Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)


PROGRAM GURU BELAJAR DAN BERBAGI SERI PENDIDIKAN INKLUSIF
ANGKATAN 1

Disusun oleh:
Nama : Istifaiyah, S. Pd
NIP : 19840218 200902 2 003
Unit Kerja : SMP Negeri 1 Mlonggo

SMP NEGERI 1 MLONGGO

J l . J e p a r a - B a n g s r i K m . 7

2021
I. BAGIAN AWAL

Judul : Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Guru Belajar dan

Berbagi seri Pendidikan Inklusif Angkatan 1

Waktu : 3 – 10 Mei 2021  

Tempat : Moda Daring  di laman

https://gurubelajardanberbagi.kemdikbud.go.id/

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan guru tentang konsep keberagaman

peserta didik dan konsep dasar pendidikan inklusif

Lama : 32 Jam Pelajaran

Penyelenggara/ pelaksana : Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)


PROGRAM GURU BELAJAR DAN BERBAGI SERI PENDIDIKAN INKLUSIF
ANGKATAN 1

Mlonggo, 4 Juni 2021


Disetujui dan disahkan oleh:

Kepala Sekolah,

Eko Sulistiyanto, S. Pd. Kons, M. Pd


NIP. 19680420 199003 1 006
II. BAGIAN ISI

1. TUJUAN DIKLAT
Tujuan dari pelaksanaan diklat ini adalah:
a. Guru mampu memahami konsep keberagaman peserta didik
b. Guru mampu memahami konsep dasar pendidikan inklusif
c. Guru mampu memahami sistem layanan pembelajaran pada pendidikan inklusif
d. Guru mampu meningkatkan kualitas pembelajaran untuk semua siswa
e. Guru dapat menyajikan pembelajaran sesuai dengan keberagaman peserta didik

2. MATERI DIKLAT
a. Keberagaman Peserta Didik
Keberagaman peserta didik di kelas inklusif memiliki karakteristik tersendiri,
baik pada peserta didik reguler maupun pada peserta didik berkebutuhan khusus
(PDBK). Keberadaan PDBK dipayungi Undang Undang Dasar 1945 pasal 31, ayat 1
mengamanatkan bahwa; “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan” dan
ayat 2; “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerinta wajib
membiayainya’. Dengan demikian, peserta didik dalam kelas walaupun berbeda
keyakinan, fisik, gender, latar belakang keluarga, harapan, kemampuan, kelebihan
peserta didik memiliki hak untuk belajar.
Ada empat indikator kualitas hidup bagi setaip peserta didik, yakni sebagai
berikut:
1. To Live, setiap peserta didik di sekolah inklusif memilki hak untuk hidup
mengembangkan potensi dirinya, tanpa harus terhalangi atau dibatasi oleh kondisi
hambatan yang dimilikinya. Peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah inklusif
tidak boleh dibiarkan hanya sebagai “pelengkap kuota kelas inklusif”, tetapi
keberadaan peserta didik di kelas inklusif harus menjadi tantangan bagi guru untuk
berkreatif dalam mengembangkan layanan pembelajaran akomodatif.
2. To Love, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus merasa terlindungi,
mengikuti kegiatan pembelajaran dan aktivitas sekolah lainnya secara ramah,
nyaman dan tidak dibiarkan mendapat bully dari peserta didik lainnya. Bahkan
guru harus mengembangkan sikap saling menyayangi, mencintai sebagai sesama
warga sekolah.
3. To Play, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus memperoleh kesempatan
yang sama untuk mengikuti aktivitas belajar secara aktif dan bermain di sekolah,
seperti dalam diskusi kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, dan perlombaan yang
diadakan sekolah. Peserta didik berkebutuhan khusus harus memperoleh hak yang
sama untuk memperoleh kesempatan aktivitas permainan di kelas dan lingkungan
sekolah.
4. To Work, setiap peserta dididk di sekolah inklusif memperoleh hak yang sama
untuk mengembangkan dirinya dalam upaya mengembangkan potensi dirinya
untuk nantinya menjadi individu yang mandiri dalam memasuki dunia kerja.
Peserta didik berkebutuhan khusus tidak boleh dihadirkan di kelas hanya sebagai
“pelengkap penderita” akan tetapi harus diberikan layanan pendidikan yang
mengakomodasi kebutuhan layanan pendidikannya.

b. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif


1. Anak Berkebutuhan Khusus dengan Hambatan Sensorik
Anak dengan hambatan penglihatan menurut Gunawan (2011) adalah anak yang
mengalami gangguan daya penglihatan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan
layanan, khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya. Dilihat dari sisi
kependidikan dan rehabilitasi peserta didik hambatan penglihatan adalah mereka
yang memiki hambatan penglihatan sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi
dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus,
material khusus, latihan khusus, dan atau bantuan lain secara khusus.
2. Anak dengan Hambatan Mental Kognitif
Menurut Gunawan (2011) anak mengalami hambatan intelektual adalah anak yang
secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-
intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. Anak mengalami
hambatan intelektual ialah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di
bawah rata-rata. Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai anak mengalami
hambatan intelektual, selalu menunjuk pada keterhambatan fungsi kecerdasan
secara umum berada di bawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga
membutuhkan layanan pendidikan khusus.
3. Anak dengan Hambatan Fisik
Anak gangguan gerak, dilihat dari persentase anak berkebutuhan khusus yang lain,
termasuk kelompok yang jumlahnya relatif kecil yaitu diperkirakan 0,06% dari
populasi anak usia sekolah. Sedangkan jenis kelainannya bermacam-macam dan
bervariasi, sehingga permasalahan yang dihadapi sangat kompleks.
4. Anak dengan Gangguan Perilaku dan Emosi
Menurut Gunawan (2011) anak dengan gangguan perilaku adalah anak yang
berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada
usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial
atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam
mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan secara khusus.
Autisme berdasarkan Individuals with Disabilities Education (IDEA) yang
dikutip oleh Rahardja (2006) adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan
berpengaruh terhadap komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial,
umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh buruk terhadap
kinerja pendidikan anak.
Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang
memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan
(intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di
atas kemampuan anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mengoptimalkan
potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat
istimewa disebut sebagai gifted & talented children (Dudi Gunawan, 2011).
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas
yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa
domain penting, termasuk di dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-
emosi, domain motivasi dan nilai- nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi
sosial.
0
c. Sistem Layanan Pembelajaran
0 Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik
1 Anak dengan Hambatan Penglihatan (Tunanetra)
Layanan khusus dalam pendidikan bagi anak dengan gangguan penglihatan yaitu
dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang hambatan
penglihatan total. Bagi yang masih memiliki sisa penglihatan diperlukan kaca
pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau
diperbesar. Di samping itu, diperlukan latihan Orientasi dan Mobilitas (OM) yang
penerapannya bukan hanya di sekolah, melainkan dapat diterapkan di lingkungan
tempat tinggalnya.
Seseorang dikatakan hambatan penglihatan total atau buta total (totally blind)
jika mengalami hambatan visual yang sangat berat sampai tidak dapat melihat sama
sekali. Penyandang buta total mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran
sebagai saluran utama dalam belajar. Orang seperti ini biasanya mempergunakan huruf
Braille sebagai media membaca dan memerlukan latihan orientasi dan mobilitas.
Hambatan penglihatanan akan berdampak dalam kemampuan kognitif,
kemampuan akademis, sosial emosional, perilaku, perkembangan bahasa,
perkembangan motorik, orientasi dan mobilitas.
Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu)
Seperti sudah dikemukan sebelumnya, peserta didik yang mengalami hambatan
pendengaran perlu Alat Bantu Dengar (ABD), tetapi walaupun telah diberikan
pertolongan dengan ABD, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan
khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek di bawah ini.
Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
a a. Aspek Motorik
b b. Aspek bicara dan bahasa
Anak tunarungu yang tidak memiliki hambatan lain dapat mencapai tugas- tugas
perkembangan motorik (early major motor milestones), seperti duduk, merangkak,
berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang
mendengar (Preisler, 1995, dalam Alimin, 2007). Namun demikian, beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami hambatan pendengaran
memiliki kesulitan dalam hal kesimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang
kompleks.
Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang
paling banyak dipengaruhi oleh peserta didik hambatan pendengaran. Khususnya
anak-anak yang mengalami hambatan pendengaran dibawa sejak lahir. Menurut
Rahardja (2006) bagi individu yang congenital atau berat, suara yang keras tidak dapat
didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar.
3. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut yang akan dilakukan setelah mengikuti diklat ini sebagai berikut:
a. Menyampaikan kepada teman sejawat tentang hasil diklat
b. Melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keberagaman peserta didik
c. Memadukan pembelajaran dengan konsep dasar pendidikan inklusif
d. Memberikan layanan pembelajaran sesuai dengan memperhatikan keberagaman
peserta didik

4. DAMPAK
Dampak terhadap peningkatan kompetensi guru dalam peningkatan mutu KBM dan
siswanya sebagai berikut:

a. Guru menjadi tahu tentang konsep keberagaman peserta didik

b. Guru menjadi tahu tentang konsep dasar pendidikan inklusif

c. Guru menjadi tahu tentang sistem layanan pembelajaran pada pendidikan inklusif

d. Meningkatkan kualitas pembelajaran

e. Meningkatkannya minat siswa terhadap pembelajaran karena perhatian guru yang


maksimal sesuai karakteristik siswa

f. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa memahami pembelajaran

5. PENUTUP
Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Guru Belajar dan Berbagi Seri Pendidikan
Inklusif ini sangat bermanfaat bagi guru. Guru mengetahui konsep keberagaman peserta
didik dan konsep dasar pendidikan inklusif. Guru mampu melaksanakan pembelajaran
dengan lebih memerhatikan keberagaman dan kebutuhan siswa. Siswa menjadi lebih
nyaman dan tenang dalam menerima ilmu pengetahuan yang disampaikan.
III. BAGIAN AKHIR

Lampiran

Nama
Tempat, Nama-nama
Nama Diklat Kompetensi Mata Diklat penyelenggara Dampak
Jam Fasilitator
Kegiatan

Bimbingan 32 Jam Mengembangka Tim dari Dirjen a. Keberagaman a. Guru menjadi tahu tentang
Teknis pelajaran n GTK Peserta Didik konsep keberagaman
peserta didik
(Bimtek) keprofesionalan b. Konsep Dasar
Moda b. Guru menjadi tahu tentang
Program Guru melalui tindakan Pendidikan Kependidikan konsep dasar pendidikan
Daring
Belajar dan yang reflektif Inklusif inklusif
c. Guru menjadi tahu tentang
Berbagi c. Sistem Kementerian
sistem layanan pembelajaran
Layanan Pendidikan, pada pendidikan inklusif
Seri d. Meningkatkan kualitas
Pembelajaran Kebudayaan,
Pendidikan pembelajaran
Riset dan
Inklusif e. Meningkatkannya minat
Teknologi siswa terhadap
pembelajaran karena
Angkatan 1 perhatian guru yang
maksimal sesuai
karakteristik siswa
f. Dapat meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan siswa
memahami pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai