Anda di halaman 1dari 18

Struktur dan Fungsi Mitokondria

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap organisme atau makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Semakin besar
ukuran organisme itu, maka sel penyusunnya semakin banyak. Tubuh kita tersusun atas
bermilyar-milyar sel. Sel didefinisikan sebagai unit struktural dan fungsional terkecil yang
menyusun makhluk hidup. Dalam menjalankan fungsinya, sel dilengkapi dengan bagianbagian sel yang disebut dengan organel. Salah satu organel yang penting dalam sel adalah
mitokondria.
Mitokondria adalah organel yang berperan sebagai pabrik energi yang menghasilkan
energi bagi sel dalam bentuk ATP. Mitokondria memiliki struktur yang kecil, dan tersusun atas
empat bagian. Komposisi utama dari mitokondria sendiri adalah protein. Di dalam
mitokondria, untuk membentuk energi, terjadi proses yang disebut respirasi seluler.

1.2 Pokok Pembahasan


Dalam makalah ini terdapat beberapa pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali,
sehingga diharapkan mampu menambah wawasan terkait mata kuliah Biologi Sel khususnya
Struktur dan Fungsi Mitokondria. Pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana struktur dari mitokondria?


Apa komposisi kimia penyusun mitokondria?
Apa fungsi dari mitokondria?
Bagaimana mekanisme respirasi seluler pada mitokondria?
Bagaimana siklus hidup mitokondria?
Adakah kelainan pada DNA?

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen Biologi Sel yaitu Bapak Aa Juhanda, M. Pd dan untuk
mengetahui serta menambah wawasan mengenai Struktur dan Fungsi Mitokondria.

Page
1

Struktur dan Fungsi Mitokondria

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Mitokondria
Page
2

Struktur dan Fungsi Mitokondria

2.1.1 Sejarah Penemuan Mitkondria


Mitokondria pertama-tama ditemukan sekitar tahun 1850 oleh Kollicker.
Kollicker berkesimpulan bahwa granula yang ditemukannya adalah struktur bebas dan
tidak langsung berhubungan dengan struktur sitoplasma lainnya. Beliau mengenalkan
dengan istilah Mitokondrion (Yunani : Mito=Benang,Chondrion=Granula) untuk
granula ini, karena kenampakan granula ini menyerupai benang yang dilihat dengan
mikroskop cahaya. (Reksoatmodjo,1993 : 154).
Menurut Verma dan Agarwal (1979:160), pada tahun 1880 Kolliker pertama-tama
mengamati mitokondria pada sel otot insekta. Waktu itu mitokondria dikemukakan
sebagai granula bermembran, yang membengkak bila direndam dalam air. Pada tahun
1882 oleh Flemming benda itu dinamakan fila. Lebih lanjut Altmann pada tahun 1890
melakukan pengamatan secara sistematik terhadap benda itu, dan menamakannya
bioblas. Sedangkan nama mitokondria dianjurkan oleh Ali zarin dan Crystal violet.
. Michselis pada tahun 1900, merupakan orang pertama yang mewarnai
mitokondria dengan janus green. Pada tahun 1914 Lewis dan Lewis mampu
mendemonstrasikan aktivitas metabolic mitokondria pada kultur sel. Pada tahun 1948,
Hogeboon menunjukan bahwa mitokondria sebagai tempat respirasi selular. Pada
tahun 1956 sampai 1957 Chevremont menduga didalam mitokondria terdapat DNA.
2.1.2 Bentuk Bentuk Mitokondria
. Ukuran mitokondria kira-kira sama dengan ukuran rata-rata bakteri basil.
Mitokondria hati secara umum agak memanjang dengan diameter kira-kira 0,5-1,0m
dan panjang kira-kira 3m. Umumnya panjang mitokondria dapat mencapai 7m.
Mitokondria umumnya ditemukan pada

tempat-tempat

di

dalam

sel

yang

membutuhkan energi dalam jumlah yang besar, misalnya pada otot lurik dan flagel
sperma. Jumlah mitokondria per sel sangat bervariasi diantara berbagai tipe sel, mulai
dari nol sampai ratusan ribu.
Struktur morfologi mitokondria yang paling bervariasi adalah krista. Dalam satu
tipe sel, mereka pada umumnya uniform dan khas pada sel. Akan tetapi, susunan dari
bentuk-bentuk yang berbeda terdapat dalam tipe-tipe sel yang berbeda. Umumnya
mitokondria memiliki krista yang berbentuk lamella atau tubuler.
Pada bentuk lamella, krista relatif sejajar dan teratur, sedang pada krista yang
berbentuk tubular memperlihatkan tubulus-tubulus yang terorientasi pada matriks.

Page
3

Struktur dan Fungsi Mitokondria

Pada beberapa mitokondria, susunan tubulusnya teratur,misalnya pada Amoeba Chaos


chaos.
Menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur mitokondria dapat dikelompokkan
menjadi tiga, antara lain:
1. Krista susunannya menyerupai lembaran misalnya krista pada mitokondria sel hati.
2. Krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai tumpukan uang logam
misalnya pada mitokondria sel ginjal.
3. Krista dengan susunan seperti jala yang dibentuk oleh saluran-saluran yang saling
beranastomosis.

Gambar 1 : Struktur krista mitokondria (Sheler dan Bianchii,1983)

2.1.2 Struktur Ultra Mitokondria

Page
4

Struktur dan Fungsi Mitokondria

Gambar 2 : Struktur Ultra Mitokondria


Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar,
membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam
membran.
A. Membran luar

Gambar 3 : Membran Luar


Membran luar bersifat permeabel bagi sejumlah besar bahan yang
mempunyai berat molekul sampai kira-kira 5000 dalton. Membran luar
mengandung protein transport yang disebut porin. Porin membentuk saluran yang
berukuran relative lebih besar di lapisan ganda lipid membrane luar; sehingga
membrane luar dapat dianggap sebagai saringan yang memungkinkan ion maupun
moekul berukuran 5 kDa atau kurang, termasuk protein berukuran kecil.

Page
5

Struktur dan Fungsi Mitokondria

B. Membran dalam

Gambar
: Membran Dalam
Membran dalam dan
matriks4 mitokondria
terkait erat dengan aktivitas utama
mitokondria yaitu terlihat dalam siklus asam trikarboksilat, oksidasi lemak dan
pembentukan energi. Rantai respirasi terdapat dalam membran dalam ini.
Membran dalam dari selimut mitokondria sangat berbelit-belit meruak ke bagian
dalam matriks dengan pola seperti tabung atau dengan polar lir lembaran di
berbagai tempat, yang disebut krista.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri
dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama
pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan
banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista. Stuktur krista
ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan
kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein
yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi
membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur
keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Membran dalam tidak berhubungan dengan membran luar. Membran dalam
membagi organel menjadi dua bagian yaitu matriks dan ruang antar membran.

Page
6

Struktur dan Fungsi Mitokondria

C. Ruang antar membran

Gambar 5 : Ruang Antar Membran


Ruang antar membran adalah ruang yang berada di antara membran luar dan
membran dalam mitokondria. Ruang ini mengandung sekitar 6% dari total protein
mitokondria dan berbagai enzim yang bekerja menggunakan ATP (adenosine
triphosphate) yang tengah melewati ruang tersebut untuk memfosforilasi
nukleotida.
Ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan membran
dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel,
seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi -oksidasi asam
lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal
dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ionion seperti magnesium, kalsium dan kalium.
D. Krista
Krista mitokondria adalah lipatan membran dalam mitokondria yang
memberikan peningkatan luas permukaan. Hal ini memungkinkan ruang yang
lebih besar untuk proses yang terjadi melintasi membran ini. Proses ini adalah
rantai transpor elektron dan kemiosmosis, yang membantu menghasilkan ATP
dalam langkah-langkah akhir dari respirasi selular.
E. Matriks
Matriks mitokondria juga mengandung ribosom dan ADN. Molekul ADN
bentuknya kecil dan melingkar, tidak banyak bersenyawa dengan protein,
sedangkan ribosomnya sejenis dengan yang terdapat pada bakteri. Kemiripan ADN
dan ribosom mitokondria dengan yang terdapat pada sel-sel prokaryotik
menimbulkan teori bahwa dalam evolusinya, mitokondria merupakan keturunan
bakteri yang mula-mula hidup bebas, kemudian masuk ke dalam sel eukaryotik
dan menetap di situ sebagai endosimbion. Sistem kode yang masih ada pada ADN
mitokondria berfungsi untuk menghasilkan beberapa enzim dan protein yang
terdapat di dalam organela tersebut.
Page
7

Struktur dan Fungsi Mitokondria

2.2 Komposisi Kimia Penyusun Mitokondria


Pada mitokondria utuh, air merupakan komponen utama yang dominan dan ditemukan di
seluruh mitokondria kecuali dalam lapisan bilayer lipida. Air selain berperan dalam reaksireaksi kimia, juga berperan sebagai medium fisik dimana metabolit dapat berdifusi diantara
sistim-sistim enzim.Komponen utama mitokondria adalah protein.
Protein mitokondria dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk terlarut dan
bentuk tidak terlarut. Protein terlarut terdiri atas enzim-enzim matriks dan protein perifer
membran atau protein intrinsik membran tertentu. Protein tidak terlarut biasanya menjadi
bagian integral membran. Beberapa dari protein ini merupakan protein struktural serta
beberapa protein enzim.
Komposisi lipida mitokondria tergantung dari sumber mitokondrianya. Namun demikian,
fosfolipida merupakan bentuk yang dominan. Umumnya fosfolipida terdiri dari dari total
lipida.
2.3 Fungsi Mitokondia
Fungsi mitokondria mengambil energi dari zat-zat gizi dalam makanan dan
mengubahnya menjadi suatu bentuk yang dapat digunakan untuk menjalankan aktivitas sel.
Sehingga mitokondria disebut juga dengan organel energi.
2.4 Mekanisme Respirasi Seluler yang Terjadi dalam Mitokondria
2.4.1 Pengertian Respirasi Seluler
Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan
menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan
sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut
Campbell et al. (2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi antara lain, kerja
mekanis (kontraktil dan motilitas), transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion
yang melawan gradien konsentrasi zat), produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan
menyusui). Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk
transfer materi genetik dan metabolisme sendiri.

Page
8

Struktur dan Fungsi Mitokondria

Jadi respirasi seluler adalah proses perombakan molekul organik kompleks


yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah
(proses katabolik) pada tingkat seluler. Pada respirasi sel, oksigen terlibat sebagai
reaktan bersama dengan bahan bakar organik dan akan menghasilkan air, karbon
dioksida, serta produk energi utamanya ATP. ATP (adenosin trifosfat) memiliki energi
untuk aktivitas sel seperti melakukan sintesis biomolekul dari molekul pemula yang
lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti pada kontraksi otot, dan mengangkut
biomolekul atau ion melalui membran menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi.
2.4.2 Mekanisme Respirasi Seluler
Secara garis besar, respirasi sel melibatkan proses-proses yang disebut
glikolisis, siklus Krebs atau siklus asam sitrat, dan rantai transpor elektron. Perhatikan
diagram respirasi seluler berikut:

Page
9

Struktur dan Fungsi Mitokondria

Gambar 6 dan 7 : Mekanisme respirasi seluler


A. Glikolisis di sitoplasma/sitosol

Gambar 8 : Mekanisme glikolisis


Kata glikolisis berarti menguraikan gula dan itulah yang tepatnya terjadi
selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon
tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang
untuk membuat dua molekul piruvat (champbell, 2002)
NADH merupakan sumber elektron berenergi tinggi, sedangkan ATP adalah
persenyawaan berenergi tinggi. Selama glikolisis dihasilkan 4 molekul ATP, akan
tetapi 2 molekul ATP diantaranya digunakan kembali untuk berlangsungnya reaksiPage
10

Struktur dan Fungsi Mitokondria

reaksi yang lain sehingga tersisa 2 molekul ATP yang siap digunakan untuk tubuh.
Seluruh proses glikolisis tidak memerlukan oksigen. Reaksi glikolisis terjadi di
sitoplasma (di luar mitokondria). Hasil akhir sebelum memasuki siklus krebs adalah
asam piruvat. Ada yang membedakan tahap ini menjadi dua yaitu glikolisis dan
dekarbosilasi oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa 6C menjadi senyawa 2C pada
hasil akhir glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi oksidatif adalah reaksi asam
piruvat diubah menjadi asetil KoA (syamsuri, 1980)
B. Dekarboksilasi Oksidatif
Setelah memasuki mitokondria, asam piruvat mula-mula diubah menjadi suatu
senyawa yang disebut asetilCoA. Dekarboksilasi Oksidatif ini merupakan
persambungan antara glikolisis dan siklus krebs, yang diselesaikan oleh kompleks
multi enzim yang mengkatalis 3 reaksi:

Gambar 9 : Mekanisme Dekarboksilasi Oksidatif

1)Gugus karboksil piruvat dikeluarkan dan dilepaskan sebagai molekul CO2


2)Fragmen ber-karbon dua yang tersisa dioksidasi untuk membuat senyawa yang
dinamai asetat. Suatu enzim mentransfer electron yang diekstraksi ke NAD+
dan menyimpan energy dalam bentuk NADH.
3)Koenzim A (senyawa yang mengandung sulfur diikatkan pada asetat tadi oleh
ikatan yang tidak stabil yang membuat gugus asetil sangat reaktif.

Page
11

Struktur dan Fungsi Mitokondria

C. Siklus Krebs di Mitokondria

Gambar 10 : Mekanisme Siklus Krebs


Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang
tersimpan dalam glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua
molekul piruvet. Jika ada oksigen molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria
dimana enzim siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya
(champbell, 2002)
Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat
(4C) menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur
menjadi berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam
perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan. Pada tiap tahapan, dilepaskan energi dalam
bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan langsung dapat digunakan.
Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen yaitu NAD
Page
12

Struktur dan Fungsi Mitokondria

dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini dilepaskan
energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh reaksi
siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas (aerob). Siklus krebs
berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).
D. Sistem Transpor Elektron di Mitokondria

Gambar 11 : Mekanisme Sistem Transpor Elektron

Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua
macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP
(Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat
digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin
Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida) dalam bentuk FADH 2. Kedua
macam sumber elektron ini dibawa kesistem transfer elektron. Proses transfer
elektron ini sangat komplek, pada dasarnya, elektron dan H+ dan NADH dan
FADH2 dibawa dari satu substrak ke substrak yang lain secara berantai. Setiap kali
dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik
(P) ke molekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen
Page
13

Struktur dan Fungsi Mitokondria

sebagai penerima, sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1 glukosa melalui


respirasi aerobik menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis, siklus krebs
dan transport elektron dihasilkan senyawa senyawa antara. Senyawa itu
digunakan bahan dasar anabolisme (Syamsuri, 1980).
Selama respirasi seluler, pemanenan energi makanan untuk sintesis ATP jika
satu molekul glukosa terurai secara sempurna maka fosforilasi tingkat substrat
menghasilkan 4 ATP dan fosforilasi oksidatif menghasilkan 34 ATP. Proses oksidasi
satu molekul glukosa dapat memanen energi sebanyak 38 ATP. Sementara itu,
dalam oksidasi sempurna satu molekul glukosa melepaskan 686 kkal (DG = -686
kkal/mol), dan fosforilasi ADP menjadi ATP menyimpan sedikitnya 7,3 kkal per
mol ATP. Oleh karena itu, efisiensi respirasi adalah 7,3 kali 38 dibagi 686, atau
kira-kira 40%. Sedangkan sisa energi simpanan hilang sebagai panas untuk
mempertahankan suhu tubuh, dan menghamburkan sisanya melalui keringat dan
mekanisme pendinginan lainnya (Campbell et al., 2002)
2.5 Siklus Hidup Mitokondria
Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (Self Replicating) seperti sel
bakteri. Replikasi terjadi jika mitokondria menjadi terlalu besar sehinga melakukan
pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu mtDNA
yangn bereplikasi yang dimulai dengan pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti
pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian
bagian luar membrane seperti ada yang menjepit mitokondria yang kemudian terjadilah
pemisahan dua bagian mitokondria.

2.6 Kelainan Pada Mitokondria


Gambar 12 : Fission dan fusion pada mitokondria
Page
14

Struktur dan Fungsi Mitokondria

Kerusakan mitokondria dapat menyebabkan kegagalan sintesis adenosine triphospate


(ATP), kerusakan membran mitokondria yang pada akhirnya akan diikuti kematian sel. Di
samping itu, mitokondria juga memiliki peran penting dalam suatu sistem untuk mengatur
kematian sel yang disebut apoptosis, yakni program sel untuk menghilangkan sel-sel yang
tidak berguna, misalnya karena sel tua atau rusak.
Semua jaringan dan sel yang hidup dengan berbagai derajat yang berbeda menurut
fungsi masing-masing memerlukan energi dalam bentuk ATP yang dihasilkan mitokondria
melalui proses respirasi seluler. Disfungsi mitokondria dapat terjadi pada semua sistem organ,
maka manifestasi klinik kelainan mitokondria dapat bervariasi menurut organ yang terlibat.
Gangguan ini bisa berupa gangguan fungsi sampai kerusakan sistem organ. Diantaranya :
A.

Kelainan Fungsi Mitokondria dalam Penyakit Kardiovaskuler


Sel otot jantung banyak mengandung mitokondria. Ketika terjadi serangan, oksigen

yang masuk ke sel akan berkurang sehingga mengganggu proses oxidative phosphorylation.
Saat itulah produksi ATP akan menurun. Perubahan itu akan memacu proses glikolisis, namun
ATP yang dihasilkan tidak akan mencukupi kebutuhan sel miosit untuk mempertahankan
fungsi jantung. Dalam jangka waktu pendek dan apabila homeostasis sel masih dapat
dipertahankan,

sel

otot

jantung

pun

masih

akan

survive

meskipun

fungsinya

terganggu. Hal itu acap disebut dalam keadaan stunning. Bila keadaan tersebut berlangsung
lama, akan terjadi timbunan laktat di dalam sel, yang akan mengakibatkan proses glikolisis
menjadi terhambat. ketika seseorang kena serangan jantung, itu bias dikarenakan kelainan
fungsi pada mitokondria.
B.

Kelainan Fungsi Mitokondria Dalam Penyakit Hati


Keterlibatan mitokondria pada penyakit hati telah diketahui sejak setengah abad yang

lalu, yakni sejak diketahui kerusakan hati akibat alkohol. Dengan berkembangnya imunologi,
diketahui bahwa kerusakan hati pada primary biliary cirrhosis (PBC) terjadi karena kerusakan
mitokondria akibat antibodi terhadap protein mitokondria. Selanjutnya terungkap bahwa
penyakit hati yang disebabkan oleh penimbunan lemak, terjadi melalui kerusakan mitokondria
sel hati
C.

Mitokondria Penyebab Penuaan

Page
15

Struktur dan Fungsi Mitokondria

Mitokondria juga diketahui berperan pada masalah penuaan. Reaksi kimia yang
berlangsung pada daur krebs dan rantai transpor elektron kadang melepas elektron yang
nyasar keluar dari mitokondria dan masuk ke dalam lingkungan sel. Elektron tersebut akan
berikatan dengan oksigen dan membentuk radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau
kelompok atom yang mengandung elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat
cepat bereaksi dengan molekul lain, misalnya ADN dan protein, yang berakibat terganggunya
aktivitas sel. Para ahli memperkirakan bahwa penuaan pada manusia, mulai masalah keriput
hingga penurunan mental bisa jadi disebabkan karena radikal bebas tersebut.
Hasil riset terkini juga menunjukkan bahwa mitokondria berkorelasi dengan apoptosis,
yaitu suatu program kematian sel. Mitokondria diketahui melepaskan sinyal yang memicu
proses kematian sel. Pada kasus stroke dan penyakit Alzheimer misalnya, mitokondria
menyebabkan terlalu banyak kematian sel yang akhirnya memicu penurunan mental dan
gejala yang lain. Pada kasus kanker, mitokondria diduga melakukan kekeliruan dalam
memicu proses apoptosis. Kekeliruan ini mengakibatkan tumbuhnya tumor yang menginvasi
jaringan yang sehat.

BAB 3

Gambar 13 :
Sel darah putih yang mengalami apoptosis (kanan) sangat berbeda
bentuk dengan sel darah putih yang normal (kiri).

PENUTUP
Page
16

Struktur dan Fungsi Mitokondria

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa mitokondria merupakan salah satu organel sel, yang secara
umum memiliki diameter 0,5 m dan panjang 0,5 1,0 m. Mitokondria terdiri dari empat
bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang
terletak di bagian dalam membrane. Fungsi utama dari mitokondria adalah sebagai tempat
respirasi sel untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Dalam mitokondria, terjadi proses
yang disebut respirasi seluler yang terdiri atas glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs
dan sistem transport electron.
3.2 Saran
Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, tentulah isi dari makalah saya pun banyak
terdapat kekurangan, untuk itu disarankan kepada pembaca yang ingin lebih menggali ilmu
tentang Biologi Sel khususnya Struktur dan Fungsi Mitokondria untuk tidak menjadikan
makalah ini sebagai satu-satunya rujukan, tetapi sebaiknya juga mencari jurnal dan bukubuku maupun media lainnya sebagai referensi.

DAFTAR PUSTAKA
Page
17

Struktur dan Fungsi Mitokondria

Djohar, M.S. 1983. Biologi Sel I. Yogyakarta : UNY Press.

Reksoatmodjo, S. M. Issoegianti. 1993. Biologi Sel. Yogyakarta : Depdikbud.

Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta : JICA

Campbell, Neil A,dkk.(2002).Biologi.Jakarta:Erlangga.

Lha DesuCha.(2012). Respirasi Seluler.


https://www.academia.edu/5684723/Respirasi_seluler_bio
Diakses tanggal 9 Mei 2015

Wikipedia. Mitokondria.2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitokondria
Diakses pada tanggal 9 Mei 2015

Page
18

Anda mungkin juga menyukai