lebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm dan lebar parit 50-70 cm,
pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam Perak)
untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian pupuk kandang yang sudah
difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa
PHP, kemudian dilakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah
diberikan bercampur dengan tanah, persiapan selanjutnya pemasangan mulsa PHP,
pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm x 60
cm sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm .
2. Persiapan Pembibitan dan Penanaman
Penyemaian dilakuakan menggunakan kotak semai (tray) lokal yang
berukuran diameter 4,5 cm dan dalamnya 4 cm. Media tumbuh menggunakan pupuk,
pasir dan arang sekam dengan perbandingan berturut turut 2:1:1 dan media tidak
mengandung bibit penyakit. Media semai diletakkan pada meja dan diberi naungan
atau rumah kassa atau dengan membuat net tunnels atau plastik. Perlakuan benih
(seed treatment) dengan perlakuan kimia atau agensia hayati untuk mengendalikan
penyakit tular tanah. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan fungisida yang
berspektrum luas seperti captan dan thiram untuk mengurangi serangan penyakit
rebah kecambah (Hanson et al.2000). Alternatif lain gunakan agensia hayati seperti
Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens. Masing-masing lobang diisi 2 biji
tanaman dengan dengan kedalaman 0.5 cm (Hansonet al. 2000). Penyiraman pertama
dilakukan pada setiap lobang tanaman tomat dengan takaran kira-kira 15 ml.
Penyiraman selanjutnya dapat dilakukan setiap hari terutama pagi hari dengan takaran
rata-rata 7.510 ml (maximum) per lubang tanaman. Jika temperatur tinggi terutama
musim panas lakukan penyiraman dua kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari dengan
5

takaran air sebanyak 7.510 ml (maximum) per lubang tanaman. Takaran air yang
digunakan tergantung pada media tanam, dan kelembaban media tanam. Biji tomat
akan berkecambah setelah 8 hari kemudian pada temperatur tanah optimum berkisar
antara 20 30C (Hanson et al. 2000). Setelah tiga minggu, vigor dan warna daun
bibit tomat terlihat daun berwarna kuning dan kurus maka benih tersebut harus diberi
pupuk NPK dengan dosis 15-10-15 + 2 MgO melalui tanah. Bibit sehat yang
mempunyai satu atau empat helai daun (umur bibit kira-kira 4 minggu), kokoh dan
kekar untuk ditanam (Hanson et al. 2000).
2.7 Pemeliharaan
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2 minggu. Tanaman
yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak
seragam. Dan akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.
2. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman tomat dilakukan dengan memangkas tunas yang
tumbuh pada ketiak daun harus segera agar tidak tumbuh menjadi batang.
Pemangkasan tunas muda bisa dilakukan dengan tangan. Namun apabila batang sudah
terlalu keras, sebaiknya gunakan pisau atau gunting. Untuk mengatur ketinggian
tanaman tomat, ujung tanaman bisa dipotong. Pemotongan ujung tanaman dilakukan
setelah terlihat jumlah dompolan buah sekitar 5-7 buah.
3. Sanitasi Lahan dan Pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya tomat meliputi : pengendalian gulma/rumput,
pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan.
Pengairan diberikan secara terukur, tanaman tomat disiram apabila sudah mulai
terlihat kering.
4. Pemupukan Susulan
Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran pada umur 15 hst, 25 hst dan
35 hst dengan dosis 3kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000
tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 7 hst dan 24 hst,
sedangkan pupuk daun kandungan Phospat, kalium dan mikro tinggi diberikan umur
20 hst, 30 hst dan 45 hst. Dosis penyemprotan sesuai petunjuk pada kemasan.
5. Pemasangan Lenjeran
Pemasangan lenjeran atau ajir bertujuan sebagai tempat mengikatkan tanaman
agar tidak roboh. Lenjeran dibuat dari bambu sepanjang 1,5-2 meter. Lenjeran
ditancapkan pada jarak sekitar 10-20 cm dari tanaman. Lenjeran bisa dibiarkan tegak
6

mandiri atau ujungnya diikatkan dengan lenjeran lain yang berdekatan. Pengikatan
ujung berguna untuk memperkokoh posisi lenjeran.
Pemasangan lenjeran dilakukan setelah tinggi tanaman berkisar 10-15 cm.
Ikatkan tanaman tomat dengan tali plastik pada lenjeran. Model ikatan sebaiknya
berbentuk angka 8 agar batang tomat tidak terluka karena bergesekan dengan tiang
lenjeran. Ikatan hendaknya jangan terlalu kuat agar tidak menghambat pembesaran
batang. Setelah itu, setiap tanaman bertambah tinggi 20 cm ikatkan batang tanaman
dengan tali plastik pada lenjeran.
2.8 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
1. Hama
a. Ulat buah (Hiliothis armigera)
Ulat ini menyerang tomat yang masih muda sehingga buah sudah tua
tampak berlubanglubang dan biasanya busuk karena infeksi, ulat ini dapat
dibrantas denagn inteksida.
b. Nematoda (Helodogyama sp)
Cacing ini menyebabkan akarakar tomat berbintilbintil, biasanya
hanya timbul pada tanahtanah ringan yang terlalu asam ( PH 4 5).
Pemberantasan dengan nematisida:
c. Lalat buah (Dacus durcalis)
Lalat ini umumnya menyerang dengan cara menyuntikan telur
telurnya kedalam kulit buah tomat, dan telur tersebut akan menjadi larva yang
menggerogoti buah tomat dari dalam sehinga buah tersebut menjadi busuk dan
rontok. Lalat buah dapat dikendalikan dengan cara menyemprotkan inteksida
sistemik sejak buah berumur 1 minggu.
d. Kutu putih (Pseudococus SP)
Kutu putih menyerang tomat dengan cara menghisap cairan daun.
Hama ini juga mambawa penyakit embun jelaga. Akibatnya daun menjadi
keriting dan bunga/buah mengalami kerontokan pemberontakan gunakan
insektisida.

2. Penyakit
a. Rebah Semai
Rebah semai yang menyerang tanaman tomat adalah Pythium
debarianum. Penyakit ini biasa menyerang tanaman tomat pada fase
pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Cara pengendaliannya
dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb
hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dengan
dosis dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.
7

b. Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu yang menyerang tanaman tomat adalah
Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman yang
terserang mengalami kelayuan pada daun yang diawali dari daun-daun muda.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan
pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran
tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari
golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat,
asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada
kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma
pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran
dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai
anjuran pada kemasan.
c. Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu yang menyerang tanaman tomat adalah
Fusarium oxysporum. Tanaman yang terserang mengalami kelayuan dimulai
pada daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan
menguning. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan
meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan
fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida
dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat
diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst
dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat
dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
d. Busuk Phytopthora
Penyakit busuk yang menyerang tanaman tomat adalah Phytopthora
infestans. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman. Batang yang
terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan.
Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun tomat yang terserang
seperti tersiram air panas. Buah yang terserang ditandai dengan bercak
kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian
secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang
bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil
atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis
sesuai petunjuk pada kemasan.
e. Bercak Bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Xanthomonas


vesicatoria, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai
dengan adanya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendaliannya
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif
kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai
pada kemasan.
f. Bercak Daun Septoria
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici.
Cendawan ini menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa
bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada
permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian
secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang
bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol,
atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil,
azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis sesuai pada kemasan.
g. Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora.
Serangan pada daun ditandai dengan adanya bercak berair disertai perubahan
warna daun menjadi kecoklatan, terutama pada daun yang masih segar,
serangan pada batang menyebabkan tanaman roboh. Pengendaliannya
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif
kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai
pada kemasan.
2.9 Panen dan Pasca Panen
Budidaya tomat baru bisa dipanen 90 hari setelah tanam, tergantung dari
varietasnya. Penentuan waktu panen berdasarkan umur tanaman kadang kala tidak
efektif. Sebaiknya gunakan pengamatan fisik terhadap tanaman. Tanaman tomat
sudah dikatakan siap panen apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuningkuningan, bagian tepi daun menguning dan bagian batang mengering. Pemetikan
hendaknya dilakukan di pagi atau sore hari karena pada siang hari tanaman masih
melakukan fotosintesis. Buah tomat yang akan dipasarkan dalam jarak jauh
sebaiknya dipanen pada tingkat kemasan 75%, ketika buah marih hijau atau kira
kira 5 hari lagi menjadi merah, sedangkan untuk jarak dekat tingkat kemasakan 90%
yakni ketika buah berwarna kuning kemerah merahan. Setelah panen sebaiknya
dilakukan grading, hal ini dapat menambah nilai jual buah dan selanjutnya dilakukan
pengemasan atau pengepakan sesuai dengan permintaan pasar.
2.10

Teknologi yang Ditekankan

1. Pengolahan Lahan:
a. Traktor
b. Bajak dan Garu
c. Cangkul
d. Mulsa
e. Penambahan kapur
2. Pembibitan:
a. Ekstrasi benih
b. Dry Heat Treatment (DHT)
c. Kotak semai (tray)
d. Fungisida
3. Pemeliharaan:
a. Gunting pemangkas.
b. Parit
c. Pupuk NPK, pupuk daun N.
d. Lenjeran
e. Pestisida
f. Sprayer
4. Panen dan Pascapanen
a. Waktu panen.
b. Pembersihan.
c. Sortasi.
d. Pengemasan.
2.11

Teknologi Budidaya Tomat Modern

Cara menanam dengan teknik hidroponik saat ini tengah berkembang di


kalangan masyarakat. Dengan menggunakan teknik hidroponik membuat cara
10

menanam jauh lebih simpel dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Hal ini
tentunya sangat cocok. Teknik hidroponik juga membuat tanaman yang ditanam
menjadi lebih sehat.
Hidroponik dengan model eroponik Sistem tanaman hidroponik dengan
aeroponik merupakan system hydroponik yang paling canggih dan mungkin juga
memberikan hasil terbaik serta tercepat dalam pertumbuhan dalam berkebun
Hydroponic. Hal ini dimungkinkan karena larutan nutrisi ini diberikan atau
disemprotkan berbentuk kabut langsung ke akar, sehingga akar tanaman lebih mudah
menyerap larutan nutrisi yang banyak mengandung oksigen.Sementara tanaman
sangat membutuhkan nutrisi dan oksigen dalam pertumbuhannya.
Pertanian dalam ruang adalah suatu seni dan ilmu bercocok tanam di dalam
ruangan, dalam lingkungan yang terkendali dan berkelanjutan dengan memanfaatkan
lampu buatan dan teknologi lainnya untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Sistem
pertanian masa depan tak lagi mengandalkan pertanian di lahan luar, melainkan
bergeser ke pertanian di dalam ruang. Dalam sistem ini, keberadaan sinar matahari
dan curah hujan menjadi tak penting karena kondisi iklim dapat diatur. Bercocok
tanam dalam ruangan dapat dilakukan di gedung-gedung tinggi, dalam bunker bawah
tanah, maupun ditenggah padang pasir.
Sistem bercocok tanam ini menggunakan ruang tanpa jendela dengan cahaya,
suhu, kelembaban, kualitas udara, dan nutrisi bagi tanaman yang diatur ketat. Ruagan
itu merupakan pengembangan rumah kaca, tetapi tanpa melibatkan cahaya alam.
Pencahayaan dalam indor gardening dapat menggunakan lampu pijar, lampu neon,
LED, dan HID (High- Intensity Discharge). Sistem pengairan dapat menggunakan
sistem hidroponik atau menggunakan berbagai jenis alat pengairan seperti :
a. GreenIQ Smart Garden Hub
Smart Garden Hub merupakan teknologi dalam penyiraman tanaman dalam
ruangan. Teknologi ini mamanfaatkan aplikasi smartphone untuk mengendalikan
penyiraman. Penyiraman dapat dilakukan hanya dengan suara.
b. Water Sense Labeled Irrigation Controllers
Water Sense Irrigation Contollers merupakan teknologi dalam penyiraman
tanaman dalam ruangan maupun luar ruangan yang dapat dikombinasikan dengan
berbagai macam alat dan sistem. Alat ini merupakan alat pengairan yang berbasis
cuaca, sehingga dapat secara otomatis menyesuaikan dengan keadaan sekitar seperti
kelembapan tanah, kebutuhan air tanaman dan untuk di luar ruangan dapat
mendeteksi curah hujan serta memiliki sensor hujan yang akan mencegah air yang
terbuang.

