Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI SITOSOL DAN

SITOSKELETON

STRUKTUR DAN FUNGSI SITOSOL DAN SITOSKELETON

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Biologi Sel
Yang dibina oleh Ibu Siti Imroatul Maslikah, S.Si., M.Si.

Oleh:
Azhari Ulfah Aida (150341607261)
Fitria Rahma Afiva (150341607305)
Hanina Salmah (150341600427)
Ira Hayani (150341601970)
Izmi Latifa Navida (150341600211)
Ludfi Rachma Fadillah (150341601420)
KELOMPOK 3
OFERING B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN BIOLOGI
Februari 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa-masa awal digunakannya mikroskopi elektron, para ahli biologi berfikir bahwa
organel sel eukaryotik mengambang bebas dalam sitosol. Tetapi penyempurnaan mikroskopi
cahaya dan mikroskopi elektron telah mengungkapkan adanya sitoskeleton, jaringan serabut yang
membentang di seluruh sitoplasma. Sitoskeleton memainkan peran utama dalam pengorganisasian
struktur dan aktivitas sel, yaitu dalam proses pengangkutan dan pergerakan sel.
Sitosol adalah bagian dari sitoplasmayang mengisi ruang antar organela, volumenya
kurang lebih 50% volume sel. Sitosol mengandung protein dan enzim yang terlarut didalamnya,
antara lain enzim untuk glikolisis dan enzim pengangkut asam-asam amino yang akan disintesis
menjadi protein. Pada sitosol juga terdapat ARN penggandeng dan ribosom yang penting untuk
sistesis protein.
Sitoskeleton terdiri dari mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen intermedier. Dari ketiga
penyusun sitoskeleton tersebut terdiri dari berbagai struktur. Dalam hal pengertian masing-masing
struktur penyusun sitoskeleton tersebut mungkin sebagian dari kita mengalami kesulitan dalam
memahami lebih dalam tentang sitoskeleton.
Oleh sebab itu, makalah kami akan mencoba menjelaskan tentang sruktur atau bagian-
bagian dari sitoskeleton dan sitosol. Insyaallah makalah ini bisa membantu mempermudah kita
dalam memahami sitoskeleton dan sitosol.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah struktur pada sitosol?
2. Apa sajakah fungsi dari sitosol?
3. Bagaimanakah struktur dan macam pada sitoskeleton?
4. Apa sajakah fungsi dari sitoskeleton?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan struktur pada sitoskeleton.
2. Memaparkan fungsi dari sitoskeleton.
3. Menjelaskan struktur dan macam pada sitoskeleton.
4. Memaparkan fungsi dari sitoskeleton.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Pada Sitosol


Sitosol merupakan komponen dasar sel yang berbentuk koloid polifase yang dalamnya
mengandung nutrien, ion, enzim, bermacam-macam garam, beberapa molekul organik dan air .
Terdapat pula struktur-struktur yang lebih besar di dalam nukleus, struktur-struktur
tersdbut memiliki fungsi khusus dalam sel yang secara umum dinamai organela atau organoid.
Matriks Sitosol
Matriks sitosol merupakan tempat pembentukan berberbagai fibril atau serabut misalnya:
Mikrotubulus, filamen, miofibril dan serabut keratin. Sifat koloid pada sel seperti perubahan dari
sol ke gel dan sebaliknya, perubahan kekentalan, gerakan di dalam sel, gerak amoeboid,
pembentukan spindel (gelendong) pembelahan dan pembelahan sel sebagian besar tergantung pada
matriks sitoplasma.
Matriks sitoplasma memiliki beberapa sifat penting, antara lain.
a. Dapat menjalankan fungsi mekanik. Fungsi tersebut dapat dilaksanakan karena matriks bersifat
elastis, mempunyai daya kontraktil, kokoh dan kohesif.
b. Dapat bergerak di dalam sel. Gerakan tersebut antara lain tampak pada siklosis, gerak amoeboid,
pembelahan sel dan migrasi pigmen di dalam kromatoofora. Fungsi yang demikian dapat
dilaksanakan karena matriks sitoplasma merupakan sistem koloid yang heterogen. Matriiks
sitoplasma kurang padat jika di bandingkan dengan membran intraseluler.
c. Visciosity atau kekentalannya dapat berubah-ubah karena pengaruh famtor dalam dan faktor luar.
Pada Amoeba misalnya kekentalan tersebht bergantung pada suhu, artinya dalam rentangan suhu
tertengu kekentalannya dapat bolak balik ( reversible), tetap di atas suhu 30 derajat celcius
kekentalannya bertambah karena dirusak oleh panas. Sebaliknya dalam keadaan anerobiosis dan
dalam larutan yang hipotonik kekentalannya bermurang. Selama siklus mitosis kekentalan
sitoplasma berubah ubah
d. Mempunyai pH tertentu. Dengan menyuntkkkan indikator pH kedalam sel dapat diketahui bahwa
secara keselururuhan matriks sitoplasma bersifat agak asam , dengan pH sekitar 6,8. Pada suatu
sel telah diketahui bahwa sekurang-kurangnya ada tiga daerah pH yang berlainan. Beberapa
vakuola yang terdapat dalam sel hewan (terutama pada protozoa) dan tumbuhan berisi cairan
dengan pH sekitar 5,0. Daerah yang lain adalah matriks nukleoplasma, dengan pH 7,6-7,8. Jika sel
diberikan lingkungan asam atau basa atau sengaja disuntik dengan atau basa, maka untuk
sementara pH nya dapat berubah, tetapi selama masih hidup, sel tersebut dapat mengembalikan
pH semula dalam waktu yang singkat.
e. Mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Kemampuan ini dapat ditunjukkan dengan
memasukkan zat warna (misalnya Janus green) ke dalam sitoplasma. Zat ini akan berubah
warnanya karena tereduksi.

2.2 Fungsi Dari Sitosol


fungsi sitoplasma secara umum sitoplasma adalah sebagai tempat untuk organel-organel
sel. Akan tetapi sitoplasma selain memiliki fungsi sebagai tempat untuk organel sel juga penting
dalam fungsi untuk berbgai aktivitas sel, antara lain.
a. Berperan penting dalam biosintesis dan biogenetik seperti sintesis asam lemak, sintesis protein,
sintesis asam amino dan lain sebagainya.
b. Melindungi organel dari benturan. Sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang penting
untuk kegiatan metabolisme.
c. Menjamin berlangsungnya pertukaran zat agar metabolisme berjalan dengan baik.
d. Menjaga bentuk dan konsistensi sel.
e. Sebagai perantara transfer bahan atau zat dari luar sel ke organel atau inti sel.
f. Mengisi ruang sel yang tidak ditempati oleh organel dan vesikula.
g. Pelarut protein dan senyawa lain dalam sel.
h. Membantu pergerakan unsur atau zat dari satu bagian sel ke bagian sel yang lain.

2.3 Struktur Dan Macam Pada Sitoskeleton


Seperti tubuh makhluk hidup yang ditopang oleh tulang, sel sebagai unit struktural
penyusun tubuh juga ditopang oleh tulang. Tulang yang menopang sel disebut sebagai sitoskeleton
(sito=sel, skeleton=tulang). Setiap sel eukariota memiliki sitoskeleton yang memiliki fungsi yang
penting.
Sitoskeleton adalah sebuah kerangka yang terkandung di dalam sitoplasma sel.
Sitoskeleton ada dalam semua sel. Awalnya banyak yang menganggap bahwa sitoskeleton hanya
terdapat di dalam sel eukariotik, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa sitoskeleton juga
terdapat di dalam sel prokariotik. Sitoskeleton berupa jaring berkas-berkas protein. Dengan adanya
sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi
organel, berenang, serta merayap di permukaan.
Sel-sel eukariota mengandung tiga jenis filamen sitoskeleton, yaitu mikrotubulus, filamen
intermediat, dan mikrofilamen. Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan saling
berkoordinasi. Sitoskeleton memberikan struktur dan bentuk pada sel, dan oleh makromolekul dari
beberapa sitosol yang menambah tingkat berkumpulnya makromolekul di dalam kompartemen.
Unsur-unsur sitoskeletal berinteraksi erat dengan membran seluler. Sejumlah kecil molekul obat-
obatan sitoskeletal telah berinteraksi dengan aktivitas mikrotubulus. Senyawa ini telah terbukti
berguna dalam mempelajari sitoskeleton dan mengaplikasikannya secara klinis.
1. Mikrotubulus
Mikrotubulus memiliki ukuran yang kecil, berlubang, serta memiliki struktur yang silindris
yang hampir terdapat pada setiap sel eukariotik yang dapat diteliti dengan mikroskop elektron.
Mikrotubulus berbentuk tipis, dan memiliki struktur berbentuk pipa yang bersifat sedikit kaku atau
keras dengan dinding berdiameter 25 nm yang terdiri dari 13 filamen. Mikrotubulus terdiri atas
protein tubulin. (Robertis & Robertis, 1987).
Mikrotubulus berbentuk benang silindris, yang disusun oleh beberapa protein tubulin.
Protein tubulin terdiri atas dua molekul subunit, yaitu satu alfa tubulin dan satu beta tubulin dalam
microtubulus yang terorganisir Tubulin tersusun secara lilitan atau spiral. Lilitan tersebut terdiri
atas protofilamen. Protofilamen berbentuk seperti barisan yang membentuk sumbu atau poros yang
panjang pada tubular. Dalam hal ini , setiap protofilamen akan memiliki molekul alfa tubulin di
salah satu ujung dan molekul beta tubulin di sisi lain. Struktur polaritas dari mikrotubulus dianggap
faktor yang penting dalam organel karena berfungsi untuk memungkinkan gerakan mekanis pada
organel (Karp, 1984).
Mikrotubul tidak berkerut (kontraksi). Suatu jaringan bergerak karena menggelincirnya
mikrotubul satu sama lain, persis seperti mekanisme gerakan sel otot karena penggelinciran serat-
serat otot itu sendiri sesamanya yang mengakibatkan sel itu secara keseluruhan berkerut (
memendek) atau kendur (kembali memanjang seperti semula). Pemendekan terjadi dengan cara
melepaskan tubulin pada bagian kutub. Setiap tubulin yang lepas akan menarik tubulin tetangga,
sehingga semua berubah dari fase gel (kental) ke fase sol (encer). Tubulin yang mengencer dipakai
kembali untuk membentuk mikrotubul baru. Beberapa zat alkaloid, seperti kolkhisin, menghalangi
pembentukan itu (Yatim, 1996). Fungsi dari mikrotubulus, yaitu.
a. Penggabungan mikrotubulus ke dalam sitoskeleton memberikan kerangka struktural untuk sel.
b. Pada pembentukan alat gerak pada sel eukariotik mempunyai struktur mikrotubulus yang
penataannya lebih komplek, misalnya pada flagellum, silia dan sentriol. Di dalamnya terdapat
sembilan pasang mikrotubulus yang mengelilingi dua buah mikrotubulus tunggal (Bawa, 1988).
c. Mikrotubulus berfungsi pada pembelahan sel, yaitu mitosis dan meiosis. Pada mitosis,
mikrotubulus merupakan bagian integral dalam proses ini dengan melampirkan ke pusat
kromosom dan kemudian menarik terpisah homolog, kromosom dalam nukleus. Sedangkan pada
meiosis, mikrotubulus memisahkan kromosom dalam meiosis, yang ditandai dengan pembagian
gamet.
2. Mikrofilamen
Mikrofilamen merupakan rantai protein ganda yang saling bertautan dan sangat tipis ,
filamen aktin (mikrofilamen) memiliki sifat fleksibel, dimana filamen aktin pada umumnya
berbentuk gel atau jaringan dan terdiri dari protein globuler yang bergulung disebut dengan aktin
(berfungsi untuk membentuk permukaan sel).
Mikrofilamen memiliki diameter antara 5-6 nm, karena ukuranya sangat kecil, dalam
pengamatan memerlukan mikroskop dengan kemampuan elektron atau yang disebut dengan
“Mikroskop Elektron”.
Mikrofilamen memiliki bentuk seperti mikrotubulus, hanya saja mikrofilamen ini lebih
lembut yang terbentuk dari komponen utama protein aktin dan myosin. Mikrofilamen memiliki
peran penting dalam pergerakan sel dan peroksisom (badan mikro). Organel ini selalu berasosiasi
dengan organel lain serta banyak mengandung enzimi oksidase dan katalase (banyak tersimpan
dalam sel-sel hati). Beberapa jenis bakteri dapat bergerak bersama dengan filamen aktin seperti
Listriea monocytogenes yang dapat menyebar dari sel ke sel dengan menginduksi penyusun
filamen aktin dalam sitosol sel inang. Fungsi mikrofilamen (filamen aktin), yaitu.
a. Untuk menjaga bentuk sel sepanjang mikrotubul.
b. Mikrofilamen biasanya membentuk jaringan sub membran plasma untuk mendukung bentuk
sel.Kontraksi otot (filament aktin bergantian dengan serat yang lebih tebal dari myosin,
membentuk protein motor, dalam jaringan otot).
c. Siklosis (pergerakan komponen sitoplasma di dalam sel).
d. Pergerakan ‘amuboid’ dan fagositosis.
e. Bertanggung jawab untuk pemutusan galur pada sitokinesis hewan.

3. Filamen Intermediet
Filamen ini rata-rata berdiameter 10 nm, berbentuk serat mirip tali, dan lebih stabil (sangat
terikat) daripada mikrovili. Filamen ini hanya terdapat di dalam sel hewan dan berlokasi di
sitoplasma dan inti sel. Seperti aktivitas filamen lainnya, filamen intermediat berfungsi untuk
menjaga bentuk sel. Filamen menengah mengatuf struktur internal sel, penahan organel, dan
sebagai komponen struktur lamina nuklir dan sarkomer. Filamen intermediet memberi kekuatan
mekanis pada sel sehingga sel tahan terhadap tekanan dan peregangan yang terjadi pada dinding
sel. Filamen ini juga memberi kekuatan pada dinding sel.
Pembentukan filamen intermediet didasarkan pada polimerisasi filamen. Dua monomer
filamen bergabung membentuk struktur coil. Dimer ini akan bergabung dengan dimer lainnya
membentuk tetramer, tetapi posisinya saling tidak paralel. Ketidakparalelan ini membuat tetramer
dapat berasosiasi dengan tetramer lain (mirip struktur penyusunan batu bata). Pada akhirnya,
tetramer-tetramer bergabung membentuk sebuah array heliks.

2.4 Fungsi Dari Sitoskeleton


Sitoskeleton terdiri atas mikrotubulus, filamen intermediet, dan mikrofilamen. Perbedaan
antara ketiga sitoskeleton tersebut dapat dibaca pada Perbedaan Mikrotubulus, Filamen
Intermediet, dan Mikrofilaman. Fungsi dari sitoskeleton pada sel adalah sebagai berikut.
a. Menahan dan mempertahankan bentuk sel. Sitoskeleton akan membuat sel tidak terlalu lembek
dan memungkinkan untuk kembali ke bentuknya semula.
b. Jaringan sitoskeleton menahan organel-organel sel tetap berada di tempatnya masing-masing.
Organel sel perlu dipertahankan di tempat yang tepat agar proses-proses fisiologis dalam sel dapat
berlangsung dengan sempurna.
c. Jaringan jalur yang memandu gerakan material dalam sel. Meteri-materi dalam sel seperti mRNA
perlu dipandu oleh sitoskeleton agar dapat sampai di tempat tujuannya, misalnya untuk menuju
ribosom.
d. Membentuk silia dan flagella sebagai alat pergerakan sel. Sel sperma memiliki flagella panjang
yang diperlukan untuk bergerak dalam saluran reproduksi wanita hingga bertemu ovum. Silia
dimiliki oleh protozoa semisal paramaecium untuk bergerak di dalam air.
e. Komponen penting dalam pembelahan sel. Sitoskeleton akan membentuk benang-benang spindel
yang berperan mengikat dan menarik kromosom saat mitosis maupun meiosis.

Sitoskeleton berkembang baik pada organisme eukariotik. Organisme prokariotik tidak


memiliki organel bermembran, tubuhnya juga dilindungi oleh dinding sel yang kuat sehingga tidak
membutuhkan sitoskeleton.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Struktur pada sitosol komponen dasar sel yang berbentuk koloid polifase yang dalamnya
mengandung nutrien, ion, enzim, bermacam-macam garam, beberapa molekul organik dan air dan
terdapat pula struktur-struktur yang lebih besar di dalam nukleus.
2. Fungsi dari sitosol adalah sebagai tempat organel sel, berperan penting dalam biosintesis dan
biogenetik, melindungi organel dari benturan, sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan kimia
yang penting untuk kegiatan metabolisme, menjamin berlangsungnya pertukaran zat agar
metabolisme berjalan dengan baik, menjaga bentuk dan konsistensi sel, sebagai perantara transfer
bahan atau zat dari luar sel ke organel atau inti sel.
3. Struktur dan macam sitoskeleton mengandung tiga jenis filamen sitoskeleton, yaitu mikrotubulus,
filamen intermediat, dan mikrofilamen. Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan saling
berkoordinasi.
4. Fungsi dari sitoskeleton adalah menahan dan mempertahankan bentuk sel, sebagai jaringan jalur
yang memandu gerakan material dalam sel, membentuk silia dan flagella sebagai alat pergerakan
sel, komponen penting dalam pembelahan sel.

3.2 Saran
Ada beberapa saran yang
ditujukan penulis terhadap pembaca yaitu setelahmembaca makalah ini pembaca dapat memaha
mi dan menyalurkan ilmu yang sudahdidapat kepada orang lain agar ilmu yang
diperoleh bermanfaat untuk lingkungan sekitar.Dengan mempelajari tentang sitosol dan
sitoskeleton pembaca diharapkan mampu mengetahui dan memahami struktur dan fungsi dari
sitoskeleton dan sitosol.

DAFTAR RUJUKAN
Bawa, Wayan. 1988. Dasar – dasar Biologi Sel. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Karp, Gerald. 1984. Cell biology, second edition. Singapura : McGraw-Hill.
Pamungkas, Abee. 2012. Mikrofilamen.(online).http://www.diwarta.com/2012/04/20/mikrofilamen-
sebagai-penyusun-sitoskeleton.html, diakses 7 Februari
Robertis & Robertis. 1987. Cell and molecular biology. Philadelphia : Lea & Febiger.
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Modern : Biologi sel. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai