PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data di atas produksi bunga mawar potong di NTT mengalami
fluktuasi dan produksinya belum dapat mencapai produksi nasional. Hal ini
disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bunga
mawar potong sehingga pengembangannya masih sangat sedikit.
Bunga mawar potong merupakan salah satu tanaman hias yang populer
baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri sehingga dijadikan komoditas
perdagangan. Bunga mawar potong di NTT mulai digunakan di acara-acara religi
di gereja, hari raya Tahun Baru, Idul Fitri, hari peringatan kemerdekaan, dekorasi
ruangan, acara wisuda, resepsi pernikahan, hari valentine, perayaan ulang tahun,
taman rekreasi, hotel, perkantoran dan sebagai bunga tabur. Hal ini menyebabkan
permintaan bunga mawar potong di NTT dapat mencapai 200 tangkai per minggu
dengan harga Rp. 7000/tangkai sedangkan pada bulan-bulan tertentu dapat
mencapai 500 tangkai. Peningkatan permintaan terhadap bunga mawar potong
tersebut memberikan prospek pemasaran yang sangat cerah yang dapat
memberikan dampak positif bagi pengusaha bunga mawar potong di NTT.
Bunga mawar potong umumnya memiliki umur simpan yang pendek jika
tidak diberi perlakuan setelah panen. Kendala inilah yang menjadi permasalahan
dalam bisnis bunga potong. Sehingga penanganan pasca panen penting untuk
mempertahankan kesegaran dan vase life serta kualitas bunga mulai dari proses
panen hingga sampai ke tangan konsumen, dan vase lifenya selama masa pajang.
Menurut Suyanti (2002) kendala utama pasca panen adalah penurunan kualitas
bunga akibat dari proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama
dalam keragaan. Kurang lebih 20% dari produk bunga potong yang dipanen tidak
layak dijual karena penurunan kualitas dan kerusakan yang terjadi mulai dari
pemanenan, pengemasan, pengiriman dan penjualan. Kualitas bunga tetap prima
sampai ke tangan konsumen, bunga potong perlu diberi nutrisi dan bahan
pengawet, baik pada larutan perendaman maupun larutan peraga (Suyanti, 2002).
Kualitas bunga yang prima ditandai dengan keutuhan bagian-bagian
bunga, seperti warna, aroma dan masa pajang (vase life) yang lama. Karena itu
diperlukan penanganan pasca panen yang tepat untuk mempertahankan kualitas
bunga potong. Salah satu cara efektif untuk mengatasi masalah tersebut dengan
2
memberi sukrosa dan asam sitrat ke dalam larutan perendam sehingga kesegaran
bunganya lebih lama. Sukrosa sebagai perendam berperan sebagai bahan baku
untuk menghasilkan energi, yang akan digunakan dalam proses kehidupan
sehingga kesegaran bunga lebih lama. Bentuk sukrosa yang murah dan mudah
diperoleh adalah gula pasir.
Gula merupakan sumber nutrisi utama dan sumber energi untuk
kelangsungan proses metabolisme bunga potong (Tisnawati, 2005). Gula
dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat untuk menggantikan karbohidrat pada
bunga potong yang telah hilang saat lepas dari tanamannya. Pemakaian sukrosa
pada konsentrasi yang tinggi sering menyebabkan tumbuhnya bakteri dan
terbentuknya lendir, sehingga menghambat penyerapan larutan oleh tangkai bunga
(Larsen dan Folich dalam Astawa, 2003).
Pertumbuhan bakteri dapat ditekan atau dihambat dengan pemberian asam
sitrat, karena asam sitrat berperan sebagai antibiotik. Selain itu asam sitrat dalam
larutan perendam dapat menurunkan pH larutan sehingga larutan mudah diserap
oleh tangkai bunga. Campuran gula dengan asam sitrat berfungsi sebagai sumber
makanan bagi bunga potong, menurunkan pH air serta penghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur (Prabawati, 2001).
