Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PERSILANGAN DIHIBRID
(KANCING GENETIKA)

SMA NEGERI 2 RUPAT


KABUPATEN BENGKALIS
PROVINSI RIAU
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Kuasa karena atas semua
limpahan rahmat-Nya, praktikum yang berjudul Persilangan Dihibrid (Kancing
Genetika) dapat kami selesaikan. Pada kesempatan ini kami sampaikan terimakasih
kepada :
1. Allah yang Maha Kuasa yang telah memberi petunjuk sehingga kami berhasil
melangsungkan praktikum ini.
2. Bapak Dr. Syamsurizal, M. Biomed, sebagai pembimbing yang memberi
pencerahan berfikir serta kreatifitas sehingga praktikum ini terlaksana.
3. Rekan-rekan yang telah membantu dalam studi dan memberi dukungan.

Akhirnya, kepada pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, kami
ucapkan terimakasih atas bantuannya.

Pergam, Januari 2021

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................... 1


Daftar Isi ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
Latar Belakang ......................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
Tujuan ...................................................................................................................... 4
Manfaat .................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
Landasan Teori ......................................................................................................... 6
BAB III METODOLOGI ...................................................................................... 111
Tempat dan Waktu Percobaan ............................................................................. 111
Alat dan Bahan ....................................................................................................... 11
Prosedur Percobaan ................................................................................................ 11
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 112
Data Hasil Percobaan ........................................................................................... 122
Analisis Data .......................................................................................................... 12
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 14
Kesimpulan ............................................................................................................ 14
Saran ....................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ciri yang paling nyata dari kehidupan adalah kemampuan organisme untuk
mereproduksi jenisnya. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan
organisme yang sama. Suatu keturunan akan lebih menyerupai orangtuanya daripada
individu lain yang spesiesnya sama, tapi hubungannya lebih jauh. Perpindahan sifat
dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan penurunan sifat yang dikenal
dengan istilah hereditas. Selain itu, adapun variasi: keturunan yang memiliki
penampilan yang sedikit berbeda dari orangtuanya atau saudara sekandungnya.
Mekanisme hereditas dan variasi menjadi perhatian seiring abad ke-20.
Menurut Mehler (1996), definisi hereditas sebagai transmisi genetik dari orang tua
pada keturunannya merupakan penyederhanaan yang berlebih karena sesungguhnya
yang diwariskan oleh anak dari orangtuanya adalah satu set alel dari masing-masing
orang tua serta mitokondria yang terletak di luar nukleus (inti sel), kode genetik inilah
yang memproduksi protein kemudian berinteraksi dengan lingkungan untuk
membentuk karakter fenotif
Dari Campbell (1999), istilah hereditas akan mengenalkan terminologi Gen dan
Alel sebagai ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki sepasang
alel yang khas dan terkait dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif
apabila individu memiliki pasangan alel yang sama, maka individu tersebut
bergenotipe homozigot dan jika berbeda maka disebut heterozigot

Rumusan Masalah
Bagaimana Hukum Mendel 2 mengatur tentang perbandingan pada persilangan?

Tujuan
Membuktikan Hukum Mendel II.

4
Manfaat
Mengetahui prinsip hukum Mendel dalam berbagai pewarisan sifat dan dapat
menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarika jenisnya. Pada
organisme yang berkembang biak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetic yang disumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari
kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya
pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubh manusia.
Beberapa isltilah yang serin digunakan dalam bidang genetika ini seperti gen, genotif,
fenotif, resesif, dominant, alela, homozigot, heterozigot, hendaknya sudah diketahui
dan dipahami. Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Gen sebagai factor
keturunan disimpan dalam kromosom. Pasangan kromosom homolog mempunyai
ukuran sama panjang, dan padanya berderet pasangan lokus gen-gen yang bersesuaian.
Gen-gen yang terletak pada lokus yang bersesuaian dan sepadan, memiliki tugas atau
pekerjaan sama atau hampir sama atau berlawanan untuk satu tugas tertentu. Pasangan
gen-gen tersebut dinamakan alela.
Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku ketika
pembuatan gamet. Dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing – masing kutub
meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu
persilangan dari dua individu yang memiliki dua atau lebih karakter yang berdeba.
Hukum ini juga disebut hukum Asortasi. Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan
antara dua individu yang secara genetik berbeda. Persilangan dihibrid yaitu
persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang
berbunyi “Independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas.
Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner Ratio. Fenotipe klasik yang
dihasilkan dari perkawinan dihibrida adalah 9:3:3:1, ratio ini diperoleh oleh alel – alel
pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif. Ratio ini dapat
dimodifikasi atau kedua lokus mempunyai alel – alel dominan dan alel lethal
(Crowder,1999: 43).

6
a. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sidat
beda. Contoh persilangan (dihibrid) yang dilakukan Mendel adalah persilangan
antara tanaman kapri galur murni yang berbiji bulat dan berwarna kuning dengan
tanaman kapri berbiji keriput dan berwarna hijau. Biji bulat dominan terhadap biji
keriput, sedangkan warna biji kuning dominan terhadap biji hijau. Pada
persilangan tersebut dihasilkan tanaman F1 yang semuanya berbiji bulat dan
berwarna kuning.
Mendel kemudian menyilangkan sesama tanaman F1 dan hasilnya adalah F2 yang
menunjukkan adanya empat kombinasi fenotipe. Kombinasi tersebut
menunjukkan adanya pengelompokan dua pasang gen secara bebas yang dikenal
sebagai Hukum Mendel II.

b. Backcross atau Test Cross


Backcross adalah perkawinan antara F1 dan induk jantan atau betina. Sebagai
contoh, jika tikus jantan hitam (HH) disilangkan dengan tikus betina putih (hh),
semua F1-nya berwarna hitam (Hh). Jika dilakukan perkawinan balik dengan induk
jantan, akan dihasilkan tikus F2 berwarna hitam semua. Hal itu membuktikan
bahwa individu yang memiliki fenotipe sama dapat memiliki genotipe berbeda.
Test cross atau uji silang adalah perkawinan antara F1 dan individu yang
homozigotnya resesif. Test cross digunakan untuk menguji kemurnian suatu galur.
Sebagai contoh, jika tikus hitam hasil perkawinan tikus hitam (HH) dan putih (hh)
ditest cross, hasilnya adalah tikus hitam dan tikus putih dengan perbandingan 1 :
1.

Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan Hukum Mendel.
Misalnya, dalam suatu persilangan monohibrida (dominan-resesif), secara teori, akan
didapatkan perbandingan 3 : 1, sedangakan pada dihibrida didapatkan perbandingan,
9 : 3 : 3 : 1. Namun pada kasus tertentu, hasilnya bisa lain, misal untuk monohibrida
bukan 3 : 1 tapi 1 : 2 : 1. Dan pada dihibrida, mungkin kombinasi yang mucul adalah,

7
9 : 6 : 1 atau 15 : 1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel
ini disebut ‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’, mengapa disebut ‘Semu’, karena
prinsip segregasi bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan oleh gen-gen yang membawa
sifat memiliki ciri tertentu.
a. Atavisme (Interaksi Gen)
Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat adanya interaksi
beberapa gen, contohnya bentuk pial (jengger) ayam. Pada ayam terdapat
bermacam bentuk pial ayam, contohnya pial mawar, pial ercis, dan pial tunggal.
Alel untuk pial mawar (R) dominan terhadap pial tunggal (r). Adapun pial ercis (P)
dominan terhadap pial tunggal (p). pial tunggal bergenotip pprr; pial erscis
bergenotip PPrr atau Pprr; dan pial mawar bergenotipe ppRR atau ppRr. Gen R
dan P bukan alel, tapi masing-masing dominan terhadap alelnya. Jika ayam berpial
ercis homozigot disilangkan dengan ayam berpial mawar homozigot,
keturunannya tidak memiliki pial ercis atau mawar, tetapi pial bentuk lain yang
disebut pial walnut.
b. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila
berdiri sendiri. Ekspresi gen ini akan terlihat jika terdapat secara bersamaan dengan
gen dominan lain. Kriptomeri dapat dipandang sebagai epistasis resesif. Suatu
contoh kriptomeri adalah warna bunga Linaria maroccana. Galur murninya
berwarna merah dan putih. Pigmen antosianin yang menyebabkan warna pada
bunga, jika terdapat dalam kondisi plasma sel yang asam akan berwarna merah,
sedangkan pada kondisi basa akan berwarna ungu.

c. Epistasi dan Hipostasis


Epistasi merupakan peristiwasuatu gen mengalahkan gen lain yang bukan
alelnya. Gen yang dikalahkan ekspresinya oleh gen lain yan bukan sealel disebut
hipostasis..
 Epistasi Dominan
Warna umbi lapis tanaman bawang ditentukan oleh dua gen, yaitu gen
warna merah (M) dan gen warna kuning (K). gen M bersifat epistasis
terhadap K, sehingga umbi lapis pada tanaman bawang bergenotipe mmk,
tidak berwarna merah atau kuning, tetapi berwarna putih. Persiangan antara

8
umbi lapis merah dan kuning (gen M dan gen K bertemu) menghasilkan
tanaman bawang F1 yang semuanya berumbi lapis merah. Jika tanaman
bawang F1 disilangkan sesamanya, akan didapat tanaman bawang F2
dengan perbandingan umbi merah : umbi kuning : umbi putih = 12 : 3 : 1.
 Epistasi Resesif
Warna rambut tikus ditentukan oleh gen A untuk warna abu-abu dan
alelnya gen a untuk warna hitam. Selain kedua gen itu, agar warna rambut
dapat diekspresikan juga perlu adanya gen W. alel gen W, yaitu gen w,
menyebabkan warna tidak dapat diekspresikan sehingga tikus akan
berwarna putih. Di sini terlihat bahwa gen homozigot resesif ww menutupi
gen A ataupun a. dengan demikian, untuk keluarnya warna hitam atau abu-
abu, seekor tikus harus memiliki gen W.
Perkawinan antara tikus hitam dan putih hoomozigot akan menghasilkan
keturunan atau F1 yang semuanya berwarna abu-abu. Jika tikus abu-abu ini
dibiarkan kawin sesamanya, akan didapatkan tikus F2 berwarna abu-abu,
hitam, dan putih dengan rasio fenotipe 9 : 3 : 4.

d. Gen-Gen Komplementer
Gen-gen komplementer merupakan gen-gen yang saling berinteraksi atau
bekerja sama untuk memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen tersebut
tidak ada, pemunculan fenotip tersebut dapat terhalang. Sebagai contoh adalah
pembentukan warna ungu pada bunga tanaman kacang. Pembentukan warna ini
melibatkan dua gen dominan, yaitu gen A dan P. tidak adanya salah satu gen
dominan itu menyebabkan tidak terbentuknya warna ungu sehingga bunga
berwarna putih.

Perhatikan persilangan berikut.


Persilangan antara dua tanaman kacang berunga putih homozigot
menghasilkan tanaman kacang F1 yang semuanya berbunga ungu. Jika F1
disilangkan sengan sesamanya, akan didapat tanaman kacang F2 yang berbunga
ungu dan putih dengan perbandingan 9 : 7.

e. Polimeri

9
Polimeri merupakan peristiwa beberapa pasang gen yang bukan sealel
memengaruhi sifat tertentu. Contoh polimeri terdapat pada warna biji gandum.
Warna merah pada biji gandum ditentukan oleh gen M1 dan M2, sedangkan alelnya
m1 dan m2 menyebabkan biji gandum tidak berwarna atau berwarna putih, makin
banyak jumlah gen penghasil warna (gen M), warna biji gandum makin merah.
Sebaliknya, makin sedikit gen M, makin berkurang warna merah pada biji gandum.
Pembentukan satu sifat oleh lebih dari satu gen ini disebut poligen.
Persilangan antara tanaman gandum berbiji merah dan tanaman berbiji putih
homozigot menghasilkan tanaman gandum F1 yang semuanya berwarna merah.
Warna merah pada F1 itu tidak semerah induknya. Jika F1 disilangkan sesamanya,
akan diperoleh tanaman gandum F2 berbiji merah dan putih dengan perbandingan
15 : 1.

10
BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Percobaan


Laboratorium IPA SMAN 2 Rupat
Sabtu, 30 Januari 2021
Pukul 08.30 – 11.00 WIB

B. Alat dan Bahan


Alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Becker glass/wadah tempat kancing genetik
2. Pulpen
3. Lembar/tabel pengamatan
4. Penggaris

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :


1. 50 pasang kancing genetika warna putih
2. 50 pasang kancing genetika warna hitam
3. 50 pasang kancing genetika warna merah
4. 50 pasang kancing genetika warna hijau

C. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan berupa kancing sebanyak 200
biji terdiri atas : (hitam = biji Hitam, merah = polong merah)
2. 25 hitam jantan dan 25 putih jantan (ember kecil I)
3. 25 merah jantan dan 25 hijau jantan (ember kecil II)
4. 25 hitam betina dan 25 putih betina (ember kecil III)
5. 25 merah betina dan 25 hijau betina (ember kecil IV)
6. Pasangkan masing-masing kancing sesuai ketentuan
7. Masukan masing-masing ke dalam becker glass dan mengaduknya hingga
rata
8. Ambilah secara acak sepasang-sepasang dari ember kecil I dengan ember
kecil III dipasangkan bersamaan dengan ember kecil II dan ember kecil IV.
9. Letakkan 2 pasang kancing yang masing-masing sudah diberi nama sesuai
ketentuan
10. Catat hasil persilangan ke dalam tabel
11. Menghitung perbandingan fenotip dan genotipnya!

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan
Setelah dilakukan 100 kali ulangan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Percobaan Hukum Mendel II


NO FENOTIP GENOTIP TURUS JUMLAH
TOTAL
1 Hitam Merah HHMM IIIII III 8
HHMm IIIII IIIII II 12
HhMM IIIII IIIII III 13
HhMm IIIII IIIII IIIII IIIII I 21
JUMLAH 54
2 Hitam Hijau HHmm IIIII I 6
Hhmm IIIII IIIII II 12
JUMLAH 18
3 Putih Merah hhMM IIIII IIII 9
hhMm IIIII IIIII I 11
JUMLAH 19
4 Putih Hijau Hhmm IIIII III 8
JUMLAH 8

B. Pembahasan
Berdasarkan data pada tabel 1, dapat dilihat bahwa data yang diperoleh selama
percobaan mendekati perbandingan data pada Hukum Mendel yaitu dengan rasio 9 :
3 : 3 : 1. Data yang sudah diperoleh tersebut kemudian diuji menggunakan metode chi
square untuk menganalisis apakah distribusi data pada percobaan sudah sama atau
tidak dengan data teoritis yang disampaikan oleh Mendel.

Tabel 2. Hasil Analisis Chi Square


Kelas Observed (o) Expected (e) Selisih (d) d2 d2/e
Hitam merah 54 56 2 4 0,071
Hitam hijau 18 19 1 1 0,052
Putih merah 19 19 0 0 0
Putih hijau 8 6 2 4 0,667
2
TOTAL 100 100 X = 0, 791

12
Dapat ditunjukkan dari hasil perhitungan bahwa hasil x2 hitung adalah 0.791,
sedangkan x2 tabel adalah 7,815. Sehingga dapat diketahui bahwa x2 hitung < x2 tabel
yang artinya perbandingan yang diperoleh saat percobaan sudah sesuai dengan rasio
teori hokum mendel II.

13
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
1. Hasil perhitungan perbandingan pada setiap persilangan sesuai dengan Hukum
Mendel.
2. Perbandingan yang dihitung dari data kelas menunjukkan adanya
penyimpangan yang semu karena prinsip Hukum Mendel tetap berlaku, hal ini
hanya disebabkan oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri tertentu.

Saran
Pada saat penghitungan perbandingan dibutuhkan data yang lebih banyak agar data
yang peroleh lebih valid.

14
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. 1999. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti. Gadjah
Mada Uiversity Press, Yogyakarta.
Meilinda. (2017). Teori Hereditas Mendel : Evolusi atau Revolusi (Kajian Filsafat
Sains). JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI
2017

15

Anda mungkin juga menyukai