Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

DIFUSI, OSMOSIS, DAN PLASMOLISIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Biologi Umum


yang Diampu oleh Ibu Dr. Elsa Lisanti, M.Si.

Disusun oleh Kelompok 9:


Rivaldy Zeidane Kristiando (1308621028)

Lala Syafina Jihan (1308621003)

Biologi A 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
1. PENDAHULUAN

Difusi adalah suatu proses berpindahnya suatu zat dari tempat dengan
konsentrasi yang lebih tinggi ke tempat dengan konsentrasi zat yang lebih rendah.
Difusi zat terlarut dari suatu larutan ke dalam larutan lainnya dapat berlangsung
melalui suatu membran dengan permeabilitas tertentu, yaitu permeabel untuk zat
tersebut. Permeabilitas dari membran tersebut ada tiga macam, yaitu:
1. Impermeable (tidak permeabel), yaitu membran yang tidak dapat dilalui oleh air
maupun zat terlarut di dalamnya.
2. Permeable, yaitu membran yang dapat dilalui oleh air maupun zat tertentu yang
terlarut di dalamnya.
3. Semipermeable, yaitu membran yang hanya dapat dilalui oleh air tetapi tidak
dapat dilalui oleh zat terlarut, misalnya membran sitoplasma. Difusi dari pelarut,
misalnya air melalui membran yang semipermeabel dari tempat dengan
konsentrasi pelarut lebih tinggi ke tempat dengan konsentrasi pelarut lebih rendah
disebut osmosis.
Pada sel tumbuhan, dinding sel yang terdiri atas selulosa bersifat permeabel
terhadap air dan zat-zat terlarut, sedangkan membran sitoplasma bersifat
semipermeabel. Jadi, jika sel tadi disimpan dalam air suling akan berosmosis melalui
sitoplasma ke dalam vakuola, karena vakuola berisi cairan yang mengandung zat-zat
terlarut, sehingga hipertonis terhadap air. Adanya air yang masuk tadi, akan terjadi
tekanan dari dalam vakuola kepada membran plasma dan dinding sel yang disebut
turgor. Sebaliknya, jika sel ditempatkan dalam larutan gula dengan konsentrasi tinggi,
maka air akan keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma akan mengkerut dan
terlepas dari dinding sel. Hal yang demikian dikatakan bahwa sel mengalami
Plasmolisis.
Untuk mengamati proses difusi, digunakan larutan HCl dan NH4OH (untuk
difusi gas) dan tinta merah dan biru (untuk difusi zat cair), sedangkan untuk
mengamati proses osmosis dan turgor, digunakan daging buah pepaya mentah. Untuk
mengamati proses plasmolisis digunakan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor.
Tumbuhan ini mempunyai daun yang tidak bertangkai dengan letak bazar roset,
permukaan atas daun berwarna hijau, sedangkan permukaan bawah daun berwarna
ungu.
Dalam proses pencernaan karbohidrat yang terjadi di dalam usus, antara lain
dilakukan oleh enzim-enzim dari kelenjar pankreas, yaitu enzim karbohidrase yang
terdiri dari amilopsin dan maltase dengan proses sebagai berikut:
Tepung Galaktosa + Glukosa
Karbohidrase dari pankreas
(Polisakarida) (Monosakarida)
Teori tambahan:
Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara acak yang menghasilkan
pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya
adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik tomografi, difusi
zat melalui membran, difusi oksigen dalam membran polimer, dan lain-lain. Bahkan
difusi tidak hanya terjadi pada skala mikro, tetapi juga skala makro, seperti difusi gas
dalam galaksi.[1]

1
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus
dapat ditembus oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tetapi dapat
dihambat secara buatan dalam air yang jernih.[2]
Plasmolisis adalah penyusutan dari protoplasma, di mana air keluar dari dalam
sel melalui dinding sel. Hal ini terjadi ketika sel berada dalam larutan yang
kekurangan air atau kadar airnya sedikit.[3] Plasmolisis adalah peritiwa melepasnya
plasmalema atau membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi (hilangnya air
dari dalam sel) bila sel berada di lingkungan larutan yang hipertonis.[4]

1.1 Tujuan
Adapun tujuan kami dalam melaksanakan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati terjadinya proses difusi.
2. Mengamati terjadinya proses osmosis.
3. Mengamati terjadinya proses plasmolisis.
4. Mengetahui perbedaan antara sel normal dengan sel turgor.

2. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Metode Pengamatan


Dalam melakukan pengamatan ini, kami menggunakan metode studi pustaka, yaitu
metode yang dilakukan dengan cara mengamati dan menganalisis data dari sumber
yang ada.

2.2 Waktu dan Tempat


Waktu : Minggu, 19 September 2021, pukul 09:00 sampai dengan 11:00 WIB
Tempat : Praktikum dan pengamatan dilaksanakan di rumah masing-masing.

2.3 Alat dan Bahan


Alat Bahan

1. Alat difusi gas 1. Kertas lakmus merah dan biru


2. Kawat/lidi 2. Larutan HCl dan NH4OH
3. Gunting 3. Kertas hisap
4. 2 buah gelas piala kimia/beaker 4. Tinta merah dan biru
5. Stopwatch 5. Air
6. 4 buah pipet tetes 6. Daun Adam Eva (Rhoeo discolor)
7. 4 buah sumbat karet 7. Air suling/aquadest
8. Alat difusi zat cair 8. Larutan gula 15%
9. Mikroskop cahaya
10. Kaca objek dan kaca penutupnya
11. Pisau silet/cutter
12. Gawai/komputer dan
kuota/sambungan internet

2
2.4 Langkah Kerja
2.4.1 Kegiatan 1: Difusi Gas
1. Membuat 10 potongan masing-masing kertas lakmus merah dan biru
berukuran 1x1 cm.
2. Meletakkan potongan kertas lakmus berselang-seling ke dalam tabung
difusi dalam keadaan sejajar.
3. Meletakkan potongan kertas hisap pada kedua ujung tabung sebanyak 2
sampai 3 lapis dengan ukuran yang sama.
4. Menyiapkan pipet dengan larutan HCl pada salah satu ujung tabung dan
pipet lain dengan larutan NH4OH pada ujung tabung yang lain.
5. Meneteskan 2 sampai 5 tetes larutan HCl pada kertas hisap di salah satu
ujung tabung, juga meneteskan 2 sampai 5 tetes larutan NH4OH pada
kertas hisap di ujung tabung yang lain secara bersamaan. Kemudian
menutup kedua ujung tabung dengan sumbat karet.
6. Mencatat setiap perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
7. Membuat analisis dan kesimpulan.
2.4.2 Kegiatan 2: Difusi Zat Cair
1. Menutup kedua ujung tabung difusi zat cair dengan sumbat karet.
2. Mengisi tabung dengan air melalui lubang yang terdapat pada tabung,
serta memastikan tabung tidak terdapat gelembung udara.
3. Memasukkan 5 sampai 10 tetes tinta merah pada salah satu ujung tabung,
juga memasukkan 5 sampai 10 tetes tinta biru pada ujung tabung yang lain
secara bersamaan.
4. Mencatat jarak yang ditempuh oleh masing-masing tinta setiap 10 menit
sekali sampai masing-masing tinta saling bertemu.
5. Mencatat perubahan yang terjadi.
6. Membuat analisis dan kesimpulan.
2.4.3 Kegiatan 3: Plasmolisis
1. Membuat sayatan tipis dari epidermis bagian bawah daun Adam Eva dan
meletakkannya di atas kaca objek yang sudah diberi setetes air suling,
kemudian menutup preparat dengan kaca penutupnya, serta memastikan
tidak terdapat gelembung udara di sekitar preparat.
2. Mengamati sel-sel yang berwarna ungu dari preparat di bawah mikroskop
dengan perbesaran 20x/10x, kemudian menggambar sel-sel yang terlihat.
3. Memberi 1 sampai 2 tetes larutan gula pada salah satu sisi kaca penutup
preparat sambil menyerap air yang berlebihan dengan kertas hisap pada
sisi kaca penutup yang berlawanan, kemudian membiarkannya selama 10
menit.
4. Mengamati kondisi pada sel-sel yang berwarna ungu setelah 10 menit dan
mencatat perubahan yang terjadi pada sitoplasma sel-sel tersebut.
5. Menggambar sel-sel setelah melakukan percobaan dengan larutan gula
10%.
6. Membuat analisis dan kesimpulan.

3
3. HASIL DAN ANALISIS

3.1 Hasil
3.1.1 Kegiatan 1: Difusi Gas
Pada kegiatan ini, kami memperoleh data yang sudah ada untuk kami amati
dan analisis dari salah satu sumber pustaka.
Sumber: Nur, Fadilah Ian. 2017. Laporan Praktikum Biologi Umum: Difusi,
Osmosis, dan Plasmolisis. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Perubahan pada Kertas
Senyawa Waktu (detik)
Lakmus
HCl Kertas ke-1: Biru →
50
merah
Kertas ke-3: Biru →
8,39
merah
NH4OH Kertas ke-10: Merah →
25
Biru
Kertas ke-8: Merah →
1,40
Biru
Kertas ke-6: Merah →
3,48
Biru
Kertas ke-4: Merah →
6,33
Biru
Total waktu perubahan warna pada semua kertas lakmus adalah 58,39 detik.

3.1.2 Kegiatan 2: Difusi Zat Cair


Pada kegiatan ini, kami memperoleh data yang sudah ada untuk kami amati
dan analisis dari salah satu sumber pustaka.
Sumber: Nur, Fadilah Ian. 2017. Laporan Praktikum Biologi Umum: Difusi,
Osmosis, dan Plasmolisis. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Zat Cair Waktu (per 10 menit) Jarak Tempuh (cm)
Tinta merah 1 11,5
2 16,5
3 21
4 24
Tinta biru 1 12,5
2 17
3 19
4 20,3
Waktu yang diperlukan sampai terjadinya pertemuan antara tinta merah
dengan tinta biru adalah 20 menit.

3.1.3 Kegiatan 3: Plasmolisis


Pada kegiatan ini, kami memperoleh data yang sudah ada untuk kami amati
dan analisis dari salah satu sumber berupa video dari platform YouTube.
Tautan: https://youtu.be/R_BYN6RkPxU

4
Hasil pengamatan:

(1)
(1)
(2)
(2)
(3)

Gambar 1: Sel dalam air suling Gambar 2: Sel dalam larutan gula 15%

Keterangan: Keterangan:
(1) Dinding sel (1) Dinding sel
(2) Stomata (2) Stomata
(3) Protoplasma

Perubahan yang terjadi:


Daun Adam Eva mengalami plasmolisis dalam larutan gula 15%.
Pada saat menggunakan air suling, sel daun terlihat normal, dan sel yang
berwarna ungu terlihat dengan jelas. Namun, saat sel daun ditetesi larutan
gula 15%, sel daun kehilangan air dikarenakan zat yang ada diluar sel
bersifat hipertonik dibandingkan zat dalam sel. Sehingga sel mengkerut dan
lepas dari dinding sel.

3.2 Analisis
3.2.1 Analisis Kegiatan 1: Difusi Gas
Pada percobaan kali ini digunakan kertas lakmus merah dan biru yang
diletakkan berseling-seling ke dalam tabung difusi dalam keadaan sejajar.
Kemudian pada kedua ujung tabung diletakkan kertas hisap sebanyak 2
sampai 3 lapis yang ditetesi oleh 2 sampai 5 tetes larutan HCl pada kertas
hisap ujung yang satu, dan 2 sampai 5 larutan NH4OH pada ujung kertas hisap
yang lain pada waktu yang bersamaan, kemudian ditutup dengan sumbat karet.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui difusi gas yang terjadi dengan cara
mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
Setelah beberapa saat ujung tabung ditutup, terdapat perubahan yang
pertama kali terjadi pada kertas lakmus merah yang paling dekat dengan kertas
hisap yang ditetesi larutan NH4OH, perubahan warna pada kertas lakmus
merah terjadi secara berurutan dari posisi kertas lakmus yang paling dekat
dengan larutan NH4OH sampai ke kertas lakmus yang paling jauh dari larutan
NH4OH. Hal ini dapat membuktikan bahwa NH4OH merupakan salah satu
basa lemah, karena basa lemah akan lebih mudah untuk melepaskan ion-
ionnya, sehingga difusi gas terjadi lebih cepat.

5
Berbeda dengan perubahan pada kertas lakmus biru yang berubah
menjadi warna merah oleh gas dari larutan HCl, yang terjadi lebih lambat. Hal
ini disebabkan karena HCl merupakan asam kuat, sehingga ikatannya lebih
kuat jika dibandingkan dengan NH4OH yang merupakan basa lemah. Semakin
kuat ikatan, maka semakin sulit pula melepaskan ion-ionnya. Hal inilah yang
menyebabkan gas NH4OH dapat merubah warna dari 4 kertas lakmus merah
menjadi warna biru, sedangkan gas HCl hanya merubah 1 setengah bagian
kertas lakmus biru menjadi warna merah.

3.2.2 Analisis Kegiatan 2: Difusi Zat Cair


Pada pengamatan difusi zat cair, dilakukan dengan cara menggunakan
tabung difusi zat cair yang diisi dengan air, sehingga tidak ada gelembung
udara didalamnya. Kemudian pada saat yang bersamaan, di kedua lubang yang
terletak pada ujung tabung ditetesi 5 sampai 10 tetes tinta merah pada ujung
tabung yang satu, dan 5 sampai 10 tetes tinta biru pada ujung tabung yang lain.
Dapat dilihat bahwa ketika tinta diteteskan ke dalam air pada ujung
tabung difusi zat cair, maka tinta akan bergerak dari tempat tetesan awal yang
berkonsentrasi tinggi menuju ke tempat yang berkonsentrasi rendah, sehingga
terjadilah keseimbangan.
Penetesan tinta merah dan tinta biru dilakukan secara bersamaan, maka
seharusnya tinta merah dan tinta biru bertemu tepat di tengah tabung difusi.
Namun, pada percobaan difusi zat cair ini, pergerakan tinta merah dan tinta
biru tidak terjadi secara bersamaan. Pada menit ke-10 dan menit ke-20 terlihat
bahwa tinta biru bergerak lebih cepat. Namun, setelah lewat dari 20 menit,
tinta merah bergerak lebih cepat dibandingkan dengan tinta biru.

3.2.3 Analisis Kegiatan 3: Plasmolisis


Pada pengamatan kali ini, dilakukan dengan menggunakan sel
epidermis bagian bawah daun Adam Eva (Rhoeo discolor) yang memiliki
pigmen berwarna ungu, hal ini dilakukan untuk mempermudah proses
pengamatan. Selain itu, pada pengamatan kali ini juga menggunakan larutan
gula 15% yang berperan sebagai larutan hipertonis terhadap sel.
Sebelum ditetesi dengan larutan gula 15%, sel-sel yang berwarna ungu
terlihat dengan jelas dan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan
sel yang berwarna hijau. Namun, setelah ditetesi dengan larutan gula 15%,
kondisi sel menjadi bertolak belakang. Sel-sel yang berwarna ungu terlihat
lebih sedikit, sedangkan sel yang berwarna hijau terlihat lebih jelas. Hal ini
disebabkan karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis
terhadapnya, maka air keluar dari vakuola, sehingga membran plasma akan
mengkerut, begitu pula dengan sitoplasma. Otomatis, hal ini juga
menyebabkan mengecilnya ukuran vakuola. Ketika sitoplasma mengkerut,
kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat
terlihat lebih jelas.

6
4. PERTANYAAN DAN JAWABAN

4.1 Pertanyaan dan Jawaban Kegiatan 2: Difusi Zat Cair


1. Sebutkan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya proses
difusi?
Jawaban:
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya difusi, yaitu:
a. Ukuran partikel: Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat partikel
itu bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
b. Luas area: Semakin besar luas area, maka semakin cepat pula proses
terjadinya difusi.
c. Suhu: Semakin tinggi suhu, maka partikel akan mendapatkan energi untuk
bergerak lebih cepat, sehingga makin cepat pula proses difusinya.
d. Jarak: Semakin dekat jarak tempat terjadinya difusi, maka akan semakin cepat
pula proses difusi yang terjadi.
e. Densitas (kepadatan/kerapatan massa) medium
2. Berdasarkan hasil percobaan saudara, manakah yang lebih cepat antara difusi gas
dengan difusi zat cair? Mengapa demikian? Jelaskan!
Jawaban:
Difusi gas lebih cepat jika dibandingkan dengan difusi zat cair, hal ini dikarenakan
laju difusi yang dipengaruhi oleh densitas (kepadatan) medium. Gas memiliki
kepadatan medium yang lebih rendah jika dibandingkan dengan zat cair, dapat
dikatakan bahwa susunan molekul pada gas lebih renggang daripada zat cair. Hal
inilah yang menyebabkan gas berdifusi lebih cepat daripada zat cair.
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam membran permeabilitas?
Jawaban:
Permeabilitas dari membran terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Impermeable (tidak permeabel), yaitu membran yang tidak dapat dilalui
oleh air maupun zat terlarut di dalamnya.
b. Permeable, yaitu membran yang dapat dilalui oleh air maupun zat tertentu
yang terlarut di dalamnya.
c. Semipermeable, yaitu membran yang hanya dapat dilalui oleh air, tetapi
tidak dapat dilalui oleh zat terlarut, misalnya membran sitoplasma.

4. Jelaskan, apakah hanya molekul yang berukuran kecil yang dapat berdifusi?
Jawaban:
Difusi merupakan proses bergeraknya molekul dari konsentasi tinggi (hipertonis)
ke konsentrasi rendah (hipotonis) melalui membran permeabel, zat yang dapat
melewati membran dengan proses difusi adalah zat yang larut dalam lemak,
hormon steroid, dan zat-zat dengan molekul yang berukuran kecil. Sementara itu,
zat bermolekul besar seperti glukosa, asam amino, serta beberapa garam mineral;
tidak dapat menembus membran secara langsung, akan tetapi memerlukan protein
pembawa (transporter) untuk dapat menembus membran. Proses ini disebut difusi
terbantu.

7
4.2 Pertanyaan dan Jawaban Kegiatan 3: Plasmolisis
1. Mengapa semakin tingginya konsentrasi zat perendam, semakin banyak sel
yang terplasmolisis? Jelaskan!
Jawaban:
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya plasmolisis adalah
konsentrasi zat perendam. Oleh karena itu, jika konsentrasi zat perendam
semakin tinggi, maka akan terjadi proses osmosis dan pada akhirnya sel akan
terplasmolisis.
2. Mungkinkah sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali pada
keadaan semula? Jelaskan!
Jawaban:
Sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali pada keadaan semula,
hal ini dapat terjadi jika sel yang mengalami plasmolisis ditempatkan pada
cairan hipotonik, maka keadaan sel akan kembali seperti semula, tetapi tidak
sepenuhnya; karena air di luar sel akan berosmosis ke dalam sel yang
hipertonis. Disamping itu, sel tumbuhan memiliki dinding sel, sehingga selnya
tidak pecah, hal inilah yang memungkinkan sel dapat kembali ke bentuk
semula.

5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Kegiatan 1: Difusi Gas


Dari percobaan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa terdapat 4 kertas
lakmus berwarna merah berubah menjadi berwarna biru. Sedangkan hanya 1,5
kertas lakmus berwarna biru berubah menjadi berwarna merah.
Hal ini disebabkan karena difusi gas NH4OH terjadi lebih cepat
dibandingkan HCl. Gas NH4OH lebih ringan dari pada gas HCl, hal ini
dikarenakan kecepatan rata-rata dari gas ringan lebih besar dari pada gas berat.
Disamping itu, NH4OH merupakan salah satu basa lemah, sedangkan HCl
merupakan salah satu asam kuat. Asam kuat akan lebih sulit untuk melepaskan
ionnya daripada basa lemah, sehinggga difusi gas NH4OH lebih cepat daripada
HCl.

5.2 Kesimpulan Kegiatan 2: Difusi Zat Cair


Hasil yang didapat dari percobaan difusi zat cair tersebut, dapat kita lihat
tinta langsung menyebar secara perlahan dengan jarak yang berbeda-beda. Hal ini
terjadi kerena konsentrasi di tempat awal lebih tinggi daripada sekelilingnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya difusi, yaitu ukuran partikel, luas
area, suhu, jarak, dan densitas (kepadatan) medium.

8
5.3 Kesimpulan Kegiatan 3: Plasmolisis
Daun Adam Eva (Rhoeo discolor) mengalami plasmolisis dalam larutan
gula 15%. Saat menggunakan air suling, sel daun terlihat normal, sel yang
berwarna ungu terlihat lebih jelas. Namun, ketika diteteskan larutan gula 15%, sel
daun kehilangan air dikarenakan zat yang ada diluar sel hipertonik dibandingkan
di dalam sel. Sehingga sel menjadi mengkerut dan sel yang bewarna ungu pun
mengkerut dan menjauhi dinding sel. Hal ini disebabkan karena pada saat sel
ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari
vakuola, sehingga membran sitoplasma akan mengkerut begitu pula dengan
sitoplasma.

6. DAFTAR PUSTAKA

Sihombing, Betsy. dkk. 2016. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta. Diakses pada 12 September 2021, dari
https://fmipa.unj.ac.id/pbiologi/wp-content/uploads/2018/10/Biologi-Umum.pdf
Kimbal, J. W. Biology. Addison Wesley Publ. Co. Reading Massachusetts.
[1] Trihandaru S, Pemodelan dan Pengukuran Difusi Larutan Gula dengan Lintasan
Cahaya Laser. Yogyakarta, 2012.
[2] Pratiwi, Biologi untuk SMA Kelas XI. Erlangga, Jakarta, 2006.
[3] Taiz, Zeiger, Plant Physiology 3th Edition, Sinauer Associates, Sunderland, 2002.
[4] Suyitno, Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2003.
Nur, Fadilah Ian. 2017. Laporan Praktikum Biologi Umum: Difusi, Osmosis, dan
Plasmolisis. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai