Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TANAMAN TOMAT

NAMA-NAMA KELOMPOK:

 YOHANES G. SUKANTO
 MARIA YOLENTA NUET
 ARISTO UMAR
 SKOLASTIKA F. FILASTI
 FLAVIANUS HENDRIMA JINA

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah “DASAR-DASAR HOLTIKULTURA” ini dengan
baik tepat pada waktu yang di tentukan . Atas terselesainya makalah ini , penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesai
kan makalah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu matakuliah
ini yang telah mengijinkan kami untuk menyelsaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan
maupun penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah, sehingga nantinya
dapat menjadi pedoman bagi kita baik untuk masa depan dan penambahan wawasan kita
semua.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................................

Kata Pengantar ...........................................................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................................................

Bab I Pendahuluan .....................................................................................................................

1.1........................................................................................................................................ Latar Belakang


1.2........................................................................................................................................ Rumusan Masala
1.3........................................................................................................................................ Tujuan Penulisan

Bab II Pembahasan ....................................................................................................................

2.1. Pengertian Tanaman Tomat .........................................................................................

2.2. Teknik Budidaya Tanaman Tomat ..............................................................................

Bab III Penutup ..........................................................................................................................

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................

2.4 Saran…………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………............................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tomat merupakan tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun
silam. Jika ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah
Andean. Semula di negara asalnya, tanaman tomat hanya dikenal sebagai tanaman
gulma. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, tomat mulai ditanam, baik di
lapangan maupun di pekarangan rumah sebagai tanaman yang dibudidayakan atau
tanaman yang dikonsumsi.

Tanaman tomat adalah jenis tanaman sayuran dari keluarga Solanaceae yang bukan
hanya berfungsi sebagai tanaman sayur, tetapi juga sebagai buah untuk dikonsumsi
langsung. Tomat juga dapat dimanfaatkan sebagai olahan saus. Itulah sebabnya tomat
selalu tersedia di pasar-pasar tradisional maupun di swalayan (Atani, 2008).

Tanaman tomat (Lycopersium esculentum Mill) adalah tumbuhan setahun,


berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga
(angiospermae). termasuk keluarga besar Solanaceae yang terdiri dari tidak kurang 2200
spesies. Merupakan tanaman komoditas pertanian yang memiliki rasa yang unik, yakni
perpaduan rasa manis dan asam, menjadikan tomat sebagai salah satu buah yang
memiliki banyak penggemar. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk
kelas dicotyledonnae (berkeping dua).(Tugiyono, 2005).

Tanaman tomat memiliki varietas yang jumlahnya sangat banyak. Berkat


kemajuan teknologi di bidang pemuliaan telah banyak dihasilkan berbagai varietas
tomat unggul hibrida. Banyaknya varietas yang diunggulkan dan ditawarkan, membuat
para petani atau para pelaku agrobisnis justru lebih berhati-hati untuk menjatuhkan
pilihan pada varietas tertentu yang akan dibudidayakan. Pilihan yang tidak sesuai
dengan sifat unggul suatu varietas atau yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki
pasar, bukannya mendatangkan keuntungan tetapi dapat menimbulkan kerugian besar
(Pudjiatmoko, 2008). Oleh karena itu, para petani atau pelaku agrobisnis dapat
menentukan pilihan yang sesuai dengan lahan pertanaman dan permintaan pasar
sehingga dapat mendatangkan keuntungan secara optimal.
Buah tomat memiliki suatu keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan buah
yang lainnya karena kandungan zat yang terdapat di dalamnya yaitu lycopene.Lycopene
merupakan provitamin A sebagai antioksidan paling kuat dalam keluarga karotenoid
dengan kemampuan dua kali beta-karoten. Lycopenememiliki kemampuan untuk
menangkal dan memakan zat beracun atau radikal bebas, termasuk diantaranya adalah
sel kanker (Rismunandar, 1995).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Tanaman Tomat
2. Bagaiman Cara Budidaya Tanaman Tomat
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Tanaman Tomat
2. Unutuk Mengetahui Cara Budidaya Tanaman Tomat
BAN II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanaman Tomat

Tanaman tomat merupakan tanaman semusim (annual) yang berbentuk herba


dengan ketinggian antara 70 cm- 200 cm, tergantung varietasnya. Pada waktu masih
rendah tanaman dapat berdiri tegak, tetapi setelah tumbuh tinggi dan keluar cabang-
cabang yang menyebar, sehingga tidak dapat menahan beratnya, tanaman roboh.
Pertumbuhan tomat berdasarkan ketinggian pohonnya dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu indeterminate, determinate, dan intermediate ( Anonim, 1998).

Buah tomat umumnya berbentuk bulat atau pipih, oval dengan ukuran panjang
4-7 cm, diameter antara 3-8cm. Struktur buah tomat berada di atas tangkai buah. Kulit
tipis, halus, dan bila sudah masak berwarna merah, merah dan juga kuning. Rasa buah
muda adalah getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa
endir dan dikeluarkan oleh 2-9 kantung lendir. Ketika buah semakin matang,
lycopersicin lambat laun semakin menghilang, sehingga buah tomat yang sudah matang
akan terasa asam-asam manis ( Rukmana, 1994).

Secara lengkap ahli – ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara


sistemik sebagai berikut :

 Divisi : Spermatopyhta Subdivisi : Angiospermae


 Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
 Ordo : Turbiflorae
 Famili : Solanaceae (berbunga seperti terompet)
 Genus : Solanum (Lycopersium)
 Species : Lycopersium esculentum Mill (Chandra.2013)

Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna
batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya
banyak ditumbuhi rambut halus terutama di bagian berwarna hijau. Di antara rambut –
rambut tersebut terdapat rambut 4 kelenjar. Jika dibiarkan (tidak dipangkas) tanaman
tomat akan mempunyai banyak cabang yang menyebar rata. Sebagaimana tanaman
dikotil lainnya, tanaman tomat berakar samping yang menjalar ke tanah. Daunnya
mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi,
dan mempunyai celah yang menyirip. Buah tomat yang masih muda biasanya terasa
getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan
dikeluarkan 209 kantong lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat
laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya pun jadi enak, asam – asam
manis. (Wulan, 2012)

 Jenis dan varietas

Banyaknya varietas unggul yang ditawarkan membuat para petani atau para
pelaku agrobisnis justru harus lebih hati-hati untuk menjatuhkan pilihan pada varietas
tertentu yang akan dibudidayakan. Berikut ini adalah deskripsi beberapa tanaman tomat
yang merupakan varietas unggul:

Varietas Soluna F1, Samina F1, dan Tresna F1


Zinac
Tornado 201
New Kingkong
Tomat Kada
Tomat Yellow Pear
Tomat Season Red (Effendi, 1982).
 Syarat Tumbuh

Tomat dapat tumbuh dimana saja baik di dataran rendah maupun di dataran
tinggi atau pegunungan, meski demikian pertumbuhan tanaman tomat akan menjadi
lebih baik jika berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk. Tanaman ini dapat
tumbuh di segala jenis tanah, mulai tanah berpasir hingga tanah liat. Akan tetapi untuk
mendapatkan hasil produksi yang tinggi, tanaman ini menghendaki tanah liat yang
gembur, kaya bahan organik, dan berdrainasi baik, dengan derajat keasaman tanah (pH)
adalah 5,5-6. Tanaman tomat peka sekali terhadap zat-zat makanan dalam tanah, baik
kelebihan maupun kekurangan terutama unsur Nitrogen. Tanaman ini juga tidak tahan
terhadap kondisi curah hujan yang lebat (Sunaryono, 1981).
Tanaman tomat tidak senang pada tanah yang tergenang air atau tanah yang
becek. Tanah yang keadaannya demikian menyebabkan akar tomat mudah busuk dan
tanaman tidak mampu menghisap zat dan hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara
dalam tanah sekitar akar tomat kurang baik. Akibat dari keadaan yang demikian adalah
kematian tanaman tersebut. Untuk pertumbuhannya yang baik tanaman tomat
membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit
mengandung pasir dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan
cukup, mulai tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Tugiyono, 1995).

Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0-1.250 mdpl, dan tumbuh
optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan
dengan suhu siang hari 24°C dan malam hari antara 15°C-20°C. Pada temperatur tinggi
(diatas 32°C) warna buah tomat cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang
tidak tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata. Temperatur ideal antara 24 °C28°C.
Curah hujan antara 750-125 mm/tahun, dengan irigasi yang baik. (Anonim, 2007).

 Kandungan Buah Tomat dan Manfaat

Jenis senyawa karotenoid pada tomat adalah likopen yang merupakan pigmen
yang menyebabkan warna merah, senyawa ini dapat melindungi sel manusia dari
nitrogen dioksida seperti asap rokok dan diesel. Likopen sebagai salah satu antioksidan
kuat yang banyak ditemukan dalam sayuran dan buah mempunyai potensi yang tinggi
dalam menghambat radikal bebas, yang dapat merusak sel dan radiasi sinar UV
(Tugiyono, 1995).

Dari seluruh bagian tanaman tomat


yang terpenting adalah buahnya. Buah tomat yang masih muda yang berwarna hijau
muda dapat dimakan, tetapi nilai gizinya masih sangat rendah. Buah tomat muda
kebanyakan dimasukkan ke dalam sayuran dan tidak banyak mengandung vitamin,
enzim, zat-zat mineral dan sejenis zat antibiotik yaitu zat “Tomatin” (Rismunandar,
1995).

2.2. Teknik budidaya tanaman tomat

 Persemaian

Menyebar benih tomat pada pesemaian dapat dilakukan dengan cara:


a. Disebar merata,
b. Disebar berbaris,
c. Dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm atau 5 cm x 10 cm bila tidak akan
dibumbung.
(Sugeng, 2008).

Benih atau biji-biji tomat yang telah terpilih sebelum disemaikan didesinfektan.
Caranya, dengan merendam benih kedalan larutan fungisida agar mikroorganisme yang
dapat menimbulkan penyakit mati. Ada beberapa cara menyemai pada bedeng
persemaian. Cara pertama, benih tomat ditaburkan merata pada permukaan bedeng,
kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Bedeng dibuat guritan sedalam 1 cm dengan jarak
antar guritan 5 cm, lalu biji ditaburkan kedalan guritan secara merata dan tidak saling
tumpuk, kemudian ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis. Bagi bibit-bibit yang
disebar merata atau berbaris, segera setelah biji tumbuh. Kira-kira pada umur 1 bulan
harus dipindah ke tempat pembibitan. Pada saat itu diadakan penyortiran/ pemilihan
pula. Bibit-bibit yang kuat saja yang dipilih. Cara kedua, dengan menanamkan benih
pada lubang-lubang tanam yang dibuat dengan jarak 5 cm dan kedalaman lubang tanam
sekitar 1 cm. Dalam satu lubang tanam dapat diisikan 1 atau 2 benih, kemudian ditutup
tanah tipis-tipis. Cara ketiga, penyemaian dapat langsung dilakukan pada kantong-
kantong polybag yang telah diisi media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1. Setiap kantong polybag diisi satu benih saja dan tanamkan benih
dengan kedalaman sekitar 1 cm. Setelah biji ditanam, media semai sebaiknya dibasahi
dengan air (Atani, 2008).

1.Pengolahan tanah

Pengolahan tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus memperhitungkan


waktu, antara lain lamanya bibit dipersemaian hingga dapat dipindah ditanam di kebun
dengan lamanya proses pengolahan sampai siap tanam. Lamanya waktu pembibitan
sekitar 25-30 hari, sedangkan lamanya pengolahan tanah yang intensif sampai siap
tanam adalah 21 hari. Agar tepat waktu penanamanya dikebun, jadwal pengolahan
tanahnya sebaiknya dilakukan 1 minggu setelah benih disemaikan. Pengolahan tanah
dilakukan dengan cara dibajak (Pudjiatmoko, 2008).
Setelah tanah dicangkul atau dibajak, dibiarkan selama 2-3 minggu tujuannya adalah
agar gas-gas beracun menguap, bibit penyakit dan hama akan mati disinari matahari.
Tanah yang sudah remah dan gembur kemudian segera dibuatkan bedeng-bedeng
membujur ke arah timurbarat agar penyebaran cahaya matahari dapat merata ke seluruh
tanaman. Bedengan dibuat dengan lebar antara 110-120 cm, tinggi 30-45cm dan jarak
antar bedengan 50-60 cm. Khusus pada musim hujan di daerahdaerah yang air tanahnya
dangkal atau mudah menggenang perlu dibuat parit keliling dengan ukuran 20-30 cm
dan dalamnya sekitar 30 cm untuk pembuangan air yang berlebihan (Rismunandar,
1995).

Setelah bedengan dibuat tanah dihaluskan dan diratakan, supaya tanah tidak mudah
longsor, tepi bedengan dipadatkan. Apabila kondisi tanah gersang sebaiknya ditanami
tanaman yang dapat berfungsi sebagai pupuk hijau semisal orok-orok (Crotalaria
juncea). Pada saat mulai berbunga orok-orok dicabut, dipotong-potong kemudian
dipendam merata dalam bedengan-bedengan. Sebelum bibit tomat ditanam lahan harus
diberi pupuk kandang yang telah jadi dan NPK dengan ditaburi secara merata ke seluruh
bedengan (Pracaya, 1998).

2.Pemberian mulsa

Untuk menjaga agar tanah tidak cepat kering dapat juga diberi mulsa (penutup
tanah). Tanaman yang diberi mulsa akan bebas dari percikan tanah. Mulsa dapat dibuat
dari daun-daun tanaman bambu, jerami, kelapa, salak, dan enau atau dapat berupa
plastik hitam perak atau kertas alumunium. Mulsa plastik hitam perak atau kertas
alumunium dapat memantulkan sinar sehingga mengurangi serangan kutu, misalnya
aphis dan thrips yang bersembunyi di balik daun tomat. Kutu-kutu yang sering
menularkan penyakit virus tersebut akan pindah ke tempat yang tidak terkena pantulan
sinar matahari. Mulsa dari daun-daunan yang membusuk akan menjadi pupuk organik
yang dapat menyuburkan tanah (Haryani, 1994).

Hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman sayuran seperti tomat, cabai, kacang
panjang, dan sayuran lainnya dengan sistem mulsa plastik adalah tanaman diusahakan
tidak menyentuh plastik mulsa supaya tidak terbakar karena panas lalu membusuk
selain itu tanah dilubang tanaman harus dihindari munculnya rongga yang dapat
menyebabkan tanaman mati karena akarnya terkena panas (Wiryanto, 2002).
3.Penanaman

Setelah bibit berumur 4-6 minggu sejak semai, dapat dipindah ke kebun yang telah
diolah. Tiga hari sebelum penanaman lubang-lubang penanaman perlu dipersiapkan.
Luas lubang 15-20 cm2 dalam 15-20 cm dan jarak lubang yang satu dengan yang
lainnya 50-60 atau 70-80 cm. Penanaman harus dilakukan segera setelah bibit dicabut
agar tidak layu. Untuk mengurangi perusakan akar-akar bibit pada waktu pemindahan,
terutama pada kondisi kering, bedengan perlu diairi sehari sebelum bibit dipindahkan.
Setelah bibit ditanam, tanah di sekitar tanaman ditekan condong ke arah akar sehingga
akar dapat berhubungan langsung dengan tanah. Kemudian tanah disiram dengan air
lagi agar tanah di sekitar akar kompak (Tugiyono, 1995).

4.Pemeliharaan

Selain memberi pupuk organik pada saat menjelang penanaman secara merata
dicampur dengan tanah bedengan atau pada lubang-lubang tanam, maka saat menjelang
tanaman mulai berbuah pertama perlu juga diberi pupuk buatan (pupuk anorganik),
misalnya pupuk Urea dan ZA. Pemupukan memang dilakukan dengan takaran pupuk
disesuaikan dengan usia tanamannya, dan cara pemupukan harus mengikuti aturan.
Sebelum menabur pupuk terlebih dahulu dibuat rorakan (selokan) sedalam 5-10 cm
yang melingkari tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran ( Mulyani,
1987).

Pemangkasan dilakukan terhadap tunas-tunas muda dan pucuk batang. Tiap-tiap


batang cukup ditinggalkan 1-2 cabang utama saja. Pemangkasan ini dimaksudkan untuk
menjaga waktu berbuah. Biasanya pada tanaman yang bercabang banyak, buahnya
menjadi kerdil dan terlalu lama masak. Selain itu pada tanaman yang dipangkas
gangguan spenyakitnya juga dapat berkurang (Tugiyono, 1995).

Perlu diingat bahwa pemberian pupuk kandang yang berlebihan dan tidak
diimbangi dengan pemberian pupuk buatan (N, P, dan K) dapat menyebabkan hal-hal
sebagai berikut:

a. Tanaman terlalu subur hingga enggan berbunga/ berbuah.


b. Rasa buahnya menjadi kurang manis dan daging buahnya agak lembek.
c. Kemungkinan tanaman mudah terserang hama penggerek.
Akan tetapi bila pupuk kandang tidak diberikan, lebih-lebih pada tanah yang
kurus (tidak subur), maka tanaman akan kerdil dan daunnya menguning (hijau
kekuningan). Dapat juga terjadi tanaman tidak tahan kekeringan adan akhirnya mati
( Soekirno, 1982).

1. Hama dan penyakit

a.Hama

Hama adalah semua binatang yang mampu merusak tanaman. Hama tanaman,
misalnya tupai, serangga, tikus, bekicot, nematoda, burung emprit, belalang, wereng,
gangsir, babi hutan, dan gajah. Hama yang sering menyerang tanaman tomat antara lain
sebagai berikut:

a. Ulat buah tomat.


b. Kutu daun Lalat putih
c. Lalat buah
d. Nematoda
e. Lalat putih

Banyak petani belum mengetahui perbedaan antara gejala serangan hama dan
penyakit pada tanaman tomat. Akibatnya petani sering keliru menggunakan obat pada
saat mengendalikan hama dan penyakit sehingga mengakibatkan kerugian atau
kerusakan tanaman. Misalnya jika tanaman tomat mengalami busuk ujung buah.
Penyebabnya dapat karena tanaman kekurangan unsur hara Ca atau dari serangan jamur
Phythopthora. Apabila tidak mengetahui penyebabnya dengan pasti maka sulit
melakukan pengendaliannya. (Haryono, 1980).

Uret merupakan larva dari hama kumbang atau wangwung. Tempat hidup hama
ini biasanya di dalam tanah, kayu yang sudah melapuk dan tumpukan kotoran ternak.
Tipe mulut hama ini menggigit-mengunyah. Serangan hama ini hampir sama dengan
serangan dari hama ulat tanah yaitu dengan merusak atau memotong akar dan batang
tomat yang baru dipindah dilapang, menggerek batang atau hanya memakan bahan-
bahan organik saja. Hama ini menyerang pada malam hari dan pada siang hari
bersembunyi di bawah permukaan tanah. Pengendalian hama ini dengan menaburkan
insektisida butiran (granular) ke dalam tanah (Tjahjadi, 1989).

Hama utama pada tomat adalah Helicoverpa armigera yang dapat menimbulkan
kerugian sebesar 52,9%. Pengendalian dapat dilakukan dengan memberikan insektisida
Sipermethrin 0,2% yang diberikan 1 kali seminggu pada ambang kendali 0,1
larva/tanaman dan Klorfluazuron (Atabron 50 EC) dengan konsentrasi 750 ppm
sedangkan penggunaan mikroba Bacillus thuringiensis yang dikombinasikan dengan
Sulfutrin (0,1% + 0,1%) efektif menekan kerusakan buah tomat oleh H. Armigera
(Wisnu, 1995).

b.Penyakit

Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh


mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut adalah virus, bakteri, protozoa, jamur, dan
cacing nematoda. Mikroorganisme tersebut dapat menyerang organ tumbuhan seperti
pada akar, batang, daun, atau buah. Penyebaran penyakit pada tanaman tomat dapat
terjadi melelui angin, air, atau serangga. Beberapa contoh penyakit pada tanaman tomat
dan penyebabnya adalah sebagai berikut:

 Penyakit jamur Phythophthora infestans


 Penyakit layu Fusarium
 Penyakit bakteri (Xanthomonas solanacearum)
 Busuk ujung buah tomat (Tjahjadi, 1989).

Penyakit busuk daun pada tanaman tomat yang disebabkan oleh jamur
Phythophthora infestans biasanya berjangkit pada musim hujan dan dapat menyerang
semua stadia pertumbuhan tanaman tomat sehingga perlindungannya harus dimulai
sejak pindah pada lahan pertanaman. Jamur ini bersifat parasit obligat, yaitu hanya
dapat hidup pada jaringan yang hidup. Tetapi karena sangat variatifnya pola tanam dan
banyaknya inang alternatif menyebabkan jamur ini sulit dikendalikan (Rismunandar,
1995).

Penyakit layu fusarium pada tanaman tomat disebabkan oleh jamur Fusarium
oxysporum f. Sp. Lycopersici. Gejala pertama dari serangan penyakit ini adalah
pucatnya tulang-tulang daun, terutama daun-daun sebelah atas, kemudian diikuti dengan
merunduknya tangkai dan akhirnya tanaman menjadi layu keseluruhan dan mati
(Nugroho, 1997).

2.Panen dan pasca panen

Pemanenan tanaman tomat cukup bervariasi dalam hal waktu dan tingkat
produktivitasnya. Pada umumnya varietas genjah mempunyai waktu panen yang lebih
cepat dan sebaliknya varietas yang tidak genjah umumnya lebih lama. Kebanyakan
tanaman indeterminite mempunyai waktu panen lebih lama dibandingkan tanaman
determinite. Hal ini disebabkan pada saat fase pembungaan masih harus
memberi”makan” batang untuk terus tumbuh meninggi. Biasanya tanaman
indeterminite membutuhkan waktu sekitar 70- 90 hari setelah tanam, sedangkan varietas
determinite hanya sekitar 60 hari setelah tanam. Penentuan waktu panen hanya
berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor
lingkungan yang mempengaruhinya seperti: keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria
masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan
daun tanaman dan batang tanaman (Trisnawati dan Setiawan, 1994).

Panen pada saat buah berwarna merah atau buah masak, permukaan buah lebih
banyak berwarna kuning, orange, atau merah. Warna hijau berangsur hanya sekilas.
Bersamaan dengan proses pematangan buah kandungan klorofil, vitamin C, dan
kekerasan menurun. Sebaliknya, kandungan lycopene dan etilen justru meningkat.
Perubahan kimia selama proses kematangan buah meliputi warna dan hijau ke merah,
karbohidrat, dari pati menjadi gula dan asam organik yang kian menurun. Disamping
itu, protein dan pembebasan asam amino meningkat diikuti kerusakan jaringan sel serta
perubahan aroma (Pracaya, 1998).

Umumnya pemanenan bergantung pada tujuan penanganan dan pengiriman. Untuk


pengiriman jarak jauh dipilih buah dengan tingkat kemasakan hijau tua. Untuk jarak
dekat atau untuk bahan baku industri olahan, tingkat kemasakan yang dipilih adalah
warna merah muda atau merah. Sebelum mulai memetik, kontainer atau wadah hasil
panen dilapisi koran. Tujuannya untuk mencegah benturan antar tomat atau tomat
dengan wadah. Kontainer diisi tidak terlampau padat. Kedua hal tersebut juga berlaku
ketika pengangkutan jarak jauh (Rukmana, 1994).
Strategi pemasaran adalah pernyataan pokok tentang dampak yang diharapkan akan
dicapai dalam hal permintaan pada pasar tertentu. Pendekatan terinci untuk menerapkan
strategi ini ditentukan lewat programprogram pemasaran yang spesifik. Strategi
pemasaran dapat memberikan konsistensi arah diantara program-program tersebut
dengan mengenali jenis dampak total terhadap permintaan dari seluruh pemasaran yang
dirancang untuk mencapainya (Joseph, 1992).

Proses sortasi tomat berdasarkan tingkat kematangan perlu mekanisasi agar mampu
mengevaluasi mutu secara obyektif dan diperoleh produk seragam. Penggolongan
tersebut bertujuan membuat keseragaman baik warna, bentuk, maupun mutu buah.
Petani mengelompokkan tomat berdasarkan bobot ke dalam 4 kelas, yaitu: kelas A lebih
dari 150 gr, kelas B antara 100-150 gr, kelas C antara 50-100 gr, dan kelas D kurang
dari 50 gr. Penggolongan tomat ini juga ada yang diterapkan berdasarkan bentuk
bulatnya tomat ( Tugiyono, 1995).

Pengepakan melindungi mutu dan sanitasi, sehingga konsumen menerima tomat


lebih segar dan kualitas terjamin. Manfaat lain melindungi tomat dari kerusakan fisik,
kadar air turun, dan penyinaran. Selain itu kemasan juga mempermudah penyusunan
dan distribusi. Bahan kemasan yang dapat digunakan antara lain kayu, bambu, kardus
dan karung. Kemasan kayu atau bambu berventilasi digunakan untuk pengiriman jarak
jauh atau dekat. Untuk jarak jauh bobot per peti 20-30 kg. Pengemasan untuk tingkat
pengecer disebut kemasan dalam, biasanya terbuat dari plastik, kertas, dan plastik
tercetak. Untuk pasokan pasar swalayan, produsen memanfaatkan kemasan sekali pakai
berupa styrofoam (Anonim, 2007).

Ruang penyimpanan butuh kelembaban tinggi, mencapai 90%. Tomat yang dipetik
ketika warnanya masih hijau menjadi matang sempurna setelah 12 hari pada suhu 180 -
200 C. Menurut suatu penelitian, jarak angkut 800 km dengan truk menyebabkan
kerusakan 32%-47%. Tingkat kerusakan lebih parah dialami peti pada bagian belakang
truk karena guncangan lebih hebat. Hal itu karena tomat mudah rusak, tidak tahan
guncangan, serta mudah busuk. Oleh karena itu petani atau produsen harus
memperhatikan kekuatan kemasan, lama perjalanan, dan temperatur (Wisnu, 1995).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang pengaruh penyiangan pada tiga tingkat populasi yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat, menghasilkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :

1. Waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman


tomat, meliputi: tinggi tanaman, indeks luas daun, berat buah pertanaman dan berat
buah perpetak. 2. Jumlah populasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat meliputi tinggi tanaman, indeks luas daun, berat buah pertanaman dan
berat buah perpetak.

3. Terdapat interaksi antara waktu penyiangan dan jumlah populasi terhadap hasil
tanaman tomat yaitu pada pengamatan berat buah pertanaman dan berat buah perpetak.
Kombinasi terbaik yaitu waktu penyiangan umur 15 HST dan 30 HST dan jumlah
populasi 20 tanaman/petak.

3.2 Saran

Penyiangan harus dilakukan secara efesien pada waktu dan cara yang tepat dengan
mengatur jumlah populasi yang baik sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat lebih maksimal. Perlu adanya pemupukan yang seimbang dalam meningkatkan
kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit serta penggunaan varietas
unggul. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu di lakukan juga pengaturan
populasi tanaman atau pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaiangan
dalam penyerapan hara, air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan
baik akan mempengaruhi hasil tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Alfandi Dan Dukat. 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tiga Kultivar
Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) terhadap Kompetisi dengan Gulma pada Dua Jenis
Tanah. Jurnal Agrijati 6 (1): 20-29.

Ali, Halim. HJ. AG. Abdul 2014. Pengaruh jarak Tanam dan Pemberian Dosis
Kotoran Ayam terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea. L)
Varietas Gajah.Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Allaer, R.W. 1995. Pemuliaan Tanaman Jilid 2. Rineka Cipta. Jakarta.

BPS. 2014. Gorontalo dalam Angka. BPS Provinsi Gorontalo.

Dimiati A. 2012. Uji Daya Hasil 9 Genotipe Tomat (Lycopersicum esculentum


Mill.) pada Budidaya Dataran Rendah (Tajur, Bogor). Skripsi. Departemen Agronomi
dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Bogor

Fitria Y. 2011. Pengaruh Alelopati Gulma Cyperus rotundus, Ageratum conyzoides


Dan Digitaria adscendens terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicon esculentum Miil.) Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fitriani, Emi. 2012. Untung Berlipat Dengan Budidaya Tanaman Tomat Di


Berbagai Media Tanam. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Firmanto, Bagus Herdy. 2011. Sukses Bertanam Secara Organik. Angkasa.


Bandung. Hamzah, A., Rosmimi dan Syamsuardi. 2005. Pertumbuhan dan Produksi
Tiga Varietas Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.). J. Sagu 4 (1): 10-15.

Hardiman, T., T. Islami dan H. T Sebayang. 2014. Pengaruh Waktu Penyiangan


Gulma pada Sistem Tanam Tumpangsari Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) dengan
Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz.). J. Produksi Tanaman 2 (2): 111-120.

Anda mungkin juga menyukai