Hasil penelitian Murtiningsih dan Yulianingsih (1991) menunjukkan
bahwa penggunaan larutan yang mengandung 5 ppm AgNO3; 2% sukrosa; 320
ppm asam sitrat; dan 1500 ppm physan-20 dapat meningkatkan daya simpan
bunga Anggrek potong, Vanda Genta Bandung selama 6 hari lebih lama dari
kontrol. Selanjutnya, Ahyana, dkk, (2015), melaporkan bahwa penggunaan
sukrosa 2% atau 1 g gula dengan volume pelarut (air mineral) 50 ml mampu
mempertahankan masa kesegaran bunga krisan selama 8,5 hari.
Hasil penelitian Amiarsi et al (1999), menunjukkan bahwa penggunaan
larutan 500 ppm perak nitrat dengan 10% sukrosa dan 150 ppm asam sitrat selama
perendaman 90 menit dapat memperpanjang masa peragaan bunga anggrek
potong Sonia Deep Pink hingga 16,4 hari (5 hari lebih lama dengan kontrol).
Selanjutnya, Amiarsi et al (2002), mengemukakan bahwa dalam larutan pulsing
20 ppm perak nitrat ditambah 3% gula dan 320 ppm asam sitrat selama 12 jam
3
dapat meningkatkan umur simpan bunga mawar potong idole hingga 100% (umur
peragaan kontrol 5 hari).
Berdasarkan uraian, tersebut maka dirasa penting untuk dilakukan
penelitian tentang “Kombinasi Konsentrasi Larutan Gula dengan Asam Sitrat
terhadap Kesegaran Bunga Mawar Potong.
1.3. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan gula dengan asam sitrat terhadap
kesegaran bunga mawar potong.
2. Menentukan konsentrasi larutan gula dengan asam sitrat terbaik terhadap
kesegaran bunga mawar potong.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh konsentrasi larutan gula dengan asam sitrat terhadap
kesegaran bunga mawar potong.
2. Terdapat satu konsentrasi larutan gula dengan penambahan asam sitrat terbaik
terhadap kesegaran bunga mawar potong.
4
1. Mengembangkan teknologi tepat guna untuk mempertahankan dan
memperpanjang kesegaran bunga mawar potong dalam larutan perendaman
gula pasir dan asam sitrat.
2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat luas terutama bagi produsen bunga
potong dan para pedagang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1. Sistematika dan Morfologi Mawar
Sistematika tanaman mawar menurut ahli taksonomi yang dikutip oleh
Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Family : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida L.
Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur, yang
kemudian menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub tropis) dan panas
(tropis). Mawar memilki ribuan varietas, begitu juga nama dan warna yang
berbeda. Mawar yang dijuluki “ratu dari segala ratu” dikenal karena keindahan,
keanggunan dan aromanya. Mawar pada umumnya dibagi dalam dua golongan
yaitu Tea dan Floribunda. Mawar tea merupakan hasil persilangan antara berbagai
macam jenis mawar. Satu kali musim, dapat berbunga berkali-kali. Walaupun
namanya “Tea” tapi wanginya tidak selalu berbau seperti teh. Satu batang bisa
menghasilkan 5-6 bunga berukuran besar. Daun mahkota tersusun rapat dan
pinggirannya sedikit terlipat keluar. Mawar floribunda merupakan hasil
perkawinan silang antara mawar tea dan polyantha (hasil persilangan antara
mawar Cina dan mawar Jepang). Floribunda ditemukan dalam berbagai warna
seperti putih, merah muda, merah, dan kuning. Satu batang menghasilkan 10
bunga kecil yang rimbun dan membatasi kelopak bunga (Wikipedia, 2019).
Mawar merupakan tanaman semak berkayu dengan duri pada batang serta
bercabang banyak, menghasilkan bunga dan biji terus menerus. Duri berbentuk
seperti pengait yang berfungsi sebagai pegangan sewaktu memanjat (Rukmana,
1995) .
Daun mawar adalah daun majemuk yang terdiri dari 3,5,7, helai daun.
Tulang daun menyirip dengan tepi daun bergerigi. Mawar memiliki sistem akar
6
serabut, yaitu akar lembaga yang mati, disusul dengan tumbuhnya akar-akar liar
yang ukurannya sama besar dari pangkal batang. Bentuknya seperti serabut
sehingga dinamakan akar serabut (radix adventicia). Fungsi utama akar serabut
untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Indriani, 2012).
Bunga adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga
(divisio Magnoliophyta atau Angiospermae). Bunga memiliki organ reproduksi
(benang sari dan putik). Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga.
Kelopak bunga mawar terdiri dari lima helai atau kelipatannya.
Bunga mawar menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga
dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik berkembang
menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus
daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar
mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan
sehingga menghasilkan lebih banyak buah (Arnadi, 2010).
7
2.3. Bunga Potong
Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga
untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia dan mempunyai nilai
ekonomi. Bunga potong terdiri dari bunga anggrek potong dan bunga potong non
anggrek. Berdasarkan tempat tumbuhnya, bunga dibagi menjadi dua kelompok
yaitu bunga dataran tinggi seperti krisan, gladiol, mawar, gerbera, anyelir, dan
bunga dataran rendah seperti anggrek, sedap malam dan melati (Balithi dalam
Nofriati, 2005).
Menurut Rismunandar dalam Nofriati (2005), bunga potong harus
memiliki persyaratan sebagai berikut: 1). Warna indah, bersih, tidak bernoda dan
berbau tidak terlalu menyengat. 2). Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong.
3). Tangkai bunga cukup panjang dan kuat. 4). Bunga tidak mudah rusak dalam
pengepakan. 5). Bunga dihasilkan dari tanaman yang subur dan mudah berbunga
tanpa mengenal musim. Warna bunga potong yang dikehendaki adalah warna
yang indah, cerah, bersih dan tidak bernoda. Warna bunga potong merah dan biru
memiliki prospek pengembangan yang sangat baik. Warna-warna ini tetap akan
disukai pada masa yang akan datang.
Keteguhan bunga potong adalah sifat yang tidak cepat layu selama
pengiriman, penyimpanan dan pemajangan. Menurut Rismunandar dalam Nofriati
(2005), faktor-faktor yang mempengaruhi keteguhan adalah saat yang tepat untuk
melakukan pemotogan, kecepatan pengiriman, sistem pengemasan dan suasana
keragaan. Saat yang tepat untuk melakukan pemotongan bunga ditentukan oleh
faktor-faktor berikut: 1). Bentuk bunga. 2). Waktu pemotongan: pagi, siang atau
sore. 3). Kondisi lingkungan pada saat pemetikan cerah, basah atau hujan (Balithi,
2004).
2.4. Gula
8
Lamanya kesegaran bunga umumnya dapat mencapai dua kali lebih lama
jika diberi pengawet. Bahan pengawet bunga umumnya mengandung gula untuk
sumber energi, anti bakteri atau bakterisida seperti sukrosa, perak nitrat, dan asam
untuk menurunkan pH air sekitar 3,5-4,0 (Yuniati, 2011).
Pengawetan bunga potong bertujuan untuk memperpanjang umur pajangan
bunga. Cara ini dilakukan untuk memperlambat proses metabolisme pada bunga
potong yang mengarah pada kelayuan. Teknik pengawetan bunga potong
dilakukan dengan menggunakan larutan pengawet sebagai larutan perendam pada
bunga potong segar (Nofriati, 2005).
Halevy dan Mayak dalam Astita (2016), menyatakan bahwa holding
adalah larutan perendam yang diberikan pada bunga potong selama peragaan atau
selama masa pajang. Larutan holding memiliki konsentrasi sukrosa yang lebih
rendah. Larutan pengawet merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang
kesegaran bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan
yaitu menambahkan nutrisi, membuat pH air kurang dari 7, dan menghambat
pertumbuhan jasad renik pembusuk (Amiarsi, 2002).
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada
makanan dan minuman. Gula sederhana, seperti glukosa yang diproduksi dari
sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam.
Gula merupakan salah satu bahan pengawet yang telah diteliti mampu
mempertahankan masa simpan bunga potong karena mengandung karbohidrat
tinggi. Adanya karbohidrat yang terkandung dalam gula dapat mempertahankan
kesegaran dan masa simpan bunga. Gula sukrosa merupakan suatu disakarida
yang dibentuk dari monomer-monomer berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan
rumus C12H22O11. Gula berperan bagi kesegaran kuncup bunga, karena gula
merupakan karbohidrat yang berguna dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup
yang dapat menunda kelayuan, hal ini disebabkan karena larutan gula bergerak
secara osmotik ke mahkota bunga sehingga mahkota bunga mempunyai turgor
9
akibatnya kesegaran bunga menjadi lama (Halevy dan Mayak dalam Amiarsi,
2011). Rumus kimia dari gula atau sukrosa ialah sebagai berikut:
10
2.5. Asam Sitrat
Penyerapan larutan oleh bunga sangat penting dalam mempertahankan
kesegaran bunga potong. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan
larutan oleh bunga adalah pH larutan. Menurut Yulianingsih dalam Amiarsi
(2011), asam sitrat berfungsi menurunkan pH larutan selain sebagai bakterisida
dan menekan tumbuhnya jamur. Tingkat keasaman yang tinggi (pH 3,5-4,5) dapat
meningkatkan penyerapan larutan oleh bunga potong (Condrado dalam Amiarsi,
2011). Hal ini didukung dengan penelitian Handayani (2003) bahwa komposisi
larutan pengawet terbaik untuk memperpanjang kesegaran bunga mawar potong
adalah konsentrasi asam sitrat 150 ppm dengan konsentrasi air kelapa 50 ml/l
yang dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 7,5 hari. Selain itu, hasil
penelitian Hairurraziqin (2014), menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat
pada konsentrasi air kelapa 3% dan asam sitrat 250 ppm dengan lama kesegaran
bunga 9 hari, persentase bunga mekar 6,05%.
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang dapat ditemukan pada
daun dan buah-buahan pada tumbuhan yang termasuk dalam genus Citrus atau
jeruk-jerukan. Asam sitrat merupakan pengawet yang alami dan baik, selain
memberikan rasa masam pada minuman ringan dan makanan. Menurut ilmu
biokimia, senyawa ini dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat
yang terjadi di dalam mitokondria yang penting dalam metabolisme makhluk
hidup. Asam sitrat juga dapat digunakan sebagai pembersih yang ramah
lingkungan dan sebagai antioksidan. Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah
dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi yang dapat mencapai 8%
bobot kering pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut)
(Wikipedia, 2017).
Asam sitrat dihasilkan dalam bentuk monohidrat (C6H8O7. H2O), dalam
suhu ruang asam sitrat berbentuk kristal yang berwarna putih. Serbuk kristal ini
dapat berbentuk anhydrous (bebas air) dan bentuk monohidrat yang mengandung
satu molekul air untk setiap molekul asam sitrat. Menurut Paturau dalam Dewi
(2003), asam sitrat berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan lebih cepat
larut dalam air dingin dibandingkan dengan air panas. Rumus kimia asam sitrat
11
yaitu C6H8O7, atau H2O (COOH)•COH(COOH) •CH2(COOH). Nama lain dari
asam sitrat yaitu asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Keasaman pada
asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang bisa melepas proton
dalam larutan. Hal ini terjadi karena ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat
digunakan untuk larutan penyangga sebagai pengendali pH larutan (Wikipedia,
2017).
Asam sitrat yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam sitrun. Asam
sitrun atau sitrun zuur merupakan bahan pengawet alami yang biasa digunakan
untuk memberi rasa asam atau mengatur keasaman suatu makanan atau minuman.
Bahan ini disebut dengan Citric Acid yang merupakan bahan aditif makanan
untuk memberikan rasa asam (Krisnadwi 2011). Rumus molekul dari asam sitrat
atau asam sitrun ialah sebagai berikut:
12
BAB III
METODE PENELITIAN
13
Perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Tiap
satuan percobaan terdapat 1 tangkai bunga mawar.
14
mawar potong yang sudah dikemas diangkut ke tempat penelitian menggunakan
mobil.
2. Pembuatan Larutan Perendam
Gula pasir yang sudah disiapkan kemudian ditimbang menggunakan
timbangan digital sesuai perlakuan masing-masing, kemudian dimasukkan ke
dalam gelas untuk membuat konsentrasi larutan sesuai perlakuan. Setelah itu
dilakukan penimbangan asam sitrat menggunakan timbangan analitik dan
dimasukkan ke dalam gelas sesuai perlakuan masing-masing. Kemudian air
ditambahkan pada masing-masing perlakuan hingga mencapai 250 ml dan diaduk
hingga homogen. Gula yang dibutuhkan adalah 360 g dan asam sitrat yang
dipakai dalam bentuk bubuk sebanyak 4,8 g. Aquades yang dibutuhkan sebanyak
12.000 ml.
Proses pembuatan larutan sebagai berikut:
a. Konsentrasi perlakuan A0: Larutan gula 0%+asam sitrat 0 ppm
aquades dituangkan ke dalam gelas ukur sebanyak 250 ml kemudian
dimasukkan ke dalam gelas sebanyak 250 ml.
b. Konsentrasi perlakuan A1: Larutan gula 2%+asam sitrat 200 ppm.
5 g gula dan 0.05 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian
ditambahkan aquades hingga mencapai 250 ml dan diaduk hingga
homogen.
c. Konsentrasi perlakuan A2: Larutan gula 2%+asam sitrat 400 ppm.
5 g gula dan 0.1 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian
ditambahkan aquades hingga mencapai 250 ml dan diaduk hingga
homogen.
d. Konsentrasi perlakuan A3: Larutan gula 4%+asam sitrat 200 ppm.
10 g gula dan 0.05 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian
ditambahkan aquades hingga mencapai 250 ml dan diaduk hingga
homogen.
e. Konsentrasi perlakuan A4: Larutan gula 4%+asam sitrat 400 ppm.
15
10 g gula dan 0.1 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian
ditambahkan aquades hingga mencapai 250 ml dan diaduk hingga
homogen.
f. Konsentrasi perlakuan A5: Larutan gula 6%+asam sitrat 200 ppm.
15 g gula dan 0.05 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian
ditambahkan aquades hingga mencapai 250 ml dan diaduk hingga
homogen.
g. Konsentrasi perlakuan A6: Larutan gula 6%+asam sitrat 400 ppm.
15 g gula dan 0.1 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian
ditambahkan aquades hingga mencapai 250 ml dan diaduk hingga
homogen.
h. Konsentrasi perlakuan A7: Larutan gula 0%+asam sitrat 200 ppm.
0.05 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian ditambahkan
aquades hingga mencapai 250 ml.
i. Konsentrasi perlakuan A8: Larutan gula0%+asam sitrat 400 ppm.
0.1 g asam sitrat dimasukkan ke dalam gelas kemudian ditambahkan
aquades hingga mencapai 250 ml.
j. Konsentrasi perlakuan A9: Larutan gula 2%+asam sitrat 0 ppm.
5 g gula dimasukan ke dalam gelas kemudian ditambahkan aquades
hingga mencapai 250 ml.
k. Konsentrasi perlakuan A10: Larutan gula 4%+asam sitrat 0 ppm.
10 g gula dimasukan ke dalam gelas kemudian ditambahkan aquades
hingga mencapai 250 ml.
l. Konsentrasi perlakuan A11: Larutan gula 6%+asam sitrat 0 ppm.
15 g gula dimasukan ke dalam gelas kemudian ditambahkan aquades
hingga mencapai 250 ml.
