Anda di halaman 1dari 16

PARENKIM

LAPORAN PRAKTIKUM

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anatomi Tumbuhan
dosen pengampu:
Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M.Si.
Dr. Eni Nuraeni, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 7
Pendidikan Biologi B 2015

Aldi Slamet Riyaldi 1501824


Dwi Ayu Destiani 1500607
Ismarini Pratami Putri 1504060
Ratih Nur Sholihah 1500981
Siti Safariah 1507517
Sofi Rahmania 1503786

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
A. Judul
Parenkim

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Senin, 20 Maret 2017
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Tempat : Lab. Struktur Tumbuhan (FPMIPA) UPI Bandung

C. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi dan membedakan bentuk parenkim, ketebalan dinding sel dan
ruang antar sel pada berbagai organ.
2. Mengidentifikasi zat ergastik di dalam parenkim.
3. Membandingkan jaringan parenkim pada mesofil daun dan pada batang.
4. Mengidentifikasi noktah pada dinding parenkim.
5. Menginterpretasi data hasil pengamatan.
6. Menyimpulkan karakteristik kualitatif dan kuantitatif sel parenkim.

D. Dasar Teori
Parenkim merupakan bagian utama system jaringan dasar dan terdapat pada
berbagai organ sebagai jaringan yang berkrsinambungan. Parenkim dapat ditemukan
dengan mudah pada korteks dan empulur batang, korteks akar, tangkai daun dan
mesofil daun. Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar
sedangkan pada tubuh sekunder, parenkim berkembang dari cambium pembuluh serta
cambium gabus. (Adi R.,Eni N., 2017).
Parenkim terdiri atas kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran, maupun
fungsinya berbeda-beda. Sel-sel parenkim mampu mempertahankan kemampuannya
untuk membelah meskipun telah dewasa sehingga berperan penting dalam proses
regenerasi. Sel-sel parenkim yang telah dewasa dapat bersifat meristematik bila
lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim terutama terdapat pada bagian kulit
batang dan akar, mesofil daun, daging buah, dan endosperma biji. Sel-sel parenkim
juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada parenkim xilem, parenkim floem, dan
jari-jari empulur.
Ciri utama sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta lentur.
Beberapa sel parenkim mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem. Sel
parenkim berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral yang
besar. Ciri khas parenkim yang lain adalah sel-selnya banyak memiliki ruang antarsel
karena bentuk selnya membulat.
Parenkim yang mempunyai ruang antarsel adalah daun. Ruang antarsel ini
berfungsi sebagai sarana pertukaran gas antar klorenkim dengan udara luar. Sel
parenkim memiliki banyak fungsi, yaitu untuk berlangsungnya proses fotosintesis,
penyimpanan makanan dan fungsi metabolisme lain. Isi sel parenkim bervariasi sesuai
dengan fungsinya, misalnya sel yang berfungsi untuk fotosintesis banyak mengandung
kloroplas. Jaringan yang terbentuk dari sel-sel parenkim semacam ini disebut
klorenkim. Cadangan makanan yang terdapat pada sel parenkim berupa larutan dalam
vakuola, cairan dalam plasma atau berupa kristal (amilum). Sel parenkim merupakan
struktur sel yang jumlahnya paling banyak menyusun jaringan tumbuhan. (Agustina,
,2012).
Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi
menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya
menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar. Ciri-
ciri jaringan parenkim adalah:
1. Selnya hidup dan berdinding tipis serta berukuran besar
2. Memiliki ruang antar sel sehingga letaknya tidak terlalu padat
3. Berbentuk segi enam
4. Memiliki banyak vakuola
5. Mampu bersifat meristematik. (Hidayat, 2012).
E. Alat dan Bahan
Pada kegiatan praktikum, berikut alat dan bahan yang diperlukan.
1. Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan
No. Nama Alat Jumlah
1. Buku panduan praktikum 1 unit
2. Kamera handphone 5 unit
3. Alat tulis 1 set
4. Lenda Okuler Berskala (LOS) 1 unit
5. Mikroskop cahaya 2 unit
6. Silet 5 unit
7. Object glass 10 unit
8. Cover glass 10 unit
9. Pipet 1 unit

2. Bahan
Tabel 2. Bahan praktikum mikroskop dan representasi mikroskopis
No. Bahan Jumlah
1. Aquades 1 unit
2. Petiolus pepaya 1 unit
3. Akar nafas anggrek 1 unit
4. Empulur batang singong 1 unit
5. Daun mengkudu 1 helai
6. Daun Rhoeo discolor 1 helai
7. Biji salak 1 unit
F. Langkah Kerja
Berikut merupakan langkah kerja dalam mengamati zat ergastik, korteks, palisade dan
spons serta ketebalan dinding sel dan noktah pada parenkim.
1. Diagram 1. Mengidentifikasi zat ergastik dalam parenkim petiolus pepaya dan
akar nafas anggrek.

Sayatan melintang pada petiolus pepaya dan akar nafas anggrek yang akan diamati
dibuat.

Sayatan diamati dengan mikroskop.

Jenis kristal dan rasio terhadap kristal diamati dan dihitung

2. Diagram 2. Mengidentifikasi jaringan parenkim pada korteks dan empulur batang


singkong.

Preparat awetan sayatan melintang batang singkong diamati

Sayatan diamati dengan mikroskop.

Bentuk sel korteks, empulur batang singkong, dinding sel, ruang antar sel dan noktah
diidentifikasi
3. Diagram 2. Mengidentifikasi jaringan parenkim palisade dan parenkim spons
pada daun Rheo discolor

Preparat sayatan melintang daun Rheo discolor dibuat.

Sayatan diamati dengan mikroskop.

Bentuk sel parenkim palisade, spons, dinding sel, ruang antar sel, dan kloroplas
diamati.

4. Diagram 2. Mengamati ketebalan dinding sel dan noktah pada parenkim biji
salak

Preparat sayatan melintang daun Biji salak dibuat.

Sayatan diamati dengan mikroskop.

Panjang sel, ketebalan dinding, lebar noktah dan jenis noktah ditentukan.
G. Hasil Pengamatan
KEGIATAN 1. Mengidentifikasi zat ergastik dalam parenkim petiolus pepaya
dan akar nafas anggrek
Tabel 3 Hasil pengamatan karakteristik parenkim petiolus pepaya dan akar nafas
anggrek
Parenkim Bentuk sel Dinding RAS Ukuran kristal Ukuran sel Rasio
pada sel kristal sel
Polihedral Ada, Tidak 1. 13 strip
Petiolous 1. 15 strip 13/15 = 0,86
tipis ada 2. 10 strip
pepaya 2. 18 strip 10/18 = 0,56
3. 13 strip
3. 25 strip 13/25 = 0,52
Rerata = 12 strip
Rerata = 19,3 strip
Krsital = 144,4
Panjang sel = 71,53
Polihedral Ada, Tidak 1. 34 strip
Akar 1. 35 strip 34/35 = 0,97
tipis ada 2. 30 strip
nafas 2. 32 strip 30/32 = 0,93
3. 36 strip
anggrek 3. 28 strip 26/28 = 0,92
Rerata = 33,3 strip
Rerata = 35 strip
Kristal = 123
Panjang sel = 129,5

Gambar 1. Zat ergastik dalam parenkim pada sayatan melintang petiolous pepaya
perbesaran 40x10 (Dokumentasi kelompok 4B, 2017)
Gambar 2. Zat ergastik dalam parenkim sayatan melintang pada akar nafas anggrek
perbesaran 40x10 (Dokumentasi kelompok 4B, 2017)

KEGIATAN 2. Mengidentifikasi jaringan parenkim pada korteks dan empulur


batang singkong
Tabel 4 Hasil pengamatan parenkim pada korteks dan empulur batang

Parenkim Bentuk Sel RAS Noktah Panjang Sel


Pada
Korteks Bulat Ada, sedikit Tidak ada 1. 6 strip
2. 5 strip
3. 6 strip
Rerata = 5.6 strip
Panjangsel = 20.16μm
Empuur Heksagonal Ada, sedikit Tidak ada 1. 5 strip
2. 6 strip
3. 7 strip
Rerata = 6 strip
Panjang sel = 21.6μm

Gambar 3. Jaringan parenkim pada korteks & empulur pada Batang singkong perbesaran
10x10 (Dokumentasi kelompok 1B, 2017)
KEGIATAN 3. Mengidentifikasi jaringan parenkim palisade dan parenkim
spons daun Rhoeo discolor

Tabel 5 Hasil pengamatan parenkim palisade dan parenkim spons daun Rhoeo discolor

Parenkim Bentuk sel RAS Kloroplas Panjang sel

1. 27 strip
2. 28 strip
Ada, akan
3. 24 strip
Palisade Memanjang tetapi Melimpah
Rata – rata = 26,3 strip
kecil.
Panjang sel rata – rata =
26,3 x 3,7 = 97,31µm
1. 25 strip
2. 16 strip
Ada, lebih
3. 18 strip
Spons Membulat besar dari Sedikit
Rata – rata = 19,6 strip
palisade.
Panjang sel rata – rata =
19,6 x 3,7 = 72,52µm

Gambar 4. Jaringan parenkim palisade pada sayatan melintang daun Rhoeo discolor
perbesaran 40x10 (Dokumentasi kelompok 7B, 2017)
Gambar 5. Jaringan parenkim spons pada saytan melintang daun Rhoeo discolor perbesaran
40x10 (Dokumentasi kelompok 7B, 2017)

KEGIATAN 4. Mengamati ketebalan dinding sel dan noktah pada parenkim biji
salak

Tabel 6. Hasil pengamatan karakteristik biji salak

Bentuk sel RAS Jenis noktah Lebar noktah Tebal dinding sel Panjang sel
1. 6 strip 1. 5 strip 1. 59 strip
Ada, Pasangan 2. 6 strip 2. 4,5 strip 2. 63 strip
Heksagonal
rapat atau noktah 3. 6 strip 3. 5,5 strip 3. 60 strip
(polihedral)
kecil sederhana Rerata = 6 strip Rerata = 5 strip Rerata = 60,6 strip
Lebar = 15,6 µm Tebal = 13 µm Panjang = 157,3 µm

Gambar 6. Ketebalan dinding sel dan noktah parenkim pada sayatan melintang biji
salak perbesaran 40x10 (Dokumentasi kelompok 6B, 2017)
H. Pembahasan
1. Karakteristik parenkim petiolus pepaya dan akar nafas anggrek
Dari hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan pada preparat petiolous
pepaya, terdapat sel berbentuk polihedral dengan dinding sel yang tipis dan tidak ada
ruang antar sel. 3 sel yang kami amati masing-masing memiliki ukuran 15 strip, 18
strip dan 25 strip sehingga memiliki rata-rata 19.3 strip, dengan arti lain setelah dikali
hasil kalibrasi memiliki panjang sel sebesar 71.53 mikrometer. Pada preparat yang
kami amati, terdapat pula 3 kristal yang masing-masing memiliki ukuran 13 strip, 10
strip dan 13 strip sehingga memiliki rata-rata 12 strip, dengan arti lain setelah dikali
hasil kalibrasi memiliki kristal sebesar 144.4 mikrometer. Rasio kristal dengan sel,
masing-masing sebesar 0.86, 0.56, 0.52 .
Dari hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan pada preparat akar nafas
anggrek, terdapat sel berbentuk polihedral dengan dinding sel yang tipis dan tidak
ada ruang antar sel. 3 sel yang kami amati masing-masing memiliki ukuran 35 strip,
32 strip dan 28 strip sehingga memiliki rata-rata 35 strip, dengan arti lain setelah
dikali hasil kalibrasi memiliki panjang sel sebesar 129.5 mikrometer. Pada preparat
yang kami amati, terdapat pula 3 kristal yang masing-masing memiliki ukuran 34
strip, 30 strip dan 36 strip sehingga memiliki rata-rata 33.3 strip, dengan arti lain
setelah dikali hasil kalibrasi memiliki kristal sebesar 123 mikrometer. Rasio kristal
dengan sel, masing-masing sebesar 0.97, 0.93, 0.92.

2. Karakteristik parenkim pada korteks dan empulur batang singkong


Parenkim pada korteks batang singkong berbentuk bulat dan memiliki ruang
antar sisi tetapi hanya sedikit, dan tidak ada noktah pada parenkim tersebut.
Sedangkan parenkim pada empulur singkong berebntuk segi enam atau heksagonal
yang didalamnya terdapat titik hitam, dan memiliki pemisah antar sel tetapi tidak
memiliki noktah. Jaringan parenkim merupakan bagian utama jaringan dasar yang
terdapat berbagai organ jaringan bersinambungan seperti pada korteks dan empulur.
Korteks akar jaringan dan dasar pada tangkai daun, mesofil daun, bagian buah yang
berdaging, dan terdapat pada xylem dan floem. Sel parenkim pada umumnya
berukuran besar, banyak mengandung rongga sel dan letak selnya tidak rapat. Adapun
fungsi sel parenkim antara lain sebagai fotosintesis, respirasi, menyimpan air dan
menyimpan cadangan makanan.
3. Karakteristik parenkim palisade dan parenkim spons daun Rhoeo discolor
Berdasarkan bentuknya, parenkim dibedakan menjadi beberapa macam
diantaranya Palisade dan Bunga karang atau spons. Sel palisade memiliki bentuk
memanjang dan tegak, sedangkan spons memiliki bentuk tidak teratur dan memiliki
ruang antar sel relatif besar. Sel palisade yang kami amati memiliki bentuk
memanjang dan tegak,serta susunannya yang rapat. Sedangkan sel spons memiliki
bentuk polihedral, tidak teratur, dan ukurannya yang lebih kecil dari palisade.
Berdasarkan hasil pengukuran, rata – rata sel palisade pada daun Rhoeo discolor
memiliki panjang sebesar 97,31µm. Sedangkan, panjang atau diameter sel spons rata
– rata memiliki panjang 72,52µm.
Palisade memiliki ruang antar sel yang sedikit sempit dibandingkan dengan
spons seperti terlihat pada gambar 3. Ruang antar sel pada Spons lebih besar dan
terlihat seperti berrongga. Hal ini memungkinkan sel spons menyimpan lebih banyak
gas yang dibutuhkan atau dihasilkan dari proses fotosintesis. Pada sel palisade juga
terdapat banyak kloroplas, dan jumlahnya lebih banyak dari kloroplas yang terdapat
pada sel spons. Dengan ditemukannya kloroplas pada parenkim palisade dan spons ini
berarti parenkim ini mempunyai fungsi untuk melakukan fotosintesis, maka parenkim
ini disebut Klorenkim.

4. Karakteristik parenkim biji salak


Berdasarkan pengamatan jaringan parenkim pada biji salak, terdapat beberapa
karakteristik kualitatif dan kuantitatif sel – sel pada jaringan tersebut. Secara
kualitatif, sel parenkim biji salak memiliki bentuk polihedral (kebanyakan
heksagonal) dan cenderung memenjang. Dinding selnya tebal, dan ditemukan ruang
antar sel yang jarang dan sempit. Noktahnya jelas terlihat dikarenakan ketebalan
dinding selnya, tergolong ke dalam pasangan noktah sederhana. Teramati juga saluran
noktah yang menghubungkan dua sitoplasma sel parenkim. Dari pengamatan tersebut,
yang menjadi karakteristik sel parenkim biji salak ialah ketebalan dinding selnya yang
jauh lebih tebal dengan sel – sel parenkim lain yang diamati. Dinding sel tersebut
mengandung hemiselulosa, yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
pada biji salak.
Secara kuantitatif, ada 3 hal yang diukur dari sel parenkim biji salak, yaitu
lebar noktah, tebal dinding sel, serta panjang sel. Lebar noktah sel parenkim yanng
diamati memiliki rata – rata sebesar 15,6 µm. Tebal dinding selnya sebesar 13 µm
(jauh dibandingkan diding sel lainnya yang diamati). Sementara itu, panjang selnya
berada pada 157,3 µm.

I. Jawaban Pertanyaan
1. Adakah perbedaan ketebalan dinding sel parenkim pada berbagai jenis preparat? Pada
preparat manakah ditemukan dinding sel parenkim yang paling tebal? Tersusun atas
zat apa dinding sel tersebut?
Jawaban: Ya, terdapat perbedaan ketebalan dinding sel pada preparat-preparat yang
telah diamati. Perbedaan yang sangat jelas adalah adanya penebalan dinding sel pada
preparat biji salak. Hal ini terjadi karena adanya penyimpanan cadangan makanan
berupa hemiselulosa pada dinding sel biji salak, sehingga dinding sel mengalami
penebalan.
2. Apakah ditemukan ruang antar sel pada seluruh preparat yang diamati?
Jawaban: Ya, pada preparat yang diamati terdapat ruang antarsel. Namun ukuran
ruang antarsel ini berbeda-beda antara satu dengan yang lain, ada ruang antar sel yang
sempit dan ada pula ruang antar sel yang luas.
3. Berdasarkan hasil pengamatan, mengapa parenkim dikatakan sebagai jariangan dasar?
Bukti manakah yang dapat Anda gunakan (dari hasil pengamatan) untuk mendukung
jawabanmu tersebut?
Jawaban: Parenkim merupakan bagian utama yang menyusun setiap organ. Parenkim
terdapat pada berbagai organ segai jaringan yang berkesinambungan.
4. Bagaimanakah bentuk sel parenkim mesofil pada sayatan melintang daun Rhoeo
discolor? Apakah ditemukan sel-sel parenkim dengan bentuk berbeda? Jelaskan
perbedaan tersebut?
Jawaban: Pada sayatan melintang daun Rhoeo discolor, bentuk selnya ada yang
memanjang dan ada pula bentuk sel yang lebih membulat. Bentuk sel memanjang
adalah jaringan palisade, sementara jaringan spons tersusun atas sel yang berbentuk
lebih membulat.
5. Organel apa yang ditemukan pada sel parenkim Rhoeo discolor?
Jawaban: Organel yang ditemukan adalah kloroplas yang berfungsi untuk
fotosintesis. Organel ini ditemukan di jaringan palisade dalam jumlah yang melimpah,
sementara di jaringan spons lebih sedikit.
6. Bagaimaana ukuran ruang antarselnya?
Jawaban: Ukuran ruang antarsel pada jaringan palisade sempit, sementara pada
jaringan spons ruang antar selnya lebih luas.
7. Berdasarkan karakteristik sel parenkim pada Rhoeo discolor yang Anda amati,
jelaskan fungsi sel parenkim tersebut!
Jawaban: Fungsi sel parenkim pada daun Rhoeo discolor yang diamati adalah untuk
fotosintesis, hal ini karena ditemukannya kloroplas pada jaringan palisade dan spons.
8. Adakah terdapat perbedaan ukuran sel parenkim di daerah korteks dan di daerah
empulur pada batang singkong?
Jawaban: Ya, terdapat perbedaan ukuran sel parenkim di daerah korteks dan di daerah
empulur. Ukuran sel di daerah empulur lebih besar daripada ukuran sel di daerah
korteks.
9. Adakah noktah pada preparat yang Anda amati? Bagaimanakah bentuk noktah
tersebut?
Jawaban: Ya, noktah didapatkan pada preparat sayatan biji salak. Bentuk noktah
merupakan tipe noktah sederhana.
10. Apa fungsi noktah? Mengapa noktah pada biji salak terlihat sangat jelas dibandingkah
noktah pada parenkim yang lain?
Jawaban: Pada noktah dapat ditemukan adanya plasmodesmata yang berfungsiuntuk
meneruskan rangsang dan makanan dari satu sel ke sel yang lain. Noktah pada biji
salak dapat terlihat sangat jelas karena dinding selnya mengalami penebalan.
11. Apakah Anda menemukan adanya kloroplas dan kristal pada preparat yang Anda
amati?
Jawaban: Ya. Kloroplas yang melimpah ditemukan pada preparat sayatan melintang
daun Rhoeo discolor, tepatnya pada jaringan palisade. Sementara kristal ditemukan
pada jaringan parenkim petiolus dengan tipe druse dan pada jaringan parenkim akar
nafas anggrek dengan tipe rhapida.
12. Bagaimanakah rasio kristal terhadap sel parenkim?
Jawaban: Rasio kristal terhadap sel parenkim berbeda-beda antara satu dengan yang
lain. Pada kristal dengan tipe druse yang ditemukan di petiolus pepaya, rata-rata rasio
kristal terhadap selnya adalah 0.94.
13. Apakah sel-sel parenkim yang Anda amati merupakan sel hidup? Bukti apa yang
mendukung jawaban Anda?
Jawaban: Parenkim merupakan sel-sel hidup yang memiliki fungsi vital. Hal ini
ditandai dengan adanya kloroplas yang menandakan terjadinya fotosintesis sehingga
dapat memproduksi makanan. Selain itu parenkim pada salak dapat menyimpan
cadangan makanan dalam bentuk hemiselulosa.
14. Buatlah kesimpulan mengenai jaringan parenkim hasil pengamatan Anda berdasarkan
data kualitatif dan kuantitatif yang didapatkan!
Jawaban: Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar karena jaringan ini dapat
ditemukan di seluruh organ tumbuhan. Jaringan parenkim tersusun atas sel-sel
parenkim yang memiliki ruang antar sel. Berdasarkan pengamatan, maka dapat
diketahui bahwa jaringan parenkim pada tumbuhan dapat mengalami modifikasi
sesuai dengan fungsi dan habitatnya. Fungsi sel parenkim antara lain berperan dalam
fotosintesis, respirasi, sekresi, dan penyimpanan cadangan makanan dan air.
15. Buatlah laporan tertulis tentang karakteristik parenkim berdasarkan temuan dalam
praktikum. Lengkapi dengan literatur.
Daftar Pustaka

Agustina, Tri Wahyu. 2012. Materi Pokok Ajar Anatomi Tumbuhan. Bandung: UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
Rahmat, A., Nuraeni E. 2017. Anatomi Tumbuhan. Bekasi: CV Nurani.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai