Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GENETIKA DASAR

HUKUM MENDEL I

OLEH KELOMPOK: III


NURAIDAH FITRIANI (190104076)
FITRIANI AHMAD (190104084)

TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah “Genetika Dasar (Hukum Mendel II)” ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat membantu dalam menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penyusun dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini, penyusun akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang dimiliki sangat kurang. Oleh kerena itu penyusun harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 22 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Latar Belakang Teori Mendel ...................................................... 4
B. Hukum Mendel I. ......................................................................... 5
C. Percobaan Hukum Mendel I. ....................................................... 6
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 7
A. Kesimpulan .................................................................................. 7
B. Saran ............................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin),
artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara “Etimologi”kata genetika
berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian.
Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-
batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genitika adalah ilmu
yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh
karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya
perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat
dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam
ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada
anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu
pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh
ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu
pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi,
biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu
pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan
kebutuhan masyarakat.
B. RumusanMasalah
a. Bagaimana latar belakang teori mendel?
b. Bagaimana hokum mendel I?
c. Bagaimana percobaan mendel I?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui latar belakang teori mendel.
b. Untuk mengetahui hukum mendel I.
c. Untuk mengetahui percobaan mendel.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Teori Mendel
Gregor Johann Mendel (lahir di Hynčice (Heinzendorf bei Odrau),
Kekaisaran Austria , 20 Juli 1822 – meninggal di Brno, Kekaisaran Austria-
Hungaria , 6 Januari 1884 pada umur 61 tahun) disepakati sebagai Bapak Pendiri
Genetika. Tinggal di Brno (Jerman: Brunn), Austria, ia adalah seorang rahib
Katolik yang juga mengajar di sekolah. Rasa ingin tahunya yang tinggi menuntun
dia melakukan pekerjaan persilangan dan pemurnian tanaman ercis. Pada tahun
1866 Mendell melaporkan hasil penyelidikannya selama bertahun-tahun atas
kacang ercis/kapri (Pisum sativum). Untuk mempelajari sifat menurun Mendell
menggunakan kacang ercis dengan alasan:
a. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok
b. Melakukan penyerbukan sendiri
c. Mudah dilakukan penyerbukan silang
d. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
e. Menghasilkan banyak keturunan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
“Percobaan mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment)
dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua
gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-
tiap gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I,
dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai
dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain.

2
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya
adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan.
Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan
sendiri akan menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama
dengan induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang
dengan menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai
induk-induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan
prosesnya hibridisasi. Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun
beberapa hipotesis, yaitu:
a. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan,
satu dari induk jantan dan satu induk betina.
b. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua
bentuk alternative ini disebut alel.
c. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
d. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel
akan memisah secara bebas.
e. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
B. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi (pemisahan) yang
menyatakan: pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan
disegregasi/dipisah kedalam masing-masing gamet yang terbentuk“ artinya “pada
pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam
dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan
dengan satu sifat beda).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak

3
selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam
gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari
tetua betina
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak
selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.
Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan
monohibrid dengan dominansi. Persilangan monohibrid adalag persilangan yang
hanya menyangkut pola pewarisan satu macam sifat, sedangkan Persilangan
dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat
daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat
menutupi, sedangkan sifat yang lemah/tertutup disebut sifat resesif.
C. Percobaan Hukum Mendel I
Perhatikan contoh Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurunkan sifat
dominan apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya.
Perhatikan contoh persilangan berikut: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi
disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang
tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang
diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan
perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :

4
Parental 1 (P1) Kacang ercis >< Kacang ercis
Batang Tinggi Batang Pendek
Genotipe TT >< tt

Fenotipe Tinggi Pendek

Gamet T dan T t dan t

Filial (F1) Tt Fenotipe : Batang


Tinggi
Parental 2 (P2) Kacang ercis >< Kacang ercis
Batang Tinggi Batang Tinggi
Genotipe Tt Tt

Gamet T dan t >< T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut

Gamet
Gamet T t
TT (tinggi) 1. Tt (tinggi) 2.
T
Tt (tinggi) 3. tt (pendek) 4.
t

Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap
gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan
memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan
monohibrid dominan penuh adalah: Tinggi : Pendek = 3 : 1. Perbandingan
Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1
b. Persilangan Monohibrid Intermediet
Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat, jadi tidak ada yang
dominan ataupun resesif. Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur
murni, tetapi mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : “Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM)
disilangkan dengan galur murni putih (mm)”. Dari persilangan itu diperoleh
hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan

5
diadakan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman
berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1.
Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut :
P1 Tanaman >< Tanaman berbunga putih
berbunga merah
Genotipe MM >< Mm
Gamet M dan M m dan m
F1 Mm Fenotipe : berbunga
merah muda
P2 Mm (merah >< Mm (merah muda)
muda)
Gamet M dan m >< M dan m

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :

Gamet
Gamet M m

M MM (Merah) 1 Mm (merah muda) 2

m Mm (merah muda) 3 mm (putih) 4


Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet
adalah: merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya :
MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
“Percobaan mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment)
dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi (pemisahan) yang
menyatakan: “pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan
akan dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan
monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).
Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan
monohibrid dengan dominansi. Persilangan dengan dominansi adalah persilangan
suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang
kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, sedangkan sifat yang
lemah/tertutup disebut sifat resesif.
B. Saran
Mahasiswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karena apabila
salah menyilangkan , maka akan salah pula hasil persilangannya. Mengingat
materi pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupan mendatang, maka
disarankan kepada seluruh mahasiswa agar rajin mempelajarinya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J. B. Reece & L. G. Mitchell, 2004. Biologi 5th ed. Terj. Dari
Biology. Jakarta: Erlangga.
Hardjosubroto, Wartomo, 1998. Pengantar Genetika Hewan. Yogyakarta:
Fakultas Peternakan UGM.
Syamsuri, Istamar, 2007. Biologi. Malang: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai