PENDAHULUAN
Seluruh organisme tersusun dari salah satu dari dua jenis sel yang secara struktural berbeda,
yaitu sel prokariotik atau sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik.
Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang berbeda, yaitu:
mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen intermediet. Mikrotubulus merupakan yang paling
tebal di antara ketiganya, dan mikrofilamen (yang juga disebut filamen aktin) merupakan yang
paling halus. Sedangkan filamen intermediet adalah serabut dengan diameter yang termasuk
dalam kisaran menengah. Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan kerjanya
terkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah
bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, merayap di permukaan.
Untuk itu makalah ini membahas mengenai mikrotubulus yang menjadi salah satu bagian
penting dari penyusun sel, sehingga diharapkan dapat lebih memahami bagian-bagian
mikrotubula beserta fungsinya.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sitosol mempunyai protein yang sebagian besar berbentuk benang-benang halus yang
disebut filamen. Filamen-filamen ini teranyam membentuk suatu jejala atau rerangka yang
disebut sitoskelet. Sitoskelet berdasarkan struktur dan garis tengahnya, dikelompokkan menjadi
tiga kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediet.
Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin. bersifat
lebih kokoh dari aktin, mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus dibagi
menjadi dua, yaitu mikrotubulus singlet dan mikrotubulus doublet. Mikrotubulus memiliki dua
ujung, yaitu ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif
yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk
mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus itu berupa
batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris, dan
kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubulus
tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. struktur mikrotubul sangat menarik hampir
sama di semua jenis organisme. Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada
potongan mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun atau
subunit globular . Pemeriksaan potongan melintang dari dinding mikrotubulus menunjukan
biasanya 13 subunit yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya
dilakukan secara membujur maka memperlihatkan protofilament. Ketika mikrotubul yang retak,
13 protofilament pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan perkumpulan dari subunit
mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-subunit tadi terlihat berpola spiral seperti
bentuk sekrup. Setiap molekul rantai-rantai protein tubulin yang membentuk spiral merupakan
heterodimer yang terdiri dari dua subunit globular yang terikat erat. Subunit-subunit tersebut
merupakan protein sejenis yang diberi nama α-tubulin dan β-tubulin. Masing-masing protein
2
terdiri dari ikatan polipeptida tunggal yang panjangnya sekitar 500 asam amino. Spiral ini
membentuk tabung berlubang yang panjangnya dari 200 nm hingga 25 µm dengan diameter 25
nm dan tebal 5nm. Mikrotubulus dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun
mikrotubulus di mana saja di dalam sel. Molekul tubulin selama ini hanya dijumpai di sel-sel
eukariota, terutama di otak vertebrata. Jika mikrotubul dianalisis kandungan kimianya, maka
ditemukan kandungan kesemuanya protein yang satu α-tubulin dan yang lain β-tubulin. Kedua
protein tersebut diperkirakan berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai
hubungan dengan struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein pada
awal periode evolusi. Penambahan untuk tubulin yang mana tercatat 80-95% dari kandungan
protein di mikrotubul ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel
dan sekarang ini sedang diteliti secara intensive.
Dalam banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu daerah yang terletak dekat
nukleus. Mikrotubulus memanjang dengan menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya.
Tubulin dapat berpolimerisasi membentuk mikrotubulus. Percobaan polimerisasi dapat dibuat
dengan campuran tubulin, larutan penyangga, dan GTP pada suhu 37 °C. Dalam tahapannya,
jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid. Pada fase lag, tiap molekul tubulin
berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil. Beberapa di antaranya berlanjut
membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap subunit berikatan dengan ujung ujung
mikrotubulus. Saat fase plato, (mirip fase log pada pembelahan sel), polimerisasi dan
depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena jumlah tubulin bebas yang ada pas-pasan.
3
lambat. Hal ini di sebabkan oleh susunan profilamen yang sejajar satu terhadap yang lain dan
sesuai
Pengelompokan mikrotubulus
a. Mikrotubulus stabil yaitu mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan larutan fisikatif apapun,
misalnya : OsO4, MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun. Contoh mikrotubulus stabil adalah
pembentukan silia dan flagella.
b. Mikrotubulus labil yaitu, mikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fisikatif
aldehida dan pada suhu sekitar 4o C. Contoh mikrotubulus labil adalah mikrotubulus pembentuk
gelendong pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus ini berguna untuk menerangkan arah
pertumbuhannya. Mikrotubulus yang kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma akan
segera lenyap. Mikrotubulus ysng tumbuh dengan ujung negatif melekat pada sentroma dapat
dibuat stabil apabila ujung positifnya dilindungi sehingga menghalangi terjadinya depolimerisasi.
Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi, terutama sebagai sarana transport material di dalam
sel serta sebagai struktur sporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya. Beberapa fungsi lain dari
mikrotubulus yaitu:
Kegiatan dan fungsi mikrotubula sebagian besar berdasarkan kelabilannya. Salah satu
contoh yang mencolok adalah terbentuknya gelondong mitosis, yang terbentuk setelah
mikrotubula sitoplasma terurai setelah mitosis. Mikrotubula ini umumnya sangat labil, cepat
terakit dan cepat pula terurai. Hal inilah yang menyebabkan sangat pekanya gelondong mitosis
terhadap pengaruh obat-obatan seperti “colcisine”. Obat ini dapat menghentikan mitosis untuk
4
beberapa menit. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan menghambat mitosis disebut
dengan antimitosis. Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga dapat untuk
menghambat sel kangker.
Beberapa organel yang tersusun dari mikrotubulus adalah sentriol, silia dan flagella.
Vinblastine, vincristine
Taxol
BAB III
5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mikrotubulus adalah saluran-saluran kecil yang terbentuk dari protein-protein sejenis yaitu
tubulin α dan tubulin β. Keduanya akan membentuk dimer.
3. Mikrotubulus gabungan terbentuk dari dua atau lebih mikrotubulus singlet yang berisi 13
protofilamen pada tiap singletnya.
4. Mikrotubulus selain sebagai sitoskelet juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu
menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel).
b. Silia-flagel: cincin tertutup yang jumlahnya 11 (2 terletak di poros dan 9 terletak mengelilingi
aksonema yang dihubungkan oleh spoke).
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih tentang
struktur dan fungsi yang terkandung di dalam badan mikrotubulus. Kepada pembaca jika ingin
lebih mengetahui tentang pembahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang
memuat tentang badan mikrotubulus.
DAFTAR PUSTAKA
6
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi. 5th ed. Jakarta: Erlangga. Pp 130-133
http://budisma.net/2015/07/struktur-dan-fungsi-mikrotubulus