Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Politeknik Pertanian Negeri Kupang merupakan lembaga pendidikan tinggi


yang menyelenggarakan program pendidikan vokasional dalam sejumlah bidang
pengetahuan dalam lingkup ilmu pertanian. Lembaga pendidikan ini diarahkan
pada kesiapan peserta didik atau mahasiswa untuk menerapkan keahlian dalam
lingkup ilmu pertanian, yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat khususnya
kebutuhan industri dalam sistem agribisnis yang salah satunya dicapai melalui
kegiatan Praktik Kerja Lapang.
Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah mata kuliah yang dilaksanakan secara
mandiri di lapangan (industri, kebun, pabrik, sawah, kandang, klinik) milik
masyarakat (petani, pemerintah, atau swasta). Maksud kegiatan PKL agar
mahasiswa mendapat pengalaman kerja di lapangan pada kondisi yang
sesungguhnya terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat produsen tanaman
hortikultura. Dengan demikian, mahasiswa akan memiliki wawasan lebih luas
terutama berhubungan dengan teknologi budidaya tanaman hortikultura seperti
pengadaan benih/bibit, penyiapan lahan, pemeliharaan, panen, dan pascapanen
sampai pada proses pengolahan hasil untuk disalurkan kepada konsumen
(pemasaran). Selain itu, mahasiswa juga akan memiliki keterampilan khusus
dalam teknologi pertanian seperti budidaya sayuran organik, pupuk organik,
pembibitan tanaman, budidaya hidroponik, dan pascapanen hasil tanaman
hortikultura. Disamping itu, dalam rangka menumbuhkan jiwa kewirausahaan,
maka mahasiswa juga dapat mengetahui tentang dinamika kelompok usaha dari
perusahaan ataupun kelompok usaha di tempat praktik tanaman sayuran tomat,
terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat beef
(Lycopersicum esculantum Mill) di screen.
Tomat merupakan tumbuhan dari keluarga Solanaceae yang mempunyai
banyak jenis, salah satunya adalah Tomat beef. Tomat jenis ini memakai

1
tambahan nama dibelakangnya karena bentuknya yang lebih besar dari ukuran
buah tomat yang lain. Tomat beef memiliki semua kandungan yang ada pada
tomat lainnya. Misalnya, ,lemak jenuh,dan juga manis, karena itu peminatnya
semakin banyak. Tomat beef memiliki keunggulan ekonomis dibandingkan tomat
jenis yang lain. Keunggulan terletak pada harga jual yang tinggi dan relatif stabil,
karena tidak pernah terjadi panen raya atau panen secara besar besaran seperti
tomat sayur. Buah tomat beef tak beredar di pasar tradisional, hanya beredar di
pasar moderen seperti supermarket dan hipermarket. Dilihat dari pasat yang
ditebus, komoditi ini sangat menjanjikan dan layak untuk diusahakan, dimana
pasar yang dimasuki adalah pasar moderen, yang ramai dikunjungi oleh
konsumen menengah keatas (Fitriani, 2012).
Hambatan paling besar dalam budidaya tomat beef seringkali dikarenakan
keberadaan hama dan pennyakit yang sering menyebabakan tanaman rusak pada
bagian tertentu. Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk mengurangi
resiko kerugian yang dapat yang dapat ditimbulkan akibat serangan hama dan
penyakit. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengendalian hama dan
penyakit yaitu melakukan pengamatan terhadap hama dan penyakit,
mengidentifikasi jenis-jenis hama dan penyakit, menggunakan pestisida sebagai
alternatif terakhir secara bijak sana dengan dosis sesuai anjuran (Rahman,2010).
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuandarikegiatan PKL ini agar mahasiswa dapat mengetahui:
a. Berbagai jenis hama dan penyakit yang terdapat di screen house tomat
beef BBPP Lembang.
b. Teknik pengendalian hama dan penyakit yang biasa digunakan di screen
house tomat beef.
c. Melakukan analisis kelayakan usaha dalam teknik pengendalinhama dan
penyakit tanaman tomat beef.
Kegunaan laporan PKL adalah: menambah pengalam dan ketrampilan
tentang teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman tomat beef.

2
1.3. WaktudanTempat PKL
PKL dilaksanakanselamaduabulan, mulaitanggal 24 Agustuss.d 24 Oktober
2017 di BBPP Lembang, Kabupaten Bandung Barat, ProvinsiJawa Barat.
1.4. Metode Penulisan
Metode yang digunakandalamkegiatan PKL adalah:
a. Praktik
Kegiatan praktik dilakukan dengan cara melaksanakan setiap tahapan kegatan 
di  Screen  house secara langsung dengan bimbingan dan arahan dari petugas     
lapangan.
a. Wawancara
Melakukan diskusi atau wawancara langsung dengan pembimbing lapang
ataupunkaryawanterkaitmateri.
b. Observasi
Melakukan pengamatan langsung di Screen house dan pengumpulan data
oleh mahasiswa
c. StudiPustaka
Mengutip berbagai referensi  (buku,  atau  setiap  jurnal penelitian  yang
 berkaitan dengan judullaporan PKL).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Tomat Beef

Tomat beef merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari


daerah dataran rendah sampai tinggi (pegunungan). Ketinggian tempat  di dataran 
tinggi (pegunungan) yaitu > 900 m dpl dan ketinggian tempat di dataran rendah <
500 m dpl. Biasanya tomat beef yang dibudidayakan di dataran tinggi memerlukan
suhu yang relatif rendah dibandingkan tomat beef yang dibudidayakan di dataran
rendah. Tanaman tomat beef membutuhkan tanah yang gembur dengan kadar
keasaman (pH) antara 5-6, tanah yang baik adalah tanah yang sedikit mengandung
pasir dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur. Tomat dapat
tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki curah hujan rendah maupun
tinggi,Suhu udara 250 C- 270C . Tanaman tomat beef memiliki morfologi dengan
daun majemuk dan berbentuk menyirip, daun-daun tersebut letaknya tersusun di
setiap sisi. Daun tomat beef mudah dikenali karna mempunyai bentuk yang khas,
yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya
yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar
15- 20 cm.Buah tomat beef memiliki bentuk bervariasi, mulai dari bulat lonjong,
bulat halus, bulat beralur, bulat dengan bentuk datar pada ujung atau pangkalnya,
hingga bentuk yang tidak teratur. Bentuk dan ukuran buah tersebut tergantung
varietasnya. Ketika masih muda buahnya berwarna hijau muda sampai hijau tua,
berbulu, dan memiliki rasa asam, getir dan berbau yang tidak enak karena
mengandung lycopersicin. Saat tua buahnya menjadi sedikit kuning, merah cerah
atau gelap, merah kekuning-kuningan, kuning atau merah kehitaman dan
rasanyapun menjadi enak karena semakin matang buah maka kandungan
lycopersicinnya akan hilang (Agromedia, 2007).
Tomat berasal dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian, yaitu xitomate
atau xitotomate. Sejak ditemukannya Benua Amerika oleh Colombus pada tahun
1492, tomat menyebar ke seluruh penjuru dunia, sehingga hampir setiap orang

4
mengenal dan pernah mengkonsumsi tomat, meskipun dalam bentuk yang
berbeda.Pada awalnya tomat dilaporkan sebagai tanaman beracun, namun
menjelang abad ke-19 tomat menjadi semakin populer dan kini tomat telah
menjad
salah satu tanaman sayuran yang di produksi dan dikonsumsi di seluruh
dunia. Oleh karena itu, tanamantomat ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
dibudidayakan hampir disetiap tempat yang memenuhi kebutuhan persyaratan
tumbuhnya.
Masuknya tomat ke Indonesia di perkirakan terjadi sekitar tahun 1811, dan
sejak saat itu tomat makin dikenal di berbagai kalangan masyarakat Indonesia dan
diusahakan diberbagai daerah, terutama daerah yang memiliki dataran tinggi. Saat
ini, kawasan yang menjadi pusat pengembangan tanaman tomat di
Indonesia adalah daerah Jawa Barat, khususnya Kota Banjar.Meskipun demikian,
di daerah lainyang memenuhi persyaratan tumbuhnya, tomat juga banyak
diusahakan (Direktorat Jendral Holtikultura Departemen Pertanian, 2008).

2.2. Taksonomi
Menurut Tugiyono (2009) secara lengkap para ahli botani yang ada
mengklasifikasikan tanaman tomat beef secara sistematik sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Esculentum Mill
Varietas : Umagna RZ

5
2.3. Morfologi Tomat Beef
Morfologi tomat beef meliputi :
2.3.1. Daun
Tanaman tomat beef berdaun majemuk dan berbentuk menyirip, daun-
daun tersebut letaknya tersusun di setiap sisi. Daun tomat beef mudah dikenali
karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan
mempunyai celah yang menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu
mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar 15- 20 cm. Daun tomat beef ini
tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang. Sementara itu, tangkai daunnya
berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 mm (Wiryanta,
2004).
2.3.2. Batang
Batang tanaman tomat beef berwarna hijau dengan bentuk persegi empat
hingga bulat. Permukaan batang tomat beef ditutupi oleh bulu atau rambut halus,
diantara bulu-bulu tersebut terdapat rambut kelenjar yang mampu mengeluarkan
bau khas. Bagian yang masih muda batangnya memiliki tekstur yang lunak,
mudah patah dan dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun
harus dibantu dengan beberapa ikatan, tetapi setelah tua berubah menjadi keras.
Tinggi tanaman tomat beef dapat mencapai 2,5 hingga 4 meter hal tersebut terjadi
apabila pertumbuhannya tidak dihentikan (Fitriani, 2012).
2.3.3. Akar
Tomat beef memiliki sistem perakaran tunggang yang tumbuh secara
horizontal dan juga memiliki akar cabang serta akar serabut yang berwarna
keputih-putihan. Perakaran tanaman tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah
hingga kedalaman rata-rata 30 - 40 cm, namun pada kondisi lingkungan yang
optimal, akar tanaman tomat beef dapat mencapai kedalaman 50 cm. Akar
tanaman tomat beef berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Oleh karena itu, tingkat kesuburan
tanah di bagian atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan
produksi buah, serta benih tomat beef yang dihasilkan. Kesalahan dalam

6
penanganan selama proses penyiangan bisa berdampak pada terhambatnya
pertumbuhan akar (Purwati dan Khairunisa, 2009).
2.3.4. Bunga
Bunga pada tanaman tomat beef termasuk jenis bunga berkelamin dua atau
hermaprodit. Kelopak bunganya berjumlah 5 buah dengan warna hijau, sedangkan
mahkotanya yang berjumlah 5 buah berwarna kuning dan berukuran sekitar 1 cm,
bertangkai pendek dengan kepala sari yang panjangnya 5 mm dan berwarna sama
dengan mahkota bunga. Alat kelaminnya terdiri atas benang sari (stamen) dan
kepala sari (anter) yang terkandung didalamnya tepung sari atau polen.Karena
memiliki dua kelamin, bunga tomat beef bisa melakukan penyerbukan sendiri.
Biasanya pembuahan terjadi 96 jam setelah proses penyerbukan. Buah tersebut
akan masak pada 45-50 hari setelah proses pembuahan (Purwati dan Khairunisa,
2009).
2.3.5.Biji
Biji tomat beef berbentuk pipih berbulu dan berwarna putih kekuningan
atau coklat muda.Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat,
diselimuti daging buah dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging
buah.Jumlah biji setiap buahnya bervariasi tergantung pada varietas dan
lingkungan maksimum 200 biji perbuah.Umumnya biji digunakan untuk bahan
perbanyakan tanaman (Agromedia, 2007).
2.3.6. Buah
Buah tomat memiliki bentuk yang beragam tergantung dari varietasnya.
Buah tomat berbentuk bulat dan beruas dengan berukuran paling besar dengan
berat 100-250 gram. Buah tomat yang masih mudah berwarna hijauh muda dan
berwarna merah jika sudah masak, buah tomat ini memiliki biji sedikit lunak
yang licin dan berwarna putih kekuning-kekuningan,tersusun secara berkelompok
dan dibatasi oleh daging buah.

7
2.4.Syarat Tumbuh Tomat Beef
Agar tanaman tomat beef menghasilkan buah yang berkualitas, berbagai
faktor agroklimat yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman
harus diperhatikan secara cermat. Faktor-faktor agroklimat tersebut meliputi:
a. Tempat tumbuh
Berdasarkan tempat tumbuhnya, tanaman tomat beef merupakan tanaman
yang dapat tumbuh di semua tempat, dari daerah dataran rendah sampai tinggi
(pegunungan).Ketinggian tempat di dataran tinggi (pegunungan) yaitu > 900 m
dpl dan ketinggian tempat di dataran rendah < 500 m dpl.Biasanya tomat beef
yang dibudidayakan di dataran tinggi memerlukan suhu yang relatif rendah
dibandingkan tomat beef yang dibudidayakan di dataran rendah.Penentuan suhu
optimal untuk tanaman tomat beef tergantung pada varietas yang dibudidayakan
(Agromedia, 2007).
Tanaman tomat beef tidak menyukai tanah yang tergenang air, karena
tanah yang keadaannya demikian dapat menyebabkan akar tomat beef mudah
busuk dan tidak mampu mengisap zat-zat hara dari dalam tanah kerena sirkulasi
udara dalam tanah di sekitar akar tomat beef kurang baik, akibatnya tanaman akan
mati. Tanaman tomat beef membutuhkan tanah yang gembur dengan kadar
keasaman (pH) antara 5-6, tanah yang baik adalah tanah yang sedikit mengandung
pasir dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup
mulai tanam sampai tanaman mulai dapat dipanen (Tugiyono, 2009).
b.  Iklim
Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan tanaman tomat beefadalah 250 C-
270C yang paling optimal untuk pertumbuhan tomat beef.Suhu tinggi dapat
mengganggu pembentukan buah.Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor
suhu malam hari.Penelitian diberbagai negara membuktikan bahwa suhu yang
terlalu tinggi di waktu malam menyebabkan tanaman tomat beef tidak dapat
membentuk bunga secara optimal, sedangkan pada suhu kurang dari 100C
tumpang sari menjadi lambat dalam pertumbuhannya dan banyak tepung sari yang
mati, akibatnya hanya sedikit saja yang terjadi pembuahan (Tugiyono, 2009).

8
Curah hujan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman tomat beef adalah
750-1250 mm/th. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah
bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak beririgasi teknis.Waktu tanam yang
baik adalah dua bulan sebelum musim hujan berakhir sehingga pada saat musim
kemarau atau menjelang musim kemarau tomat beef sudah berbuah.Tomat beef
juga dapat ditanam pada awal musim hujan, tetapi banyak gangguannya, terutama
penyakit yang menyerang daun.Selain itu, hasil buah tomat beef yang ditanam
pada musim hujan juga banyak yang rusak atau pecah-pecah (Tugiyono, 2009).
Tanaman tomat beef memerlukan cahaya matahari yang cukup, minimum
10-12 jam per hari.Intensitas cahaya yang diperlukan tergantung pada fase atau
tingkat pertumbuhan tanaman.Pada fase perkecambahan, tomat beef memerlukan
intensitas cahaya matahari yang terlalu lemah, sehingga pada fase ini tanaman
memerlukan naungan.Pada fase pertumbuahan awal di lahan budidaya, tanaman
juga masih memerlukan intensitas cahaya matahari namuntidak dalam jumlah
yang besar.Sebaliknya pada fase pertumbuhan dewasa tomat beef memerlukan
intensitas cahaya matahari yang tinggi (Agromedia, 2007).
Kekurangan cahaya matahari bisa menyebabkan tanaman mudah terserang
penyakit, baik parasit maupun non parasit.Karena itu, tomat beef dapat tumbuh
dengan baik pada musim kemarau, jika mendapatkan pengairan yang
cukup.Penyerapan unsur hara juga dipengaruhi oleh cahaya matahari. Penyerapan
unsur hara yang maksimal bisa dicapai dengan pencahaya yang berlangsung
selama 12-14 jam perhari atau dengan intensitas cahaya 0,25 mj/m2 perjam
(Agromedia,2007).
2.5. Hama – hama Penting Tanaman Tomat Beef
Hama dan penyakit menjadi faktor penyebab menurunnya produktifitas
tanaman. Pada musim penghujan serangan hama dan penyakit tanaman tomat
meningkat. Jika hama dan penyakit tersebut tidak dikendalikan secara baik, maka
dapat menyebabkan petani mengalami kerugian. Strategi pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman tomat dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu.
Pengendalian Hama dan Penyakit secara terpadu antara lain meliputi;
pengendalian kimiawi dan mekanik

9
2.5.1. Kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.)
Gejala kutu kebul menyerang dan mengisap cairan sel dan jaringan daun
menjadi rusak. Hal ini ditandai dengan adanya bercak-bercak pada daun sehingga
daun mengecil dan menggulung keatas, selain itu permukaan daun tanaman
diliputi oleh serbuk-serbuk putih yang berterbangan jika disentuh. Serangan
dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada bagian
permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung.
2.5.2. Ulat Daun(Spodeptera litura)
Gejala serangan pada daun yang terserang oleh larva yang masih kecil
terdapat sisa–sisa epidermis bagian atas dan tulang-tulang daun saja. Larva yang
sudah besar merusak tulang daun.
2.5.3. Ulat Buah
Gejala serangan ulat buah terdapat lubang-lubang pada buah-buah tomat.
Buah tomat yang terserang menjadi busuk dan jatuh ketanah. Kadang larva juga
menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang tanaman.
2.5.4. Ulat Tanah
Ulat tanah menyerang pangkal batang dan tangkai daun. Batang yang
terkena gigitan ulat tanah akan mudah patah dan mati. Selain itu, larva ulat buah
menyerang permukaan daun pada tanaman tomat yang masih muda. Serangan ulat
tanah biasanya menyerang di awal musim kemarau.
2.5.5. Lalat Buah
Buah tomat yang terserang lalat buah menjadi busuk, bila dibuka terdapat
belatung. Pupa lalat buah hidup dipermukaan tanah, Untuk mengendalikan hama
ini, adalah dengan melakukan pengolahan tanah yang benar, pemasangan
perangkap hama.

2.6. Penyakit-penyakit Pada Tanaman Tomat Beef


2.6.1. Penyakit Embun Tepung
Gejala serangan penyakit embun tepung, pada permukaan tanaman tomat
terutama pada sisi atas daun, terdapat tepung berwana putih yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur. Jamur mempunyai mesilium yang berkembang

10
pada permukaan daun dan hanya alat pengisapnya (haustorium) yang masuk ke
dalam epidermis daun.
2.6.2. Penyakit Bercak Daun
Gejala serangan penyakit bercak pada daun yang sakit terdapat bercak-
bercak. Bercak berwarna kuning kecoklatan dengan tepi coklat yang dikelilingi
oleh daerah yang berwarna kemerahan. Pada pusat yang tua, terutama pada sisi
bawah daun, jamur membentuk berkas konidiofor dan konidium yang tampak
sebagai bintik-bintik hitam kelabu. Penyakit yang timbul pada tangkai daun dapat
menyebabkan daun menjadi layu.

2.6.3. Layu Fusarium

Penyakit layu fusarium disebabkan oeleh serangan jamur Fusarium


oxysporum. Jamur ini awalnya menyerang dari akar kemudian berkembang lewat
jaringan pembuluh. Tanaman tomat yeng terkena penyakit ini akan berubah
menjadi layu dan mati. Untuk menghindari seranga penyakit fusarium ini
menggunakan benih yang resisten terhadap penyakit,

2.6.4. Busuk Buah

Busuk buah disebabkan oleh cendawan Thanatephorusn cucumeris.


Penyakit ini menyerang buah tomat. Buah yang terserang akan terlihat bercak
kecil berwarna coklat. Kemudian akan membesar, cekung dan bagian tengahnya
retak. Pengendalian menyemprot seluruh tanaman dengan menggunakan fungisida
berbahan aktif.

11
BAB III
KEADAAN LOKASI PKL

3.1. Sejarah Singkat Instansi PKL

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berdiri sejak tahun


1962, yang pada awalnya bernama PLP (Pusat Pelatihan Pertanian) milik pemda
provinsi Jawa Barat. Kemudian pada tanggal 28 januari 1978 berdasarkan SK
Mentan N0.52/KPTS/org/1/1978 pengelolahanya diambil alih oleh Badan
PendidikLatihan Penyuluhan Pertanian dan berubah menjadi BLPP (Balai
Latihan Pegawai Pertanian) Kayuambon dengan tingkat Eselonering III
PBmeliputi wilayah kerja Jawa Barat bagian timur dan DKI Jakarta. Tahun 2000
dengan keluarnya SK Mentan No.84/KPTS/OT.210/2/2000, tanggal 29 Februari
2000 berubah menjadi BDP (Balai Diklat Pertanian) Lembang. Dengan keluarnya
SK Mentan No. 355/KPTS/ OT. 210/5/2002, tanggal 8 Mei 2002 BDP
mendapatkan kenaikan eselon menjadi Eselon IIIA dan berganti nama menjadi
BDAH (Balai Diklat Agribisnis Hortikultura) Lembang.
Adanya perkembangan IPTEK diera globalisasi serta kebutuhan wilayah
binaan yang semakin kompleks secara nasional, berdasarkan SK Mentan No.
487/KPTS/OT.160/10/2003, tanggal 14 Oktober 2003 BDAH Lembang
berkembang menjadi tingkatan Eselon II dengan nama BBDAH (Balai Besar
Diklat Agribisnis Hortikultura) Kayuambon yang mempunyai tugas melaksanakan
diklat keahlian dan pengembangan teknik diklat dibidang Agribisnis Hortikultura
dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan
pelatihan di bidang pertanian, dilakukan penataan kembali organisasi dan tata
kerja dengan perubahan nama lembaga menjadi BBPP (Balai Besar Pelatihan
Pertanian) Lembang, berdasarkan peraturan Mentan No.15/Permentan / OT. 140 /
2/2007, dengan tugas melaksanakan dan mengembangkan teknik pelatihan teknis
fungsional, dan kewirausahaan dibidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur
BBPP Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran, juga merupakan

12
daerah Agrowisata dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, serta rata-rata
kelembaban nisbi 84-89%. Sangatlah ideal BBPP Lembang menjadi pusat tempat
pelatihan, lokakarya, atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta
sebagai pusat informasi teknologi pertanian khususnya sayur-sayuran, dan buah-
buahan dengan tingkat Nasional dan Internasional.
3.2.Visi dan Misi
Visi : Menjadi lembaga pelatihan yang handal untuk menghasilkan SDM
pertanian yang professional dalam mendukung industri pertanian yang berdaya
saing.
Misi : Adapun misi BBPP Lembang yaitu:

1. Memberikan pelayanan prima kepada aparatur dan nonaparatur pertanian.


2. Mengembangkan program pelatihan inovatif dengan berbagai standar
kompetensi, baik pada level nasional maupun internasional.
3. Mengembangkan kompetensi kepelatihan dibidang hortikultura melalui
pengembangan dan pemanfaatan jejaring dan kerjasama baik pada skala
nasional maupun internasional.
4. Mengupayakan pemecahan masalah para pelaku utama dan pelaku usaha
melalui konsultasi inovatif.
5. Meningkatkan kemandirian finansial melalui program-program berorientasi
pasar dan pengembangan agribisnis berbasis hortikultura.
6. Utilisasi/optimalisasi sarana prasarana melalui berbagai kegiatan produktif
dan bernilai tinggi .
7. Meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan yang berkeadilan untuk seluruh
pegawai.
3.3. Tugas Dan Fungsi Instansi PKL
3.3.1. Tugas Balai
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:15/P
ermentan/OT.140/2/2007 Tanggal 19 Februari 2007 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, mempunyai tugas dan
mengembangkan teknik pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang
pertanian bagi aparatur dan non aparatur.

13
3.3.2. Fungsi Balai
Fungsi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan rencana, program dan pelaksanaan kerjasama.
2. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
3. Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pertanian bagi aparatur pertanian
bagi aparatur dan non aparatur.
4. Pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur
pertanian.
5. Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di bidang pertanian bagi non
aparatur pertanian.
6. Pelaksanaan pengembangan teknik pertanian di bidang hortikultura.
7. Pelaksanaan pengembangan teknik pelatihan pertanian bagi aparatur dan
non aparatur pertanian.
8. Pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan teknis,
fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian.
9. Penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) pelatihan teknis,
fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian.

3.4. Keadaan Umum Lokasi PKL


Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang beralokasi di jalan Kayu
Ambon No.82, Kecamatan Bandung Barat, Propvinsi Jawa Barat dengan
ketinggian tempat 1.200-1300 m dpl, curah hujan berkisar antara 100-400
mm/bulan, serta rata-rata kelembaban udara berkisar 84-89%.

14
3.5. Struktur Organisasi

KEPALA BALAI
Ir. Bandel Hartopo, M.Sc

 BAGIAN UMUM



Subbag
Subbag Kepegawaian dan Rumah Keuangan
Tangga .Subbag Perlengkapandan Instalasi
 Dudung Mahfudin SE Ai K Syamsa Ganjar Nurcahyana, ST


BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI BIDANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN


Ir.M.Iski s, M, Si Rokhedi, SPt

Seksi Pelatihan AparaturSeksi Pelatihan Non Aparatur


Iwan Kurnia, SP Irwan Waluya BcHk
Seksi Program dan Kerjasama
Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Kusyaman, SP MP Yullindra TD, STP

KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 3.1.Struktur Organisasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)

15
3.6. Sekilas Inkubator Agribisnis (IA)
Menurut sensus penduduk tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik jumlah penduduk Indonesia adalah 248,8 juta jiwa, dengan jumlah
angkatan kerja 121,19 juta jiwa, dan tenaga kerja sektor pertanian adalah 38,97
juta. Jumlah ini sangat besar hanya saja bagi kaum muda, sektor pertanian tidak
berada di urutan teratas dalam pemilihan karir, karena dianggap tidak dapat
menjadi sandaran hidup.
Minat masyarakat Indonesia menjadi pengusaha memang masih rendah.
Terlihat dari jumlah wirausaha baru yang tumbuh sekitar 0,7 persen dari jumlah
penduduk yang ada. Masih kalah jauh dibandingkan dengan Negara tetangga,
seperti Singapura yang telah mencapai 4,1 persen, Korea Selatan 4 persen, dan
Amerika Serikat 11,5 %.
Penumbuhan dan pengembangan petani wirausaha didasarkan pada
potensi dan kebutuhan dalam pengembangan diri dan usaha serta berorientasi
pada peningkatan pendapatan, nilai tambah, daya saing dan kesejahteraan.
Pengembangan petani muda wirausaha diarahkan untuk mendorong tumbuhnya
inisiatif, inovasi, kreatifitas dan kerjasama dalam memecahkan masalah – masalah
yang dihadapi baik teknis, sosial maupun ekonomi oleh karena itu untuk
menumbuhkan minat berwirausaha, khususnya dikalangan pemuda, perlu
dilakukan pembinaan mental wirausaha, membuka kesempatan berwirausaha
seluas-luasnya serta menggali kemampuan bekerjasama dan berorganisasi sebagai
wadah belajar, berusaha agribisnis serta mengembangkan manajemen dan
kepemimpinan.
Perkembangan lingkungan strategis dunia usaha di bidang pertanian, baik
yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, menuntut pelaku usaha
untuk lebih meningkatkan kemampuan dan daya saing, melalui penerapan
teknologi secara lebih efektif dan efisien. Disisi lain Unit Pelaksana Teknis
Pelatihan Pertanian, sebagai lembaga pelatihan pertanian yang andal diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam pengembangan kewirausahaan

16
masyarakat pertanian, khususnya pelaku usaha di wilayah kerjanya dalam
pengelolaan agribisnis.
Kontribusi tersebut antara lain diberikan oleh Teknis Pelatihan Pertanian
melalui inkubator agribisnis untuk turut menghasilkan wirausahawan agribisnis
sekaligus pelopor dan penggerak pembangunan pertanian di wilayah kerjanya
yang merupakan wujud kepedulian dan pengapdian masyarakat. Hal ini dilakukan
melalui dukungan layanan konsultasi dan fasilitasi pembelajaran usaha bagi
petani/pelaku usaha yang memerlukan pembinaan dan pendampingan sebagai
pengguna jasa Inkubator Agribisnis/tenant yang akan diinkubasi, sehingga
mampu mengelola dan mengembangkan usaha secara lebih menguntungkan.
Keberadaan inkubator agribisnis menjadi sangat penting karena pada
umumnya petani kecil sangat rentan terhadap resiko terutama pada tahap awal
usaha. Sejumlah ahli menyatakan bahwa pada tahap awal, petani kecil diibaratkan
bayi yang lahir prematur. Bayi prematur ini biasanya memerlukan perlakuan
khusus, misalnya melalui inkubasi, sehingga dapat hidup sebagaimana bayi yang
lahir normal dan terhindar dari resiko kematian. Sistem inkubasi ini kemudian
diadopsi sebagai bagian dari strategi pembinaan petani kecil pada sejumlah
Negara.
Dalam rangka mewujudkan kesamaan persepsi dikalangan pengelola
Inkubator Agribisnis pada Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Pertanian diperlukan
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Inkubator Agribisnis sebagai acuan dalam
membentuk, mengelola dan mengembangkan Inkubator Agribisnis di wilayah
kerja masing-masing.
3.7. Tujuan Inkubator Agribisnis ( IA ) BBPP Lembang
Tujuan pengelolaan Inkubator Agribisnis, yaitu sebagai berikut :
a. Meningkatkan peran Unit Pelaksana Pelatihan Pertanian sebagai pusat diklat,
inkubasi, konsultasi dan pusat transfer teknologi ke masyarakat.
b. Meningkatkan kapasitas dalam mengakses dan memanfaatkan informasi,
teknologi, agroinput, pasar, pembiayaan dan sumber daya lainnya.
c. Meningkatkan skala usaha, daya saing dan nilai tambah.

17
d. Mengembangkan petani wirausaha berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkini serta manajemen modern.
3.8. Sasaran Inkubator Agribisnis (IA) BBPP Lembang
Sasaran pengelolaan inkubator agribisnis bagi pengguna jasa Inkubator
Agribisnis, yaitu sebagai berikut :
a. Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Pertanian;
b. Petani wirausaha.
3.9. Sumber Daya Manusia Inkubator Agribisnis
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sebagai lembaga yang
memiliki dukungan teknis dan pengalaman yang panjang dalam berkomunikasi
dengan para petani dan pelaku agribisnis lainnya, sangat berpotensi menjadi
lembaga pengembang inovasi baru dalam menghasilkan produk dan proses yang
merupakan bagian penting dalam strategi diversifikasi, disamping pengembangan
pasar yang baru.
Besar Pelatihan Pertanian Pertanian Lembang adalah tempat ideal sebagai
Inkubator Usahatani karena juga didukung oleh kemampuan untuk menjalankan
lembaga ini secara operasional. Sumber daya manusia yang dimiliki di Inkubator
Usahatani BBPP Lembang terdiri dari : Pengelola (Manajer), Wakil Manajer dan
pelaksana teknis (Instruktur) yang terbagi dalam 5 zona. Dilihat dari
pendidikannya SDM IA BBPP Lembang meliputi : lulusan Pasca Sarjana,
Sarjana (S1), Diploma (D3); dan SLTA, didukung oleh Widyaiswara yang ahli
dibidangnya.
3.10.Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Inkubator Usaha Tani BBPP
Kayuambon Lembang tertera pada Tabel 3.1
Tabel 3.1.Sarana dan Prasarana Inkubator Usaha Tani BBPP Lembang.

18
No. Sarana dan Prasarana Luas
1 Ruangan Kantor 35 m²
2 Ruangan Kelas 35 m²
3 Laboratorium kultur Jaringan 80 m²
4 Laboratorium Pengolahan Hasil 80 m²
5 Kebun praktek 20.000 m²
6 Kebun jeruk 500 m²
7 Kebun Jambu Kristal 500 m²
8 Screen House Hidroponik sistem irigasi tetes 400 m²
9 Screen House Hidroponik sistem NFT 200 m²
10 Screen House Aeroponik 100 m²
11 Screen House Anggrek dan Kaktus 200 m²
12 Screen House Krisan 200 m²
13 Screen House Mawar 200 m²
14 Screen House Aklimatisasi 24 m²
15 KRPL/RPL 700 m²
16 Gudang Saprodi 50 m2
17 Kandang Ternak 200 m2
18 Laboratorium Agen Hayati 50 m2
19 Gudang Nutrisi 25 m2
20 Screen House Tomat Cherry 700 m2
21 Gudang Alsintan 50 m2
22 Screen House Persemaian 25 m2
23 Ruang Pemasaran 25 m2
24 Green House dan Packing House TTM 2000 m2

3.11. Struktur Organisasi pengelolaan IA

19
KEPALA BALAI

BAG UMUM/SUBAG PI BIDANG


PENDAMPING

PENYELENGGARAAN DIKLAT
MANAJER
PELAKSANA
ElsI PEMASARAN Rokhedi SPt PELAKSANA SARANA PENDAMPING

NANANG H Wk. Manajer PRODUKSI


SP/DADAN S Iwan H,SST

Administrasi PUPUK ALSINTAN

IMAS K, SP PESTISIDA Imas K

III III
I II III III IV
EH AD IV IV IV IV IV IV V
YD NN CM AH IF
HG HG SA RP RP AS FP

ZONA I ZONA II ZONA III


Sayuran,
Jeruk,jamb Anggrek & RPL Lab.
Jeruk,Kopi,
u, kopi Caktus Pengolaha
buah naga, Lab.
Ade R, n Hasil
sayuran Kuljar &
E. Kusnadi E. Kusnadi Amas,
D.Sudraja Euis, EHB Aklimati
Haris
t, Danyu sasi

ZONA IV ZONA V
Mawar Sc.Aero Scren Lab agen Ternak Kompos Pembibita
Krisan & Hidro sayur LP pengendali dan n dan
Dadi AR Sayuran
Elis M rumput hayati Tri hijauan hasil
Slamet Lapangan &
AMd Encang S Yuda AMd Dadan S panen
SST Tanaman
Rokhmadi
Kopi
n, AMd
Beben &
Dadan S Asep K

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Pengelolaan IA

BAB IV

20
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT
BEEF DI SCREEN HOUSE

4.1.Tahapan Budidaya

Lahan yang digunakan dalam budidaya tanaman tomat beef adalah lahan
yang atasnya dibangun sebuah rumah lindung yang atapnya berbahan dasar plastik
dengan filter UV 10-12% yang berfungsi sebagai penerus radiasi matahari
sekaligus pelindung dari paparan sinar UV yang dapat merusak sel,baik sel
tanaman maupun pelaku budidaya tanaman tomat beef. Rumah lindung ini
dilengkapi dengan dinding yang dilapisi dengan inscetgreen,berbahan dasar nilon
agar serangga tidak masuk kedalam green house. green house ini juga dapat
menangkal terpaan angin kencang sehingga tanaman budidaya terlindung dari
bahaya rebah atau miring.
Luasan green house yang dibangun di BBPP Lembang berukuran 200m 2,
lantainya terbuat dari semen sehingga perawatannya lebih mudah. Lantai green
house dibuat dengan material semen dengan bentuk naik ke atas. Persiapan green
house yang ada di BBPP Lembang meliputi langkah-langkah seperti dibawah ini.
a. Sanitasi green house
Kegiatan sanitasi di green house yaitu membersihkan green house dari
rumput liar (gulma) dan sisa tanaman. Sanitasi dilakukan dengan cara manual
yaitu: menggunakan kored, sapu, dan tangan.

Gambar 4.1. Model green House Tipe piggy back

21
b.  Sterilisasigreen house di BBPP Lembang dilakukan sebanyak dua kali,yaitu:
1. Sterilisasi pertama, green house disemprot dengan menggunakan wipol.W
ipol digunakan dengan dosis 20 cc dan dicampur kedalam air sebanyak 10
liter,kemudian disemprotkan pada seluruh bagian green, mulai dari
dinding, lantai, dan tali ajir. Agar seluruh permukaan ruangan steril dari
hama dan mikroba lainnya.
2. Sterilisasi kedua, green house disemprot dengan menggunakan wipol yang
dicampur dengan insektisida. Penyemprotan kedua diaplikasikan setelah 4
hari setelah sterilisasi pertama. Persiapan green house pada budidaya
tomat beef mengunakan waktu satu bulan sebelum tanaman, yang diikuti
dengan persiapan media tanaman dan pengistirahatan green house sebelum
tomat beef dipindahkan atau ditanam.

Gambar 4.2. Sanitasi green


4.2. Persiapan Instalasi
Irigasi yang dilakukan di BBPP Lembang menggunakan sistem
irigasi tetes.Intalasi yang digunakan pada tanaman tomat beefyang terdiri
dari, drum larutan nutrisi, pompa air,pipa utama,pipa penghubung,pipa
lateral,dan penetes (emitter).

Gambar 4.3. Persiapan Instalansi

22
4.3. Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam di BBPP Lembang dilakukan bersama dengan
persiapan green house. Media tanam yang digunakan pada budidaya tomat beef
adalah kombinasi, tanah, arang sekam dan pupuk kandang, dengan perbandingan
1:1:1. Tanah mudah menyuplai air dan udara serta tempat tumbuhnya tanaman.
Arang sekam lebih steril dari organisme yang dapat merusak tanaman,terutama
bagian pokok tanaman yaitu akar yang merupakan bagian penting dari proses
pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang dapat menambah unsur hara, memperbaiki
sifat tanah seperti struktur tanah, sirkulasi udara dalam tanah, penyerapan air.

Gambar 4.4. Persiapan Media

4.4. Pengadaan Benih Tomat Beef


BBPP Lembang memperoleh benih tomat beefdari PT. Amazing Farm. Hal
tersebut dilakukan karena, pihak dari BBPP Lembang diharuskan untuk membeli
tomat beef dari PT. Amazing Farm sebanyak 356 benih yang ditanam hanya 140
benih sisanya ditanam di green lain. Pihak PT. Amazing Farm harus membeli
buah tomat beef, dimana pasar yang dimasuki sudah jelas dan didapatkan harga
yang tetap atau stabil sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Benih tomat
beefdengan varietas Umagna RZ memiliki keunggulan yaitu:
1. Tanaman resisten terhadap serangan hama dan penyakit.
2. Umur tanaman lebih lama mencapai 5-6 bulan.
3. Tinggi tanaman dapat mencapai 2,5-3 m.
4. Buahnya relatif lebih banyak.
5. Bentuk buah bulat (tidak lonjong).
6. Harga relatif mahal.
7. Buahnya yang lebih besar dari buah tomat lain (250 g/buah).

23
4.5. Persiapan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan berupapaket AB mix. Nutrisi AB mix mengandung
unsur makro N, K, P, Ca, Mg dan unsur mikro Fe, Bo, Mg, Zn, Cu, Mo, Ci, yang
dibutuhkan oleh tanaman. Paketannutrisi A & B mix berupa kristal yang harus
dilarutkan dengan air.

Gambar 4.5. Paket Nutrisi AB mix


4.6.Aplikasi
Nutrisi yang dilarutkan tidak dapat langsung diberikan pada tanaman,
karena larutan masih pekat, sehingga nutrisi pekat ditambahkan air sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi adalah
tingkat kepekatan nutrisi yang akan diberikan. Pada pertumbuhan vegetatif nutrisi
diberikan dengan konsentrasi kepekatan ion 1-1,5 mS, sedangkan pada
pertumbuhan generatif nutrisi diberikan dengan konsentrasi kepekatan 2-2,5 mS.
Pada pertumbuhan vegetatif tanaman membutuhkan nutrisi dan pupuk daun untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan batang, daun, akar, dan tunas,
sedangkan pada tahap pertumbuhan generatif hal utama yang diinginkan adalah
proses pembungaan hingga menjadi buah. Oleh sebab itu, peningkatan kepekatan
ion nutrisi dilakukan guna membantu terbentuknya bunga dan buah.Dosis
penyiraman nutrisi pada tanaman tomat yaitu pada satu tanaman membutuhkan 1
liter nutrisi perhari.

24
Gambar4.6. Penyiraman Nutrisi AB Mix
4.7. Penanaman

Benih tanaman tomat beefvarietas umagna RZ yang diperoleh dari


PT. Amazing Farm. Proses penanaman bibit tomat beef yang dilakukan di BBPP
Lembang meliputi langkah-langka sebagai berikut:
1. Persiapkan alat dan bahan penanaman tomat beef.
2. Sebelum melakukan penanaman, bedengan disiram air dengan menggunakan
selang air sampai jenuh.
3. Pembuatan lubang tanam dengan kedalaman 3-5 cm/lubang tanam.
4. Penanaman benih tomat beef dengan cara mencabut benih dari persemaian dan
memindahkan kelubang tanaman yang disiapkan.
5. Benih ditanam dalam lubang tanam dengan jarak tanam antar baris dan kolom
60 cm.
6. Setelah melakukan penanaman, benih tanaman tomat beefdiberikan nutrisi AB
mix stater awal selama satu bulan, satu minggu tiga kali penyiraman.
7. Tanaman yang telah ditanam berumur satu bulan setengah,dilakukan pemberian
pemupukan susulan seperti NPK 10 gram, dan setiap dua minggu di lakukan
pemupukan susulan,dan minggu ke tiga dilakukan penyemprotan obat-obatan
seperti insektisida, fungi, pupuk daun. Penyemprotan dilakukan 3 kali
seminggu.

25
4.8. Pemeliharaan
Di BBPP pemeliharaan yang dilakukan meliputi:
1. Penyiraman / pemberian nutrisi
Nutrisi yang diberikan mulai dari awal penanaman sampai panen, dengan
dosis 1 liter larutannutrisi/tanaman/hari. Pengaplikasian pemberian nutrisi
dilakukan sebanyak 3 kali seminggu, dengan dosis tiap kali pemberian adalah
1liter per tanaman. Kepekatan fase vegetatif 1-1,5 mS, dan kepekatan fase
generatif yaitu 2-2,5 mS, sehingga tidak ada air yang menggenang dan tidak ada
unsur hara yang mengendap serta terbuang.Cara ini akar akan tetap menyerap
unsur hara dalam konsentrasi yang sama sesuai dengan kebutuhan.
2. Pembentukan cabang utama
Pembentukan cabang utama yaitu pada umur tanaman kurang lebih 2-3
minggu setelah cabang utama terbentuk maka cabang itulah yang dipelihara agar
pertumbuhan produksi buah maksimal.
3. Pewiwilan / pemangkasan
Pemangkasan pertama tanaman tomat beef atau pemilihan cabang
produksi. Cabang produksi yang dipilih hanya satu cabang, karena teknik
budidaya tomat beef merupakan sistem mono cabang, sehingga cabang produksi
yang dipertahankan atau yang dipilih hanya satu cabang. Cabang yang dipilih
adalah cabang yang pertumbuhannya cepat dan subur serta tidak terserang hama
penyakit serta virus.
Pemangkasan yang kedua dilakukan pemangkasan terhadap cabang
sekunder atau pewiwilan yang bertujuan untuk membuang tunas-tunas air yang
tumbuh diketiak daun sehingga tidak mengganggu dalam proses pembuahan.
Pemangkasan yang ketiga dilakukan pemangkasan daun-daun tua dan
klaster (tandan buah) yang kosong dengan tujuan untuk estetika tanaman, agar
tetap terlihat indah dan subur. Daun-daun tua dan klaster yang kosong merupakan
bagian tanaman yang tidak produktif lagi, sehingga harus dibuang atau dipangkas.
Hal tersebut juga dilakukan dengan tujuan untuk perkembangan tanaman terutama

26
untuk mencapai buah maksimal sehingga nutrisi akan dimanfaatkan pada bagian
tanaman yang produktif.

Gambar 4.7. Pemangkasan Tunas Air


4. Pengikatan dan pelilitan
Pengikatan atau pelilitan dilakukan pertama kali pada saat tanaman
berumur 1-2 minggu setelah tanam. Setelah pelilitan pertama, pelilitan tali ajir
terus dilakukan setiap hari karena pertumbuhan tanaman bertambah tinggi.
Pelilitan tali ajir bertujuan untuk menyangga tanaman tidak rebah, karena batang
tanaman tergolong lunak (mudah patah/rebah).

Gambar 4.8. Pengikatan Dan Pelilitan


5. Pengendalian gulma dan hama penyakit
Gulma pada budidaya tanaman tomat beef tidak terlalu banyak, karena
tomat beef ini dibudidayakan di dalam screen house. Pengendalian gulma dilakuk
an secara manual, yaitu dengan menggunakan tanggan.
Pengamatan hama penyakit pada tanaman tomat, dilakukan pada pagi hari
dan siang hari dengan cara mengamati setiap tanaman dari bagian batang,daun,
hingga buah. Jika terdapat hama dan penyakit pada tomat langsung segera
dikendalikan secara mekanik dan kimiawi jika sudah melebihi ambang batas.

27
Gambar 4.9. Pengendalian Gulma
6. Seleksi buah
Seleksi buah dilakukan dengan menyeleksi buah yang jelek yang berukuran
kecil, tujuannya untuk mendapatkan ukuran buah yang seragam. Cara seleksi
dengan melihat semua tanaman yang memiliki klaster buah yang berjumlah 9 atau
6 buah, lalu pada tandan buah tersebut kemudian tinggalkan 4 buah yang baik
untuk dipelihara. Seleksi buah dilakukan pada saat tanaman berumur 45 hari.

Gambar 4.10. Seleksi Buah


7. Lay down
Penurunan tali ajir merupakan kegiatan persiapan sebelum pemanenan,
dengan cara menurunkan tali ajir yang telah tergantung pada bagian kawat screen
house dan mengikat tali ajir pada bagian kawat bawah tepat diatas tanaman
dengan panjang tali ajir 30 cm. Pada budidaya tomat beef menggunakan turus
bambu dan takiron sebagai ajir, hal tersebut dikarenakan pertumbuhan tomat beef
dapat mencapai 3 m. Pengajiran dapat dilakukan dengan menggunakan tali,
karena saat tanaman melebihi batas tali ajir, dilakukan penurunan batang atau lay
down.

28
9.  Stoping
Stoping yaitu menghentikan pertumbuhan pada tanaman tomat beef,
setelah tanaman tomat memiliki 10klaster. Stoping dilakukan dengan cara di
pangkas, tujuannya adalah
1. Agar tanaman tidak terlalu tinggi
2. Agar nutrisi tidak digunakan untuk pertumbuhan namun lebih kepada 
pembuahan.
4.9. Panen
Pemanenan buah tomat beef yang dilakukan saat tanaman berumur 2,5–3
bulan. Pemanenan dilakukan pada pagi hari pekul 08.00 WIB sampai selesai.
Ciri–ciri buah tomat beef yang dipanen yaitu dengan kematangan 50–100%, yang
memiliki warna hijau tua, hijau kekuningan, kuning kemerahan sampai merah.
Pemanenan dilakukan dengan mengunakan gunting, secara hati–hati, hal tersebut
berguna untuk menjaga kualitas buah tidak rusak dan memar. Hasil panen buah
tomat beefdi beli oleh PT Amazing Farm.Hasil tomat tersebut akan di grading
dengan memisahkan buah tomat yang memiliki buah tomat 100 g termasuk pada
grade B sedangkan yang beratnya 200-250 g termasuk grade A.

Gambar4.11. Pemanenan
4.9 Pasca Panen
Proses pasca panen yang dilakukan adalah sortasi. BBPP Lembang tidak
melakukan proses grading, hal tersebut dikarenakan BBPP Lembang tidak
melakukan packing. Packing dan grading tomat beef yang dihasilkan oleh BBPP
Lembang dalam pengadaan bibit dan pemasaran tomat beef.

29
Tomat beef disortasi dengan cara memisahkan buah yang sesuai kriteria dan yang
tidak termasuk kriteria. Kriteria panen yang ditetapkan di PT Amazing Farm
adalah tingkat kematangan 50-90%, memiliki warna mengkilap yaitu hijau tua,
hijaukekuningan, sampai kuning kemerahan, tidak terserang hama dan penyakit,
tidak rusak atau cacat dengan berat buah rata-rata >250 g/buah. Buah dengan
tingkat kematangan 91-100%, memiliki warna merah dan berat buah rata-rata
dibawah 100 g tidak termasuk kedalam kriteria Amazing Farm.
4.10. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dengan adanya budidaya tomat dalam green house dengan varietas
umagna hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat beef hanya sedikit
saja. Pada sistem budidaya tomat beefpengendalian hama dan penyakit harus
dilakukan secara insentif. Hama yang menyerang tomat beef adalah kutu kebul
atau white fly, ulat buah (Helicoverpa amigera), ulat daun (Spodeptera litura) dan
penyakit yang menyerang adalah bercak daun (Septoria lycopersici), embun
tepung. Pengedaliannya adalah sebagai berikut.
1. Kutu kebul atau White fly
Kutu kebul menyerang dan mengisap cairan sel dan jaringan daun menjadi
rusak. Hal ini ditandai dengan adanya gejala bercak-bercak pada daun sehingga da
un mengecil dan mennggulung ke atas elain itu permukaan daun tanaman diliputi
oleh serbuk-serbuk putih yang brterbangan jika disentuh. Serangan dewasa
berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada bagian
permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung.
Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida berbahan aktif tiametoksam
25%. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan, dan diseprot pada bagian
seluruh bagian tanaman secara merata menggunakan hand sprayer sebanyak 1
minggu 1 kali.

30
Gamabar 4.12. Hama kutu kebul/white fly

2. Ulat buah (Helicoverpa amigera)


Gejala serangan ulat buah berupa buah-buah tomat yang berlubang-lubang.
Buah tomat yang terserang menjadi busuk dan jatuh ketanah. Kadang-kadang
larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang tanaman.
Pengendaliannya dengan menggunakan insektisia berbahan aktif Emamektin
Benzoat 5%. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan, dan diseprot pada seluruh
tanaman secara merata mengunakan hand sprayer sebanyak 1 minggu 1 kali.

Gambar 4.13 Ulat buah (Helocoperva amigera)

3. Ulat daun (Spodeptera litura)


Gejala serangan ulat daun pada daun yang terserang oleh larva yang masih kecil
terdapat sisa–sisa epidermis bagian atas dan tulang - tulang daun saja. Larva yang
sudah besar merusak tulang daun.
Pengendaliannya menggunakan insektisida berbahan aktif Emamektin
Benzoat 5%. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan, dan diseprot menggunakan
hand sprayer sebanyak 1 minggu 1 kali.

31
Gambar 4.14 Ulat daun (Spodepera litura)

4. Bercak daun (Septoria lycopersici)


Gejala serangan bercak daun pada daun yang sakit terdapat bercak-bercak.
Bercak berwarna kuning kecoklatan dengan tepi coklat yang dikelilingi oleh daerah
yang berwarna kemerahan. Pada daun yang tua, terutama pada sisi bawah daun,
jamur membentuk berkas konidiofor dan konidium yang tampak sebagai bintik-
bintik hitam kelabu. Penyakit yang timbul pada tangkai daun dapat menyebabkan
layunya daun tersebut.
Pengendaliannya menggunakan fungisida berbahan aktif mefenoksam 4%,
mankozeb 64% dan asibensolar-s-metil 1%, mankozeb 48%. Dosis sesuai
petunjuk pada kemasan,dan diseprot menggunakan hand sprayer sebanyak 1
minnggu 1 kali.

Gambar 4.15 Penyakit Bercak daun

5. Embun tepung
Gejala serangan embun tepung pada permukaan tanaman terutama pada sisi 
atas daun, terdapat tepung berwana putih yang terdiri dari konidiofor dan konidiu

32
m jamur. Jamur mempunyai mesilium yang berkembang pada permukaan daun
dan hanya alat pengisapnya (haustorium) yang masuk ke dalam epidermis daun.
Pengendaliannya menggunakan fungisida berbahan aktif asibensolar-s-metil
1%, mankozeb 48% dan fenarimol 120 g/l. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan,
dan disemprot menggunakan hand sprayer selama 1 minggu 1 kali.

Gambar 4.16 Penyakit Embun tepung

33
BAB V
ANALISIS KELAYAKAN USAHA

5.1. Biaya Tetap

Kelayakan dari usaha budidaya tanaman tomat beef diperlukan suatu


analisis biaya yang telah dikeluarkan dan penerimaan hasil. Biaya pengeluaran
dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan penerimaan
hasil adalah total penerimaan dari hasil penjualan produk.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak di pengaruhi oleh
jumlah produksi atau dengan kata lain biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya
tetap meskipun volume usaha berubah-ubah. Biaya tetap dalam budidaya tanaman
tomat beef dapat disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Biaya Tetap Tomat Beef
No Uraian Jumlah Harga Total Um Nilai sisa Biaya Biaya
satuan(R) biaya(Rp) ur C=a/b penyus penyusuta
A E(th utan n per
n) B per bulan(6/12)
tahun xd
d=a-c/b

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


(1)
1 Screen 200m2 5.000 1.000.000 5 200.000 160.000 80.000
House
2 Takiron 140 7.000 980.000 2 490.000 245.000 122.500
Batang

3 Bambu 4 15.000 15.000 2 7.500 3.750 1.875


ajir Batang
4 Selang PE 3 500.000 1.500.000 2 750.000 375.000 187.500
besar (13 gulung
mm)

5 Selang PE 1 80.000 80.000 2 40.000 20.000 10.000


kecil (6 gulung
mm)
6 Growmet 1 Buah 6.000 6.000 2 3.000 1.500 750
7 Drum 90 2 Buah 150.000 300.000 5 60.000 48.000 24.000
L

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

34
8 Kater 2 Buah 10.000 20.000 1 20.000 0 0
9 Take 5 Paket 8.500 42.500 2 21.250 10.625 5.312
of/nepel
10 Ball valve 2 25.000 50.000 2 25.000 12.500 6.250
11 Pipa 3 8.000 24.000 2 12.000 6.000 3.000
paralon Batang
12 Tali 3 roll 22.000 66.000 1 66.000 0 0
13 Hand 1 Buah 750.000 750.000 5 150.000 120.000 60.000
sprayer
14 Filter 1 Buah 300.000 300.000 5 60.000 48.000 24.000
15 Mesin 1 Buah 1.500.000 1.500.000 5 300.000 240.000 120.000
pompa
16 Sambunga 8 biji 19.500 156.000 2 78.000 39.000 19.500
nL
17 Stik 3 100.000 300.000 2 150.000 75.000 37.500
regulator bungkus
18 Tenaga 6 bulan 2.000.000 12.000.00
kerja 0
jumlah 12.702.187
Sumber BBPP Lembang, 2017

5.2. Biaya Variabel


Biaya variabel adalah biaya yang totalnya selalu berubah-ubah secara
proposional yang dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi. Biaya
variabel dalam budidaya tomat beef dapat disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Biaya Variabel.

No. Nama Barang Volume Harga Satuan Harga Total (Rp)


(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bibi Tomat 140 Tan 4.000 560.000
2 Nutrisi 6 Kg 60.000 360.000
3 Ridomil Gold 1 Botol 120.000 120.000
4 Marshal 3 Klg 195.000 585.000
5 Actara 6 Bks 30.000 180.000
6 Rubigan 4 Botol 85.000 340.000
7 Score 4 Botol 50.000 200.000

(1) (2) (3) (4) (5)


8 Daconil 3 Dus 75.000 225.000
9 NPK Mutiara 10 Kg 11.000 110.000
10 Biom M 1 Kg 16.000 165.000
11 Pegasus 4 Botol 70.000 280.000
12 Agrimek 4 Kg 15.000 540.000
13 TSP 10 Botol 7.000 620.000
14 Urea 10 Kg 7.000 70.000
15 KCL 10 Kg 7.000 70.000
16 Growmore Daun 2Kg 30.000 70.00
17 Growmore Buah 4 Botol 30.000 60.000

35
18 Anvil 3Botol 85.000 120.000
19 Tali Majun 1 Glg 15.000 255.000
20 Rampage 4 Kg 135.000 15.000
Jumla Rp.4.945.000
h
Sumbar : BBPP Lembang, 201

 A. Total Biaya
= Biaya Variabel + Biaya Total
=Rp.4.945.000+ Rp. 12.702.187
= Rp. 17.647.187
B. Penerimaan
Populasi = 140 Tanaman
Efisiensi kegagalan =140 x 5%
=1
Total populasi = 139
Jumlah Produksi = 1.668 kg (12x139)
Harga produksi = populasi x harga

=1.668 kg x 12.000

= Rp 20.016.000
C. Pendapatan (I)
TI = TR-TC
=Rp 20.016.000 – Rp. 17.647.187
= Rp. 2.368.813

D. R/C Ration
TR
TC
= Rp 20.016.000
Rp. 17.647.187
= 1.13

36
Nilai Ration = 1.13 artinya setiap pengeluaran sebesar Rp 1 menghasilkan
penerimaan sebesar Rp 1.13. Nilai R/C yang lebih dari 1 menunjukan usaha tomat
beef memperoleh keuntungan secra ekonomis dan layak untuk diusahakan.

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1.  Hasil

Kegiatan budidaya tanaman tomat beef yang dilakukan pada saat PKL di
dalam green house dengan luasan 200m2dan jumlah populasi tanaman 140. Yang

37
mengalami kegagalan pada satu tanaman yang mati karena terserang hama kutu
kebul/white fly sehingga hasil panen yang diperoleh sebanyak 1.668 kg dengan
R/C Ratio 1.13 yang layak diusahakan.
6.2.  Pembahasan
Tanaman tomat beef memiliki morfologi dengan daun majemuk dan
berbentuk menyirip, daun-daun tersebut letaknya tersusun di setiap sisi. Daun
tomat beef mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk
oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daun yang berwarna hijau
dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Buah
tomat beef memiliki buah yang variasi, mulai dari bulat lonjong, bulat halus,bulat
beralur, bulat dengan bentuk datar pada ujung atau pangkalnya, hinga bentuk yang
tidak teratur.
Ketika masih mudah buahnya berwarna hijau muda sampai hijau tua,
berbulu,dan memiliki rasa asam, getir dan berbau yang tidak enak karena
mengandung lycopersicin. Saat tua buahnya menjadi sedikit kuning, merah cerah
atau gelap, merah kekuninh-kuningan, kunin atau merah kehitaman dan rasanya
menjadi enak karena semakin matang buah maka kandungan licopersicinnya akan
hilang.
Adanya budidaya tanaman tomat beef dalam green house hanya ditemukan
beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat. Hama dan penyakit
yang menyerang adalah hama kutu kebul (Bemisia tabci Genn), ulat daun/garyak
(Spedoptera litura), ulat buah ( Helicoverpa amigera) dan penyakit embun tepung,
dan bercak daun. Untuk pengendalian hama dan penyakit menggunakan dua cara
yaitu pengendalian mekanik dan kimiawi. Setelah melakukan pengendalian rutin
selama satu minggu tiga kali,hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat
sudah mulai berkurang.

38
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan maka di


peroleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

39
1. Pada green tomat beef di BBPP lembang terdapat beberapa hama dan
penyakit tanaman yaitu hama kutu kebul, ulat daun,ulat buah, penyalkit
embun tepung, dan bercak daun.
2. Pengendalian yang digunakan di green BBPP lembang menggunakan
pestisida dan insektisida serta pengendalian secara mekanis.
3. Hasil analisis kelayakan usaha Tomat beefpadagreen house seluas
200m2diperoleh nilai R/C = 1.13 sehingga usaha tanaman tomat beef
layak diusahakan.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil kegiatan praktik lapangan yang telah diikuti penulis
selama prkatik kerja lapangan di BBPP Lembang, sebaiknya perluh diperhatikan
kembali cara pengendalian tomat beef. Hal yang baik untuk diperhatikan dalam
proses penegndalain yaitu menjaga kebersihan green house, pemberian dosis obat-
obatan sesuai anjuran,dan alat pelindung bagi para pekerja, karna dapat
memberikan dampak positif bagi tanaman dan juga para pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, S., 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Dindinesia. Gaja


Mada University Press, Yogyakarta.

40
Agromedia, Redaksi. 2007. Paduan Lengkap Budidaya Tomat.Agromedia,
Jakarta.

Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian, 2008. Kementrian


Pertanian. Jakarta Selatan.

Tugiyono, 2009. Bertanaman Tomat. Penebas Swadaya. Jakarta.

Purwati, E dan Khalrunisa. 2009. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Fitriani, Emi, 2012. Untung Berlipat Budidaya Tomat. Pustaka Baru Press,
Yokyakarta.

Wiryanta, W.T.B, 2014. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka: Jakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai