BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup
berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk
menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan
demikian, mitokondria adalah pembangkit tenaga bagi sel. Berdasarkan hipotesis
endosimbiosis mitokondria berasal dari sel eukariotik yang bersimbiosis dengan
prokariot (bakteri) sehingga membentuk organel sel. Adanya DNA pada
mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan entitas yang
terpisah dari sel inangnya dan hipotesis ini ditunjang oleh beberapa kemiripan
mitokondria dengan bakteri. Mitokondria ini menyerupai bakteri mulai dari
bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi dua, memiliki sistem genetik
sendiri, dan memiliki ribosom. Ribosom mitokondria lebih mirip dengan bakteri
dibandingkan dengan ribosom yang dikode oleh inti sel eukariot.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme
tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot
jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel.
Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5m1,0m dan panjang 1-3m.
Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar,
membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam
membran.
Mitokondria berputar dan berubah bentuk menjadi bermacam macam
konformasi. Satu mitokondria dapat menunjukkan perubahan bentuk dalam
perjalanan waktu. Pada otot lurik dan sel sel lain yang mitokondrianya tidak
terdapat bebas dalam sitosol plastisitas strukturnya berkurang. Plastisitas dan
gerak mitokondria dalam sel menjamin penyebarluasan ATP di seluruh sel yaitu di
tempat tempat yang memerlukan ATP.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu untuk menyusun
sebuah makalah tentang mitokondria guna menambah wawasan kita tentang
mitokondria.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur mitokondria?
2. Bagaimana mekanisme transport elektron?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur mitokondria.
2. Untuk mengetahui mekanisme transport elektron.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Mitokondria
Mitokondria menempati sebagian besar dari volume sitoplasma sel
eukariotik, dan mitokondria telah berperan penting untuk evolusi hewan
kompleks. Tanpa mitokondria, sel hewan masa kini harus bergantung pada
glikolisis anaerob untuk produksi semua ATP sel hewan tersebut. Ketika glikolisis
mengubah glukosa menjadi piruvat, ia melepaskan hanya sebagian kecil dari total
energi bebas yang berpotensi tersedia dari oksidasi glukosa tersebut. Dalam
3
1. Mitokondria
Mitokondria biasanya digambarkan sebagai bentuk yang kaku, silinder
memanjang dengan diameter antara 0,5 m sampai 1 m, ukuran tersebut
menyerupai bakteri. Mitokondria merupakan organel yang sangat mobile
(mengalami pergerakan), terus berubah bentuknya (Gambar 1). Karena
mitokondria bergerak dalam sitoplasma, mitokondria sering tampak
terkait/menempel dengan mikrotubulus (Gambar 2). Pada sel yang lain
mitokondria ada yang posisinya tetap, contohnya pada flagel sperma dan sel otot
jantung, di mana mitondria tersebut memberikan ATP langsung ke situs konsumsi
ATP yang luar biasa tinggi (Gambar 3).
Gambar 3. Lokasi Mitokondria (a) Sel Otot Jantung; (b) Ekor Sel Sperma
(Sumber: Alberts, Bruce. 2008)
2. Komponen Mitokondria
Setiap mitokondria memiliki dua membran yang sangat khusus, yang
memiliki fungsi yang sangat berbeda. Kedua membran tersebut bersama-sama
menciptakan dua kompartemen mitokondria yang terpisah yaitu matriks internal
dan ruang antarmembran (luas ruang antarmembran jauh lebih sempit dari matriks
internal). Jika mitokondria dimurnikan dan kemudian difraksinasi menjadi
komponen yang terpisah (Gambar 4), komposisi biokimia dari masing-masing
dua membran dan dari ruang tertutup mitokondria dapat ditentukan. Mitokondria
memiliki bagian berupa membran luar, membran dalam, matriks, dan ruang antar
membran yang dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 berikut.
5
a. Membran Luar
Membran luar mitokondria mengandung banyak molekul porin (Gambar
7), yaitu sejenis protein transportasi yang membentuk saluran besar melalui
bilayer lipid. Membran luar ini menyerupai saringan yang permeabel untuk semua
molekul berukuran 5000 dalton, termasuk protein kecil. Molekul-molekul
tersebut dapat memasuki ruang antarmembran, tapi kebanyakan dari molekul-
molekul tersebut tidak dapat melewati membran dalam.
b. Membran Dalam
Membran dalam biasanya sangat berbelit-belit, membentuk serangkaian
infoldings, yang dikenal sebagai krista, sebuah lekukan ke dalam matriks.
Lekukan kedalam ini sangat meningkatkan luas membran dalam. Jumlah krista
tiga kali lebih besar dalam mitokondria sel otot jantung daripada di mitokondria
7
sel hati, karena sel otot jantung membutuhkan ATP lebih besar. Ada juga
perbedaan substansial dalam enzim mitokondria dari jenis sel yang berbeda.
Bagian kerja utama dari mitokondria adalah matriks dan membran dalam
yang mengelilinginya. Membran dalam sangat khusus. Bilayer lipid yang
mengandung proporsi yang tinggi dari "ganda" cardiolipin fosfolipid. Cardiolipin
adalah lipid yang tidak biasa dalam membran mitokondria bagian dalam karena
memiliki empat asam lemak dari pada dua dan dapat membantu untuk membuat
membran terutama kedap ion (Gambar 8). Membran ini juga mengandung
berbagai protein transportasi yang membuatnya selektif permeabel untuk molekul-
molekul kecil yang dimetabolisme atau dibutuhkan oleh banyak enzim
mitokondria terkonsentrasi dalam matriks. Enzim matriks termasuk yang
memetabolisme piruvat dan asam lemak untuk menghasilkan asetil CoA dan
mereka yang mengoksidasi asetil CoA dalam siklus asam sitrat. Produk utama
akhir oksidasi ini adalah CO2, yang dilepaskan dari sel sebagai pembuangan, dan
NADH, yang merupakan sumber utama elektron untuk transportasi sepanjang
rantai pernapasan/respirasi (nama yang diberikan ke rantai transpor elektron di
mitokondria). Enzim-enzim rantai pernapasan/respirasi yang tertanam dalam
membran mitokondria bagian dalam, dan mereka sangat penting untuk proses
fosforilasi oksidatif, yang menghasilkan sebagian besar ATP pada sel hewan.
c. Matriks
Matriks merupakan ruang internal yang besar dan mengandung campuran
sangat terkonsentrasi ratusan enzim, termasuk yang diperlukan untuk oksidasi
piruvat dan asam lemak dan asam sitrat. Matriks juga mengandung beberapa
salinan identik dari genom DNA mitokondria, ribosom mitokondria khusus
(ukuran jauh lebih kecil dari yang ditemukan di sitosol), tRNA, dan berbagai
enzim yang dibutuhkan untuk ekspresi gen mitokondria.
d. Krista
Krista merupakan lipatan dari membran dalam mitokondria. Lipatan krista
ini bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan membran. Pada mitokondria
yang khas misalnya pada sel hati, daerah membran dalam (termasuk krista) sekitar
lima kali lebih besar daripada membran luarnya. Karena luas permukaan yang
besar, membran dalam dapat menampung sejumlah besar kompleks protein yang
dibutuhkan untuk transpor elektron dan sintesis ATP, sehingga meningkatkan
kapasitas generasi ATP pada mitokondria.
f. DNA Mitokondria
DNA mitokondria terkandung dalam matriks. DNA mitokondria melekat
pada membran mitokondria bagian dalam. Struktur DNA mitokondria cenderung
menyerupai bakteri daripada yang di kromatin eukariotik (seperti dalam bakteri
DNA nya tidak memiliki protein histon).
Molekul DNA mitokondria memiliki ukuran yang bervariasi. Ukuran
kurang dari 6000 pasang nukleotida ada pada Plasmodium falciparum (parasit
malaria manusia) dan untuk ukuran lebih dari 300.000 pasang nukleotida terdapat
pada beberapa tanaman darat. Pada mamalia, genom mitokondria adalah lingkaran
DNA sederhana dari sekitar 16.500 pasangan basa (kurang dari 0,001% dari
ukuran genom inti).
9
dan teroksidasi dalam matriks menjadi asetil CoA. Tahap 3: asetil CoA dari tahap
2 merupakan substrat utama yang digunakan dalam siklus asam trikarboksilat
(TCA cycle). Asetil CoA juga dapat dibentuk oleh oksidasi b asam lemak. Tahap 4:
Transpor elektron berlangsung pada krista/membran dalam mitokondria, molekul
yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2 yang dihasilkan
dari tahap 1, 2, dan 3. Transfer elektron dari koenzim menyediakan energi yang
menggerakkan pompa proton melintasi membran yang berisi operator. Ini
menghasilkan proton gradien elektrokimia melintasi membran. Tahap 5: Energi
dari gradien proton digunakan sebagian untuk mendorong sintesis ATP dari ADP
dan fosfat anorganik dalam proses yang dikenal sebagai fosforilasi oksidatif.
Pada gambar dibawah ini, ketika terdapat molekul dioksidasi, sebuah atom
hidrogen dihilangkan, elektron ditarnsfer ke molekul yang menerima elektron.
Ketika proton dilalui oleh air. Sehingga, pada memnbran elektron dilalui oleh
sepanjang rantai transpor elektron, memompa proton dari sisi membran ke
membran lainnya secara sederhana. Elektron pembawa yang terdapat pada
13
membran, menyebabkan memilih sebuah proton dari satu sisi membran yang
menerima sebuah elektron dan melepaskan proton pada sisi lain membran.
Pada gambar diatas, merupakan struktur dari dua tipe pusat besi-sulfur. (A)
Tipe 2Fe2S yang berada di pusat. (B) tipe 4Fe4S yang berada di pusat. Walaupun
15
mereka memiliki berbagai atom besi, tiap atom besi-sulfur yang berada di pusat,
dapat hanya membwa satu elektron dalam suatu waktu. Mereka memiliki lebih
dari tujuh besi-sulfur yang berbeda yang berada di pusat di dalam rantai
respiratory.
Pembawa elektron sederhana pada rantai respiratori, bukan bagian dari
protein yaitu uquinon (disebut ubiquinon atau coenzim Q). Sebuah quinon
merupakan molekul hidrofobik kecil yang dapat bergerak bebas di dalam bilayer
lipid dan memberi (donor) satu atau 2 elektron. Seperti pada gambar dibawah ini:
Terdapat tiga komplek enzim respiratori yang terikat pada membran pada
jalur NADH ke oksigen untuk identifikasi dan pemurnian. Tiap pemurnian dapat
diinsersikan secara kompleks ke dalam bilayer lipid dan memompa proton
melewati bilayer sebagai elektron. Pada mitokondria, ketiga kompleks tersebut,
memiliki orientasi asimetri pada membran dalamnya, merak sebagai transpor
elektron untuk mengendalikan pompa H+ yang memompa proton ke luar matriks.
Tiga komplek enzim respiratori yang terikat pada membran pada jalur
NADH ke oksigen sebagai berikut:
1. Kompleks NADH dehidrogenase (secara umum dikenal sebagai komplex I)
merupakan komplex enzim respiratory terbesar, mengandung lebih dari 40
rantai polipetida. Kompleks NADH dehidrogenase menerima elektron dari
NADH , menuju ke flavin dan berahir ketujuh pusat besi sulfur lalu menuju
ubiquinon. Ubiquinon mentransfer elektron elektron tersebut ke komplek
enzim respiratory kedua yaitu komplex citokrom b-c1 .
2. Komplex citokrom b-c1, mengandung sekurang-kurangnya 11 rantai
polipetida yang berbeda dan berfungsi sebagai dimer. Tiap monomer
mengandung tiga ikatan heme pada sitokrom dan protein besi sulfur.
Komplek ini menerima elektron dari ubiquinon dan melewati sitokrom c yang
membawa elektron-lektron tersbut ke komplex sitrokrom oksidase
3. Kompleks sitokrom oksidase, juga berfungsi sebagai dimer, tiap monomer
mengandung 13 rantai polipetida yag berbeda, mengandung 2 sitrokom dan
dua atom tembaga. Komplek ini menerima satu elektron dari sitokrom c dan
melewati meraka menuju ke oksigen.
Sitokrom, pusat besi sulfur , dan atom tembaga dapat membawa satu
elektron. NADH memberi dua elektron, dan tiap molekul oksigen menerima
empat elektron untuk menghasilkan air. Disana, terdapat berbgai elektron
berkumpul dan tersebar sepanjang rantai tranpor elektron yang mengkoordinasi
perubahan jumlah elektron yang dapat dilhat secara nyata pada sitokrom oksidase.
Pada gambar dibawah ini, menunjukkan metode yang digunakan untuk
menentukan jalur elektron di sepanjng rantai transpor elektron. Penanda merah
menunjukkan semakin meningkatnya oksidasi. (A) Dibawah kondisi normal,
ketika kondisi oksigen berlimpah, semua pembawa (carrier) mengalami oksidasi,
17
mengambil sebuah H+ dari media berair bersamaan dengan setiap elektron itu
membawa dan membebaskan elektron.
Ubiquinone itu bebas bergerak dalam membran ganda lipid, jadi menerima
elektron yang dekat dipermukaan dalam membran dan menyumbangkan elektrom
ke sitokrom bc1 kompleks dekat permukaan luar, sehingga mentransfer satu H+
melewati lapisan ganda untuk setiap elektron yang diangkut. Dua proton dipompa
per elektron dalam sitokrom bc1 kompleks. Serangkaian transfer elektron yang
membuat ini mungkin masih sedang dikerjakan di tingkat atom, dibantu oleh
struktur lengkap dari sitokrom b-c1 kompleks ditentukan oleh kristalografi sinar-
X.
Gambar 24. Struktur Atom Cytochrome B-Ci. Protein Ini adalah Suatu Dimer.
Monomer 240.000-Dalton terdiri atas 11 Molekul Protein Berbeda di
Dalam Binatang Menyusui. Ketiga Protein Diwarnai Membentuk Inti
yang Fungsional Enzim Itu: Cytochrome B (Hijau), Cytochrome C1
( Biru), dan Rieske Protein yang Berisi Suatu Iron-Sulfur Pusat (Warna
Ungu). (A) Interaksi Tiga Protein Ini ke Seberang Dua Monomers. (B)
Pengangkut Elektron Mereka, Bersama dengan Pintu Masuk dan Lokasi
Jalan Keluar Untuk Elktron. Elektron pada Awalnya yang Didermakan
oleh Ubiquinone Mengikuti Suatu Alur Satuan Listrik Positif dan
Elektron Kompleks Memindahkan Reaksi Melalui/Sampai Protein yang
Kompleks Mempertinggi Reaksi Redoks. Dari Proses Ini di mana
Beberapa Elektron Kembali Ke Quinon Yang Disebut Siklus Q
(Sumber: Alberts, Bruce. 2008)
Transport elektron menyebabkan perubahan alosterik dalam konformasi
protein yang juga dapat memompa H+, seperti H+ dipompa ketika ATP dihidrolisis
oleh ATP sintase berjalan secara terbalik. Untuk kedua kompleks NADH
dehidrogenase dan oksidasi sitokrom kompleks, nampaknya transpor elektron
mendorong perubahan alosterik berurutan dalam konformasi protein dengan
mengubah keadaan redoks dari komponen. Perubahan konformasi pada gilirannya
21
2. Kontrol Respirasi
Penambahan uncoupler seperti dinitrophenol ke sel menyebabkan
mitokondria untuk meningkatkan transpor elektron secara substansial,
mengakibatkan peningkatan dalam pengambilan oksigen yang mencerminkan
adanya kontrol pernapasan. Kontrol respirasi, juga bagian dari sistem kontrol
umpan balik yang berkoordinasi dengan laju glikolisis, asam lemak, siklus
asam lemak dan transpor elektron. Contohnya ketika bekerja terlalu berlebihan,
maka terjadi peningkatan ADP dan Pi. Enzim akan segera mengalirkan lebih
banyak H+ ke dalam matrix dan terjadilah gradien proton elektrokimia secara
lebih cepat, meningkatkan transpor elektron.
Pada beberapa sel lemak yang terspesialisasi, respirasi mitokondria,
secara normal dilepas dalam bentuk ATP. Pada beberapa sel seperti sel-sel
lemak berwana coklat, sebagian besar energi dari oksidasi dilepas sebagai panas
daripada dikonversi dalam bentuk ATP. Pada membran dalam mitondrian
memiliki sebuag protein trasnpor kusus, disebut protein yang tidak berpasangan,
yang membawa proton bergerak menuruni gradien proton tanpa melewati sintesis
ATP. Protein tidak berpasangan ini memiliki pergantian fungsi, dengan
menggasilkan panas, menyebabkan sel mengoksidasi lebih cepat
penyimpanan lemak mereka. Dan lebih memproduksi panas daripada ATP.
Jaringan ini mengandung lemak coklat yang membantu hewan untuk
melakukan hibernasi dan melindungi diri dari kondisi sensitif sepertihanlnya
perlindungan tubuh bayi yang baru lahir dari dingin.
Sebagian besar, sel tersusun atas makromolekul, yang secara
langsung digunakan untuk pemulihan kembali umur sel. Ketika sel dan
23
organisme tidak tumbuh, molekul akan rusak dan harus diperbaiki melalui
biosintesis. Pada penambahan ATP. Biosintesis pada sitosol memerlukan
reduksi secara konstan dari NADPH dan karbon skeleton. Tahap biosintesisi
yang membutuhkan karbon skeleton untuk memecah gula. Sementara
NADPH yang di produksi di dalam sitosol oleh jalur pemecahan gula (jalur
pentosa fosfat sebual alternatif dari glikolisis). Tetapi dalam keadaaan bahan
makanan berlebih ATP banyak didapatkan, mitokondria menghasilkan karbon
skleton dan NADPH untuk pertumbuhan sel. Produksi sitrat di dalam matrix
mitokondria oleh siklus asam sitrat yang akan ditransport menuruni gradien
elektrokimia ke sitosol dimana metabolisme ini akan menghasilkan NADPH
dan karbon skeleton untuk biosintesis. Sebagai contoh, terdapat bagian sel yang
merespon signal pertumbuhan, sebagain besar asetil COA diproduksi di dalam
sitosol dari sitrat yang diekpor dari mitokondria. Kecepatan produksi asam
lemak dan strerol yang akan membangun membran baru.
Mitondria juga sebagai buffer potensial redoks di dalam sitosol. Sel
membutuhkan elektron penerima NAD+ secara konstant, untuk pusat reaksi
glikolisis yang mengkonversi glyseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3 bifosfoglisearta.
NAD+ dikonversi menjadi NADH dalam proses tersebut, dan NAD+ dibutuhkan
untuk perbaikan melalui transfer elektron NADH yang berenergi tinggi.
konsentrasi H+ pada arah yang salah (dibagian dalam memiliki H + lebih tinggi
daripada di bagian luar). Sistem trasnpor dan flagela motor dikendalikan
oleh perubahan Na+ dan Na+ dikendalikan oleh ATP sintese yang digunakan
untuk menghasilkan ATP.
beragam dalam tipe sel yang berbeda dan dapat berubah dalam tipe sel yang sama
dibawah kondisi fisiologis yang berbeda, mulai dari multi organel yang berbentuk
bulat atau silinder sampai organel tunggal dengan struktur bercabang (retikulum).
Penataan dikontrol oleh laju relatif pemisahan dan fusi mitokondrial, yang
diregulasi melalui GTPase yang terdapat di dalam membran mitokondria. Sebagai
tambahan, total masa organel setiap sel dapat diregulasi sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai contoh, peningkatan mitokondria (sebanyak 5-10 kali) terjadi ketika otot
rangka yang beristirahat distimulasi secara cepat untuk berkontraksi selama
periode yang panjang. Akan ada banyak copy mitokondria dan genom plastid
dalam ruang yang tertutup oleh setiap membran dalam setiap organel. Tingkat
fragmentasi organel menentukan jumlah genom yang terdapat dalam suatu organel
tunggal; umumnya, suatu kompartemen tunggal mewadahi banyak.
Dalam banyak sel, replikasi DNA organel tidak terbatas pada fase S pada
siklus sel, ketika DNA inti bereplikasi, tetapi terjadi selama siklus sel diluar fase
dengan pembelahan sel. Molekul DNA organel tampaknya diseleksi secara acak
untuk replikasi, agar supaya dalam suatu siklus sel, replikasi lebih dari sekali dan
lainnya tidak sama sekali. Meskipun demikian, dibawah kondisi konstan, proses
ini diregulasi untuk memastikan bahwa total jumlah molekul DNA organel dalam
setiap siklus sel, karena dibutuhkan jika setiap tipe sel menata jumlah konstan dari
DNA organel. Dalam lingkungan khusus, sel dapat secara tepat mengontrol
pemisahan organel. Dalam beberapa alga yang mengandung hanya satu atau
28
Gambar 31. Fusi dan Fisi Mitokondria dan Kloroplas Memiliki Genom yang
Bervariasi
(Sumber: Alberts, Bruce. 2008)
fungsi mitokondria yang dikodekan akan muncul. Yang paling kecil dan kayaknya
lebih berkembang genom mitokondria, sebagai contoh, mengkode hanya beberapa
protein membran dalam terlibat reaksi transport elektron, ditambah RNA
ribosomal dan beberapa rRNA. Genom mitokondria yang tetap kompleks
cenderung untuk mengandung bagian yang sama, ditambah bagian lainnya.
Kesamaan yang paling dekat dengan kode genetik dalam semua organisme
memberikan bukti yang kuat bahwa semua sel telah berevolusi dari leluhur
bersama. Bagaimana kita menjelaskan beberapa perbedaan dalam kode genetik
dalam banyak mitokondria? Petunjuk dari temuan bahwa kode genetik
mitokondria berbeda pada organisme yang berbeda. Dalam mitokondria dengan
jumlah besar gen, bahwa protozoa Reclinomonas, kode genetika tidak berubah
dari kode genetik standar inti sel. Tetapi UGA, yang merupakan kodon stop di
tempat lain, dibaca sebagai triptofan dalam mitokondria malaria, fungi, dan
invertebrata. Demikian pula, kodon AGG secara normal mengkode arginin, tetapi
ia mengkode stop dalam mitokondria mamalia dan kode serin dalam mitokondria
dari Drosophila. Beberapa variasi menyiratkan bahwa aliran acak dapat terjadi
dalam kode genetik mitokondria. Agaknya, jumlah kecil protein yang dikode oleh
genom mitokondria membuat suatu perubahan tertentu dalam arti dari kodon yang
dapat ditoleransi, sedangkan beberapa perubahan dalam genom yang lebih besar
akan merusak fungsi dari banyak protein dan disamping merusak sel.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, berikut adalah
kesimpulan dari makalah ini.
1. Mitokondria adalah organel penghasil energi. Mitokondria merupakan organel
yang sangat mobile (mengalami pergerakan) dan terus berubah bentuknya.
Oleh karena itu, berkaitan dengan mitokondria yang senantiasa bergerak
dalam sitoplasma maka mitokondria sering tampak terkait/menempel dengan
mikrotubulus. Pada sel yang lain, mitokondria ada yang posisinya tetap
contohnya pada flagel sperma dan sel otot jantung, di mana mitondria tersebut
memberikan ATP langsung ke situs konsumsi ATP yang luar biasa tinggi.
Komponen struktur mitokondria terdiri dari membran luar, membran dalam,
krista, matriks, ruang antar membran, DNA Mitokondria. Mitokondria
berperan dalam respirasi aerobik dan transport electron yang didukung oleh
adanya ATP synthase.
2. Transpor elektron adalah mekanisme pengubahan energi tak langsung yakni
NADH dan FADH yang telah dihasilkan pada Glikolisis, Dekarboksilasi
oksidatif, dan Siklus Krebs menjadi energi langsung yakni ATP. Pada proses
transfer elekton, NADH dapat mengahasilkan 3 mol ATP sedangkan FADH
menghasilkan 2 ATP. Proses transpor elektron ini terjadi di krista (membran
dalam) mitokondria dengan mnenghasilkan 34 ATP dari pengubahan seluruh
NADH dan FADH dari 1 molekul glukosa.
B. Saran
1. Kepada para pembaca diharapkan dapat memahami mekanisme yang terjadi di
dalam sel dan untuk kajian materi ini khususnya mitokondria dan transport
elektron untuk bekal kedepannya sebagai calon pendidik.
2. Untuk penulis selanjutnya agar melengkapi makalah ini dengan sumber-
sumber yang lebih banyak, terupdate dan disertai dengan jurnal yang terkait.
36
DAFTAR RUJUKAN
Alberts, Bruce., Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Rafi Keith Roberts,
and Peter Walter. 2008. Molecular Biology. United States of America :
John Wiley & Sons, Inc.
Hardin, Jeff; Bertoni, Gregory; Kleinsmith, Lewis, J. 2012. BECKERS World of
the Cell Eighth Edition. St.San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.
Karp, Gerald. 2010. Cell and Molecular Biology Concepts and Experiments 6th
edition. United States of America : John Wiley & Sons, Inc.