Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SAINS I

RESPIRASI SEL

OLEH: KELOMPOK 3
1. SANG AYU INDAH MAHARANI (NIM.)
2. PUTU AYU MAHADEWI (NIM.)
3. NI GUSTI AYU AGUNG RAI (NIM.)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DENPASAR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida
Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul Respirasi Sel tepat pada
waktunya. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sains I.
Penyusunan makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
kuliah dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mohon maaf apabila dalam
makalah ini banyak kesalahan. Semoga bermanfaat bagi penulis sendiri dan
bagi pembaca.

Denpasar, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................

1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................

Definisi
Respirasi
.............................................................
3
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi Sel

Sel

BAB III PENUTUP ................................................................................

22

3.1 Kesimpulan ..............................................................................

22

3.2 Saran ........................................................................................

23

2.1

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh.
Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel tersebut
mampu untuk tetap bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan reproduksi.
Semua sel penyusun tubuh makhluk hidup memerlukan energi agar proses
kehidupan dapat berlangsung. Sel-sel menyimpan energi kimia dalam bentuk
makanan kemudian mengubahnya dalam bentuk energi lain pada proses
metabolisme.
Metabolisme memiliki fungsi penting diantaranya :
1. memperoleh energi kimia dari degradasi sari makanan
2. mengubah molekul nutrien menjadi molekul-molekul kecil
3. menggabungkan molekul kecil tersebut menjadi makromolekul protein,
asam nukleat, lipida, polisakarida dll.
4. membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan dalam
fungsi khusus.
Metabolisme dibedakan atas anabolisme dan katabolisme, anabolisme adalah

pembentukan molekul-molekul besar dari molekul-molekul kecil. Misalnya


pembentukan senyawa-senyawa seperti pati, selulosa, lemak, protein dan asam
nukleat.

Pada

peristiwa

anabolisme

memerlukan

masukan

energi.

Katabolisme adalah penguraian molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul


kecil, dan prosesnya melepaskan energi. Contoh : respirasi, yaitu proses oksidasi
gula menjadi H2O dan CO2.
Respirasi bertujuan menghasilkan energi dari sumber nutrisi yang dimiliki
serta untuk menjaga organisme menyeluruh hidup dan berfungsi dengan baik..
Semua makhluk hidup melakukan respirasi dan tidak hanya berupa pengambilan
udara secara langsung. Respirasi dalam kaitannya dengan pembentukan energi
dilakukan di dalam sel. Oleh karena itu, prosesnya dinamakan respirasi sel.
Organel sel yang berfungsi dalam menjalankan tugas pembentukan energi ini
adalah mitokondria. Energi yang digunakan selama proses respirasi sel dapat

berasal dari hasil metabolisme tumbuhan. Respirasi sel dilakukan oleh semua
makhluk hidup dengan semua penyusun tubuh ,baik sel tumbuhan maupun sel
hewan. Respirasi yang berlangsung pada setiap makhluk hidup ini dilakukan baik
siang maupun malam.

1.1

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
disusun beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :
1. Apa pengertian Respirasi aerob ?
2. Bagaimana tahapan proses respirasi sel aerob?
3. Apa pengertian Respirasi anaerob ?
4. Bagaimana tahapan respirasi anaerob ?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respirasi ?

Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut.
3.1.1
Mendeskripsikan pengertian respirasi aerob dan anaerob
3.1.2
Mendeskripsikan mekanisme respirasi sel ( aerob dan anaerob)
3.1.3
Mendeskripsikan factor-faktor yang mempengaruhi respirasi
2.1

3.1

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusun makalah ini adalah sebagai berikut.

4.1.1
4.1.2

Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai respirasi sel.
Manfaat Praktis
Dalam bidang pendidikan, hasil penulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai
tambahan referensi khususnya bagi peserta didik dan pendidik di sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Respirasi Sel


Respirasi sel adalah peristiwa pembebasan energi melalui pembongkaran

sumber energi secara kimia. Dengan kata lain respirasi sel (katabolisme)
merupakan proses perubahan energi potensial dari nutrisi berubah menjadi energy
yang dapat digunakan oleh tubuh. Respirasi memanfaatkan glukosa, asam amino
dan asam lemak. Tujuan dari respirasi sel yaitu untuk menghasilkan energy yang
dibutuhkan untuk menjaga organisme menyeluruh hidup agar berfungsi dengan
baik. Respirasi sel meliputi proses enzimatis di dalam sel diantaranya molukel
glukosa ,asam lemak dan asam amino diubah menjadi CO2 dan H2O dengan
pengubahan energi dan zat makanan menjadi energi siap pakai yaitu ATP. Ada dua
macam respirasi yaitu Respirasi Aerob dan Respirasi Anaerob. Respirasi aerob
adalah respirasi yang membutuhkan oksigen sebagai penangkap electron (aseptor)
sedangkan respirasi anerob tidak membutuhkan oksigen bebas sebagai akseptor
electron.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi Sel
Respirasi sel baik yang aerob maupun anaerob tidak terlepas dari
pengaruh faktor dari internal maupun ekseternal yang dapat menyebabkan
kecepatan maupun penurunan dalam respirasi tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi respirasi dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:
2.3.1

Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan
itu sendiri, yaitu :
a. Jumlah plasma dalam sel. Jaringan-jaringan meristematis muda
memiliki sel-sel yang masih penuh dengan plasma dengan viabilitas
tinggi biasanya mempunyai kecepatan respirasi yang lebih besar
daripada jaringan-jaringan yang lebih tua di mana jumlah plasmanya
sudah lebih sedikit.
b. Jumlah substrat respirasi dalam sel. Tersedianya substrat respirasi pada
tumbuhan merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang sedikit akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan
kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju
yang tinggi. Substrat utama respirasi adalah karbohidrat.
6

c. Umur dan tipe tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan muda lebih tinggi
dari tumbuhan yang sudah dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan
pada tumbuhan muda jaringannya juga masih muda dan sedang
berkembang dengan baik. Umur tumbuhan juga akan memepengaruhi
laju respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap
tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif awal (di mana laju
pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian akan menurun dengan
2.3.2

bertambahnya umur tumbuhan.


Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan,
terdiri atas:
a. Suhu. Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu
menyebabkan pula kenaikan laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi
akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal
ini tergantung pada masing-masing spesies tumbuhan. Perlu diingat,
kenaikan suhu yang melebihi batas minimum kerja wnzim, akan
menurunkan laju respirasi karena enzim respirasi tidak dapat bekerja
dengan baik pada suhu tertalu tinggi.
b. Kadar O2 udara. Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap
kecepatan respirasi akan berbeda-beda tergantung pada jaringan dan
jenis tumbuhan, tetapi meskipun demikian makin tinggi kadar oksigen
di atmosfer maka makin tinggi kecepatan respirasi tumbuhan.
c. Kadar CO2 udara. Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida
diperkirakan

dapat

menghambat

proses

respirasi.

Konsentrasi

karbondioksida yang tinggi menyebabkan stomata menutup sehingga


tidak terjadi pertukaran gas atau oksigen tidak dapat diserap oleh
tumbuhan. Pengaruh hambatan yang telah diamati pada respirasi daun
mungkin disebabkan oleh hal ini.
d. Kadar air dalam jaringan. Pada umumnya dengan naiknya kadar air
dalam jaringan kecepatan respirasi juga akan meningkat. Ini nampak
jelas pada biji yang sedang berkecambah.
e. Cahaya. Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan
tumbuhan

yang

berklorofil

karena

cahaya

berpengaruh

pada

tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan dari proses fotosintesis.


f. Luka dan stimulus mekanik. Luka atau kerusakan jaringan (stimulus
mekanik) pada jaringan daun menyebabkan laju respirasi naik untuk
7

sementara waktu, biasanya beberapa menit hingga satu jam. Luka


memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa
fenol terjadi dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan
oksidasenya dirusak; (2) proses glikolisis yang normal dan katabolisme
oksidatif meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga
menambah mudahnya substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat luka
biasanya sel-sel tertentu kembali ke keadaan meristematis diikuti
pembentukan kalus dan penyembuhan atau perbaikan luka.
g. Garam-garam mineral. Jika akar menyerap garam-garam mineral dari
dalam tanah, laju respirasi meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi
yang diperlukan pada saat garam/ion diserap dan diangkut. Keperluan
energi itu dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi. Fenomena ini
dikenal dengan respirasi garam.
2.3 Respirasi Aerob
Proses Respirasi erat kaitannya dengan pembakaran bahan bakar berupa
makanan menjadi energi. Respirasi sel aerob berupa oksidasi molekul organik
oleh oksigen dari udara membentuk karbon dioksida dan air. Respirasi aerob
adalah reaksi katabolisme yang membutuhkan suasana aerobik sehingga
dibutuhkan oksigen, dan reaksi ini menghasilkan energi dalam jumlah besar.).
Secara singkat, proses yang terjadi sebagai berikut (Gambar 1) :

Sumber : septialfatiana.wordpress.com
Gambar 1. Proses respirasi aerob yang mengubah karbondiosida
dan air menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan cahaya.

Energi ini dihasilkan dan disimpan dalam bentuk energi kimia yang siap
digunakan, yaitu ATP. Pelepasan gugus posfat menghasilkan energi yang
digunakan langsung oleh sel untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia,
pertumbuhan, transportasi, gerak, reproduksi, dan lain sebagainya.
Reaksi respirasi aerob secara sederhana tersebut dibagi dalam 4 tahap,
sebagai berikut :
1.Glikolisis
2. Dekarboksilasi Oksidatif
3. Siklus Krebs
4. Rantai Transport Elektron

2.4

Mekanisme Respirasi Sel


Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup, khususnya di Mitokondria.

Proses ini bertujuan untuk membangkitkan energi kimia (ATP). ATP dibentuk dari
penggabungan ADP + Pi (fosfat anorganik) dengan bantuan pompa H+-ATP-ase,
dalam rantai transfer elektron yang terdapat pada membran mitokondria. Peristiwa
aliran elektron dan atau proton (H+) dalam rantai tranfer elektron pada dasarnya
adalah peristiwa Reduksi Oksidasi (Redoks). Respirasi pada tumbuhan pada
dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada kekhasannya. Proses respirasi pada
dasarnya adalah proses pembongkaran zat makanan sumber energi (umumnya
glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun demikian, zat
sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih dalam
bentuk cadangan makanan, yaitu berupa sukrosaatau amilum. Karena itu zat
tersebut harus terlebih dahulu di bongkar secara hidrolitik. Demikian pula bila zat
cangan makanan yang hendak dibongkar adalah lipida (lemak) atau protein.
Pada umumnya substrat respirasi adalah karbohidrat, dengan glukose
sebagai molekul pertama. Reaksi kimia respirasi dibagi dalam glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan transpor elektron.
2.4.1

Glikolisis

Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah


serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam
piruvat. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul
glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Tahap ini
merupakan awal terjadinya respirasi sel. Molekul glukosa akan masuk ke dalam
sel melalui proses difusi. Agar dapat bereaksi, glukosa diberi energi aktivasi
berupa satu ATP. Hal ini mengakibatkan glukosa dalam keadaan terfosforilasi
menjadi glukosa-6-fosfat yang dibantu oleh enzim heksokinase. Secara singkat,
glukosa-6-fosfat dipecah menjadi 2 buah molekul gliseraldehid-3-fosfat (PGAL)
dengan bantuan satu ATP dan enzim fosfoheksokinase. Proses selanjutnya
merupakan proses eksergonik. Hasilnya adalah 4 molekul ATP dan hasil akhir
berupa 2 molekul asam piruvat (C3). Walaupun empat molekul ATP dibentuk pada
tahap glikolisis, namun hasil reaksi keseluruhan adalah dua molekul ATP karena
dua molekul ATP yang harus diberikan pada fase awal glikolisis. Tahap glikolisis
tidak memerlukan oksigen, ATP yang dihasilkan dalam glikolisis akan digunakan
untuk berbagai proses yang membutuhkan energi, karena ATP merupakan molekul
penyimpan energi. Dalam tahap awal, proses glikolisis membutuhkan dua ATP
sebagai sumber energi. Namun dalam tahap selanjutnya, glikolisis akan
menghasilkan ATP yang dapat digunakan untuk membayar hutang ATP yang telah
digunakan tadi dan masih ada sisa ATP yang dapat digunakan untuk fungsi yang
lain. Jadi dalam glikolisis, terjadi surplus ATP, lebih banyak ATP yang dihasilkan
daripada yang digunakan dalam proses tersebut.
Glikolisis terjadi pada sel mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan melalui
10 tahap reaksi. Proses ini terjadi di sitoplasma dengan bantuan 10 jenis enzim
yang berbeda. Secara lengkap, proses glikolisis yang terjadi sebagai berikut
(Gambar 2).
Alur langkah glikolisis adalah sebagai berikut.
1. Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim
hexokinase. Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin trifosfat).
ATP yang telah melepaskan energi yang disimpannya akan berubah
menjadi ADP.

10

2. Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang dikatalisis


oleh enzim fosfohexosa isomerase.
3. Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini dibutuhkan
energi dari ATP.
4. Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi gliseraldehida 3fosfat (3 atom C) dan dihidroksi aseton fosfat (3 atom C). Reaksi tersebut
dikatalisis oleh enzim aldolase.
5. Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase. Enzim tersebut
bekerja bolak-balik, artinya dapat pula mengubah gliseraldehida 3-fosfat
menjadi dihdroksi aseton fosfat.
6. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-bifosfogliserat
oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan
terbentuk NADH.
7. 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam bentuk
ATP.
8. 3-fosfogliserat

akan

diubah

menjadi

2-fosfogliserat

oleh

enzim

fosfogliserat mutase.
9. 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.
10. Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim
piruvat kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam bentuk ATP.
Proses glikolisis tersebut dapat dijelaskan melalui gambar sebagai berikut :

11

Gambar 2. Tahapan Glikolisis berlangsung dalam 10 tahapan.

2.4.2

Dekarboksilasi oksidatif

12

Sebelum masuk ke tahap selanjutnya dalam mitokondria, asam piruvat


terlebih dahulu akan diubah menjadi senyawa Asetil Co-A dan berlangsung dalam
membran mitokondria. Tahapannya sebagai berikut (Gambar 3) :
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang
beratom 3C menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil
koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini sering juga disebut
sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi dekarboksilasi
oksidatif

ini

mengambil

tempat

di

intermembran

mitokondria.

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka
asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang
bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup
maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Setiap asam piruvat yang
dihasilkan kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA (koenzim-A). Asam piruvat
ini akan mengalami dekarboksilasi sehingga gugus karboksil akan hilang sebagai
CO2 dan akan berdifusi keluar sel. Dua gugus karbon yang tersisa kemudian akan
mengalami oksidasi sehingga gugus hidrogen dikeluarkan dan ditangkap oleh
akseptor electron NAD+. Gugus yang terbentuk, kemudian ditambahkan koenzimA sehingga menjadi asetil-KoA yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus
Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut. Hasil akhir dari proses dekarboksilasi
oksidatif ini akan menghasilkan 2 asetil-KoA dan 2 molekul NADH.
Pembentukan asetil-KoA memerlukan kehadiran vitamin B1. Berdasarkan hal
tersebut, dapat diketahui betapa pentingnya vitamin B dalam tubuh hewan
maupun tumbuhan.

13

Gambar 3. Dekarbosilasi oksidasi sebagai tahapan transisi sebelum ke


tahapan siklus krebs
2.4.3 Siklus krebs
a. Definisi Siklus Krebs
Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus
ini berasal dari orang yang menemukan secara rinci tahap kedua respirasi
aerob ini, yaitu Hans Krebs ( tahun 1930-an). Siklus Krebs adalah reaksi
antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk
asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena
menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan
asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Siklus
Krebs ini merupakan jalur metabolisme utama dari berbagai senyawa hasil
metabolisme, yaitu hasil katabolisme karbohidrat, hasil katabolisme lemak
dan hasil katabolisme protein. Asetil koenzim-A sebagai katabolisme
lemak dan karbohidrat, oksaloasetat,fumarat dan alfa ketoglutarat hasil
katabolisme asam amino dan protein. Asetil koenzim-A masuk ke dalam
daur Krebs, selanjutnya dioksidasi melalui beberapa tahap reaksi yang
kompleks menjadi CO2, H2O dan energi (ATP). Persamaan reaksi untuk
siklus krebs adalah asetil KoA + 3 NAD + FAD + ADP + HPO 4-2 > 2
CO2 + KoA + 3 NADH+ + FADH+ + ATP.

14

b. Fungsi Siklus Krebs


Fungsi utama Siklus Krebs adalah sebagai berikut:
1) Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.
2) Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai
pernapasan untuk produksi ATP
3) Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan
untuk digunakan pada sintesis asam lemak.
4) Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan
asam nukleat.
5) Melakukan pengendalian langsung (produk bakal produk) atau
tidak langsung (alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui
komponen-komponen siklus.
c. Tahapan Siklus Krebs
Di dalam siklus krebs terdapat 8 tahapan, dimana setiap tahapan tersebut
memakai enzim yang berbeda. Berikut adalah beberapa tahapan yang terjadi
dalam daur asam sitrat. (Gambar 4).
a) Asetil-KoA akan menyumbangkan gugus asetil pada oksaloasetat
sehingga terbentuk asam sitrat. Koenzim A akan dikeluarkan dan
digantikan dengan penambahan molekul air.
b) Perubahan formasi asam sitrat menjadi asam isositrat akan disertai
pelepasan air.
c) Asam isositrat akan melepaskan satu gugus atom C dengan bantuan
enzim asam isositrat dehidrogenase, membentuk asam -ketoglutarat.
NAD+ akan mendapatkan donor elektron dari hidrogen untuk
membentuk NADH. Asam -ketoglutarat selanjutnya diubah menjadi
suksinil KoA.
d) Asam suksinat tiokinase membantu pelepasan gugus KoA dan ADP
mendapatkan donor fosfat menjadi ATP. Akhirnya, suksinil-KoA
berubah menjadi asam suksinat.
e) Asam suksinat dengan bantuan suksinat dehidrogenase akan berubah
menjadi asam fumarat disertai pelepasan satu gugus elektron. Pada
tahap ini, elektron akan ditangkap oleh akseptor FAD menjadi FADH2.
f) Asam Fumarat akan diubah menjadi asam malat dengan bantuan enzim
fumarase.
g) Asam malat akan membentuk asam oksaloasetat dengan bantuan enzim
asam malat dehidrogenase. NAD+ akan menerima sumbangan electron
dari tahap ini dan membentuk NADH.

15

h) Dengan terbentuknya asam oksaloasetat, siklus akan dapat dimulai lagi


dengan sumbangan dua gugus karbon dari asetil KoA.
Gambar 4. Siklus krebs dalam mengoksidasi 1 molekul glukosa akan
menghasilkan 1 ATP dan 4 CO2.

Meninjau seluruh proses, siklus Krebs mengubah kelompok asetil dan air, menjadi
karbon dioksida dan bentuk energi dari reaktan lainnya.
.
2.4.4 Transfer Elektron
a. Definisi Transfer Elektron
Transfer elektron merupakan tahapan terakhir dari respirasi aerob
yang nantinya akan menghasilkan ATP dan H 2O sebagai hasil akhirnya.
Respirasi aerob merupakan proses pemecahan glukosa menghasilkan
energi dengan adanya oksigen yang akan menghasilkan sisa air dan
karbondioksida. Dalam transfer elektron, oksigen berperan sebagai
penerima elektron terakhir yang nantinya akan membentuk H2O yang akan
dikeluarkan dari sel. Transfer elektron adalah proses produksi ATP (energi)
dari NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, dan siklus krebs. Disebut dengan transfer elektron karena dalam
prosesnya terjadi transfer elektron dari satu protein ke protein yang lain.
Elektron yang ditransfer berasal dari NADH dan FADH 2 yang telah
terbentuk sebelumnya. Elektron akan ditransfer dari tingkat energi tinggi
menuju tingkat energi yang lebih rendah sehingga akan melepaskan energi
yang akan digunakan untuk membentuk ATP. Transfer elektron terjadi di
membran dalam mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-kelompok
protein yang terdapat pada membran tersebut. Kelompok protein tersebut
adalah komplek I, komplek II, komplek III, komplek IV dan komplek V.
a.

Komplek I
Kompleks I dinamakan. Fungsi dari kompleks I adalah memecah NADH
menjadi NAD+ dan H+. Pemecahan tersebut akan menyebabkan elektron
dibebaskan dari NADH. Setiap elektron yang dibebaskan akan bergerak
melintasi kompleks I, yang mengakibatkan ion H+ bergerak dari matriks
menuju ruang intermembran. Elektron yang melintasi kompleks I

16

selanjutnya akan ditangkap oleh ubiquinon dan dibawa menuju kompleks


III.
b. Komplek II
Kompleks II dinamakan suksinat dehidrogenase. Fungsi dari kompleks II
adalah membebaskan elektron yang ada pada FADH2, diikuti dengan reaksi
NADH reduktase perubahan suksinat menjadi fumarat. Elektron yang
melintasi kompleks II tidak menyebabkan pergerakan ion hidrogen menuju
ruang intermembran. Elektron juga akan ditangkap oleh ubiquinon, yang
akan dibawa menuju kompleks III.
Komplek III
Kompleks III dinamakan dengan sitokrom reduktase. Elektron dari
ubiquinon akan dilalukan melalui kompleks ini. Pergerakan elektron
melintasi kompleks ini menyebabkan ion hidrogen bergerak dari matriks
menuju ruang intermembran. Elektron selanjutnya akan dibawa oleh
sitokrom C menuju kompleks IV.
d. Komplek IV
Pergerakan ion pada kompleks IV menyebabkan aliran ion hidrogen dari
matriks menuju ruang intermembran. Selain itu, elektron akan
dikembalikan ke matriks. Proses ini membutuhkan oksigen. Oksigen
berperan sebagai penangkap elektron terakhir. Reaksi penangkapan tersebut
menyebabkan terbentuknya molekul air (H2O).
e. Komplek V
Kompleks V merupakan enzim ATP sintase. Enzim tersebut berfungsi untuk
membentuk molekul berenergi, ATP, dari ADP dan Pi.Ion hidrogen yang
dibergerak menuju ruang intermembran menimbulkan gradien elektrokimia
dari ruang intermembran dengan matriks mitokondria. Matriks kehilangan
ion hidrogen karena bergerak ke ruang intermembran menyebabkan
konsentrasi ion H+ yang lebih rendah. Akibatnya, ion hidrogen akan
bergerak menuju kembali ke matriks untuk menyeimbangkan konsentrasi.
Akan tetapi, membran dalam mitokondria impermeabel (tidak bisa dilalui)
terhadap ion H+. Satu-satunya lintasan yang ada adalah kompleks
V.Pergerakan ion H+ melintasi kompleks V digunakan untuk membentuk
ATP. Setiap ion hidrogen masuk, maka akan dibentuk ATP. Jadi, ada
kaitannya antara proses lewatnya elektron dalam kompleks-kompleks
sebelumnya dengan pembentukan ATP. Aliran elektron menyebabkan ion
H+ bergerak ke ruang intermembran, akibatnya konsentrasi berbeda dan ion
c.

17

hidrogen yang kembali ke matriks melalui Kompleks V digunakan untuk


membentuk ATP.
Elektron akan ditransfer ke masing-masing protein tersebut untuk
membentuk ATP. Sedangkan molekul O2 akan berperan sebagai penerima
elekron terakhir yang nantinya akan berubah menjadi H2O. ATP akan
dihasilkan oleh enzim ATP sintase melalui proses yang disebut
kemiosmosis.. Proses ini disebut juga dengan fosforilasi oksidatif dan
ditemukan pada tahun 1948 oleh Eugene Kennedy dan Albert Lehninger.

b. Tahapan transfer electron adalah sebagai berikut.


1) NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I.
Peristiwa ini membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari
matriks mitokondria menuju ruang antar membran. NADH yang telah
kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.
2) Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon. Kemudian elektron
diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu dipompanya
H+ keluar menuju ruang antar membran.
3) Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
4) Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
5) Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang
kemudian berikatan dengan 2 ion H+ membentuk H2O.

18

6) Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi


memicu dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+
atau proton tersebut akan kembali menuju matriks mitokondria melalui
enzim yang disebut ATP sintase.
7) Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut
membentuk ATP secara bersamaan. Karena terdapat 3 H + yang masuk
kembali ke dalam matriks, maka terbentuklah 3 molekul ATP.
8) Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan
dengan kemiosmosis.
Penjelasan di atas adalah proses transfer elektron yang berasal dari
molekul NADH. Sedangkan proses transfer electron dari FADH 2 yaitu FADH2
akan mentransfer elektronnya bukan kepada komplek protein I, namun pada
komplek protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari komplek
protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan proses selanjutnya sama
dengan transfer elektron dari NADH. Jadi pada transfer elektron yang berasal
dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali pemompaan H+ keluar menuju ruang antar
mebran. Oleh sebab itu dalam proses kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul
ATP saja.
Jadi kesimpulannya adalah satu NADH yang menjalani transfer elektron
akan menghasilkan 3 molekul ATP. Sedangkan satu molekul FADH 2 yang
menjalani transfer elektron akan menghasilkan 2 molekul ATP. Disinilah akhir
dari respirasi aerob molekul glukosa. Respirasi ini akan menghasilkan energi
sebanyak 38 ATP, namun jumlah total yang dihasilkan pada proses respirasi yang
sebenarnya adalah 36 ATP. Hal tersebut disebabkan 2 ATP digunakan oleh
elektron untuk masuk ke mitokondria. Selain ATP hasil akhirnya berupa CO2 dan
H2O yang akan dikeluarkan dari tubuh sebagai zat sisa respirasi.

19

Kesimpulan dari respirasi aerob terdapat dalam Tabel. 1


No

Proses

Tempat

Akseptor

Hasil

1.

Glikolisis

Sitoplasma

NADH

2 ATP

2.

Dekarboksidasi oksidasi Mitokondria

NADH

3.

Siklus Krebs

Mitokondria

4.

Transfer elektron

Mitokondria

NADH

2 ATP
34 ATP

Tabel 1. Proses respirasi aerob yang secara garis besar berlangsung dalam
4 tahapan di dalam sitoplasma dan mitokondria dengan hasil
akhir ATP sebanyak 38 ATP
2.5 Reaksi anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi tanpa menggunakan oksigen.
Dalam kondisi tidak ada oksigen, tanaman melakukan metabolisme fermentatif.
Fermentasi dapat terjadi melalui fermentasi alkohol atau fermentasi asam laktat.
Laktat dianggap merupakan produk akhir fermentasi yang relatif lebih berbahaya
dibanding alkohol karena akumulasi laktat berdampak pada penurunan pH sitosol

20

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
3.1.1
Respirasi adalah proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi
keperluan sel.
3.1.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi yaitu factor internal dan eksternal.
Factor internal meliputi: jumlah plasma dalam sel, jumlah substrat respirasi
3.1

3.1.3

dalam sel, serta umur dan tipe tumbuhan. Factor eksternal meliputi : suhu, kadar
O2 di udara, kadar CO2 di udara, kadar air di dalam jaringan, cahaya, luka dan
stimulus mekanik, serta garam-garam mineral.
Mekanisme respirasi sel aerob meliputi proses glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus Krebs, dan transpor elektron.

Saran
Berdasarkan simpulan di atas, adapun beberapa saran yang dapat diuraikan
adalah sebagai berikut.
3.2.1
Dalam penerapannya, diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat menjadi
acuan referensi bagi para guru dan siswa untuk memahami pentingnya
mempelajari respirasi sel agar pemahaman dalam pembelajaran lebih optimal
sehingga tujuan pendidikan tercapai dengan optimal
3.2.2
Diperlukan pengkajian lebih khusus tentang proses-proses respirasi sel serta
perlu dilakukan percobaan yang sederhana untuk membuktikan bahwa
tumbuhan melakukan proses respirasi.
3.2.3
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca senantiasa kami
(penyusun) tunggu agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi sehingga
mendekati sempurna.
3.2

21

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning; Memperaktikan Cooperatif Learning di


Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo
3

(Murray K. R, 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Penerbit Buku


Kedokteran, EGC : Jakarta)

22

Anda mungkin juga menyukai