Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

“UJI AKTIFITAS BAKTERI PADA DAUN KEMBANG SEPATU


(Hibiscus Rosa-sinensis L ) TERHADAP BATERI Staphylococus
Aureus DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERASAN”

DI SUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI  S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
2017

jalan Cut Nyak Dhien No.16 , Desa kalisapu , Kec.Slawi,


telp.(0283) 6197571 Fax. (0283) 619845

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt , karena berkat rahmat -
nya kami bisa menyelesaikan Proposal yang berjudul “uji aktifitas bakteri

pada daun kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis l ) terhadap


bateri staphylococus aureus dengan menggunakan metode perasan
” . Proposal ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah statistik farmasi .
kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak – banyak terima kasih
kepada:

1. Ibu Devi Ika K.S. M.Sc., Apt yang memberikan tugas kepadakami
2. Orang tua dan teman – teman serta pihak lain yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu. Yang telah membantu proses pembuatan proposal
ini .

proposal ini masih jauh dari kata sempurna , oleh karena itu ,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya proposal ini .
Semoga proposal ini bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
bagi semua .

penyusun

slawi 21 juni 2017

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………1
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….2
DAFTAR ISI …………………………………………………………............3
BAB I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang………………………………………………….4


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………5
1.3. Tujuan……………………………………………………………5
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………5

BAB II, TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….6 .


2.2. Asal-usul penamaan Bunga kembnag sepatu…………………...6
2.3 Klasifikasi Bunga Sepatu dan Nama Ilmiah……………………7
2.4. Morfologi tanaman Bunga kembang sepatu …………………...7
2.5. Landasan Teori……………………………………………….....9
2.6 .Hipotesis……………………………………………………….18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat ……………………..………………………..19


3.2. Alat Dan bahan…………………………………………………19
1. Alat
2. Bahan
3.3. Rancangan penelitian…………………………………………….19
3.4 prosedur penelitian………………………………………………20
3.5 Analisis Data……………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di
manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang
berasal dari tumbuhan , hewan, mineral atau campuran dari bahan yang belum
mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
pengalaman . Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu
begitu saja menghilangkan arti pengobatan tradisional. Apalagi keadaan
perekonomian Indonesia saat ini yang dapat mengakibatkan harga obat – obatan
modern menjadi mahal. Oleh karena itu salah satu pengobatan alternatif yang
dapat dilakukan adalah meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat
dikalangan masyarakat.

Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat


dapat ditingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan
pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat.Salah satu tanaman
yang dapat di gunakan sebagai obat adalah Daun kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.), merupakan bahan obat tradisional yang telah
digunakan oleh masyarakat sebagai obat demam, obat batuk, obat sariawan, bisul,
gondongan, radang kulit, radang selaput lendir hidung, radang selaput mata,
radang usus. Daun kembang sepatu mengandung flavonoid, saponin, dan polifenol
Metode yang dapat digunakan dalam pengujian aktivitas bakteri Daun kembang
sepatu adalah dengan menggunakan metode perasan , semua ini bertujuan untuk
mengetahui keefektifan atau menentukan aktifitas bakteri pada daun kembang
sepatu .

4
1.2 Rumusan Masalah

1. bagaimana uji aktifitas bakteri pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis.L)

2. Manakah seri konsentrasi ekstrak yang memiliki daya hambat optimal


terhadap bakteri staphylococcus Auerus ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara identifikasi aktifitas bakteri pada daun kembang sepatu

2. mengetahui seri konsentrasi ekstrak yang memiliki daya hambat optimal


terhadap bakteri staphylococcus Auerus

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan informasi,gagasan dan


dasar pembuktian ilmiah tentang aktifitas bakteri pada tumbuhan daun kembang
sepatu (hibiscus Rosa-sinensis L)

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunga / Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah


tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak
ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar,
berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan
hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga
ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye
hingga merah tua atau merah jambu.
Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu disebut bunga raya.
Bunga ini ditetapkan sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli
1960. Orang Jawa menyebutnya kembang worawari.

  2.2  Asal-usul Penamaan Bunga Sepatu


Bunga sepatu adalah tanaman semak yang berasal dari Asia Timur.
Di daerah tropis dan subtropis, bunga ini banyak ditanam sebagai tanaman
hias. Di berbagai daerah, tanaman yang memiliki nama ilmiah Hibiscus
rosa-sinensis L. ini dikenal dengan banyak sebutan. Di Kepulauan Nias,
bunga ini dikenal dengan nama soma-soma, di Aceh dikenal dengan nama
bungong raya, orang Malaysia memanggilnya dengan sebutan bunga raya,
di Jepang dikenal dengan nama gushonu hana, dan di Sumatera Utara
dikenal dengan nama bunga-bunga. Orang Sunda mengenal bunga ini
dengan nama kembang wera, sedangkan orang Jawa memanggilnya
kembang wora-wari dan orang Bali mengenalnya dengan nama waribang.
Di daerah tropis seperti di Indonesia, tanaman ini berbunga sepanjang
tahun, sedangkan pada daerah sub-tropis tanaman ini hanya berbunga dari
musim panas (summer) hingga musim gugur. Pada daerah sub-tropis

6
sebetulnya tanaman ini dapat  berbunga sepanjang tahun asalkan ditanam
di rumah kaca (green house).

2.3 Klasifikasi Bunga Sepatu dan Nama Ilmiah

Bunga sepatu diklasifikasikan dengan oleh Carolus Linaeus dengan sistem


penamaannya sebagai berikut :
Kerajaan   : Plantae
Divisi       : Magnoliophyta
Kelas        : Magnoliopsida
Ordo         : Malvales
Famili       : Malvaceae
Genus       : Hibiscus
Spesies     : Hibiscus rosa-sinensis

Ciri-ciri dan Morfologi Bunga Sepatu


Tanaman bunga sepatu tergolong ke dalam tanaman perdu atau
semak tahunan yang tumbuh tegak. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 3
meter. Jika Anda sama sekali belum mengenal tanaman ini, silakan lihat
tampilan gambar bunga sepatu dibawah ini!

1.      Bunga
Bunga sepatu adalah bunga tunggal berbentuk terompet dengan
diameter sekitar 6 cm hingga 20 cm. Setiap bunga terdiri dari 5 helai daun
kelopak, yang masing-masing dilindungi oleh kelopak tambahan
(epicalyx). Hal ini membuat kelopak bunga seperti terdiri dari dua lapis
kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar dengan warna yang
tergantung dari jenis kultivarnya. 
Bunga sepatu terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian steril dan bagian fertil.
Bagian steril adalah bagian bunga yang bukan merupakan organ
reproduksi. Bagian steril bunga terdiri dari ibu tangkai bunga (pedunculus),

7
tangkai bunga (pedicellus), daun pelindung (brachtea), dasar bunga
(receptacle), daun tangkai (brachteola), dan perhiasan bunga yang meliputi
kelopak bunga (sepal) dan mahkota bunga (petal). Berbeda dengan bagian
steril, bagian fertil bunga adalah bagian yang merupakan organ reproduksi
yang benang sari dan putik (pistillum).
(Ayatul, 2013).  
Struktur Bunga Sepatu, secara anatomi, daun kelopak dan
daun mahkota bunga sepatu memiliki struktur sama yakni terdapat banyak
sel parenkimatis. Dimana, parenkim ini disebut mesofil. Parenkim terletak
di antara bagian epidermis bawah dan atas. Daun kelopak biasanya
memiliki struktur sederhana. Daun kelopak di bagian luarnya dilapisi oleh
stomata, kutin, dan trikomata. Sel-sel daun kelopak ini juga mengandung
zat hijau daun (klorofil). Sel-selnya daun mahkota bunga sepatu
mempunyai banyak berkas jaringan pengangkut yang ukurannya kecil.
Daun ini memiliki epidermis yang berbentuk khusus berupa tonjolan yang
disebut papila. Papila ini dilapisi kutikula. 
Sementara itu, putik dan benang sari memiliki struktur yang sangat
berbeda. Secara umum, benang sari bunga sepatu terdiri atas kepala sari
dan tangkai sari. Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar berupa banyak
sel parenkimatis yang memiliki vakuola yang tak beruang antar-sel. Pada
epidermis tangkai sari terdapat trikomata, kutikula, dan stomata. Kepala
sari mempunyai struktur yang kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis,
dan di bagian paling dalam terdapat ruang sari (lokulus) yang berisi butir-
butir serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap jenis
tumbuhan berbeda.

2      Buah dan Biji


Pada umumnya, tanaman bunga sepatu bersifat steril
sehingga tidak menghasilkan buah, namun pada beberapa kultivar khusus
buah tetap dihasilkan. Buah bunga sepatu berukuran kecil berbentuk bulat
lonjong dengan diameter 4 mm. Biji bunga sepatu berwarna putih ketika

8
masih muda dan berubah menjadi coklat setelah tua.   Biji ini dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan generatif jika Anda ingin mencoba
membudidayakannya.
3.      Batang Daun dan Akar
Batang tanaman bunga sepatu berbentuk bulat, berkayu,
dan keras. Diameter batang berukuran 9 cm dan ketika masih muda
berwarna ungu dan setelah tua berwarna putih kotor. Daun bunga sepatu
adalah daun tunggal. Tepi daun beringgit dengan ujung runcing dan
berpangkal tumpul. Panjang rata-rata daun 10 sampai 16 cm dan lebar 5
sampai 11 cm. Akar bunga sepatu adalah akar tunggal dengan panjang
rata-rata 30 sampai 60 cm berwarna coklat muda
(. Ayatul, A. 2013. )
2.2 Landasan Teori

1. Ekstrak
Ekstrak Adalah Sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi Zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai.
(Anonim , 1979)
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain Maserasi ,
perkolasi , sokhletasi , Metode Ekstraksi Dipilih Berdasarkan beberapa
faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan
tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh
ekstrak yang sempurna
(Ansel , 1989)
2. Bakteri
Bakteri adalah organisme uniseluler yang berkembang biak
dengan cara pembelahan diri dan dapat dilihat dengan menggunakan
mikrosop
( Dwijoseputro, 1994 )

9
Bakteri Dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi ,
Biokimia , Dan pewarnaan (Bakteri gram positif dan Gram Negative )
( jawetz et al., 2005 )
Bakteri Dapat didefinisikan Secara Morfologi Yaitu dengan
mempelajari bentuk , Ukuran Dan susuan Sel . Perubahan Lingkungan
mungkin Dapat sedikit mempengaruhi bentuk dan ukuran sel , misalnya
bakteri berbentuk batang dapat menjadi lebih panjang atau lebih
pendek. bentuk dasar bakteri , yaitu bulat (tunggal : coccus , jamak :
Cocci) , Batang atau silinder (tunggal :bacillus , jamak : bacilli ), dan
Spiral Yaitu berbrntuk melingkar – lingkar atau batangmelengkung
(pratiwi , 2008 )
Karakteristik Bakteri Staphylococcus aureus

Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphilococcus
Species : Staphilococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak


bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul.Ukuran
Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya.

10
Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter
0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung
asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam
teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam
teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin
(Boyd, 1980)
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif
yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim
koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus
aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel
darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah
haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah
leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat
menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran
pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh
akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit
dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
(Boyd, 1980; Schlegel, 1994).
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah
35o – 37o C dengan suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C.
Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5.
Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya
mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini
membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir
pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri
ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan
sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin,
sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat
tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau
protein.
(Supardi dan Sukamto, 1999).

11
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif
yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak
menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus
tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47
jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini
biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S.
aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang
menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai
karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena
adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga
terjadi pelemahan inang]
.
Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi,
diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian
besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh
karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan
katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan
koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan
menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di
sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri
dan terhambat.

Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Bakteri


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor
zat gizi, keasaman makanan (PH), suhu,waktu, ketersediaan oksigen, dan
kelembaban.

12
1.      Faktor Zat Gizi
Menurut Wibowo MS, (2012) Semua bentuk kehidupan mempunyai
persamaan dalam hal persyaratan nutrisi berupa zat–zat kimiawi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas lainnya. Nutrisi bagi
pertumbuhan bakteri, seperti halnya nutrisi untuk organisme lain
mempunyai kebutuhan akan sumber nutrisi, yaitu:
a. Bakteri membutuhkan sumber energi yang berasal dari energi
cahaya (fototrof) dan senyawa kimia(kemotrof).
b. Bakteri membutuhkan sumber karbon berupa karbon anorganik
(karbon dioksida) dan karbon organik (seperti karbohidrat).

c.  Bakteri membutuhkan sumber nitrogen dalam bentuk garam nitrogen


anorganik (seperti kalium nitrat) dan nitrogen organik (berupa protein
dan asamamino).
d. Bakteri membutuhkan beberapa unsur logam (seperti kalium,
natrium, magnesium, besi, tembaga dsb).
e.Bakteri membutuhkan air untuk fungsi – fungsi metabolik dan
pertumbuhannya.

Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan


pertumbuhannya yaitu sebagai sumber karbon, sumber
nitrogen,sumber energi, dan faktor pertumbuhan yaitu mineral dan
vitamin. Nutrien tersebut di butuhkan untuk membentuk energi dan
menyusun komponen komponen sel. Setiap jasad renik bervariasi
dalam kebutuhannya akan zat-zat nutrisi tersebut
(Fardiaz S,1992).
Jasad renik yang tumbuh pada makanan umumnya bersifat
heterotrof yaitu yang menggunakan karbohidrat sebagai sumber eneri
dan karbon, walaupun komponen organik lainnya yang mengandung
karbon mungkin juga dapat di gunakan. Kebanyakan organisme

13
heterotrof menggunakan komponen organik yang mengandung
nitrogen sebagai sumber N, tetapi beberapa dapat pula menggunakan
sumber nitrogen anorganik
(Fardiaz S,1992).
2. Keasaman Makanan (PH)
PH medium biakan juga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan,
untuk pertumbuhan bakteri juga terdapat rentang pH dan pH optimal. Pada
bakteri patogen pH optimalnya 7,2 – 7,6. Meskipun medium pada awalnya
dikondisikan dengan pH yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tetapi,
secara bertahap besarnya pertumbuhan akan dibatasi oleh produk
metabolit yang dihasilkan mikroorganisme tersebut
(Wibowo MS, 2012)
bakteri memiliki mekanisme yang sangat efektif untuk memelihara
kontrol regulasi pH sitoplasmanya (pHi). Pada sejumlah bakteri, pH berbeda
dengan 0,1 unit per perubahan pH pada pH eksternal. Hal ini disebabkan
kontrol aktivitas sistem transpor ion yang mempermudah masuknya proton.
Bermacam-macam sistem yang mencerminkan luas rentang nilai pHi
diperlihatkan oleh berbagai bakteri. Asidofil memiliki nilai rentang pHi 6,5 –
7,0; neutrofil memiliki nilai rentang pHi 7,5 – 8,0, dan alkalofil memiliki nilai
rentang pHi 8,4 – 9,0. Mikroorganisme fermentatif memperlihatkan rentang
nilai pHi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mikroorganisme yang
menggunakan jalur respirasi. Pada mikroorganisme fermentatif , produksi
produk fermentatif yang bersifat asam dan akumulasinya mengakibatkan
gangguan keseimbangan pH dan pembatasan pertumbuhan. Sejumlah
mikroorganisme meningkatkan mekanisme kompensasi untuk mencegah efek
toksik dari akumulasi produk yang bersifat asam dan berkonsentrasi tinggi
tersebut
(Wibowo MS, 2012).
Makanan yang mempunyai PH rendah (di bawah 4,5) biasanya tidak
dapat di tumbuhi oleh bakteri tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan
khamir dan kapang. Oleh karena itu, makanan yang mempunyai PH rendah

14
relatif lebih tahan selama penyimpanan di bandinkan dengan makanan yang
memiliki PH netral atau mendekati netral
(Fardiaz S,1992)
  
3.SUHU
Setiap bakteri memiliki temperatur optimal dimana mereka dapat
tumbuh sangat cepat dan memiliki rentang temperatur dimana mereka
dapat tumbuh. Pembelahan sel sangat sensitif terhadap efek kerusakan
yang disebabkan temperatur; betuk yang besar dan aneh dapat diamati
pada pertumbuhan kultur pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur yang mendukung tingkat pertumbuhan yang sangat cepat
(Wibowo MS, 2012).
Berdasarkan rentang temperatur dimana dapat terjadi pertumbuhan,
bakteri dikelompokkan menjadi tiga :
1. Psikrofilik, -5oC sampai 30oC, optimum pada 10-20oC;
2. Mesofilik, 10-45oC, optimum pada 20-40oC;
3. Termofilik, 25-80C, optimum pada 50-60oC.
Temperatur optimal biasanya mencerminkan lingkungan normal
mikroorganisme. Jadi, bakteri patogen pada manusia biasanya tumbuh
baik pada temperatur 37oC.

Menurut Fardiaz S,(1992) Suhu di mana suatu makanan disimpan


sangat besar pengaruhnya terhadap jenis jasad renik yang dapat tumbuh
serta kecepatan pertumbuhannya. Beberapa ketentuan mengenai pengaruh
suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel, yaitu ;
1.      Pertumbuhan jasad renik terjadi pada suhu dengan kisaran kira-
kira 30°C.
2.     Kecepatan pertumbuhan jasad renik meningkat lambat dengan
naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan
maksimum.

15
3.    Di atas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun
dengan cepat dengan naiknya suhu.

4. Ketersediaan air

Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak.
Oleh karena itu, pertumbuhan jasad renik di dalam suatu makanan sangat
di pengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Selain merupakan bagian
terbesar dari komponen sel (70-80%), air juga di butuhkan sebagai reaktan
dalam berbagai reaksi biokimia
(Fardiaz S,1992)
Tidak semua air yang terdapat dalam bahan pangan dapat di
gunakan oleh jasad renik. Beberapa kondisi atau keadaan di mana air tidak
dapat di gunakan oleh jasad renik yaitu :
1.      Adanya solut dan ion dapat mengikat air dalam larutan,
2.      Koloid hidrofilik dapat mengikat air, sebanyak 3-4% agar dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dalam medium.
3.      Air dalam bentuk kristal es tidak dapat di gunakan oleh jasad renik
(Fardiaz S,1992)

6.      Ketersediaan oksigen


Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan
mekanisme yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Berdasarkan kebutuhan oksigen tersebut, bakteri dapat dipisahkan menjadi
lima kelompok (Wibowo MS, 2012).:
1. Anaerob obligat yang tumbuh hanya dalam keadaan tekanan oksigen yang
sangat rendah dan oksigen bersifat toksik.
2. Anaerob aerotoleran yang tidak terbunuh dengan paparan oksigen.
3. Anaerob fakultatif, dapat tumbuh dalam keadaan aerob dan anaerob.

16
4. Aerob obligat, membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
5. Bakteri mikroaerofilik yang tumbuh baik pada tekanan oksigen
rendah,tekanan oksigen tinggi dapat menghambat pertumbuhan.

             Bakteri anaerobik atau di sebut anaerob adalah kolompok bakteri


yang tidak dapat tumbuh dengan adanya oksigen. Bakteri anaerobik yang
bersifat aerotoleran dapat tumbuh dengan baik pada permukaan yang
mempunyai tekanan oksigen rendah. Tetapi bakteri yang bersifat anaerobik
obligan dapat seera mati jika terkena oksigen
(Fardiaz S,1993).
Pada anaerob toleran dan obligat, metabolismenya bersifat
fermentatif kuat. Pada anaerob fakultatif, cara metabolisme respirasi
dilakukan jika tersedia oksigen, tetapi tidak terjadi fermentasi. Pada saat
bakteri tumbuh dalam keadaan terdapat udara, terjadi sejumlah reaksi
enzimatik dan mengakibatkan produksi hidrogen peroksida dan radikal
superoksida
(Wibowo MS, 2012).
7.      Kelembaban
Konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik di dalam sel bakteri,
umumnya lebih tinggi dari konsentrasi di luar sel. Sebagian besar bakteri,
kecuali pada Mycoplasma dan bakteri yang mengalami kerusakan dinging
selnya, tidak toleran terhadap perubahan osmotik dan akan mengembangkan
sistem transpor kompleks dan alat pengatur sensor-osmotik untuk
memelihara keadaan osmotik konstat dalam sel
(Wibowo MS, 2012).
Membrane-derived Oligosaccharide (MDO), suatu unsur sel yang
terdapat pada E. coli. Pada E. coli dan bakteri Gram-negatif lain, terdapat dua
bagian cairan yang berbeda, sitoplasma yang terdapat pada membran dalam,
dan daerah periplasma yang terdapat di antara membran luar dan membran
dalam. Pada saar bakteri ini tumbuh pada medium dengan osmolaritas rendah

17
maka membran sitoplasma yang sedikit kaku akan mengembang paling tidak
dapat mencegah perubahan osmolaritas daerah periplasma, sama dengan pada
sitoplasma.Pada sel yang tumbuh dalam medium dengan osmolaritas rendah,
MDO merupakan sumber utama anion terfiksasi pada daerah periplasma dan
berperan memelihara tekanan osmotik tinggi dan potensial membran Donnan
pada bagian periplasma. Struktur oligosakarida ini sangat layak untuk peran
pengaturan tersebut. Oligosakarida ini memiliki BM antara 2200-2600 dan
bersifat impermeabel terhadap membran luar, suatu komponen penting untuk
fungsi spesifiknya. Oligosakarida ini terdiri dari 8-10 unit glukosa.
Pertumbuhan sel pada medium dengan osmolaritas rendah mensintesis MDO
pada kecepatan maksimum, kecepatan sintesis nampaknya diatur secara
genetik untuk merespon perubahan osmolaritas medium
(Wibowo MS, 2012).
2.3 Hipotesis

Ada atau tidaknya aktivitas anti bakteri pada ekstrak perasaan daun
kembang sepatu

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Biologi Farmasi, Fitokimia,


Farmasetika dan kimia analis STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi pada bulan
juni.

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat
Juicer, beaker glass, gelas ukur, mortir dan stamper, , stimbangan
analitik, cawan porselen, batang pengaduk , gunting cukur, kassa steril,
Cawan petri
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstak daun kembang
sepatu , air , Bakteri staphylococus aureus
3.3 Rancangan Penelitian
1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah daun kembang sepatu. Sampel
adalah sebagian yang diambil dari populasi, sehingga sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah daun kembang sepatu yang
diperoleh dari Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal

2 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi takaran perasan daun
kembang sepatu yang diuji terhadap aktivitas anti bakteri.

19
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah berapa konsentrasi ekstrak
perasan daun kembang sepatu terhadap bakteri yang di uji.

3.4 Prosedur Penelitian

1. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman Daun kembang sepatu dilakukan di
Laboratorium Biologi Farmasi, STIKes Bhakti Mandala Husada, Slawi.
2. Pembuatan ekstrak perasan

Penyiapan bahan baku perasan daun kembang sepatu terlebih


dahulu cuci daun kembang sepatu, kemudian timbang sebanyak 100 g,
setelah itu di gerus atau di blender lalu diperas menggunakan kertas saring,
sari dari daun kembang sepatu di tampung di bekker glass.

3.5 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data dengan menggunakan


data yang diperoleh yaitu Aktifitas bakteri pada daun kembang sepatu Uji
dari setiap perlakuan dianalisis dengan SPSS dengan cara uji one way
ANOVA data hasil pengujian dianalisis dengan tingkat kepercayaan
95%.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan jilid 1.PT.Gramedia pustaka utama,


jakarta.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja grafindo persada. Jakarta.
Wibowo MS, 2012. Pertumbuhan dan kontrol bakteri. Jurnal-Pertumbuhan-
bakteri-c070205.PDF

 Honeyman AL, Friedman H, Bendinelli M. 2001. Staphylococcus aureus


Infection and Disease. New York: Plenum Publishers.

Pollard AJ, McCracken GH, Finn A. 2004. Hot Topics in Infection and Immunity
in Children. USA: Springer Science and Business Media Inc.

21

Anda mungkin juga menyukai