Anda di halaman 1dari 15

PRACTICUM REPORT

GENETICS
(Unit 3. Cross of Drosophila melanogaster)

Name : St Mutmainna Burhanuddin

ID : 210107512004

Class : ICP of Biology Education

Group : V(Five)

Assistant : Nur Rahmah

Department of Biology
Faculty of Mathematics and Science
State University of Makassar
2022

TABLE OF CONTENT
TABLE OF CONTENT

CHAPTER 1 PREMINILARY.........................................

A. Introduction..............................................................
B. Purpose.....................................................................
C. Benefit......................................................................

CHAPTER II LITERATURE REVIEW.........................

A. Monohybrid Cross....................................................
B. Dihybrid Cross.........................................................
C. Chi-Square Test........................................................

CHAPTER III PRACTICUM METHODE.....................

A. Execution Time........................................................
B. Tools and Materials..................................................
C. Work Procedure........................................................

CHAPTER IV RESULT AND DISCUSSION.................

A. Result........................................................................
B. Discussion................................................................

CHAPTER V CLOSING...................................................

A. Conclussion..............................................................
B. Suggestion................................................................

BIBLIOGRAPHY..............................................................
CHAPTER 1
PREMINILARY

A. Introduction
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah berkembang biak. Perkembang
biakan dapat terjadi dengan cara perkawinan. Lalat buah menjadi salah satu
hewan yang mudah dikembangbiakkan. Misal, pada satu perkawinan dapat
menghasilkan ratusan keturunan dan dari generasi baru dapat
dikembangbiakan setiap dua minggu. Drosophila melanogaster pada kondisi
lingkungan normal adalah organisme diploid dengan empat buah kromosom.
Masing-masing kromosom mempunya empat pasang kromosom homolog
keculai kromosom X dan kromosom Y.
Drosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang cukup
terkenal dalam ilmu genetika. Lalat buah sering digunakan dalam berbagai
penelitian genetika termasuk mudah untuk dipelihara dan juga memiliki
banyak mutan. Lalat buah adalah salah satu yang paling ekstensif dicirikan
organisme multiseluler. Selama lebih dari 100 tahun penelitian, Drosophila
melanogaster sebagai organisme eksperimental telah memainkan peran
penting dalam bidang penelitian yang berbeda, seperti perilaku kromosom,
biologi sel, biologi gen, biologi perkembangan, genetika populasi, ekologi,
evolusi, dan genomic.
Pembelajaran mengenai prinsip penurunan sifat pada mulanya berhasil
dikerjakan oleh seorang pendeta di Jerman. Pendeta tersenut adalah Gregor
Johan Mendel(1822-1884). Beliau melakukan eksperimen dengan
menggunakan kacang ercis(Pisum sativum). Dari peenelitian tersebut ia
mencetuskan dua gagasan yaitu Hukum Mendel I mendel yang menyatakan
segregasi dan dominasi alel pada suatu gen dan Hukum Mendel II yang berisi
tentang asortas bebas.
Pada tahun 1910, T. H. Morgan, seorang ilmuwan Amerika, berhasil
memecahkan kekhasan hukum Mendel, yaitu kromosom dapat mengandung
banyak gen, dan mekanisme pewarisannya berbeda dengan hukum Mendel.
Morgan, yang meletakkan dasar genetik kedua setelah Mendel. Morgan
menggunakan Drosophila melanogaster sebagai subjek uji dan menyimpulkan
bahwa gen dengan alel terletak pada pasangan kromosom homolog dalam
kelompok yang disebut kelompok tautan. Kemudian, berdasarkan hasil
penelitian dengan makhluk lain, dapat disimpulkan bahwa jumlah kelompok
seri dalam suatu individu sesuai dengan jumlah kromosom haploid dan
individu yang bersangkutan. Untuk ini, ia memenangkan Hadiah Nobel dalam
Kedokteran dan Fisiologi pada tahun 1933.
Pengujian hasil persilangan dengan menggunakan uji chi-square. Melalui
uji square dapat menentukan apakas suatu hipotesis mengenaik kesesuaian
hasil observasi dari Hukum Mendel dapat diterima atau ditolak. Pada
praktikum unit ini menggunakan dua lalat buah jantan dan betina serta
bertujuan agar mahasiswa belajar bagaimana perkawinan dihibrid dari
Drosophila melanogaster dan mengamati ratio fenotip dari keturunannya.
Selain itu tujuan lainnya adalah belajar proses penurunan dan pencampuran
dalam proses persilangan dan dapat melakukan latihan penggunaan uji chi-
square (X2).
B. Purpose
a. Belajar membuat perkawinan monohibrid dari Drosophila melanogaster
dan mengamati ratio fenotip dari keturunannya
b. Belajar proses penurunan dan pencampuran gen dalam proses persilangan
c. Melakukan latihan penggunaan Uji Chi-Square (X2)
C. Benefit
a. Mahasiswa dapat belajar membuat perkawinan monohibrid dari
Drosophila melanogaster mengamati ratio fenotip dari keturunannya
b. Mahasiswa dapat belajar proses penurunan dan pencampuran gen dalam
proses persilangan
c. Mahasiswa dapat melakuakan latihan penggunaan uji chi-square (X2)
CHAPTER II
LITERATURE REVIEW

A. Persilangan Monohibrid
Mendel memulai penelitian nya dengan 34 varietas kacang polong dan
menghabiskan kurang lebih dua tahun memilih varietas yang akan digunakan
dalam penelitian nya. Mendel melakukan persilangan antara tanaman yang
berbeda dengan membuka kuncup sebelum anter ( organ kelamin jantan)
sepenuhnya dikembangkan, mengeluarkan antera , dan kemudia membersihkan
stigma( organ kelamin betina)dengan serbuk sari kepala sari pada tanaman
berbeda (Effendi, 2020).
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of
Allelic Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang sealel dinyatakan bahwa dalam
pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa
pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu yang memiliki genotif
heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini
disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua
individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini,
persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 12,
yaitu ekspresi gen dominan: resesif = 3 : 1. Mendel mengembangkan empat
hipotesis dari persilangan monohybrid diantaranya adalah:
- Terdapat bentuk- bentuk alternative gen yang kini disebut juga dengan
alel
- Untuk setiap karakteristik, setiap organisme memiliki dua gen
- Alel dapat menjadi dominan ataupun resesif
- Gamet hanya membaw satu alel untuk masing-masing
Sifat dominan adalah sifat sifat eksklusif yang muncul pada generasi,
sedangkan sifat resesif mrupakan ciri ciri yang tersembunyi atau yang tertutupi
oleh generasi F1. Genotipe adalah gen yang yang sebenarnya yang dimiliki setiap
individu atau alel dari setiap individu yang terkandung dalam genomnya.
Genotipe seringkali menjadi symbol dari suatu persilangan dari suatu organisme
(Arumingtyas, 2016).
Mendel pertam kali melakukan uji persilangan monohybrid pada tanaman
kacang polong. Pada Hukum Segregasi, hibrid F1 memperlihatkan perilaku
dominan 75% dan 25% memiliki perilaku resesif (Hernandez-Nieto et al., 2017).
Prinsip segregasi (hukum pertama Mendel) menyatakan bahwa setiap
organisme diploid tunggal memiliki dua alel untuk sifat tertentu, satu dari orang
tua dari pihak ibu dan satu dari orang tua dari pihak ayah. Kedua alel ini terpisah
ketika gamet terbentuk, dan satu alel diteruskan ke setiap gamet. Kedua alel
kemudian dipecah menjadi gamet dalam proporsi yang sama. Konsep dominasi
menyatakan bahwa jika suatu genotipe memiliki dua alel yang berbeda, hanya
sifat yang dikodekan oleh salah satunya (alel dominan) yang diamati dalam
fenotipe (Suherman et al., 2018).
B. Persilangan Dihibrid
Menurut (Wijayanto et al., 2013) persilangan dihibrid adalah persilangan
dengan dua sifat beda. Persilangan dihibrida lebih rumit daripada persilangan
monohibrid karena pada persilangan dihibrid melibatkan dua lokus. Mendel
memperoleh hukum segregasi dari eksperimen di mana ia hanya mengikuti satu
karakter, seperti warna bunga.
Seluruh keturunan F1 yang dihasilkan persilangan dari orang tua yang benar-
benar berkembang biak yaitu: monohibrid, yang berarti bahwa mereka heterozigot
untuk satu karakter tertentu yang diikuti dalam salib. Mendel kemudian menyusun
hukum waris kedua dengan menyilangkan dua karakter secara bersamaan, seperti
warna biji dan juga bentuk biji. Biji (kacang polong) bisa berwarna kuning atau
hijau dan biji berbentuk bulat (halus) atau berkerut. Ketika Mendel melakukan
penelitian dan mengklasifikasikan keturunan F2 pada tanaman yang menjadi
bahan uji coba menghasilkan rasio fenotipe 9:3:3:1. Hukum ini hanya berlaku
untuk pasangan gen atau alel yang berada pada kromosom yang berbeda, yaitu
kromosom non-homolog. Ciri-ciri kacang polong yang dipilih Mendel untuk
dianalisis semuanya dikendalikan oleh gen yang jauh pada kromosom yang
berbeda atau pada kromosom yang sama (Effendi, 2020).
Dalam persilangan dihibrd menggunakan prinsip hokum mendel II atau
disebut juga asortasi bebas. Hukum Asortasi Bebas,Pada generasi F2 dari suatu
persilangan dihibrid memiliki empat kemungkinan fenotipe dengan rasio 9:3:3:1.
Hukum kedua Mendel, yang mengacu pada Independent assorment, sebenarnya
berarti bahwa selama meiosis, awalnya dalam metafase, posisi kromosom
homolog bebas tidak tergantung di mana mereka berada meningkat. Kedua,
susunan acak dari kromosom homolog juga menyebabkan segregasi dan
selanjutnya pembentukan pasangan alel independen, dengan kemungkinan bahwa
setiap alel yang terbentuk adalah sama. Hukum kedua Mendel dapat dipahami
dengan melihat dua sifat atau dua gen yang berbeda (disebut juga dihibridisasi)
(Wahyuningsih, 2019).
C. Uji Square
Dalam seringkali menghasilakn fenotipe dengan berbagai sifat dan rasio
tertentu yang kemungkinan tidak dapat diketahuin. Tahap selanjutnya yang
dapat dilakukan adalah dengan uji hipotesis apakah ada kecocokan dengan
ekspekstasi pada hipotesis, Ketika hasilnya mendekati hipotesis maka
hipotesis diteriman. Namun jika sebaliknya maka kemungkinan hipotesis
ditolak. Pada uji hipotesis menggunakan metode uji square (X2). Uji chi-
square merupakan salah satu jenis uji perbandingan nonparametrik yang
dilakukan terhadap dua variabel, dimana skala data untuk kedua variabel
tersebut adalah nominal. Jika salah satu dari dua variabel memiliki skala
nominal, uji chi-kuadrat dilakukan dengan peringatan bahwa uji dengan urutan
terendah harus digunakan. Uji chi-kuadrat adalah uji nonparametrik yang
paling banyak digunakan(Negara & Prabowo, 2018).
Di dalam suatu percobaan jarang sekali kita memperoleh data yang sesuai
dengan yang kita harapkan (secara teoritis). Hampir selalu menjadi
penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada
penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin
sering terjadinya dapat dikatakan semakin normal dan cenderung lebih dapat
diterima daripada penyimpangan yang jarang terjadi. Sekarang yang menjadi
pertanyaan adalah seberapa besar penyimpangan itu dapat diterima dan
seberapa sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya, dan
jawabannya dapat dicari dengan uji X2. Rumus X2 adalah:

Semakin kecil nilai X2 menunjukkan bahwa data yang diamati semakin


tipis perbedaan dari yang diharapkan. Apabila sebaliknya maka semakin besar
maka akan semakin besar penyimpangan nya. Batas penyimpangan yang
diterima atau besar peluang terjadinya nilai penyimpangan yang dapat
diterima hanya satu kali dalam 20 percobaan (peluang 1/20 0,05) maka pada P
0.05 adalah atau ditolaknya data percobaan, selain itu data juga dapat
dianalisis melalui distribusi tipe kelahiran, rataan jumlah anak per kelahiran,
bobot lahir, dan bobot sapih serta melalui analisis statistik berupa rataan sifat,
koefisien varians, analisis ragam dan keunggulan relative ( (Arumingtyas,
2016).
CHAPTER III
PRACTICUM METHODE

A. Execution Time
Day/Practicum date: Monday/ 10 October 2022
Time: 14.40-16.20
Place: Microbiology laboratory
B. Tools and Materials
a. Tools
1) Botol biakan
2) Kuas kecil
3) Gabus
4) Alat tulis
5) Baling-baling genetika
b. Materials
1) Lalat buah
2) Label
C. Work Procedure
CHAPTER IV
RESULT AND DISCUSSION

A. Result
B. Discussion
Pada praktikum persilangan Drosophila melanogaster dilakukan
persilangan dihibrid. Dimana persilangan dihibrid adalah persilangan antara
dua indvidu dengan dua sifat yang berbeda. Persilangan dihibrid berkaitan
dengan hukum Mendel II yang memiliki bunyi ” Bila dua individu mempunyai
dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas,
tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain”. Alat dan bahan yang
digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah baling baling, label, lalat
buah, dan juga botol biakan yang telah dibuat pada unit sebelumnya.
Sebelum melakukan percobaan, perlu diketahui bagaimana sifat tersebut
diturunkan. Dua set sifat diamati oleh pasangan gen pada kromosom yang
berbeda. Misalnya, Mendel bereksperimen dengan menanam kacang polong,
yang memiliki dua karakteristik berbeda. Pertama, tanaman lurus berbiji bulat
kuning disilangkan dengan tanaman lurus berbiji hijau keriput, sehingga F1
menjadi tanaman berbiji kuning bulat sempurna. Bibit tanaman F1 ini
kemudian ditanam kembali dan tanaman yang tumbuh diserbuki silang untuk
menghasilkan keturunan F2 dalam 16 kombinasi. 3/16 biji hijau bulat: 3/16
Biji Keriput Kuning: 1/16 biji berbiji keriput hijau, atau perbandingannya
(9:3: 3:1).
Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan
frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan
kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dun
dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang
sama baik pada jantan maupun betina.. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan
dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila
alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif.
Praktikum unit persilangan Drosophila melanogaster ini menggunakan
baling-baling genetika sebagai alat untuk memperoleh data. Pada praktikum
yang telah dilaksanakan dengan cara metur baling-baling sehingga diperoleh
data sebanyak 100 data. Dimana data yang diperoleh di masukkan ke dalam
tabel analisis data persilangan dihibrid. Fenotipe untuk persilangan dihibrid
adalah 9:3:3:1. Dilakukan uji Chi-square guna mengetahui apakah ada
penyimpangan atau deviasi antara hasil yang didapat dengan hasil yang
diharapkan secara teorotis. Hasil dari analisis yang diperoleh analisis data
untuk persilangan tersebut dimana ada 4 macam fenotipe yang muncul yaitu
A_ B, A_bb, aaB_ dan aabb, jumlah observed hasil putaran pada baling-baling
genetika untuk masing-masing fenotype A_B_, A_bb, aaB_ dan aabb adalah
43, 16, 94, dan 7. Nilai ekspektasi pada fenotipe A_B_ adalah 56,25 , fenotipe
A_bb adalah 18,75, fenotipe aaB_ adalah 18,75, dan fenotipe aabb adalah
6,25. Selisih antara nilai observed dan expected yang dikuadratkan (O-E)
untuk fenotype A_B_, A_bb, aaB_, dan aabb masing-masing sebanyak
175,56;7,56;232,56;1,56. Nilai x hitung untuk masing-masing genotype adalah
3,12; 0,40 ; 12,40; 0,24. Sehingga total x hitung adalah 50. Untuk x table
diperoleh nilai sebesar 16,16. X table diperoleh dari nilai derajat kebebas dan
nilai P. Nilai derajat kebebasan adalah 3 sedangkan nilai P adalah 0,05
sehingga nilai x tabel yang diperoleh sebesar 16,16. Jadi X hitung > Xtabel
maka HI ditolak berarti tidak ada kecocokan sehingga data tidak memenuhi
atau menyimpang dari hukum mendel.
CHAPTER V
CLOSING

A. Conclussion
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakn makan dapat disimpulkan
bahwa pada hasil analisis data percobaan ini adalah persilangan dihibrid yang
diperoleh dari data pemutaran baling-baling genetika yang telah diuji dengan
metode uji chi-square menunjukkan bahwa data tidak memenuhi hukum
mendel.

B. Suggestion
1. Saran untuk praktikan agar lebih memperhatikan kelengkapan alat maupun
bahan yang dibutuh dalam laboratorium.
2. Saran untuk asisten agar lebih memperhatikan praktikan dalam melakukan
kegiatan di laboratorium agar tidak melakukan kesalahan.
3. Suggestions for laboratory assistants to complete practical tools and
materials
BIBLIOGRAPYH

Arumingtyas, E. L. (2016). Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu


Genetika. Malang: UB Press.

Effendi, Y. (2020). Genetika Dasar. Mungkid: Pustaka Rumah Cinta.

Gayon, J. (2016). De Mendel à l’épigénétique : histoire de la génétique. Comptes


Rendus - Biologies, 339(7–8), 225–230.
https://doi.org/10.1016/j.crvi.2016.05.009

Hernandez-Nieto, C., Rodriguez-Purata, J., Sekhon, L., Lee, J. A., Whitehouse,


M. C., Copperman, A. B., & Sandler, B. (2017). Mendels’s law of
segregation validated through preimplantation genetics diagnosis. Fertility
and Sterility, 107(3), e37–e38.
https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2017.02.070

Negara, I. C., & Prabowo, A. (2018). Penggunaan Uji Chi–Square untuk


Mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Umur terhadap Pengetahuan
Penasun Mengenai HIV–AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Prosiding Seminar
Nasional Matematika Dan Terapannya 2018, 1–8.

Suherman, D. P., Purwianingsih, W., & Diana, S. (2018). Analisis Hubungan


Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Siswa SMA
Berdasarkan Gender pada Konsep Genetika. Assimilation: Indonesian
Journal of Biology Education, 1(1), 14–20.
https://doi.org/10.17509/aijbe.v1i1.11450

Wahyuningsih, T. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Proses


Persilangan Dengan Metode Tutor Sebaya Di Smp Negeri 3 Trenggalek.
Education Journal : Journal Educational Research and Development, 3(1),
1–12. https://doi.org/10.31537/ej.v3i1.136

Wijayanto, D. A., Hidayat, R., & Hasan, M. (2013). Penerapan Model Persamaan
Diferensi dalam Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat
Beda. Jurnal Ilmu Dasar, 14(2), 79.

Anda mungkin juga menyukai