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang sangat banyak dibudidayakan, baik di Indonesia maupun di dunia.
Tomat emerlukan syarat tumbuh seperti iklim dan media tanam yang sesuai. Namun
hal itu dapat direkayasa dengan penanamn tomat pada rumah kaca, hidroponik dan
indoor gardening.
Perlakuan benih lainnya adalah dengan metode Dry heat treatment (DHT)
dengan tujuan mensterilkan benih dari ancaman penyakit yang disebabkan oleh jamur
dan bakteri. Pelaksanaan teknis budidaya tomat dilakukan dengan mengukur pH
tanah. Pelaksanaan budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan dan penanaman.
Pemeliharaan tanaman dengan melakukan penyulaman. Pemangkasan dilakukan pada
ketiak daun tanaman. sanitasi lahan dan pengairan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan. Pemupukan susulan dilakukan 15 hst dan kemudian dilakukan secara
berkala sesuai dengan kebutuhan hara makro maupun hara mikro. Pengendalian hama
dan penyakit sebaiknhya menerapkan PHT, namun kecenderungan petani biasanya
menggunakan pestisida kimia. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan jangan
menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut. Panen dilakukan 90 hari
setelah tanam atau sesuai dengan varietas dan permintaan pasar.
Budidaya tomat secara modern dapat dengan mengkominasikan sistem
hidroponik dalam ruang dan berbasis kompurt secara otomatis. Dimana segala
keperluan tanaman dapat terpenuhi. Sistem pencahayaan dilakukan dengan lampu
LED. Sistem pemupukan menggunakan pupuk nano dan dilarutkan pada air. GreenIQ
Smart Garden Hub merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk penyiraman
dengan suara. Water Sense Irrigation Contollers merupakan alat berbasis cuaca yang
dapat secara otomatis menyesuaikan dengan keaddaan sekitar. Pemeliharaan hingga
panen dan pasca panen dilakukan oleh tenaga profesional dan kedepannya mungkin
dapat dilakukan oleh robot.
3.2 Saran
Penerapan teknologi dalam budidaya tanaman tomat sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tomat. Terlebih pada cuaca ekstrim srta ketersediaan sepanjang
tahun agar fluktuasi harga tidak terlalu tinggi namun dapat menguntungkan petani.
Sebaiknya peran semua lembaga terkait mampu memberikan solusi dan dapat
diterapkan.

12

DAFRAT PUSTAKA
Abidin, G.R.2015.Pertanian masa depan didalam ruangan dan bawah tanah.Available at
http://blog.umy.ac.id/gitarosilianaabidin/2015/10/17/pertanian-masa-depan-di-dalamruangan-dan-bawah-tanah. Accessed on: 24 November 2016.
Amarta, Dandy.2015.Lahan Pertanian di Dalam Ruangan.Available at
http://latesur.blogspot.co.id/2015/08/lahan-pertanian-di-dalam-ruangan.html..
Accessed on: 23 November 2016.
Anonim. 2013. Sejarah Tentang Tanaman Tomat. Available at
https://hewantumbuhan.com/2013/10/16/sejarah-singkat-tentang-tanaman-tomat/..
Accessed on 26 November 2016
Anonim. 2014. Cara Menanam Tanaman Hidroponik. Available at http://rumahtanamanhias.blogspot.co.id/2014/10/cara-menanam-tanaman-hidroponik.html.
Accessed on 26 November 2016
Anonim. 2011. Panduan Teknik budidaya Tomat. Available at
http://alamtani.com/budidaya-tomat.html. Accessed on 26 Oktober 2016
Arnelis. 2013. Budidaya Tomat. PP Penyelia UKT BP4K2P
Hasyim Ahsol, dkk. Teknik Produksi Tomat Ramah Lingkungan. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No 517. Lembang, Bandung
Montgomery, Lisa.2016.Amazon Echo Controls home sprinkler systems
via
greeniq
smart
garden
hub.Available
at
http://www.cepro.com/article/amazon_echo_controls_home_sprinkle
r_systems_via_greeniq_smart_garden_hub.
Accessed
on:
23
November 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai