Anda di halaman 1dari 22

Glikogenesis

Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa(glikolisis) menjadi


piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetilKoA. Akhirnya asetil KoA
masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitratuntuk dikatabolisir menjadi
energi.Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas,misalnya
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kitamemiliki glukosa
melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosayang ada akan
disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme inidinamakan
glikogenesis.Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama
did a l a m t u b u h d a n a n a l o g d e n g a n a m i l u m p a d a t u m b u h a n .
U n s u r i n i terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang
m e l a m p a u i jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati

maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampaiempat


kali lebih banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer

-D-Glukosa yang bercabang.G l i k o g e n o t o t b e r f u n g s i s e b a g a i s u m b e r


heksosa yang tersediad e n g a n m u d a h u n t u k p r o s e s
g l i k o l i s i s d i d a l a m o t o t i t u s e n d i r i . Sedangkan glikogen
h a t i s a n g a t b e r h u b u n g a n d e n g a n s i m p a n a n d a n pengiriman heksosa
keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah,khususnya pada saat
di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa,hampir semua simpanan
glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen otothanya terkuras secara bermakna
setelah seseorang melakukan olahragayang berat dan lama.Rangkaian proses
terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1.Glukosamengalami fosforilasi menjadglukosa 6-fosfat(reaksi yanglazim terjadi juga
pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir olehheksokinasesedangkan di hati
olehglukokinase
.
2.Glukosa6-fosfatd i u b a h m e n j a d i glukosa 1-fosfatd a l a m r e a k s i d e n g a n
b a n t u a n k a t a l i s a t o r enzim fosfoglukomutase
. E n z i m i t u sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan
mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa1,6-
bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfatEnz + Glukosa 1,6-bifosfatEnz-P +
Glukosa 1fosfa
3. selanjutnyaglukosa 1-fosfatbereaksi denganuridin trifosfat (UTP)
untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc)R e a k s i i n i dikatalisir
oleh enzim

UDPGlc pirofosforilase.UTP + Glukosa 1-fosfatUDPGlc + PPi

Uridin difosfat glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. BiokimiaHarper)


54
4.Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim
p i r o f o s f a t a s e inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi

5.AtomC1pada glukosayang diaktifkan olehUDPGlcmembentuk ikatan glikosidik dengan


atom C4 p a d a r e s i d u g l u k o s a t e r m i n a l g l i k o g e n , s e h i n g g a m e m b e b a s k a n
u r i d i n d i f o s f a t R e a k s i i n i dikatalisir oleh enzim glikogen sintase Molekul
glikogen yang sudahada sebelumnya (disebutglikogen primer) harus ada untuk
memulaireaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada
primer protein yang dikenal sebagai glikogenin
.
UDPGlc + (C6)nUDP + (C6)n+1

Glikogen Glikogen
R e s i d u g l u k o s a y a n g l e b i h l a n j u t m e l e k a t p a d a p o s i s i 1 -4
u n t u k membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Padaotot rangka
glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen,sedangkan di hati terdapat
jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.

6.Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahanglukosa


tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka
enzim pembentuk cabang
m e m i n d a h k a n b a g i a n d a r i r a n t a i 1 -4(panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai
yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1-6sehingga membuattitik cabang
padam o l e k u l t e r s e b u t . C a b a n g - c a b a n g i n i
a k a n t u m b u h d e n g a n penambahan lebih lanjut 1glukosil
dan pembentukan cabangselanjutnya. Setelah jumlah residu
t e r m i n a l y a n g n o n r e d u k t i f bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam
molekul akan meningkatsehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.
7.Tahap- tahap perangkaian glukosa demi
g l u k o s a digambarkan pada bagan berik

Biosintesis glikogen (dipetik dari:


Murray dkk. BiokimiaHarper)
Tampak bahwa setiap penambahan
1 glukosapada glikogen dikatalisir oleh enzimglikogen sintase
. Sekelompok glukosa dalam rangkaianlinier dapat putus dari glikogen induknya dan
berpindah tempat untuk membentuk cabang
. E n z i m y a n g b e r p e r a n d a l a m t a h a p i n i a d a l a h enzimpembentuk cabang (branching
enzyme)
MAKALAH BIOKIMIA II
GLIKOGENESIS

Oleh:
1. Catur P.W (081710447)
2. Isra Miranti (081710675)
3. Miriani (081710320)
4. Nani Rosdiana (081710676)
5. Nopenda (081710550)
6. Sulastry (071710544)
7. Veni Samastri (071710546)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2011

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
GLIKOGENESIS
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghantarkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan serta dapat menjadi sarana
penambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Pontianak, April 2011

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Metabolisme (bahasa Yunani: metabolismos, perubahan) adalah semua reaksi kimia yang terjadi
di dalam organisme, termasuk yang terjadi di tingkat selular.
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik, yaitu katabolisme,
merupakan reaksi yang mengurai molekul senyawa organik untuk mendapatkan energi dan
anabolisme merupakan reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-molekul tertentu,
untuk diserap oleh sel tubuh.[1]
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan hidup. Arah
lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut sebagai hormon, dan
dipercepat (dikatalisis) oleh enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia disebut
promoter dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Jalur katabolisme yang menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa sederhana, contohnya
glikogenolisis merupakan pengubahan glikogen menjadi glukosa dan glikolisis merupakan
pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen.
Jalur anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa dari prekursor sederhana, contonya
glikogenesis merupakan pembentukan glikogen dari glukosa dan glukoneogenesis merupakan
pembentukan glukosa dari senyawa organik lain http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolisme.
Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam
sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.
Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:
1. Glukosa sebagai bahan bakar utama metabolisme akan mengalami glikolisis (dipecah)
menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

1. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.

1. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
1. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak
dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen
ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas
penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan
lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.

1. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah
menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi
piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.

1. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber
energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus
diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk
memperoleh energi.

Beberapa jalur metabolisme karbohidrat


Pada metabolisme karbohidrat pada manusia dan hewan secara umum, setelah melalui dinding
usus halus sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati.
Di dalam hati, monosakarida mengalami sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2
dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah kebagian tubuh yang memerlukannya
sebagaimana digambarkan sbb.
Gambaran Umum Metabolisme Karbohidrat: Hubungan antara hati, darah dan otot
Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami
proses metabolisme lebih lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas, maka hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila
kadar glkosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan
karbohidrat, sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik. Sebaliknya bila kadar glukosa
menurun, misalnya akibat latihan olahraga, glikogen diuraikan menjadi glukosa yang selanjutnya
mengalami proses katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia, ATP) yang
dibutuhkan oleh kegiatan olahraga tersebut.
Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh.
Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 ml. Keadaan dimana kadar glukosa
berada di bawah 70mg/100ml disebut hipoglisemia, sedangkan diatas 90mg/100ml disebut
hiperglisemia. Hipoglisemia yang ekstrem dapat menghasilkan suatu rentetan reaksi goncangan
yang ditunjukkan oleh gejala gemetarnya otot, perasaan lemah badan dan pucatnya warna kulit.
Hipoglisemia yang serius dapat menyebabkan kehilangan kesadaran sebagai akibat kekurangan
glukosa dalam otak yang diperlukan untuk pembentukan energi, sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian.
Kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak
dan kolesterol dari glukosa. Kadar glukosa antara 140 dan 170 mg/100 ml disebut kadar ambang
ginjal, karena pada kadar ini glukosa diekskresi dalam kemih melalui ginjal. Gejala ini disebut
glukosuria yaitu keadaan ketidakmampuan ginjal untuk menyerap kembali glukosa yang telah
mengalami filtrasi melalui sel tubuh.
Kadar glukosa dalam darah diatur oleh beberapa hormon. Insulin dihasilkan oleh kelenjar
pankreas menurunkan kadar glukosa dengan menaikkan pembentukan glikogen dari glukosa.
Adrenalin (epineprin) yang juga dihasilkan oleh pankreas, dan glukagon berperan dalam
menaikkan kadar glukosa dalam darah. Semua faktor ini bekerjasama secara terkoordinasi
mempertahankan kadar glukosa tetap normal untuk menunjang berlangsungnya proses
metabolisme secara optimum.
Proses pembentukan glikogen ringkasnya sebagai berikut :
1. Tahap pertama adalah pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa, dengan bantuan enzim
glukokinase dan mendapat tambahan energi dari ATP dan fosfat.
2. Glukosa-6-fosfat dengan enzim glukomutase menjadi glukosa-1-fosfat.
3. Glukosa-1-fosfat bereaksi dengan UTP (Uridin Tri Phospat) dikatalisis oleh uridil
transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan pirofosfat (PPi).
4. Tahap terakhir terjadi kondensasi antara UDP-glukosa dengan glukosa nomor satu dalam
rantai glikogen primer menghasilkan rantai glikogen baru dengan tambahan satu unit
glukosa.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari glikogenesis
2. Mengetahui tahap-tahap pembentukan glikogenesis
3. Mengetahui biosintesa glikogen dan proses percabangannya
4. Mengetahui hubungan sinstesa glikogen den degradasinya
5. Mengetahui biosintesa glikokonjugat (golongan darah dan glikoprotein)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GLIKOGENESIS

Jalur Reaksi Glikogenesis


Glikogenesis adalah lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa berlebih di dalam darah
menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan jaringan otot. Lintasan ini diaktivasi di dalam
hati dan otot, oleh hormon insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah yang meningkat,
misalnya karena kandungan karbohidrat setelah makan; atau teraktivasi pada akhir siklus Cori.
Glikogen dalam hati juga dibentuk dari asam laktat, membutuhkan UDPG yg dibentuk dari
reaksi uridinitrifosfat dengan glukosa-1-P. Siklus pengubahan glukosa, asam laktat dan glikogen
disebut dengan siklus cori.
Siklus Cori yang disebut berdasarkan penemunya, Carl Cori dan Gerty Cori, adalah lintasan
metabolisme antara jaringan otot dan hati yang membentuk siklus. Asam laktat yang disintesis
oleh otot pada lintasan glikolisis akan diserap oleh hati dan dikonversi menjadi glukosa. Sekresi
glukosa oleh hati, kemudian diserap oleh otot dan dikonversi kembali menjadi asam laktat
http://id.wikipedia.org/wiki/Glikogenesis.

Gambaran Siklus Cori


Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna
makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi,
maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini
dinamakan glikogenesis.
Beberapa tindak balas terlibat dalam proses glikogenesis:
1. Sintesis pelopor gula nukleotida
2. Pembentukan rantai linear glikogen
3. Pembentukan rantai cabang dna pemanjangan molekul glikogen.
Hidrolisis pirofosfat inorganik berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik
reaksi ke arah kanan persamaan reaksi.
Dengan kerja enzim sintesis glikogen, atom C1 pada glukosa yang diaktifkan UDPGIc
membentuk ikatan dengan C4, sehingga membebaskan uridin difosfat. Molekul glikogen yang
sudah ada sebelumnya atau glikogen primer harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.

Keterangan :
Ikatan lurus : 1 4
Ikatan Cabang : 1 6

Glukosa sisa disimpan dalam bentuk glikogen. Sebelumnya sudah ada glikogen primer, jadi
glukosa hanya menambahkan cabang-cabangnya jika sudah berjumlah delapan. 1 4,
maksudnya glukosa akan berikatan pada atom C no.1 dan atom C no.4
Glikogen disimpan di hepar dan otot.
Insulin memacu pembentukan glikogen. Selain itu juga berperan menghambat CAMP, CAMP
menghambat glikogenesis ( sintesis glikogen ).
2.1.1 GLIKOGENESIS TERUTAMA TERJADI DALAM OTOT DAN HEPAR
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog
dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot
jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati,
maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih -D-
Glukosa yangbanyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer bercabang.
Glikogen otot berfungsi untuk menjadi sumber heksosa yang tersedia bagi proses glikolisis di
dalam otot itu sendiri. Glikogen hepar sebagian besar berhubungan dengan simpanan dan
pengiriman heksosa keluar untuk memepertahankan kadar glukosa darah khususnya pada saat-
saat sebelum sarapan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir seluruh simpanan glikogen di dalam
hepar mengalami deplesi. Sedangkan glikogen otot baru mengalami deplesi yang berarti
setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama
Reaksi fosforilasi ini dikatalisasi oleh enzim heksokinase di dalam otot dan glukokinase di dalam
hepar. Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi glukosa 1-fosfat oleh enzim Fosfoglukomutase di
mana glukosa 1,6-bisfosfat merupakan senyawa-antara :
Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bisfosfat Enz-P + Glukosa 1-fosfat.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga
pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati
oleh glukokinase.

1. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan
gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya
adalah glukosa 1,6-bifosfat.

Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P + Glukosa 1-fosfat

1. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk
uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc
pirofosforilase.

UTP + Glukosa 1-fosfat UDPGlc + PPi

Uridin difosfat glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
1. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan
menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
1. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik
dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin
difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang
sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini.
Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai
glikogenin.

UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1


Glikogen Glikogen

Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai pendek yang
diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul
glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul
glikogenin.
1. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut
hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang
memindahkan bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang
berdekatan untuk membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang pada
molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut
1glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang
non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat
sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.

Gambaran Sintase glikogen dalam otot

Pengaturan Metabolisme Glikogen Di lakukan Lewat Kesetimbangan Aktivitas Antara Glikogen


Sintase Dan Fosforilase
2.1.2 KELAINAN GLIKOGENESIS
ASPEK KLINIK Penyakit Simpanan Glikogen (Glycogen Storage Diseases) merupakan
Penyakit Bawaan. Istilah penyakit simpanan glikogen (glycogen storage diseases) merupakan
istilah generik yang dimaksudkan untuk menjelaskan suatu kelompok kelainan bawaan yang
ditandai oleh penumpukan glikogen dengan jumlah atau jenis yang abnormal di dalam jaringan
tubuh .
Beberapa kelainan yang dijelaskan berhasil ditolong dengan transplantasi hepar:
Tipe I Penyakit von Gierke
Defisiensi glukosa-6-fosfatase. Sel-sel hati dan sel-sel tubulus ginjal berisikan glikogen,
Hipoglikemia, laktiasidemia, ketosis, hiperlipemia.
Tipe II Penyakit Pompe
Defisiensi lisosomal 1Q4- dan 1 6 glukosidase (asam maltase). Fatal, akumulasi glikogen
dalam lisosom pada gagal jantung.
Tipe III Limit dextrinosis, penyakit forbes atau cori
Tidak adanya enzim pemutus. Akumulasi polisakarida bercabang yang khas

Tipe IV Amilopektinosis, penyakit andersen


Tidak adanya enzim percabangan. Akumulasi polisakarida yang memiliki beberapa titik
pencabangan, kematian disebabkan gagal jantung atau hati pada tahun pertama kehidupan
Tipe V Defisiensi miofosforilase, sindrom McArdle
Tidak adanya fosforilase otot. Hilangnya toleransi terhadap latihan fisik, otot memiliki
kandungan glikogen yang abnormal (2.5-4%). Sedikit atau tidak ada laktat dalam darah setelah
latihan fisik
Tipe VI Penyakit herd
Defisiensi fosforilase hati. Kandungan tinggi glikogen dalam hati, kecenderungan menuju
hipogelikemia
Tipe VII Penyakit tarui
Defisiensi fosfofruktokinase dalam otot dan erittrosit. Seperti tipe V tetapi juga mungkin anemia
hemolitik
Tipe VIII
Defisiensi forforilase kinase hati, seperti tipe VI
2.2 BIOSINTESA GLIKOGEN dan PROSES PERCABANGAN
Enzim sintesis glikogen, akan membentuk ikatan -1,4 Glikosidik ( rantai lurus ) dari glikogen.
Enzim Pencabang ( Branching Enzyme ), membentuk ikatan -1,6 Glikosidik ( rantai
cabang ) dari glikogen molekul glikogen seperti pohon + cabang + rantingnya
Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan berikut:

Biosintesis glikogen (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)


Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan
berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah
enzim pembentuk cabang (branching enzyme).
Keterangan tahap-tahap reaksi Glikogenesis (Biosintesis Glikogen):
Glukosa mengalami fosforilasi (bereaksi dengan gugus fosfat) reaksi ini dikatalisis
oleh enzim Heksokinase (jika berlangsung di dalam otot), dan dikatalisis oleh
Glukokinase jika proses ini berlangsung di dalam Hepar.
Glukosa 6-Fosfat akan diubah menjadi glukosa 1-fosfat, reaksi ini dikatalisis oleh
enzim Fosfoglukomutase
Glukosa 1-fosfat yang terbentuk tersebut selanjutnya akan bereaksi dengan uridin
trifosfat untuk membentuk nukleotida aktif yaitu Uridin difosfat glukosa (UDPG)
Reaksi ini ndikatalisis oleh enzim UDPG pirofosforilase.
Glikogen sintase akan mengkatalisis reaksi pembentukan rantai baru pada gugus molekul
glikogen primer dengan cara memutuskan 1 bmolekul glukosa yang dibawa oleh molekul
transpoter yaitu UDPG.
Demikianlah proses sintesis molekul glikogen di dalam sel hati, sehingga molekul ini
akan secara terus menerus bertambah sebagai sumber energi cadangan bagi mahluk
hidup.

2.3 HUBUNGAN SINTESIS GLIKOGEN dan MOBILISASI/DEGRADASINYA


Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian.
Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase.
Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa
1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara
berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 16
(C6)n + Pi (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen Glikogen

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu
cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan 16
memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan
pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.
Tahap-tahap glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Sintesis glikogen dari glukosa , terjadi di dalam hati dan otot:

Reaksi 1 :
++
Mg
Glukosa + ATP Glukosa 6-p + ADP
Glukokinase / Heksokinase

Reaksi 2 :

Glukosa 6-p Glukosa 1-p


Fosfoglukomutase

Reaksi 3 :

Glukosa 1-p + UTP UDPG + Pirofosfat


UDPG Pirofosforilase
Gambar : Sintesis glikogen
2.4 BIOSINTESA GLIKOKONJUGAT
Konjugat Karbohidrat/ Glikokonjugat seperti PROTEOGLIKAN, GLIKOPROTEIN dan
GLIKOLIPID memiliki Fungsi-fungsi biologi yang spesifik, antara lain :
1. Pembawa informasi-> polisakarida dan oligosakarida
2. Sebagai penanda yang dituju oleh beberapa protein
3. Mediator interaksi sel satu dengan yang lain secara spesifik
4. Membentuk matrik sekstraseluler
2.4.1 OLIGOSAKARIDA TERIKAT O (GOLONGAN DARAH)
Peran karbohidrat dalam penentuan gologan darah
Sistem golongan darah ABO merupakan sistem penggolongan darah yang pertama kali
ditemukan oleh karl landsteiner dari institut Reckefeller pada tahun 1900 dan pada tahun
1953walter morgan dan winifred watkins dari institut lister menemukan bahwa ciri terbesr dari
tipe darah secara spesifik ditentukan oleh gula- gula. Contohnya perbeaan antara golongan darah
A dan golongan darah B berbeda pada sebuah unit gula yang terikat pada bagian luar dari ujung
ranti karbohidrat dari glikoprotein atau glliko lipid pada permukaan sel pdarah merah. Pada
golongan darah a gula yang terikat adalah asetilgalaktoamin, dan pada golongan darah B gula
yang terikat adalah galaktosa.
Sebagai penanda genetik yang memiliki keanekaragaman, sistem golongan darah ini terdiri atas
fenotif, A, B, AB, dan O. Masing masing fenotif ditentukan oleh antigen golongan darah yang
dapat ditemui di permukaan sel darah merah. Sel darah yang mengandung antigen menyebabkan
timbulnya golongan darah A,antigen B menyebabkan timbulnya golongan darah B, antigen A
dan B menghasilkan golongan darah AB, dan tidak adanya antigen menghasilkan golongan darah
O. Dalam golongan darah A terdapat anti B. Pada golongan darah B terdapat anti A, individu
golongan AB tidakterdapat anti apapun dan individu golongan darah O terdapat anti A dan anti
B.
Pada dasarnya golongan darah ini dapat ditentukan secara imunologis. Dalam hal ini golongan
darah A ditentukan dengan adanya aglutinasi pada sel darah merah yang direaksikan dengan anti
bodi A, golongan darah B ditentukan berdasarkan adanya aglutinasi B dengan antibodi B.
Gologan darah AB ditentukan berdasarkan atas adanya aglutinasi dengan antibodi A dan B serta
terakhir golongan darah O yang ditentukan atas tidak adanya aglutinasi dengan ketiga jenis
antibodi.golongan darah pada manusia ditentukan oleh fungsi dari glycosiltranferse.
Glikotransferase merupakan suatu enzim yang mengkatalisis penyusunan ikatan glikosidik antara
monosakarida khususnya oligosakarida. Oligosakarida spesifik yang membentuk antigen ini
terdapat dalam tiga bentuk
Sebagai glikosfingolipid dan glikoprotein pada permukaan eritrosit dan sel sel lain
Sebagai oligosakarida dalam bentuk susu dan urin
Sebagai oligosakarida yang melekat pada musin yang diekresi dalam traktus grainstronintesia,
genitounarius, dan respiratorius.
Terdapat 4 sistem gen independe yang berhubungan dengan ekspresi dari antige antigen
oligosakarida.
Dalam darah manusia antigen merupakan oligosakarida dasar yang ditentukan pada semua
golongan darah O,A, dan B. Bentuk antigen O adalah (lipid-glukosa-galaktosa-
Nasetilglukosamin- galaktosa-fukos). Golongan darah A dibentuk melalui penambahan N-
asetilgalaktosamin (GaNAc) yang berikatan glikosidik pada antigen O. Begitu juga dengan
golongan darah B. Bentuk antigen B adalah adanya tambahan galaktosa yang membentuk ikatan
glikosidik pada antigen O. Pada kedua tipe golongan darah AB, dibentuk dari ,1,3 pertalian
terhadap komponen galaktosa bagian terluar dari antigen O yang dibantu oleh enzim
glykostranferase. Enzim GalNAC tranferase menambahkan Nasetil galaktosamine pada antigen
O untuk membentuk antigen A ketika glikotransferase menambah galaktosa pada antigen O
untuk membentuk antigen B. DNA pada manusia memberikan kode yang spesifik pada enzim
glikotransferase untuk menambahkan antigen A dan/atau B pada antigen O. Jika gen pada
seseorang tidak memberikan kode dari enzim transferase tipe A atau B, orang itu memiliki
golongan darah O http://ditria07.blogspot.com/2010/05/peran-karbohidrat-dalam-
penentuan.html.
2.4.2 OLIGOSAKARIDA TERIKAT N (GLIKOPROTEIN)
Glikoprotein (bahasa Inggris: glycoprotein) adalah suatu protein yang mengandung rantai
oligosakarida yang mengikat glikan dengan ikatan kovalen pada rantai polipeptida bagian
samping. Struktur ini memainkan beberapa peran penting di antaranya dalam proses proteksi
imunologis, pembekuan darah, pengenalan sel-sel, serta interaksi dengan bahan kimia lain.
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang
berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan
pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya,
organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase,
lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi
utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
Pada tumbuhan organel ini lebih dikenal sebagai vakuola, yang selain untuk mencerna,
mempunyai fungsi menyimpan senyawa organik yang dihasilkan tanaman.
a. Komposisi Lisosom
1) Membran lisosom
Untuk menyediakan pH asam bagi enzim hidrolitik, membran lisosom mempunyai pompa H+
yang menggunakan energi dari hidrolisis ATP. Membrane lisosom juga sangat terglikosilasi
yang dikenal dengan lysosomal-associated membrane proteins (LAMP). Sampai saat ini sudah
terdeteksi LAMP-1, LAMP-2, dan CD63/LAMP-3. LAMP berguna sebagai reseptor penerimaan
kantong vesikel pada lisosom.
2) Enzim hidrolitik
Enzim hidrolitik dibuat pada retikulum endoplasma, yang mengalami pemaketan di badan Golgi
dan kemudian ke endosom lanjut yang nantinya akan menjadi lisosom. Untuk prosesnya ini,
enzim ini mempunyai molekul penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat (M6P) yang berikatan
dengan oligosakarida terikat-N.
Seluruh glikoprotein yang ditransfer oleh retikulum endoplasma ke cis Golgi memiliki rantai
oligosakarida terikat-N yang identik, dengan manosa di ujung terminalnya. Untuk membentuk
manosa 6-fosfat, cis Golgi membutuhkan situs pengenalan, yang disebut signal patch, yang
memiliki situs H3N+MMSFVSLLLVGILFWATEAEQLTKCEVFQCOO
Pembentukan M6P ini memerlukan dua buah enzim, yaitu GlcNac fosfotransferase yang
berfungsi untuk mengikat enzim hidrolitik secara spesifik dan menambah GlcNac-fosfat ke
enzim. Kemudian terdapat enzim kedua yang memotong GlcNac sehingga membentuk M6P.
Satu enzim hidrolitik mengandung banyak oligosakarida sehingga dapat mengandung banyak
residu M6P. Setelah itu, dari cis Golgi, enzim hidrolitik ini akan ditransfer ke trans Golgi.
M6P yang terikat pada enzim hidrolitik akan berikatan pada reseptor protein M6P yang berada
pada jaringan trans Golgi. Reseptor ini terikat pada membran dan berguna untuk pemaketan
enzim hidrolitik dengan memasukkan enzim tersebut ke vesikel clathrin coats, dan nantinya
vesikel tersebut dikirim ke endosom lanjut. Pemaketan ini terjadi pada pH 6,56,7, dan
dikeluarkan pada pH 6.
Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor M6P karena adanya penurunan pH
(menjadi 5). Setelah terlepas, reseptor M6P akan dibawa oleh vesikel transpor dari endosom
kembali ke membran trans Golgi untuk digunakan kembali. Transpor, baik menuju endosom
atau kebalikannya, membutuhkan peptida penanda (signal peptide) yang terdapat pada ekor
sitoplasmik dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul dengan M6P dikirim ke
lisosom; ada yang lolos dari pengepakan dan ditransfer ke luar sel. Reseptor M6P juga terdapat
di membran plasma, yang berguna untuk menangkap enzim hidrolitik yang lolos tersebut dan
membawanya kembali ke endosom
b. Fungsi
1) Endositosis
Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme
endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan,
yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali
(dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi
tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6.
Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk
lisosom.
2) Autofagi
Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel
yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi
organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik
dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna
pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
3) Fagositosis
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti
bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau
mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim
hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
1. Lysosomal storage diseases
Lysosomal storage diseases adalah penyakit keturunan yang mempengaruhi metabolisme
lisosom, terjadi karena mutasi di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik
aktif yang secara normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan menumpuk dan
mengganggu fungsi seluler lainnya. Penyakit ini sangat jarang ditemukan, yaitu sekitar 1 dari
7700 kelahiran manusia. Salah satu contohnya adalah penyakit Pompe.
Penyakit Pompe adalah penyakit genetik neuromuskular yang dapat terjadi pada bayi, anak-anak,
dan manusia dewasa, yang membawa gen cacat dari orang tuanya. Gejala penyakit ini adalah
perkembangan otot lemah, terutama pada otot untuk bernafas dan bergerak. Pada bayi, penyakit
ini juga menyerang otot jantung. Penyebabnya adalah cacat pada gen yang bertanggung jawab
untuk membuat enzim acid alpha-glucosidase (GAA) yang terletak pada kromosom 17. Enzim
GAA ini hilang atau diproduksi dalam jumlah sedikit. Fungsi enzim ini untuk memecah
glikogen, bentuk gula yang disimpan pada otot, sehingga terjadi penumpukan glikogen pada
lisosom http://helmibiouns.blogspot.com/2010/04/lisosom.html.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Glikogenesis merupakan lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa berlebih di dalam
darah menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan jaringan otot. Lintasan ini diaktivasi di
dalam hati dan otot, oleh hormon insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah yang
meningkat.
Biosintesa glikogen dan proses percabangan dapat dilihat dari setiap penambahan 1 glukosa
pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian
linier dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang.
Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).
Hubungan sinstesa glikogen dengan degradasi yaitu memutuskan ikatan glukosa satu demi
satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis
rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Biosintesa glikokonjugat dalam pembentukn golongan darah dapat dilihat dari penanda genetik
yang memiliki keanekaragaman, sistem golongan darah ini terdiri atas fenotif, A, B, AB, dan O.
Masing masing fenotif ditentukan oleh antigen golongan darah yang dapat ditemui di
permukaan sel darah merah. Sel darah yang mengandung antigen menyebabkan timbulnya
golongan darah A,antigen B menyebabkan timbulnya golongan darah B, antigen A dan B
menghasilkan golongan darah AB, dan tidak adanya antigen menghasilkan golongan darah O.
Biosintesa glikokonjugat dalam pembentukn glikoprotein, Enzim hidrolitik dibuat pada
retikulum endoplasma, yang mengalami pemaketan di badan Golgi dan kemudian ke endosom
lanjut yang nantinya akan menjadi lisosom. Untuk prosesnya ini, enzim ini mempunyai molekul
penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat (M6P) yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N.

DAFTAR PUSTAKA

B. Helmi. 2010. Lisosom. http://helmibiouns.blogspot.com/2010/04/lisosom.html. Diakses


Tanggal 29 Maret 2011.
Ditria. 2010. Peran Karbohidrat dalam Penentuan Golongan Darah.
http://ditria07.blogspot.com/2010/05/peran-karbohidrat-dalam-penentuan.html. Diakses Tanggal
29 Maret 2011.
Murray, Robert K. 1999. BIOKIMIA HARPER/Robert K. Murray. Ed. 24. Jakarta : EGC. Hal
190-198.
Anonim A. 2009. Metabolisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolisme. Diakses Tanggal 29
Maret 2011.
Anonim B. 2007. Glikogenesis. http://id.wikipedia.org/wiki/Glikogenesis. Diakses Tanggal 29
Maret 2011.

Like
Be the first to like this post.
Leave a Reply
Top of Form
Enter your comment here...

Guest
Log In
Log In
Log In

Email (required) Your email address will not be published.

Name (required)

Website

Notify me of follow-up comments via email.

Notify me of new posts via email.


Bottom of Form

Search
Top of Form

Bottom of Form

Latest
GLIKOGENESIS
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
MAKALAH BIOKIMIA II
Hello world!

Archives
April 2011 (4)

Categories
Uncategorized (4)

Feeds
Entries RSS
Comments RSS

Blogroll
Discuss
Get Inspired
Get Polling
Get Support
Learn WordPress.com
WordPress Planet
WordPress.com News

Misc
Log in
Klasifikasi Tanaman Waru (Hibiscus Tiliaceus)

Regnum : Plantarum

Divisi : Spermatopyta

Class : Dycotiledonae

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus Tiliaceus

NAMA DAERAH Sumatera: kioko, siron, baru, buluh, bou, tobe, baru, beruk,
melanding. Jawa: waru, waru laut, waru lot, waru lenga, waru lengis, waru lisah,
waru rangkang, wande, baru. Nusa Tenggara: baru, waru, wau, kabaru, bau, fau.
Sulawesi: balebirang, bahu, molowahu, lamogu, molowagu, baru, waru. Maluku:
war, papatale, haru, palu, faru, haaro, fanu, halu, balo, kalo, pa. Irian jaya:
kasyanaf, iwal, wakati. NAMA ASING Tree hibiscus. NAMA SIMPLISIA Hibisci tiliaceus
Folium (daun waru), Hibisci tiliaceus Flos (bunga waru).

Morfologi : Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah batang
40-50 cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan daun
tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur, tidak
berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari, sebagian dari
tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah pada sisi bawah dan
sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu rapat. Daun penumpu
bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan tanda bekas
berbentuk cincin.
Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang kelopak 2.5
cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk kipas, panjang 5-7
cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkal, bagian dalam
oranye dan akhirnya berubah menjadi kemerah-merahan. Tabung benang
sari keseluruhan ditempati oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5,
tiap rumah dibagi dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah
berbentuk telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak
sempurna, membuka dengan 5 katup (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991).

Kandungan kimia : Dalam pengobatan tradisional, akar waru digunakan sebagai


pendingin bagi sakit demam, daun waru membantu pertumbuhan
rambut, sebagai obat batuk, obat diare berdarah/berlendir, amandel.
Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan masuk angin
(Martodisiswojo dan Rajakwangun, 1995). Kandungan kimia daun dan
akar waru adalah saponin dan flavonoid. Disamping itu, daun waru
juga paling sedikit mengandung lima senyawa fenol, sedang akar waru
mengandung tanin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

: Kegunaan :
Batuk :11 helai daun waru muda diiris, direbus dengan 2 gelas air sampai airnya

tinggal setengah. Sebelum diminum beri gula batu. Minum ramuan 2 kali sehari. (4)

Melancarkan air seni : Remas daun waru, beri sedikit adas dan pulasari, balurkan di
daerah perut sebelah bawah. (4)

Bisul : Cara 1 : Daun waru dicuci, remas-remas, tempelkan pada bisul. Cara
2 : Daun waru dicuci, garang di atas api, tempelkan pada bisul. Lakukan 1-2 kali sehari.
(4)

Menyuburkan rambut : Daun waru diremas, peras dan ambil airnya. Embunkan,
lalu oleskan ke kulit kepala dan diamkan selama 5-10 menit. Lalu bilas.(4)

Demam : Cara 1 : 200 gram daun waru, 3 akar tapak liman direbus dengan 2 gelas
air sampai airnya tinggal setengah. Minum sedikit-sedikit. Cara 2 : Kulit akar waru
direbus dengan 1 gelas air. Minum sedikit-sedikit

Anda mungkin juga menyukai