Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

SEMESTER 118 TA 2022/2023

Judul Praktikum:
Penyilangan Drosophila melanogaster

Disusun oleh:
Rivaldy Zeidane Kristiando (1308621028)
Biologi A 2021

Dosen Pengampu:
Rizky Priambodo, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pewarisan dari
orang tua, DNA dan RNA. Lalat buah (Drosophila melanogaster) adalah spesies lalat
yang digunakan dalam penelitian genetik. Lalat buah (Drosophila melanogaster)
pertama kali ditemukan oleh Morgan dan Castel pada tahun 1900 dan digunakan sebagai
buku teks untuk melakukan proses pembelajaran genetik pada organisme diploid.
Penggunaan lalat buah dalam percobaan diperkenalkan oleh T.H. Morgan dipelopori
oleh Sturtevant dan Dobzhansky pada tahun 1930-1940.
Drosophila melanogaster berperan penting dalam mempelajari dasar-dasar
genetika dan kemajuan dalam biologi. Lalat buah pada umumnya dapat ditemukan di
berbagai tempat dan di semua habitat, terutama di tempat buah-buahan yang busuk atau
matang, dan karena ukurannya yang kecil, siklus hidup yang pendek, dan jumlah
keturunan yang banyak digunakan sebagai model diploid. Selain itu mudah dibiakkan
di laboratorium sehingga biaya yang dikeluarkan tidak banyak.

Lalat buah (Drosophila melanogaster) banyak digunakan dalam penelitian


genetik karena banyak kemudahannya. Salah satunya membawa berbagai jenis mutasi
sehingga memungkinkan untuk berbagai persilangan. Pada percobaan persilangan
monohibrid pada lalat buah ini bertujuan untuk membuktikan Hukum I Mendel dengan
mengawinkan organisme dengan sepasang sifat yang berbeda. Hukum I Mendel dikenal
sebagai hukum segregasi, yang menyatakan bahwa satu gen dipisahkan dari dua alel
selama pembentukan gamet. Kemudian pada percobaan persilangan dihibrid pada lalat
buah ini bertujuan untuk membuktikan Hukum II Mendel dengan mengawinkan
organisme dengan dua pasang sifat yang berbeda. Hukum II Mendel dikenal sebagai
hukum asortasi, yaitu persilangan yang menyangkut pola pewarisan satu hingga dua
macam sifat. Berdasarkan hal tersebut, saya melakukan percobaan ini dalam praktikum.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan praktikum ini adalah untuk;
1. mempelajari persilangan monohibrid pada lalat buah;
2. mempelajari persilangan dihibrid pada lalat buah; dan
3. mengevaluasi data yang akan diperoleh menggunakan uji Chi-square, apakah sesuai
dengan Hukum Mendel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persilangan Monohibrid


Hukum I Mendel dikenal sebagai hukum segregasi bebas, yang menyatakan
bahwa sepasang alel yang proses pembentukan gamet atau sel kelaminnya dipisahkan
dari kedua gen induk sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari induknya.
Monohibrid berasal dari kata mono yang berarti tunggal atau satu, dan hybrid mengacu
pada persilangan di mana dua individu dengan sifat yang berbeda terlibat. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa monohibrid adalah perkawinan atau persilangan antara
dua individu yang berbeda sifat atau perkawinan dengan satu sifat. Sifat lain adalah
sepasang sifat dalam alel yang sama. Misalnya, warna biji kacang polong memiliki
sepasang sifat: hijau dan kuning (Akbar, 2018).
Monohibrid adalah perkawinan di mana dua individu dari spesies yang sama
terkait tetapi memiliki sifat yang berbeda. Persilangan monohibrid menghasilkan
keturunan yang seragam (F1). F1 pada persilangan monohibrid memiliki sifat fenotip
yang sama dengan induk (pariental) dominannya. Keturunan F1 untuk segregasi alel
menghasilkan gamet yang hanya terdapat satu alel (Efendi, 2020).
Gregor Johann Mendel melakukan percobaan dengan menyilangkan dua kacang
polong (ercis) dengan karakteristik berbeda, kacang ercis ini masing- masing berwarna
hijau dan berwarna kuning. Semua keturunan dari perkawinan ini disebut filial 1 atau
F1, dan keturunan dari kedua orang tua disebut orang tua parental (P). Untuk
membuktikan bahwa sifat individu berasal dari induknya, Mendel mengawinkan dengan
sesama F1 untuk mendapatkan keturunan dengan proporsi fenotip kacang polong berbiji
kuning (Artadana, 2018).
Eksperimen Mendel menghasilkan dua jenis hukum: Hukum Mendek I (hukum
segregasi atau pemisahan alel dari gen berpasangan) dan Hukum Mendel II (hukum
pengelompokan bebas gen atau klasifikasi). Persilangan antara dua jenis galur yang
berbeda ditinjau dengan satu sifat yang berbeda didebut dengan persilangan monohibrid
(Arsal, 2018).
Pembentukan gamet, dapat terjadi pemisahan bebas yang dikandung oleh induk,
oleh karena itu setiap gamet mendapatkan satu gen. Hukum Mendel I mengemukakan
bahwa proses pembentukan sel gamet dan pasangan alel akan tepisah. Dengan
memanfaatkan dua buah balok dengan menggunakann bagian sisi-sinya yang
diumpamakan sebagai gamet jantan dan betina. Dadu betina kemudian masukkan kedalam
wadah untuk dikocok dan dilemparkan untuk mendapatkan pasangan gen yang terbentuk
dari hasil perkawinan. Percoban ini dilakukan secara berulaang dan untuk memperoleh F2.
Pada percobaan monohibrid F2 mendapatkan rasio perbandingan 1:2:1 atau 3:1 (Arianti,
2018).

2.2 Persilangan Dihibrid


Persilangan dihybrid adalah persilangan yang melibatkan dua individu dari
spesies yang sama dengan dua sifat yang berbeda. Contohnya adalah persilangan dengan
kacang hijau resesif dan kacang polong keriput dengan kacang polong bulat dan kacang
kuning (dominan) (Arsal, 2018).
Persilangan ini merupakan persilangan yang memiliki dua sifat yang berbeda.
Persilangan Dihibrid menciptakan Hukum Mendel II, yang dikenal sebagai Hukum
Pilihan Bebas. Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa pembentukan gamet dan alel
dari gen yang berbeda adalah atau independen satu sama lain (Artadana, 2018).
Mendel dikenal sebagai bapak genetika di Austria (1822-1884) dan
bereksperimen dengan beberapa kacang polong, dan dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa sifat-sifat keturunan yang dihasilkan selalu kembali secara teratur,
dan sifat-sifat generasi berikutnya ditransfer. , menyilang. hasil. Ada sifat seperti induk
antara dua individu yang muncul, dan setiap hibrida memiliki sifat yang sama dengan
hibrida dari spesies yang sama. Persilangan ini merupakan persilangan yang mencakup
dua sifat yang berbeda (Sumantri, 2021).
Mendel menemukan bahwa ketika dua sifat independen diwarisi secara bersamaan
(misalnya warna dan bentuk biji ini), rasio fenotipik keturunan dari hibrida ini rata-rata
adalah 9:3:3:1, yaitu 9 keturunan memiliki kedua sifat dominan. 3 keturunan menunjukkan
satu sifat dominan dan satu sifat resesif, 3 keturunan lainnya menunjukkan kombinasi
dominan dan resesif komplementer, dan 1 dari 16 keturunan menunjukkan kedua sifat
resesif (Stenseth, 2022).

2.3 Uji Chi-Square


Tes yang membuktikan keseimbangan genetik sifat dalam suatu populasi dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Pengujian dengan menggunakan uji
chi-square dapat membuktikan adanya penyimpangan yang terjadi pada populasi. Uji
chi-square digunakan untuk mengetahui frekuensi apakah suatu harapan sama dengan
frekuensi kenyataan (Sulatri, 2019).
Uji chi-square adalah jenis pengujian yang menggunakan skala dan skala data
ordinal yang dilakukan pada dua variabel yang datanya merupakan variabel. Uji square
memungkinkan Anda untuk menunjukkan hubungan antar variabel dalam metode
webqual. Jika Anda memiliki dua variabel dan satu variabel skala nominal, Anda harus
melakukan uji chi-square dengan melihat urutan terendah. Uji chi-square merupakan
uji yang sering digunakan (Fitri, 2019).
Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah frekuensi responden atau
sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana uji Chi-square dapat
digunakan yaitu:
1. Tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual
2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2*2, maka tidak boleh ada 1 sel saja yang memiliki
frekuensi harapan atau disebut juga expected count (Fh) kurang dari 5
3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2*2, misal 2*3, maka jumlah sel dengan frekuensi
harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20% (Negara & Prabowo, 2018).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persilangan Monohibrid


Karina merupakan seorang praktikan yang sedang melakukan penyilangan terhadap lalat buah
Drosophila melanogaster. Ia akan melakukan penyilangan terhadap lalat jantan yang memiliki
kondisi normal homozigot dengan lalat betina yang memiliki kondisi warna tubuh kuning
homozigot, maka didapatkan hasil persilangan dan menghasilkan keturunan pertama (F1).
Karina akan menyilangkan kembali hasil F1 dengan sesamanya. Jumlah anakan yang didapati
dari hasil persilangan F2 adalah sebanyak 500 lalat dengan 355 normal dan sisanya memiliki
keadaan warna tubuh kuning.

a. Tentukan persentase genotip dan fenotip F1 yang didapatkan!


Diagram persilangan
P1: ♀ y+ y+ × ♂ y y
F1: y+ y
P2: y+ y × y+ y
F2:
y+ y
y+ y+ y+ y+ y
y y+ y yy

b. Tentukan rasio genotip dan fenotip F2 yang didapatkan!


Rasio genotipe: y+ y+ (normal homozigot): y+ y (normal heterozigot): y y (mutan kuning)
=1:2:1
Rasio fenotipe: Normal : kuning = 3 : 1

c. Lakukan pengujian Chi-square pada F2 dari hasil persilangan tersebut!


Normal Kuning Jumlah
O 355 145 500
E ¾ x 500 = 375 ¼ x 500 = 125 500
D (O-E) -20 20
2
D 400 400
2
D /E 1.06 3.20 X2 hitung = 4.26
Didapatkan,
• X2 hitung = 4.26
• df = 2 – 1 = 1
• α = 0,05
• X2 Tabel = 3.841

d. Bagaimana kesimpulan yang Anda dapat berdasarkan perhitungan Chi-square?


X2 Hitung > X2 Tabel,
maka, Ho ditolak. Terdapat perbedaan antara perbandingan hasil percobaan dengan
perbandingan rasio hukum mendel.

4.2 Persilangan Dihibrid


Jika mata lalat buah tereduksi (L) dominan terhadap ukuran normal mata lalat buah (L+) dan
keadaan sayap terbelah (dp) resesif terhadap sayap melebihi panjang tubuh (dp+), maka
persilangan yang dilakukan praktikan Vincent antara lalat buah betina bermata tereduksi
bersayap melebihi panjang tubuh (♀LL+dp+dp) dengan lalat buah jantan bergenotipe sama
akan menghasilkan 139 keturunan lalat buah mata tereduksi, 36 keturunan lalat buah mata
tereduksi bersayap terbelah, 52 keturunan lalat buah normal, dan 29 keturunan lalat bersayap
terbelah. Tentukan:
a. Diagram persilangan
P1: ♀LL+dp+dp × ♂LL+dp+dp
G1: L, L+, dp+, dp
F1:
Ldp+ Ldp L+dp+ L+dp
LLdp+dp+ LLdp+dp LL+dp+dp+ LL+dp+dp
(mata tereduksi (mata tereduksi (mata tereduksi (mata tereduksi
Ldp+ sayap panjang sayap panjang sayap panjang sayap panjang
melebihi tubuh) melebihi melebihi tubuh) melebihi tubuh)
tubuh)
LLdp+dp LLdpdp LL+dp+dp LL+dpdp
(mata tereduksi (mata tereduksi (mata tereduksi (mata tereduksi
Ldp
sayap panjang sayap terbelah) sayap panjang sayap terbelah)
melebihi tubuh) melebihi tubuh)
LL+dp+dp+ LL+dp+dp L+L+dp+dp+ L+L+dp+dp
(mata tereduksi (mata tereduksi (mata normal (mata normal
L+dp+ sayap panjang sayap panjang sayap panjang sayap panjang
melebihi tubuh) melebihi melebihi tubuh) melebihi tubuh)
tubuh)
LL+dp+dp LL+dpdp L+L+dp+dp L+L+dpdp
(mata tereduksi (mata tereduksi (mata normal (mata normal
L+dp
sayap panjang sayap terbelah) sayap panjang sayap terbelah)
melebihi tubuh) melebihi tubuh)

b. Rasio genotipe dan fenotipe yang didapatkan;


Rasio genotipe: LLdp+dp+ : LLdp+dp : LLdpdp : LL+dp+dp+ : LL+dp+dp : LL+dpdp :
L+L+dp+dp+ : L+L+dp+dp : L+L+dpdp
1:2:1:2:4:2:1:2:1
Rasio fenotipe: Mata tereduksi sayap normal : mata tereduksi sayap terbelah : mata normal
sayap normal : mata normal sayap terbelah
9:3:3:1
c. Pengujian Chi-square pada F1 dari hasil persilangan tersebut; dan
Mata tereduksi Mata tereduksi Mata normal Mata normal
Jumlah
sayap normal sayap terbelah sayap normal sayap terbelah
O 139 36 52 29 256
E 9/16 x 256 = 144 3/16 x 256 = 48 3/16 x 256 = 48 1/16 x 256 = 16 256
D(O-
-5 -12 4 13 0
E)
D^2 25 144 16 169
D^2/E 0,1736 3 0,3333 10,5625 14,0694
• X Hitung = 14,0694
2

• df = 4-1 = 3
• α = 0,05
• X2 Tabel = 7,815

d. Kesimpulan yang Anda dapat berdasarkan perhitungan Chi-square tersebut.


X2 Hitung = 14,0694
X2 Tabel = 7,815
Dari data yang diperoleh jika dibandingkan dengan tabel Chi-square (7,815) maka hasil
tersebut lebih besar dari tabel. Dapat disimpulkan X2hitung > X2tabel sehingga H0 ditolak.
Artinya data yang diperoleh memiliki perbedaan dengan Hukum Mendel II atau
menyimpang dari Hukum Mendel II.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan. Hasil yang diperoleh setelah
dievaluasi menggunakan uji Chi-square, hasil penyilangan monohibrid dan dihibrid
memperoleh X2 hitung yang lebih besar dari X2 tabel, maka hipotesis teori (H0) ditolak. Atau
dapat dikatakan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori Hukum Mendel, karena terdapat
perbedaan antara rasio yang diperoleh dengan rasio percobaan Mendel.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. T., Hardhienata, S., & Maesya, A. (2018). Implementasi Sistem Hereditas
Menggunakan Metode Persilangan Hukum Mendel untuk Identifikasi Pewarisan
Warna Kulit Manusia. Jurnal Hereditas, 1(1), 1-13.
Arianti, E. (2018). Balok-Balok Berbentuk Dadu Sebagai Alat Peraga Untuk Membuktikan
Hukum Mendel I Pada Percobaan Monohibrid Dalam Pembelajaran Genetika.
Jurnal Pencerahan, 12(2), 124-149.
Arsal. A. F. 2018. Genetika I Arif Memahami Kehidupan. Makassar; Universitas Negeri
Makassar.
Artadana. I. B. M., Savitri. W. D. (2018). Dasar-Dasar Genetika Mendel Dan
Pengembangannya. Yogyakarta; Graha Ilmu
Effendi. Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang; Pustaka Rumah C1nta
Fitri, M. E. Y., & Chairoel, L. (2019). Penggunaan Media Sosial Berdasarkan Gender Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Benefita, 4(1), 162- 181.
Nath, B. B., Roy, J. K., & Lakhotia, S. C. (2021). Genetic crosses with Drosophila
melanogaster to understand Mendelian inheritance. Academy of Sci, 67.
Negara, I. C., & Prabowo, A. (2018). Penggunaan Uji Chi–Square untuk Mengetahui
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Umur terhadap Pengetahuan Penasun Mengenai
HIV–AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan
Terapannya 2018, 1–8.
Stenseth, N. C., Andersson, L., & Hoekstra, H. E. (2022). Gregor Johann Mendel and the
development of modern evolutionary biology. Proceedings of the National Academy
of Sciences, 119(30)
Sumantri, S. (2021). Upaya Meningkatkan Penguasaan Materi Pewarisan Sifat Pada Siswa
Kelas Ix F Di Smp Negeri 7 Probolinggo Melalui Pembelajaran Metode Mind
Mapping. Jurnal Ilmiah Pro Guru, 1(2), 189- 194.

Anda mungkin juga menyukai