Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN


SEMESTER 116-2 2021/2022

Judul Praktikum:
Pengamatan Anatomi dan Anomali Batang

Dosen Pengampu:
Dr. Reni Indrayanti, M.Si.
Rizal Koen Asharo, S.Si., M.Si.
Pinta Omas Pasaribu, S.Si., M.Si.

Disusun oleh:
Rivaldy Zeidane Kristiando (1308621028)
Biologi A 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batang (caulis) ialah bagian tubuh tumbuhan yang amat penting serta mengingat
tempat dan kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan
sumbu tubuh tumbuhan (Gembong, 2005).
Batang adalah sumbu dengan daun yang menempel padanya. Batang berperan untuk
mendukung bagian tumbuhan yang berada di atas tanah, selain itu pula menjadi alat
transportasi, yaitu jalan pengangkutan air dan zat makanan dari akar ke daun serta jalan
pengangkutan hasil asimilasi dari daun ke bagian lain, baik ada yang berada di bawah juga
di atas tanah. Batang ialah salah satu bagian terpenting bagi tumbuhan, struktur batang
tumbuhan berpembuluh sangat bervariasi. Pada dasarnya di irisan melintang batang akan
tampak tiga daerah utama atau tiga sistem jaringan, yaitu epidermis, korteks, serta stele
(silinder pusat) (Savitri, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengamati anatomi batang tumbuhan?
2. Bagaimana mengetahui perbandingan jaringan penyusun batang tumbuhan dikotil
dengan monokotil?
3. Bagaimana mengetahui perbedaan struktur penyusun batang muda dan tua?
4. Bagaimana mengamati anomali batang tumbuhan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati anatomi batang tumbuhan.
2. Mengetahui perbandingan jaringan penyusun batang tumbuhan dikotil dengan
monokotil.
3. Mengetahui perbedaan struktur penyusun batang muda dan tua.
4. Mengamati anomali batang tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batang
Batang ialah suatu sistem berselang-seling yang terdiri atas buku-buku (nodus), titik
di mana daun menempel, ruas-ruas batang, serta bagian batang di antara buku-buku
(internodus) (Campbell et al., 2004).
Antara lain ada yang jelas terlihat batangnya, namun ada juga yang nampaknya
tidak berbatang (Tjitrosoepomo, 2011):
a. Tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis), tumbuhan ini tampak tidak
berbatang. Hal itu disebabkan oleh batangnya yang amat pendek, sehingga seakan-akan
daunnya keluar dari bagian atas akarnya.
b. Tumbuhan yang tampak berbatang dapat dibedakan menjadi;
1) batang basah (herbaceus), yaitu batang yang bertekstur lunak dan berair;
2) batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang umumnya keras dan kuat, sebab
sebagian besar terdiri atas struktur kayu;
3) batang rumput (calmus), yaitu batang yang bertekstur tidak keras, memiliki ruas-
ruas yang nyata dan tak jarang berongga; dan
4) batang mendong (calamus), sama seperti batang rumput, namun memiliki ruas-ruas
yang lebih Panjang.

2.2 Fungsi Batang


Batang memiliki fungsi yang sangat penting bagi tumbuhan, antara lain sebagai
berikut (Tjitrosoepomo, 2011):
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas tanah
2. Percabangannya memperluas bidang asimilasi
3. Menjadi jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas, serta jalan
pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan

2.3 Karakteristik dan Morfologi Batang


Batang memiliki karakteristik dan morfologi, antara lain sebagai berikut
(Tjitrosoepomo, 2011):
1. Umumnya berbentuk panjang bundar seperti silinder atau dapat juga memiliki bentuk
lain
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, serta pada buku-
buku tersebut terdapat daun
3. Umumnya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau
heliotrop)
4. Selalu bertambah panjang di setiap ujungnya
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tidak digugurkan
6. Umumnya tidak berwarna hijau
2.4 Struktur Penyusun Batang
Masing-masing jenis batang terdapat struktur penyusunnya. Pada dasarnya di irisan
melintang batang akan tampak tiga daerah utama atau tiga sistem jaringan, yaitu epidermis,
korteks, serta stele (silinder pusat) (Savitri, 2008):
a. Epidermis
Epidermis batang terdiri atas selapis sel, yang tersusun rapat tanpa adanya ruang
antar sel. Fungsi utama epidermis batang ialah melindungi batang dari kekeringan,
karena dinding sel pada batang bagian luar dilengkapi kutikula yang dapat melindungi
batang dari kekeringan. Pada tumbuhan kayu tua, terdapat kambium gabus yang akan
membentuk lapisan gabus untuk menggantikan lapisan epidermis yang telah rusak.
Lapisan epidermis terdiri atas sel-sel mati, serta lentisel yang berfungsi menjadi tempat
pertukaran gas bagian dalam tubuh tumbuhan dengan udara luar (Malak, 2017).
b. Korteks
Korteks batang tersusun atas sel-sel parenkim, kolenkim, serta sklerenkim
berupa serabut, sklereid, dan idioblas. Sel-sel korteks yang mengandung zat tepung
(amilum) disebut floeterma (sarung tepung). Pada tumbuhan xerofit, di bagian korteks
dan empulurnya terdapat jaringan penyimpan air (Nurhayati dkk., 2016).
c. Endodermis
Endodermis ialah lapisan yang menjadi batas antara korteks dan stele. Lapisan
endodermis memiliki bentuk dan susunan sel-sel yang khas. Lapisan endodermis sel-
selnya banyak mengandung buah-butir zat tepung. Struktur batang ini hanya terdapat
pada tumbuhan dikotil (Hidayat, 2005).
d. Stele (Silinder Pusat)
Stele atau silinder pusat ialah suatu lapisan yang terletak pada batang, yang
terdiri atas bagian perikambium (perisikel) dan berkas pengangkut. Perisikel
merupakan lapisan terluar dari silinder pusat yang bersifat meristematis dengan sel-
selnya yang aktif membelah membentuk sel-sel baru. Berkas pengangkut merupakan
bagian yang terdiri atas jaringan xilem dan floem. Xilem berfungsi sebagai pengangkut
air dan unsur hara dari akar ke daun, sekaligus penguat daun. Floem berfungsi untuk
mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke semua bagian tubuh tumbuhan. Empulur
adalah bagian terdalam dari batang, yang tersusun dari jaringan parenkim.
Pada struktur dalam juga luarnya, batang memiliki perbedaan, yakni batang
monokotil dan dikotil. Batang monokotil tidak bercabang serta tidak berkambium.
Struktur dalam batang monokotil terdiri atas epidermis, jaringan dasar, dan berkas
pengangkut. Batang dikotil adalah batang yang dapat dikenal dari bentuk luarnya,
terutama pada tumbuhan batang berkayu. Batang dikotil bercabang dan tidak beruas.
Adanya kambium di batang dikotil membuat batang mengalami pertumbuhan
membesar. Struktur dalam batang dikotil terdiri atas kulit kayu, kayu, dan empulur
(Kartasapoetra. 1991).
2.5 Modifikasi Batang
Rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) merupakan
metamorfosis (penjelmaan atau perubahan bentuk) batang dan akar. Alat-alat ini ialah
badan yang membengkak serta umumnya menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan
makanan, di samping itu dapat juga sebagai alat perkembangbiakan (Tjitrosoepomo, 2011).
a. Rimpang (rhizoma), rimpang sesungguhnya merupakan batang beserta daunnya yang
terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang serta tumbuh mendatar dan dari ujungnya
dapat tumbuh tunas yang ada di atas tanah, serta merupakan suatu tumbuhan baru.
Rimpang juga merupakan alat perkembangbiakan, pula merupakan tempat penimbunan
zat-zat makanan cadangan.
b. Umbi (tuber), umbi pun umumnya adalah suatu badan yang membengkak, bangun bulat
seperti kerucut, atau tak beraturan; merupakan tempat penimbunan zat-zat cadangan
makanan sama seperti rimpang, serta dapat merupakan penjelmaan batang dan akar.
Oleh karena itu dibedakan menjadi dua, yaitu umbi batang dan umbi akar.
c. Umbi lapis (bulbus), juga umbi lapis ini bila dicermati sumbernya adalah penjelmaan
batang dan juga daun. Umbi ini dinamakan umbi lapis, sebab menunjukkan susunan
yang berlapis-lapis, yaitu yang terdiri atas daun-daun yang menjadi tebal, lunak, dan
berdaging; merupakan bagian umbi yang menyimpan zat makanan cadangan,
sedangkan batangnya sendiri merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah umbi
lapis itu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, object glass,
cover glass, pipet tetes, pinset, jarum bedah, dan silet. Adapun bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah aquadest, batang bambu, batang kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), batang pinus (Pinus merkusii), batang miana (Coleus sp.), batang karet
merah (Ficus elastica), batang bunga kertas (Bougainvillea spectabilis), batang bayam
(Amaranthus sp.), dan batang andong (Cordyline sp.).

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Pengamatan Nodus pada Batang Miana (Coleus sp.)
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dipilih batang miana muda.
3. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian bagian nodusnya disayat secara
transversal.
4. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
5. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.2 Pengamatan Struktur Batang Karet Merah (Ficus elastica)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian batang karet merah disayat
secara transversal.
2. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
3. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.3 Pengamatan Struktur Batang Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian batang kembang sepatu disayat
secara transversal.
2. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
3. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.4 Pengamatan Struktur Batang Pinus (Pinus merkusii)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian batang pinus disayat secara
transversal.
2. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
3. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.5 Pengamatan Struktur Batang Jagung (Zea mays)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian batang jagung disayat secara
transversal.
2. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
3. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.6 Pengamatan Anomali Batang pada Batang Bayam (Amaranthus sp.)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian batang bayam disayat secara
transversal.
2. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
3. Peparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.7 Pengamatan Anomali Batang pada Batang Bunga Kertas (Bougainvillea


spectabilis)
1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian batang bunga kertas disayat
secara transversal.
2. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
3. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.8 Pengamatan Anomali Batang pada Batang Andong (Cordyline sp.)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian batang andong disayat secara
transversal.
2. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
3. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x terlebih
dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Nodus pada Batang Miana Muda (Coleus sp.)
Gambar Sketsa

Gambar 1: Sayatan Transversal Nodus Batang


Miana Muda (Mag. 40x/10x)

4.1.2 Hasil Pengamatan Struktur Batang Karet Merah (Ficus elastica)


Gambar Sketsa

Gambar 2: Sayatan Transversal Batang Karet


Merah (Mag. 40x/10x)

4.1.3 Hasil Pengamatan Struktur Batang Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)


Gambar Sketsa

Gambar 3: Sayatan Transversal Batang Kembang


Sepatu (Mag. 40x/10x)
4.1.4 Hasil Pengamatan Struktur Batang Pinus (Pinus merkusii)
Gambar Sketsa

Gambar 4: Sayatan Transversal Batang Pinus


(Mag. 40x/10x)

4.1.5 Hasil Pengamatan Struktur Batang Jagung (Zea mays)


Gambar Sketsa

Gambar 5: Sayatan Transversal Batang Jagung


(Mag. 40x/10x)

4.1.6 Hasil Pengamatan Anomali Batang pada Batang Bayam (Amaranthus sp.)
Gambar Sketsa

Gambar 6: Sayatan Transversal Batang Bayam


(Mag. 40x/10x)
4.1.7 Hasil Pengamatan Anomali Batang pada Batang Bunga Kertas (Bougainvillea
spectabilis)
Gambar Sketsa

Gambar 7: Sayatan Transversal Batang Bunga


Kertas (Mag. 40x/10x)

4.1.8 Hasil Pengamatan Anomali Batang pada Batang Andong (Cordyline sp.)
Gambar Sketsa

Gambar 8: Sayatan Transversal Batang Andong


(Mag. 40x/10x)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan Nodus pada Batang Miana (Coleus sp.)
Diamati celah daun (leave gap) dan jalan daun (leave trace) pada nodus
batang miana (Coleus sp.). Adanya jalan daun menunjukkan hubungan antara ikatan
pembuluh batang dengan ikatan pembuluh pada daun. Pada setiap nodus, suatu atau
beberapa ikatan pembuluh pada daun melebar ke arah daun. Pada bagian nodus, di
mana jalan daun menjauh dari stele ke arah dasar daun terdapat jaringan parenkim
yang disebut celah daun.

4.2.2 Pengamatan Struktur Batang Karet Merah (Ficus elastica)


Dalam kegiatan ini diamati anatomi batang karet merah (Ficus elastica).
Pada sayatan transversal batang karet merah ini terdapat jari-jari empulur, floem
yang terdesak ke arah tepi, dan beberapa berkas pembuluh. Juga terdapat korteks
yang tersusun atas jaringan parenkim.
4.2.3 Pengamatan Struktur Batang Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Dalam kegiatan ini diamati struktur susunan jaringan pada batang kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Kembang sepatu tergolong tumbuhan dikotil,
karena pada struktur susunan pada jaringan batangnya terdapat stele yang berada di
pusat batang dan terdapat kambium pembuluh. Pada sayatan transversal batang
kembang sepatu juga terdapat jari-jari empulur, floem yang terdesak ke arah tepi,
dan stele yang tergolong exarch, di mana exarch merupakan pengelompokkan
silinder pusat, yang metaxilem dikelilingi oleh protoxilem.

4.2.4 Pengamatan Struktur Batang Pinus (Pinus merkusii)


Dalam kegiatan ini diamati struktur atau anatomi batang pinus (Pinus
merkusii). Pinus tergolong tumbuhan konifer. Pada struktur susunan pada jaringan
batangnya terdapat beberapa berkas pembuluh berupa trakeid. Berkas pembuluh
pinus tergolong kolateral terbuka. Terlihat bahwa pada batang pinus terdapat
eksodermis yang bertekstur seperti kayu menggantikan epidermis, di mana
eksodermis ini memiliki fungsi yang sama dengan epidermis, hanya saja lebih
kompleks. Di lapisan sebelah dalam eksodermis juga terdapat korteks yang tersusun
atas jaringan dasar.

4.2.5 Pengamatan Struktur Batang Jagung (Zea mays)


Dalam kegiatan ini diamati sebaran pembuluh pada batang jagung (Zea
mays) dan dibandingkan struktur jaringan penyusunnya dengan batang karet merah,
pinus, dan kembang sepatu. Pada batang jagung berkas pembuluhnya tersebar dan
tidak terdapat stele, hal tersebut merupakan penanda bahwa jagung merupakan
tumbuhan monokotil. Juga tidak terdapat sistem aksial dan radial pada batangnya.

4.2.6 Pengamatan Anomali Batang pada Batang Bayam (Amaranthus sp.)


Dalam kegiatan ini diamati anomali yang terdapat pada batang bayam
(Amaranthus sp.). Pada batang bayam terlihat bahwa susunan berkas
pengangkutnya tersebar, dan tidak terdapat kambium, sehingga batang bayam tidak
mengalami pertumbuhan sekunder. Hal tersebut merupakan anomali batang, karena
pada umumnya tumbuhan dikotil memiliki berkas pengangkut yang bertipe
kolateral terbuka, karena antara floem dan xilem terdapat kambium vaskuler dan
antar berkas pengangkut dihubungkan dengan kambium intervaskuler.

4.2.7 Pengamatan Anomali Batang pada Batang Bunga Kertas (Bougainvillea


spectabilis)
Dalam kegiatan ini diamati anomali yang terdapat pada batang kembang
sepatu (Bougainvillea spectabilis). Pada batang kembang kertas, tidak terdapat
kambium; hal tersebut merupakan anomali batang, karena umumnya tumbuhan
dikotil memiliki kambium pembuluh. Sehingga ikatan pembuluh tetap terpisah.
4.2.8 Pengamatan Anomali Batang pada Batang Andong (Cordyline sp.)
Dalam kegiatan ini diamati anomali yang terdapat pada batang andong
(Cordyline sp.). Pada batang andong terdapat kambium yang menyebabkan adanya
pertumbuhan sekunder pada batang andong. Hal tersebut merupakan anomali
batang, karena pada umumnya tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang sudah diperoleh beserta pembahasannya, maka dapat
ditarik kesimpulan. sumbu dengan daun yang menempel padanya, fungsi batang adalah
untuk mendukung bagian tumbuhan yang berada di atas tanah, selain itu pula menjadi alat
transportasi, yaitu jalan pengangkutan air dan zat makanan dari akar ke daun serta jalan
pengangkutan hasil asimilasi dari daun ke bagian lain. Struktur penyusun batang terdiri atas
tiga daerah utama atau tiga sistem jaringan, yaitu epidermis, korteks, serta stele. Pada
tumbuhan monokotil tidak terdapat kambium vaskuler dan berkas pembuluhnya tersebar,
berbeda dengan tumbuhan dikotil dan Gymnospermae yang tipe berkas pembuluhnya
bertipe kolateral terbuka, karena di antara floem dan xilem terdapat kambium vaskuler.
Umumnya tumbuhan monokotil tidak terdapat kambium, sehingga tidak mengalami
pertumbuhan sekunder. Pada batang tumbuhan dikotil muda seperti pada batang miana
(Coleus sp.) muda, di bagian zona meristemnya (tepatnya pada nodus batang) terdapat jalan
daun (leaf trace) dan celah daun (leaf gap); menunjukkan hubungan antara ikatan
pembuluh batang dengan ikatan pembuluh pada daun. Pada pengamatan anatomi batang
tumbuhan dikotil seperti karet merah (Ficus elastica) dan tumbuhan Gymnospermae seperti
pinus (Pinus merkusii), dengan tumbuhan monokotil seperti jagung (Zea mays) terdapat
perbedaan pada struktur penyusunnya; pada tumbuhan dikotil berkas pembuluhnya bertipe
kolateral terbuka (terdapat kambium vaskuler di antara floem dan xilem), sedangkan pada
tumbuhan monokotil berkas pembuluhnya menyebar dan tidak terdapat kambium vaskuler,
sehingga tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Pada batang juga terdapat beberapa
anomali, seperti pada bayam (Amaranthus sp.) dan bunga kertas (Bougainvillea spectabilis)
yang merupakan tumbuhan dikotil tidak terdapat kambium; dan sebaliknya pada batang
andong (Cordyline sp.) yang merupakan tumbuhan monokotil terdapat kambium, sehingga
dapat mengalami pertumbuhan sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. dkk. 2004. Biologi Edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.


Hidayat, Estiti B. 2005. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Kartasapoetra. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (tentang Sel dan Jaringan).
Jakarta.
Malak, Bogar Iknatius. 2017. Identifikasi Anatomi Tumbuhan Sirih Hutan (Piper aduncum L.).
Biolearning Journal.
Nugroho, Hartanto dkk. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bogor.
Nurhayati dkk. 2016. Struktur Anatomi Akar, Batang dan Daun Anthurium plowmanii Croat.,
Anthurium hookeri Kunth., dan Anthurium plowmanii x Anthurium hookeri. Jurnal
Protobiont, 5 (1): 24-29.
Savitri, Evika Sandi. 2008. Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan). UIN
Press. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai