Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PASCA PASCA PANEN HORTIKULTURA

ACARA VII
MEMPERPANJANG KESEGARAN BUNGA POTONG

Disusun oleh :
Nama : Yogyaning Kartiko A
NIM : 13354
Gol/Kel : C2. B
Asisten : Nurul Fatimah
Nur Kurniawati

LABORATORIUM HORTIKULTURA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA VII
MEMPERPANJANG KESEGARAN BUNGA POTONG

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberose) adalah nama salah satu bunga yang banyak
sudah dikenal luas di Indonesia sebagai bunga potong dan penghasil parfum. Tanpa perlakuan,
bunga sedap malam hanya bertahan dalam waktu 5-7 hari setelah dipotong. Seperti halnya
bagian tanaman hidup lainnya,bunga potong sedap malam memerlukan air dan nutrisi untuk
mempertahankan kesegarannya. Setelah bunga dipotong dari induk tanaman akan terhenti proses
alamiah berupa pengangkutan air dan zat makanan dari akar, dan untuk kelangsungan hidupnya
mengandalkan cadangan air dan nutrisi yang ada.
Dengan sendirinya cadangan yang tersedia menjadi faktor pembatas bagi daya tahan
bunga sedap malam untuk tetap segar. Oleh karena itu, diperlukan pengganti air dan nutrisi dari
luar yang dapat digunakan untuk tambahan sumber energi bagi kelangsungan hidup bunga krisan
hingga waktu tertentu. Larutan penyegar bunga yang berisi nutrisi yang dilakukan dalam air dan
diberikan pada bunga melalui tangkai dapat memperpanjang masa kesegaran bunga sedap
malam. Berdasarkan hal tersebut dilakukan percobaan untuk melihat pengaruh pemberian larutan
penyegar terhadap lama kesegaran bunga potong sedap malam.

B. Tujuan
Melihat dan mempelajari pengaruh berbagai media simpan terhadap tingkat kesegaran
bunga potong selama penyimpanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sedap Malam (Polianthes tuberosa L.) berasal dari keluarga Amaryllidaceae, dengan
bentuk kuntum simple dan double. Bunga ini banyak diminati oleh florist sebagai pelengkap
rangkaian bunga, karena keharuman dan keindahannya dibanding tanaman hias lainnya. Sedap
Malam berasal dari Meksiko (Amerika Selatan), telah menyebar dan beradaptasi dengan baik di
daerah beriklim panas (tropis). Morfologi tanaman dicirikan dengan batang beruas-ruas, berumbi
dan rangkaian bunga berwarna putih, berbunga terus-menerus sepanjang tahun dan beraroma
harum sepanjang malam. Manfaat bunga Sedap Malam adalah untuk: (1) keindahan dan
pengharum ruangan, (2) sebagai rangkaian penghias pada setiap acara kenegaraan, hari raya
keagamaan dan resepsi pernikahan, (3) sebagai bunga tabur saat berziarah ke makam, (4) sebagai
ungkapan rasa duka cita saat kematian dan (5) sebagai bahan kosmetik, karena mengandung
minyak atsiri (Harry, 1994)
Bunga sedap malam mulai berbunga pada umur 115-284 hari setelah tanam dan bunga
mulai dapat dipanen setelah 1-2 kuntum bunga mekar. Mutu bunga dianggap baik apabila
sepertiga bagian kuntum bunga dalam setiap malainya mekar. Namun, bunga dengan tingkat
kemekaran tersebut tidak tahan dalam pengangkutan, karena bunga yang telah mekar sepalnya
rapuh. Untuk pengangkutan jarak jauh panen bunga yang tepat adalah apabila 1-2 kuntum bunga
dari tiap malainya telah mekar. Bunga yang masih kuncup saat panen akan mekar selama di
keragaan Pada dasarnya bahan penyegar bunga berperan dalam memperpanjang masa segar,
meningkatkan ukuran bunga mekar, menambah jumlah kuncup bunga yang akan mekar,
mempertahankan warna bunga, dan memperlambat penguningan daun. Hal ini penting artinya
dalam agribisnis tanaman hias. (Suyanti, 2002).
’Bunga sedap malam mekar secara berurutan dari bawah ke atas dan termasuk bunga
majemuk. Panjang malai dan jumlah kuntum mempengaruhi umur peragaan. Makin banyak
jumlah kuntum bunga, makin lama umur peragaannya. Kuntum bunga sedap malam memiliki
panjang rata-rata 3,62 cm dan jarak antarruas 3,60 cm. Sedap malam kultivar tunggal asal
Pasuruan termasuk jenis yang bunganya tersusun rapat dan membentuk malai yang cukup tebal.
Jumlah kuntum bunga ratarata 39,40 cm. Jenis pupuk mempengaruhi jumlah kuntum bunga tiap
tangkai. Pemupukan P dan K melalui daun dapat meningkatkan jumlah kuntum bunga (Anonim,
2009)
Seperti halnya bagian tanaman hidup lainnya,bunga potong memerlukan air dan nutrisi
untuk mempertahankan kesegarannya. Setelah bunga dipotong dari induk tanaman akan terhenti
proses alamiah berupa pengangkutan air dan zat makanan dari akar, dan untuk kelangsungan
hidupnya mengandalkan cadangan air dan nutrisi yang ada. Dengan sendirinya cadangan yang
tersedia menjadi faktor pembatas bagi daya tahan bunga krisan untuk tetap segar. Oleh karena
itu, diperlukan pengganti air dan nutrisi dari luar yang dapat digunakan untuk tambahan sumber
energi bagi kelangsungan hidup bunga hingga waktu tertentu. Larutan penyegar bunga yang
berisi nutrisi yang dilakukan dalam air dan diberikan pada bunga melalui tangkai dapat, untuk
memperpanjang masa simpan bunga potong digunakan larutan perendam (pulsing) sebagai
larutan penyegar (Tisnawati, 2005).
Penanganan pascapanen bunga potong bervariasi tergantung jenis bunga, produsen, area
produksi, dan strategi pemasaran. Secara umum langkah-langkah penanganannya adalah: panen,
sortasi, pemutuan, pengikatan, pemgepakan, pre-condition, penyimpanan, transportasi, dan
pemasaran. Proses pemotongan bunga potong memiliki kriteria yaitu keteguhan potong yang
dapat mempertahankan kesegaran bunga yang mana merupakan sifat tidak lekas layu dalam
pengiriman maupun penyimpanan di tempat penjualan. Keteguhan memerlukan beberapa faktor
penunjang, misalnya saat yang baik untuk pemotongan, kecepatan pengiriman, sistem
pengepakan yang baik, suasana di tempat penjualan, dan sifat ketahanan selama pengiriman
(Rismunandar, 1995).
Faktor yang sebenarnya sangat penting berpengaruh terhadap mutu keseluruhan produk
hortikultura adalah waktu. Karena mutu produk adalah puncaknya pada saat panen, semakin
lama periode antara panen dan konsumsi, maka semakin besar susut mutunya. Dengan demikian
dalam pendistribusiannya harus dilakukan dengan baik karena kerusakan mutu berlangsung cepat
(Reid, 2002). Selain itu Menurut Herdani (2014) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran
bunga potong setelah panen adalah :

1. Kemekaran Bunga
Bunga sebaiknya dipanen pada saat bunga tidak mekar secara sempurna atau penuh, jangan pula
saat kuncup belum membuka. Hal tersebut berhubungan dengan cadangan makanan yang
dimiliki oleh bunga. Bunga yang dipanen ketika mekar penuh dikhawatirkan dalam perjalanan
dapat terjadi percepatan pembusukan mahkota kemudian terjadi kemunduran lebih cepat. Bunga
yang dipanen terlalu awal dikhawatirkan dapat membuka karena kekurangan cadangan makanan.
2. Persediaan Makanan
Bunga potong memiliki cadangan makanan berupa karbohidrat dan gula yang disimpan dalam
tangkai, daun dan petal yang akan digunakan dalam pembukaan kuntum bunga. Gula yang
ditambahkan dalam larutan perendam tangkai bunga potong dapat membantu memasok
karbohidrat yang hilang akibat respirasi.
3. Cara Panen
Cara panen bunga potong yang benar dapat menghindari kerusakan yang dapat mempercepat
atau memperpendek masa segar bunga.
4. Suhu
Respirasi bunga akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Perlakuan pendinginan
dapat memperpanjang masa segar bunga.
5. Suplai Air
Bunga yang telah dipotong memerlukan air untuk melakukan proses respirasi, oleh karena itu
merendam tangkai bunga ke dalam air/larutan akan memperpanjang masa segar bunga potong.
6. Penyakit Tanaman
Kondensasi air pada bunga maupun daun mengundang penyakit yang dapat merusak tanaman
sehingga masa segarnya berkurang. Mengelola lingkungan di sekitar bunga secara tepat
merupakan pencegahan terbaik bagi serangan penyakit.
Untuk menghambat pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan memberi asam sitrat,
karena asam sitrat berperanan sebagai antibiotik. Selain itu asam sitrat dalam larutan perendam
dapat menurunkan pH larutan sehingga dapat diserap secara optimal oleh tangkai bunga (
Prabawati, 2001). Hasil penelitian Murtiningsih & Yulianingsih (1991) menunjukkan bahwa
penggunaan larutan yang mengandung 5 ppm AgNO3; 2% sukrosa; 320 ppm asam sitrat; dan
1500 ppm Physan-20 dapat meningkatkan daya simpan bunga potong anggrek Vanda Genta
Bandung hingga mencapai 152% (6,0 hari lebih lama daripada kontrol). Selanjutnya Suciati
(2002) menyatakan bahwa perendaman dalam larutan 6% sukrosa, 400 ppm asam sitrat, dan 100
ppm aluminium sulfat mampu mempertahankan umur simpan bunga sedap malam selama 8 hari.
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Pasca Panen Hortikultura Acara VII yang berjudul “Memperpanjang
Kesegaran Bunga Potong” ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 April 2016 di Laboratorium
Hortikultura, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan adalah bunga sedap malam (Polianthes tuberose L.),
sukrosa, sprite, aquadest. Alat-alat yang diperlukan antara lain gunting, pisau, ember, dan
jambangan (botol bekas).
Langkah kerja yang dilakukan adalah bunga potong yang telah disediakan diambil dan
dibersihkan. Lalu dihitung terlebih dahulu jumlah bunga mekar penuh, jumlah bunga kuncup,
jumlah bunga layu/kering, skoring kelayakan bunga, dan diameter bunga. Satu tangkai bunga
lalu dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi air biasa (kontrol), gula2,5 gram dan 5 gram,
Sprite 50 % dan 100 %, tetes tebu 10 ml dan 5 ml, asam sitrat 2,5 gram dan 5 gram, asam
benzoat 2,5 gr dam 5 gram dan soda murni 50 dan 100%. Kemudian bunga disimpan di dalam
laboratorium dan dilakukan pengamatan setiap hari hingga bunga tersebut sudah tidak layak lagi
(skor kelayakan > 5). Variabel yang diamati antara lain % bunga mekar, % bunga layu/kering, %
bunga gugur, kondisi media, skoring kelayakan bunga, dan diameter bunga.

skor Kriteria
1,1-2,0 81-100% segar
2,1-3,0 61-80% segar
3,1-4,0 41-60% segar
4,1-5,0 21-40% segar
5,1-6,0 0-20% segar
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Persentase Bunga Mekar
Bunga Mekar (%) hari ke-
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sprite 50% 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sprite 100% 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Soda murni 50% 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Soda murni 100% 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Asam sitrat 2,5 gr 0 3 1 4 7 4 9 18
6 Asam sitrat 5 gr 0 4 3 6 6 8 3 9
7 Asam benzoat 2,5 gr 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Asam benzoat 5 gr 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Gula 2,5 gr 0 0 0 0 2 5 5 5
10 Gula 5 gr 0 0 1 1 3 5 6 0
11 Tetes tebu 5 ml 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Tetes tebu 10 ml 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Air biasa (kontrol) 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Persentase Bunga Layu


Bunga Layu/Kering (%) hari ke-
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sprite 50% 0 0 0 7 19 31 39 49
2 Sprite 100% 0 7 7 19 24 24 26 26
3 Soda murni 50% 0 0 0 0 6 10 15 23
4 Soda murni 100% 0 0 0 0 5 7 14 23
5 Asam sitrat 2,5 gr 0 3 6 9 14 18 21 27
6 Asam sitrat 5 gr 0 4 9 14 18 21 22 24
7 Asam benzoat 2,5 gr 0 0 7 15 24 36 39 49
8 Asam benzoat 5 gr 0 0 3 5 21 32 37 44
9 Gula 2,5 gr 0 0 0 0 6 10 20 27
10 Gula 5 gr 0 0 0 2 3 5 8 11
11 Tetes tebu 5 ml 0 0 6 10 11 66 78 100
12 Tetes tebu 10 ml 0 0 2 17 23 50 81 100
13 Air biasa (kontrol) 0 0 0 0 11 17 28 34
Tabel 3. Persentase Bunga
gugur
Jumlah Bunga Gugur (%) hari ke-
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sprite 50% 0 0 0 9 6 2 27 44
2 Sprite 100% 0 7 6 29 39 73 33 25
3 Soda murni 50% 0 0 0 0 0 0 3 1
4 Soda murni 100% 0 0 0 1 0 0 3 2
5 Asam sitrat 2,5 gr 0 0 4 3 6 10 16 31
6 Asam sitrat 5 gr 0 0 2 3 5 8 18 26
7 Asam benzoat 2,5 gr 0 0 5 9 17 19 16 12
8 Asam benzoat 5 gr 0 0 3 8 16 19 18 8
9 Gula 2,5 gr 0 0 5 8 8 9 10 10
10 Gula 5 gr 0 0 0 9 15 20 23 26
11 Tetes tebu 5 ml 0 0 0 0 0 0 0 1.5
12 Tetes tebu 10 ml 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Air biasa (kontrol) 0 0 0 5 25 36 20 34

Tabel 4. Jumlah Bunga Kuncup


Jumlah Bunga Kuncup hari ke-
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sprite 50% 70 70 70 64 60 59 43 24
2 Sprite 100% 58 54 51 36 22 6 4 3
3 Soda murni 50% 60 56 44 38 29 20 15 8
4 Soda murni 100% 69 62 47 42 31 23 16 8
5 Asam sitrat 2,5 gr 67 62 62 59 57 51 43 39
6 Asam sitrat 5 gr 65 59 59 58 54 52 50 44
7 Asam benzoat 2,5 gr 81 81 77 70 56 41 28 18
8 Asam benzoat 5 gr 73 73 71 65 53 39 26 20
9 Gula 2,5 gr 60 60 60 60 58 55 48 40
10 Gula 5 gr 64 64 63 63 60 57 51 47
11 Tetes tebu 5 ml 65 65 65 65 65 65 65 64
12 Tetes tebu 10 ml 56 56 56 56 56 56 56 56
13 Air biasa (kontrol) 65 65 60 52 44 41 32 28

Tabel 5. Nilai Kelayakan Bunga


Skoring Kelayakan Bunga hari ke-
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sprite 50% 1.1 2 2.1 2.3 2.4 3.2 3.3 3.5
2 Sprite 100% 1.1 3.1 3.5 3.8 4.2 5.4 5.6 5.7
3 Soda murni 50% 1.5 2 3.5 3.7 4 4.5 5 5.7
4 Soda murni 100% 1.5 1.8 3 3.2 3.5 4 4.7 5.5
5 Asam sitrat 2,5 gr 1.1 1.1 1.2 1.7 2.3 2.7 4.8 5.7
6 Asam sitrat 5 gr 1.1 1.1 1.1 1.3 1.9 2.5 4.5 5.2
7 Asam benzoat 2,5 gr 1.1 1.1 2 2 3 5 5.5 5.8
8 Asam benzoat 5 gr 1.1 1.1 1.1 1.1 3 4.3 5 5.5
9 Gula 2,5 gr 1.3 1.3 1.5 2 2.8 3.2 3.4 3.8
10 Gula 5 gr 1.3 1.3 1.5 1.7 2 3 3.3 3.5
11 Tetes tebu 5 ml 1.2 2.2 3.7 4.1 4.9 5.5 5.7 6
12 Tetes tebu 10 ml 1.5 2 2.8 3.6 4.1 4.8 5.8 6
13 Air biasa (kontrol) 1.1 1.2 1.3 1.4 2.4 3.5 4.2 4.5

Tabel 6. Diameter bunga


Diameter Bunga (cm) hari ke-
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sprite 50% 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sprite 100% 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Soda murni 50% 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Soda murni 100% 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Asam sitrat 2,5 gr 0 4.1 5 4.5 3.6 2.8 3.2 2.2
6 Asam sitrat 5 gr 0 3.2 2.9 3.1 3.6 4 3.9 4.5
7 Asam benzoat 2,5 gr 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Asam benzoat 5 gr 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Gula 2,5 gr 0 0 0 0 5 7 7 7
10 Gula 5 gr 0 0 5 5 7 7 7 7
11 Tetes tebu 5 ml 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Tetes tebu 10 ml 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Air biasa (kontrol) 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 7. Kondisi
Media
Kondisi media
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
agak
1 Sprite 50% Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
keruh
agak
2 Sprite 100% Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
keruh
agak agak
3 Soda murni 50% Jernih Jernih Jernih Jernih Agak keruh agak keruh
keruh keruh
4 Soda murni 100% Jernih Jernih Jernih Jernih jernih jernih agak keruh keruh
5 Asam sitrat 2,5 gr jernih jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih jernih
6 Asam sitrat 5 gr jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih jernih
7 Asam benzoat 2,5 gr Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh
Agak Agak
8 Asam benzoat 5 gr
Agak keruh Agak keruh Agak keruh Agak keruh Agak keruh keruh Agak keruh keruh
9 Gula 2,5 gr keruh keruh keruh keruh keruh keruh keruh keruh
10 Gula 5 gr keruh keruh keruh keruh keruh keruh keruh keruh
keruh,bergele keruh,
11 Tetes tebu 5 ml keruh keruh, bau keruh, bau keruh, bau keruh keruh
mbung bau

keruh,bergele keruh,
12 Tetes tebu 10 ml keruh keruh,bau Keruh, bau keruh, bau Keruh keruh
mbung bau
agak
13 Air biasa (kontrol) jernih jernih Jernih Jernih Jernih Jernih agak keruh
keruh
V. PEMBAHASAN
Praktikum Pasca Panen Hortikultura acara VII yang berjudul Memperpanjang
Kesegaran Bunga Potong bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai macam media
simpan terhadap kesegaran bunga potong. Bunga potong merupakan komoditi hortikultura
yang bersifat perishable. Untuk mempertahankan bunga tetap segar dan menarik, diperlukan
beberapa perlakuan untuk memperpanjang kesegarannya. Berbagai cara dapat dilakukan
untuk mempertahankan kesegaran dan memperpanjang masa simpan bunga potong, yaitu
dengan perlakuan fisik atau kimia. Perlakuan fisik salah satunya cara pemotongan tangkai
saat panen. Upaya lain melalui perlakuan kimia dengan menggunakan larutan pengawet.
Tanpa pengawetan, kehilangan produksi bunga akibat layu dan sebagainya bisa mencapai
30—60 %. Karena itu pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas bunga.
Larutan perendam selain digunakan sebagai sumber energi, juga diperlukan untuk
menggantikan kehilangan air akibat transpirasi selama bunga dalam peragaan.
Larutan penyegar bunga dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, cadangan nutrisi
yang diberikan kepada bunga segera setelah panen selama beberapa jam, kemudian bunga
dibungkus dan pengepakan untuk selanjutnya dikirimkan ke kota tujuan. Pemberian penyegar
seperti ini disebut pulsing. Penyegar umumnya berisi nutrisi dan antimikroba pada takaran
yang lebih tinggi dan berguna untuk memberi bekal bagi makanan dan menghilangkan
cemaran mikroba dari kebun. Kedua, penyegar yang diberikan kepada bunga secara
terusmenerus dalam waktu yang lama, misalnya selama pemajangan, yang disebut holding,
biasanya berisi makanan dan antimikroba pada takaran rendah. Dengan adanya tambahan
makanan dan zat antimikroba dari larutan penyegar, bunga tetap segar dalam waktu yang
lebih lama. Zat antimikroba yang ada pada larutan penyegar dapat menjaga tangkai bunga
agar tidak cepat membusuk dan mencegah penyumbatan pada pembuluh yang dapat
menghambat penyerapan air. Aktivitas mikroba pada tangkai menghasilkan lendir yang
menyumbat pembuluh. Dalam penerapannya sehari-hari, jika bunga sudah mendapatkan
pulsing, cukup diberikan air untuk mempertahankan kesegarannya. manfaat penyegar dalam
memperpanjang masa segar bunga. Bunga yang mendapat perlakuan pulsing memiliki daya
tahan yang lebih lama. Jika pulsing dilakukan segera setelah panen, bunga tampil lebih segar
dalam waktu lebih lama. Sebagai komponen utama bahan penyegar bunga adalah sumber
makanan, yang dapat dipilih salah satu dari berbagai jenis gula seperti glukosa, sukrosa atau
gula pasir. Bahan lainnya adalah antimikroba yang dapat ditentukan berdasarkan
kepentingannya, karena sering kali bersifat sangat spesifik. Sebagai antibakteri dapat dipilih
dari sederetan bahan kimia, antara lain hidrokuinon, phisan, perak nitrat, hidrokuinolin sulfat,
hidrokuinolin sitrat, atau perak tiosulfat. Penambahan asam sitrat diperlukan selain untuk
mengasamkan larutan agar penyerapan lebih mudah juga bersifat antiseptik. Untuk dapat
menjadi penyegar bunga yang baik, komponen tersebut perlu disiapkan secara cermat,
termasuk penimbangan untuk menentukan takarannya. Pekerjaan ini tidak sulit, tetapi perlu
ketelitian.
Seperti halnya bagian tanaman hidup lainnya,bunga potong memerlukan air dan
nutrisi untuk mempertahankan kesegarannya. Setelah bunga dipotong dari induk tanaman
akan terhenti proses alamiah berupa pengangkutan air dan zat makanan dari akar, dan untuk
kelangsungan hidupnya mengandalkan cadangan air dan nutrisi yang ada. Dengan sendirinya
cadangan yang tersedia menjadi faktor pembatas bagi daya tahan bunga krisan untuk tetap
segar. Oleh karena itu, diperlukan pengganti air dan nutrisi dari luar yang dapat digunakan
untuk tambahan sumber energi bagi kelangsungan hidup bunga hingga waktu tertentu.
Larutan penyegar bunga yang berisi nutrisi yang dilakukan dalam air dan diberikan pada
bunga melalui tangkai dapat, untuk memperpanjang masa simpan bunga potong digunakan
larutan perendam (pulsing) sebagai larutan penyegar
Mempertahankan Kualitas Bunga Potong:
1. Penanganan secara hati-hati.
Bunga potong merupakan komoditi yang sangat mudah rusak (perishable), oleh
karena itu penanganan yang teliti dan hati-hati harus dilakukan.
2. Tingkat Perkembangan Bunga.
Agar umur bunga mencapai maksimum, bunga sebaiknya dipanen seawall mungkin
tetapi masih memungkinkan kuntum bunga untuk membuka penuh. Kondisi pra panen seperti
sinar, suhu dan unsure mineral juga berpengaruh terhadap kualitas bunga potong. Bunga yang
berkualitas baik adalah bunga yang telah berkembang baik pada kondisi pertumbuhan
optimum tanpa mengalami kerusakan mekanis atau kerusakan lain sebelum dipotong.
3. Pemilihan (grading) dan Pengikatan.
Selama pemilihan, bunga-bunga yang rusak atau terserang penyakit harus
disingkirkan. Bunga yang terserang penyakit dapat menulari bunga-bunga yang lain. Sebelum
disimpan atau dijual, beberapa bunga biasanya diikat menjadi satu. Pengikatan tidak boleh
terlalu kencang karena akan melukai tangkai bunga. Jumlah bunga yang diikat menjadi satu
juga tidak terlalu banyak, karena kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan jamur,
disamping itu, pre-cooling akan dihambat. Jumlah bunga dalam satu ikatan biasanya
ditentukan oleh kebiasaaan dan tidak ada variasi yang besar diantara penjual atau pengusaha
bunga yang satu dengan yang lain. Selain itu, Ukuran bunga juga menentukan. Makin besar
Ukuran bunga, jumlahnya dalam satu ikatan makin sedikit karena bunga yang berukuran
besar lebih sulit ditangani. Faktor lain yang menetukan ukuran ikatan adalah nilai (harga
bunga), kepekaan bunga terhadap kerusakan mekanis, kanampakan (keindahan) bila diikat
jadi satu. Membungkus ikatan bunga dengan kertas berlapis lilin yang terbuka di bagian
atasnya akan mencegah melengkungnya kuntum bunga selama penanganan. Kantong plastik
dapat dipakai untuk membungkus kuntum bunga dalam ikatan untuk mengurangi kehilangan
air, patahnya tangkai yang memar.
4. Suhu Selama Penyimpanan.
Suhu merupakan factor utama yang mempengaruhi umur bunbga potong.
Penyimpanan pada suhu rendah merupakan perlakuan terbaik untuk menunda penuaan dan
respirasi.
5. Kelembaban.
Rh yang dianjurkan untuk ruang Penyimpanan bersuhu 4,4 0C atau di bawahnya
adalah 90-95 %. Pada Rh 70-80 % mahkota bunga muda layu.
6. Sirkulasi Udara.
Di dalam ruang Penyimpanan, sirkulasi udara harus cukup baik.
7. Penyimpanan Secara Kering (Dry-pack Storage).
Bunga potong dapat pula disimpa lama bila dikemas di dalam kotak atau wadah tanpa
air asalkan tertutup rapat-rapat, sehingga kehilangan air minimal. Penyimpanan dilakukan
pada suhu rendah. Karena bunga relative tidak kehilangan air, penambahan iar tidak
diperlukan. Penyimpanan cara kering ini dapat menunda perkembangan bungna lebih lanjut.
Bunga yang tangkainya direndam dalam air akan tetap berkembang meskipun disimpan
dalam ruang bersuhu rendah. Bila dikeluarkan dari ruang penyimpanannya, bunga-bunga
tersebut telah mengalami perkembangan/pemasakan lebih lanjut disbanding bunga yang
disimpan dengan cara kering.
8. Penggunaan Air atau Larutan Pengawet
Bunga yang tidak akan disimpan dengan cara Dry-pack Storage harus segera
dimasukkan tangkainya ke dalam air hangat suam-suam kuku atau larutan pengawet yang
hangat dan dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama paling sedikit 4-6 jam. Perlakuan
ini mencegah layu yang berarti menjaga kesegaran bunga sebelum dijual atau dikirim. Tidak
dianjurkan untuk menyiramkan air ke kuntum bunga karena dapat spotting (bercak-bercak)
atau perubahan warna. Daun-daun di bagian bawah harus dihilangkan karena daun yang
terendam air mudah menjadi rusak. Perendaman di dalam air hangat tidak dianjurkan untuk
bunga yang dapat mekar. Bunga-bunga semacam ini sebaiknya direndam di dalam air dingin.
Larutan pengawet telah banyak dijual. Larutan ini pada umumnya mengandung gula
(sukrosa), bakterisida dan senyawa bersifat asam untuk menurunkan pH air. Beberapa juga
mengandung garam-garam metalik (logam) dan penghambat senescence serta respirasi. Gula
berfungsi Sebagai substrat respirasi dan aktivitas metabolic yang lain. Bakterisida
menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah tersumbatnya jaringan pengangkut oleh
bakteri yang biasanya tumbuh pada tangkai bunga yang terendam air. Karen agula merupakan
bahan yang baik bagi pertumbuhan mikro organisme, maka kombinasi dengan bakterisida
dianjurkan. pH air yang rendah akan mempercepat penyerapan air. AgNO3 atau perak nitrat
selain dapat berfungsi Sebagai bakterisida juga merupakan antagonisy etilen (mengahambat
sintesis dan ektifitas etilen) sehingga dapat memperpanjang umur bunga potong.
9. Setelah dikeluarkan dari ruang pendingin dan disimpan dengan cara kering, bunga
memerlukan perlakuan yang disebut Conditioning atau Hardening. Perlakuan ini meliputi
pemotongan tangkai bunga (lebih kurang 2 cm) dan perendaman tangakai bunga di dalam air
hangat selama 6-24 jam agar tangkai bunga dapat menyerap air dan mengembalikan
turgiditasnya. Setelah mengalami Conditioning bunga dapat diikat seperti biasa.
10. Etilen dan Gas Lain
Etilen dapat menyebabkan epinasti, penuaan, rontonya daun dan kuntum bunga,
menguningnya daun, melengkungnya atau menutupnya mahkota bunga (sleepiness) dan
bluing. Etilen dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain : dari bunag itu sendiri, dari
bunag yang terserang penyakit atau luka, dari mesin-mesin yang digunakan, dari komoditas
buah maupun sayuran lain. Oleh sebab itu hindari Penyimpanan bunga potong satu ruangan
dengan bunga rusak atau komoditas lainnya. Gas lain seperti CO2 bila kadarnya terlalu tinggi
juga membahayakan karena dapat menyebabkan anaerobiosis atau CO2 injury.
11. Sinar
Penelitian di Florida menunjukkan bahwa bunga potong masih memounyai
kemampuan untuk mengahasilkan karbohidrat melalui proses fotosintesis, bila ada sinar di
dalam ruang Penyimpanan. Bunga krisan akan berumur lebih panjang bila disimpan dengan
penyinaran.

Penyebab Kerusakan Bunga Potong:


Bunga potong seperti halnya buah dan sayuran dapat mengalami kerusakan melalui
berbagai cara, antara lain :
1. Melalui Proses Respirasi. Dalam proses respirasi, cadangan makanan terutama
karbohidrat sedikit demi sedikit berkurang sampai akhirnya habis dan menyebabkan
kematian. Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara yang efektif untuk
menghambat respirasi.
2. Karena Serangan Penyakit
3. Melalui Proses Pemasakan dan Penuaan Normal. Oleh karena itu, tingkat perkembangan
pada Waktu pemetikan merupakan faktor penting. Bunga potong harus dipetik seawal
mungkin tetapi masih memungkinkan untuk mekar sempurna. Bunga yang dipetik
setelah mekar akan berumur pendek.
4. Karena Layu (kehilangan air berlebihan). Bunga yang telah mengalami susut berat > 10
% biasanya berpenampilan tidak baik. Penyimpanan di dalam ruangan atau wadah
berkelembaban tinggi dapat membantu mengurangi/memperlambat proses kelayuan.
Bunga yang tangkainya direndam dalam vas yang mengandung air atau larutan
preservatife pun dapat layu karena tersumbatnya jaringan pengangkut.
5. Memar atau Patah. Bunga potong harus ditangani secara hati-hati, sebaiknya tidak
ditumpuk. Bunga yang memar atau luka akan bernafas lebih cepat sehingga berumur
pendek.
6. Berubahnya warna seperti memucat atau “bluing” (Membiru).
7. Akumulasi Etilen dalam ruang simpan dapat mempercepat membukanya dan menuanya
serta rontoknya kuntum bunga. Bunga, seperti halnya sayuran dan buah juga
menghasilkan etilen. Oleh karena itu, menyimpan bunga dengan komoditi lain akan
membahayakan bunga potong. Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi
pengaruh fisiologis etilen.
8. Chilling (menyimpan pada suhu terlalu rendah) dapat merusak bunga potong> Beberapa
varietas bunga Gladiol bila disimpan pada suhu 0-1 0C meskipun hanya 1 minggu tidak
dapat mekar, bahkan setelah dipindahkan ke suhu udara normal.
20
Sprite 50%
18
Sprite 100%
16
Soda murni 50%
Bunga Mekar (%)

14
Soda murni 100%
12
Asam sitrat 2,5 gr
10
Asam sitrat 5 gr
8
Asam benzoat 2,5 gr
6 Asam benzoat 5 gr
4 Gula 2,5 gr
2 Gula 5 gr
0 Tetes tebu 5 ml
1 2 3 4 5 6 7 8
Tetes tebu 10 ml
Pengamatan Hari ke-
Air biasa (kontrol)

Grafik 1. Persentase Bunga Mekar


Berdasarkan grafik diatas jumlah bunga yang memiliki daya mekarn yang paling
tinggi adalah pada perlakuan asam sitrat 2,5 gram. Hal ini sesuai dengan pustaka diatas
bahwa asam sitrat berperanan sebagai antibiotik. Selain itu asam sitrat dalam larutan
perendam dapat menurunkan pH larutan sehingga dapat diserap secara optimal oleh tangkai
bunga ( Prabawati, 2001). Sehingga bunga sedap malam yang disimpan dalam media asam
sitrat dapat mentirigger bunga untuk mekar karena pH sesuai dengan masih ditanaman induk.
Pada perlakuan asam sitrat 5 gr justru menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada dengan
perlakuan 2,5 gr hasl tersebut dapat terjadi karena konsentrasi asam sitrat yang bersifat asam
lebih dominan daripada air yang menjadi buffer/penyeimbang sehingga pH yang didapat
lebih sesuai dengan perlakuan 2.5 gr.
Selain dengan perlakuan asam sitrat, pada perlakuan penambahan gula pada media
dapat membuat bunga sedap malam untuk mekar meskipun sudah memisah dengan tanaman
induk. Gula dapat berfungsi sebagai substrat respirasi untuk menghasilkan energi yang akan
digunakan dalam proses kehidupan sehingga kesegaran bunga akan lebih lama. 2 perlakuan
(asam sitrat dan gula) merupakan perlakuan yang dapat menjadi media pemekaran bunga
sedap malam sedangkan perlakuan lain tidak memberikan bentuk bunga sempurna.
7
Sprite 50%