3. Perendaman
Sebelum dilakukan perendaman tangkai bunga mawar dipotong hingga
berukuran 30 cm dan ujung bawahnya dipotong miring sekitar 1-2 cm untuk
meningkatkan luas permukaan bidang penyerapan. Pemotongan dasar tangkai
bunga dilakukan di dalam larutan perendam. Perendaman dilakukan sesuai
16
perlakuan masing-masing. Wadah yang digunakan adalah gelas erlenmeyer,
masing-masing perlakuan diisi 1 tangkai bunga mawar potong dengan tinggi
perendaman berdasarkan volume larutan. Pengamatan dilakukan selama 7 hari.
a. Variabel Utama
Variabel utama meliputi:
1. Lama kesegaran bunga / vase life (hari)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah hari dari saat
bunga mekar sampai bunga menjadi layu. Pengamatan dihentikan saat minimal
50% bunga menjadi layu dari keseluruhan kuntum bunga. Pengamatan dilakukan
setiap hari mulai saat diberi perlakuan.
2. Bunga layu
Bunga layu ditandai dengan helaian kelopak lemas dan kuntum terlihat mulai
merunduk. Menurut Wiratmaaja (2007), persentase bunga layu dapat dihitung
dengan rumus:
17
b. Variabel Penunjang
Variabel penunjang meliputi:
1. Perubahan volume larutan
Volume larutan yang berkurang baik akibat penyerapan oleh bunga potong
maupun transpirasi, dihitung melalui selisih volume larutan awal saat pertama kali
dicelupkan dan volume larutan saat vase life terakhir. Volume larutan diukur
dengan cara memindahkan larutan ke dalam gelas ukur kemudian dilihat skala
volumenya.
2. Pengukuran suhu ruangan
Pengukuran suhu menggunakan termometer. Pengamatan dilakukan 3 kali
dalam sehari selama 7 hari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 17.00 WITA.
Penyimpanan bunga mawar potong pada ruangan tanpa AC dengan suhu ruangan
berkisar 270C-310C.
3. Pengukuran pH larutan
Pengukuran pH larutan gula dan asam sitrat menggunakan kertas lakmus.
Pengukuran pH larutan dilakukan 3 kali pada hari pertama perendaman, 4 hari
setelah perendaman dan akhir penelitian.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adi, M. M. 2012. Pengaruh Pemberian Larutan Air Kelapa (Cocos nucifera)
dengan Penambahan Larutan Gua terhadap Kesegaran Bunga Mawar
Potong (Rosa hibryda). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhamadiyah, Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS, 2015). Statistik Tanaman Hias Indonesia. Badan
Pusat Statistik dan Direktorat jenderal Hortikultura. Jakarta.
19
Dewi, A. P. 2003. Pengaruh pemberian larutan pulsing dan holding terhadap umur
kesegaran bunga potong pink ginger (Alpinia purpurata). (Skripsi). Institut
Pertanian Bogor. 71 hlm.
Direktorat Jendral Hortikultura Kementerian Pertanian.
http://agnesnfdlh.blog.upi.edu/2015/11/01/teori-pendinginan-pembekuan/.
diakses tanggal 18 Juni 2016.
Prabawati, S. 2001. Krisan awet 20 hari dengan “Gula Pasir”. Trubus. Edisi
Maret, Th. XXXII, NO. 376. Hal. 100.
Suyanti. 2002. Teknologi Pasca Panen Bunga Sedap Malam. Jurnal litbang
Pertanian 21 (1), 2002.
20
Utami, P. K. dan D. Amiarsi. 2011. Peranan larutan pengawet terhadap mutu
bunga potong Alpinia selama peragaan. J.Horti 21(2):185-190.
Wikipedia, 2017. Jeruk nipis dan jeruk purut. https://id.wikipedia.org. diakses
pada tanggal 18 Oktober 2017.
Yuniati, E. dan M. Alwi. 2011. Pengaruh konsentrasi larutan sukrosa dan waktu
perendaman terhadap kesegaran bunga potong oleander (Nerium oleander
L.). J. Biocelebes 5 (1): 7181.
21
LAMPIRAN
A4 A8 A2 A11
A2 A7 A0 A4
A9 A10 A8 A5
A7 A1 A1 A3
A6 A5 A4 A2
A5 A0 A9 A10
A8 A6 A7 A9
A0 A2 A3 A1
A3 A9 A5 A7
A10 A3 A11 A8
A1 A4 A6 A0
22
Lampiran 3. Kriteria Tingkat Kemekaran Bunga Mawar Potong Putih
23