Skoring Kelayakan Bunga (cm)


6 Sprite 100%
Soda murni 50%
5
Soda murni 100%

4 Asam sitrat 2,5 gr


Asam sitrat 5 gr
3 Asam benzoat 2,5
gr
2 Asam benzoat 5 gr
Gula 2,5 gr
1 Gula 5 gr
Tetes tebu 5 ml
0
1 2 3 4 5 6 7 8 Tetes tebu 10 ml

Pengamatan Hari ke- Air biasa (kontrol)

Grafik 2. Grafik kelayakan bunga sedap malam


Kelayakan merupakan indicator kualitas bunga untuk dijual atau dipajang masih baik
atau tidak. Semakin besar nilai kelayakan, maka tingkat kelayakan bunga sedap malam akan
semakin rendah. Semakin tinggi nilai kelayakan akan semakin sedikit jumlah bagian bunga
yang masih segar. Gambar diatas merupakan grafik kelayakan bunga sedap malam,
berdasarkan grafik tersebut, nilai kelayakan terendah adalah pada perlakuan gula. Pada
perlakuan gula skor yang menunjukkan paling rendah berarti masih dapat atau daya
kelayakanya tinggi atau dengan kata lain sumber karbohidrat untuk substrat respirasi masih
terjaga, sehingga dapat menyebabkan skor kelayakan yang paling rendah.
Lain halnya pada skor perlakuan tetes tebu baik 5 ml/10 ml menunjukkan skor yang
paling tinggi atau dengan kata lain perlakuan tetes tebu tidak memberikan hasil kesegaran
bunga yang tinggi. Proses kelayuan dipercepat bila hilangnya air lebih banyak daripada
penyerapan, sehingga menyebabkan tangkai bunga kekurangan air dan tekanan turgornya
rendah akibatnya terjadilah plasmolisis.
8 Sprite 50%
7 Sprite 100%
Diameter Bunga (cm)

6 Soda murni 50%


Soda murni 100%
5
Asam sitrat 2,5 gr
4
Asam sitrat 5 gr
3 Asam benzoat 2,5 gr
2 Asam benzoat 5 gr
1 Gula 2,5 gr

0 Gula 5 gr

1 2 3 4 5 6 7 8 Tetes tebu 5 ml
Tetes tebu 10 ml
Pengamatan Hari ke-
Air biasa (kontrol)

Grafik 3. diameter bunga sedap malam


Seperti keadaan bunga mekar diatas, diameter bunga menjadi lanjutan hasil/tingkat
keindahan yang didapat pada suatu bunga. Meskipun asam sitrat memiliki persentase
kemekaran bunga yang tinggi, namun tingkat lingkar bunga terbesar justru terletak pada
perlakuan gula. Perlakuan gula memberikan keindahan pada bunga yangmana semakin besar
konsentrasinya makan diameterbunga akan lebih cepat terjadi. Perlakuan asam sitrat yang
memiliki persentase mekar bunga yang tinggi justru mendapatkan diameter bunga yang tidak
terlalu baik hal ini disebabkan karena asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam
siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme
makhluk hidup. Aktivitas dalam mitokondria merupakan pembelahan sel tidak untuk
mempermatang sel sehingga asam sitrat yang masuk ke dalam jaringan tanaman sedap malam
tidak menjadikan diameterbunga semakin jadi. Faktanya adalah pada perlakuan asam sitrat
2,5 gram pada hari ke 8 diameter sudah menunjukkan penurunan grafik yang berarti sudah
mencapai mekar maksimal.
Kurangnya asupan karbohidrat dari air menyebabkan bunga sedap malam tidak
mampu bertahan lama sehingga untuk mengurangi laju respirasinya, bunga sedap malam
akan benyak menggugurkan daunnya. Sedangkan pada larutan sprite dengan konsentrasi
tinggi dan penggunaan sukrosa dapat menghasilkan karbohidrat yang akan digunakan bunga
sedap malam untuk tetap hidup dan memepertahankan kesegarannya.

90
Sprite 50%
80
Sprite 100%
70 Soda murni 50%
Jumlah Bunga Kuncup

60 Soda murni 100%

Asam sitrat 2,5 gr


50
Asam sitrat 5 gr
40
Asam benzoat 2,5 gr
30
Asam benzoat 5 gr

20 Gula 2,5 gr

10 Gula 5 gr

Tetes tebu 5 ml
0
1 2 3 4 5 6 7 8 Tetes tebu 10 ml
Pengamatan Hari ke- Air biasa (kontrol)

Grafik 4. Jumlah Bunga Kuncup

Jumlah bunga kuncup merupakan satuan jumlah bunga yang masih ada pada tangkai
bunga sedap malam. Semakin rendah bunga kuncup yang ada berarti semakin sedikit bunga
yang masih bertahan pada masing-masing kondisi media. Gambar diatas menunjukkan bahwa
perlakuan sprite 100% merupakan kondisi dengan jumlah bunga kuncup terrendah. Setelah
itu disusul dengan soda kemudian asam benzoate. Ketiga perlakuan diatas justru
mendapatkan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol atau dapat dikatakan bahwa
pemberian perlakuan tersebut justru menghalangi bunga untuk dapat mempertahankan
kondisi awalnya. Berbeda dengan perlakuan tetes tebu yang mampu mempertahankan kedaan
kondisi bunga yang hampir sama seperti awal pengamatan.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa perlakuan yang menunjukkan nilai negatif atau
lebih buruk dari kontrol terdapat pada perlakuan sprite, asam benzoat dan soda murni. Hal
tersebut dapat disebabkan karena tingkat konsentrasi yang tinggi pada asam benzoat yang
tidak sesuai dengan aktifitas sel dari bunga sedap malam sehingga jumlah kuncup berkurang
secara terus menerus dan melibihi kontrol. Selain itu perlakuan sprite menunjukkan data yang
paling rendah karena kandungan AgNO3 pada soda yang terlalu tinggi sehingga bunga tidak
tahan dengan kandungan tersebut sehingga kuncup yang dipertahankan lebih sedikit.

80
Sprite 50%
70 Sprite 100%

Soda murni 50%


60
Jumlah Bunga Gugur (%)

Soda murni 100%


50 Asam sitrat 2,5 gr

40 Asam sitrat 5 gr

Asam benzoat 2,5


30 gr
Asam benzoat 5 gr

20 Gula 2,5 gr

Gula 5 gr
10
Tetes tebu 5 ml

0 Tetes tebu 10 ml
1 2 3 4 5 6 7 8
Air biasa (kontrol)
Pengamatan Hari ke-

Grafik 5. Persentase jumlah bunga gugur

Jumlah bunga gugur merupakan penjelas dari parameter grafik 4 diatas yaitu jumlah
bunga kuncup. Seperti hasil diatas bahwa tetes tebu menunjukkan hasil yang paling tinggi
yang berarti pada keadaan bunga yang gugur akan menjadi sangat minim. Tetes tebu bersifat
untuk mempertahankan keadaan bunga dengan selang beberapa waktu/ menghambat aktifitas
bunga. Jumlah bunga gugur tertinggi terjadi pada perlakuan sprite di hari ke 6 , sesuai dengan
grafik 4 diatas bahwa perlakuan sprite merupakan bunga yang berkuncup paling rendah
dibandingkan perlakuan lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa kandungan AgNo3 dalam
sprite dan gula tidak memiliki pH yang optimum untuk dilakukannya aktifitas sel bunga
sedap malam.

120
Sprite 50%

Sprite 100%
100
Bunga Layu/Kering (%)

Soda murni 50%

80 Soda murni 100%

Asam sitrat 2,5 gr


60 Asam sitrat 5 gr

Asam benzoat 2,5


40 gr
Asam benzoat 5 gr

Gula 2,5 gr
20
Gula 5 gr

Tetes tebu 5 ml
0
1 2 3 4 5 6 7 8 Tetes tebu 10 ml

Pengamatan Hari ke- Air biasa (kontrol)

Grafik 6. Persentase Bunga layu

Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa persentase bunga layu merupakan bentuk
representatif dari skoring kelayakan bunga. Grafik 6 diatas menggambarkan bagaimana
skoring dari perlakuan tetes tebu mendapatkan hasil yang paling tinggi atau dengan kata lain
kondisi bunga sedap malam sangat tidak layak untuk dijual atau disimpan. Hal tersebut
disebabkan karena tetes tebu menghambat aktifitas sel bunga sedap malam sehingga
pembelahan sel tidak terjadi dan bunga menjadi layu namun kokoh.

Pada grafik diatas kontrol atau perlakuan dengan air biasa menunjukkan hasil kelayuan
sebesar 33 %, hal tersebut menjadikan perlakuan asam benzoat dan tetes tebu sebagai media
yang tidak baik untuk digunakan sebagai media penyimpanan bunga. Media tetes tebu dan
asam benzoat tidak sesuai karena persentase kelayuan yang dihasilkan lebih besar daripada
kontrol. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh konsentrasi yang terlalu tinggi pada
perlakuan asam benzoat karena HCO3 pada konsentrasi tinggi menyebabkan pH terlalu
rendah yangmana tidak sesuai dengan aktifitas sel bunga sedap malam.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
penambahan media yang dapat memperpanjang kesegaran bunga potong adalah asam sitrat
dan gula.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Ragam Bunga Sedap Malam di Indonesia. Warata Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 31:5

Harry, R. 1994. Usahatani Bunga Potong. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi
Penelitian. Bogor.

Herdiani, E. 2014. Pasca Panen Bunga Potong. http://www.bbpp


lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/828-pasca-panen-bunga-potong
diakses 2 Mei 2016

Murtiningsih, W. & Yulianingsih. 1991. Memperpanjang kesegaran bunga potong anggrek


vanda genta bandung. Jurnal Hortikultura I (1): 23-26.

Prabawati, S. 2001. Krisan awet 20 hari dengan “Gula Pasir”. Trubus. Edisi Maret, Th.
XXXII, No. 376. Hal. 100.

Reid, M. S. 2002. Maturation and Maturity Indices. In Postharvest Technology of


Horticultural Crops. Kader, A. A. Edt. Univ. of California, Agric. And Natural
Resources, Pub. No. 3311.

Rismunandar. 1992. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suyanti. 2002. Teknologi pasca panen bunga sedap malam. Jurnal Litbang Pertanian 21 : 24-
31.

Tisnawati, 2005. Teknik memperpanjang masa simpan bunga potong Alpinia. Teknik
Pertanian 10: 1-9.

Anda mungkin juga menyukai