Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

DASAR-DASAR GENETIKA IKAN


Dosen Pengampu: Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, MS.

“HUKUM MANDEL 1 DAN 2”

Disusun Oleh :

Abdul Gafur (195080500111011)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat mengerjakan dan
menyelesaikan tugas mata kuliah Fisiologi Reproduksi Ikan. Tugas ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas mahasiswa yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, untuk itu
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam
penulisan selanjutnya. Semoga penugasan ini dapat bermanfaat dan dapat
dimanfaatkan dalam menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan dari mata kuliah
Fisiologi Reproduksi Ikan.

Situbondo, 23 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Latar Belakang Teori Mendel.........................................................3
2.2 Hukum Mendel I...............................................................................4
2.3 Hukum Mendel II..............................................................................4
2.4 Teori Pewarisan Sifat......................................................................6
2.5 Percobaan Mendel..........................................................................7
2.6 Contoh Persilangan Induk Ikan Nila (Oreochromis niloticus). . .11
BAB 3. PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan....................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Hukum Mendel II...............................................................................................4
2. Persilangan 2 induk kucing...............................................................................5

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkawinan silang pertama kali ditemukan oleh George John Mendel


yang lahir di Heinzendeorf pada tahun 1822-1884 dan tinggal di cekoslavia.
Gregor John Mendel adalah seorang pendeta, pada tahun 1851 ia dikirim ke
Universitas Wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi dia tidak
mendapatkan nilai baik untuk fisika dan matematika. Ketika kembali ke kota
Brunn mulailah ia pada tahun 1857 mengumpulkan beberapa jenis ercis (pisum
sativum). Dikebun biaranya, ia menanam tanaman ercis untuk mempelajari
perbedaan satu dengan yang lainnya dan melakukan perkawinan silang pada
tanaman tersebut. Setelah kurang lebih tujuh tahun lamanya ia mengadakan
pengamatan secara teliti dan seksama, maka pada tahun 1865 ia membawa
hasil percobaannya pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh
perhimpunan pengetahuan alam di brunn. Pada tahun 1866, karya ilmu Mendel
itu dicetak oleh perhimpunan tersebut yang kemudian menyebarluaskannya
keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika.
Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang keturunan dan
pewaris sifat pada makhluk hidup. Dalam genetika terdapat gen yang berfungsi
menyampaikan informasi genetic pada keturunan berikutnya. Oleh karena itu
setiap keturunan akan mempunyai fenotip maupun genotip yang hamper sama
atau hasil campuran sifat-sifat induknya. Sifat yang dapat diamati disebut fenotip,
sedangkan yang tidak dapat diamati disebut genotip yang berupa susunan
genetik suatu individu.
Dalam ilmu genetika terdapat suatu istilah yang disebut sebagai
homozigot dan heterozigot. Homozigot adalah sifat suatu individu yang
genotipnya terdiri atas gen-gen yang sama dari tiap jenis gen, misalnya RR, rr,
MM, NN sedangkan Heterozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya
terdiri atas gen-gen yang berlainan dari tiap jenis gen misalnya Rr, Mm, Nn.
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Mendel
mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk
(Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet

1
menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi
hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang
atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain (Arumingtyas, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.      Bagaimana latar belakang teori mendel ?
2.      Bagaimana bunyi hukum mendel I ?
3.      Bagaimana bunyi hukum mendel II ?
4.      Bagaimana teori pewarisan sifat ?
5.      Bagaiamana contoh percobaan hukum mendel ?
6. Bagaimana contoh percobaan hukum mandel pada ikan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dari makalah ini adalah :
1.      Mengetahui latar belakang teori mendel
2.      Mengetahui hukum mendel I
3.      Mengetahui hukum mendel II
4.      Mengetahui teori pewarisan sifat
5.      Mengetahui contoh percobaan hukum mendel
6. Bagaimana contoh percobaan hukum mandel pada ikan

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Teori Mendel


Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah
biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian
hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :
a.       Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok
b.      Melakukan penyerbukan sendiri
c.       Mudah dilakukan penyerbukan silang
d.      Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
e.       Mempunyai keturunan banyak
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya
adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan.
Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan
sendiri akan menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang
sama dengan induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan
silang dengan menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda
sebagai induk-induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid,
sedangkan prosesnya hibridisasi.
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa
hipotesis, yaitu :
a.  Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang faktor
keturunan, satu dari induk jantan dan satu induk betina.
b.  Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternatif
sesamanya, misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning
atau hijau. Kedua bentuk alternative ini disebut alel.
c. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman,
factor dominasi akan menutup factor resesif.
d. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing
alel akan memisah secara bebas.
e. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif
saja.

3
2.2      Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan
bahwa pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan
dipisahkan  dalam dua sel anak (Nusantari, 2014). Hukum ini berlaku untuk
persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel yaitu alel resisif
(tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w
dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf
besar, misalnya R).
b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam
gambar di samping).
c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak
selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.

2.3 Hukum Mendel II


Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment,
menyatakan apaila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua
pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak
bergantung pada sifat pasangan lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan
dihibrid (dua sifat beda) atau lebih (Aristya et al., 2018).

Gambar 1. Hukum Mendel II

4
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2
pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk
betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe
wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w
pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada
tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan
ww (berwarna putih) adalah 1 : 2 : 1. Secara fenotipe perbandingan individu
merah dan individu putih adalah 3 : 1.

Gambar 2. Persilangan 2 induk kucing


Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan
satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-
induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit.
Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang
persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid,
dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk

5
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak).
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi,
maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi
kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat
F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat : putih adalah 12 : 4, sedang
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12 : 4. Perbandingan
detail mengenai genotipe SSBB : SSBb : SsBB : SsBb : SSbb : Ssbb : ssBB :
ssBb : ssbb adalah 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1.

2.4 Teori Pewarisan Sifat


Menurut Huda (2015), pewarisan sifat atau yang dikenal dengan
Hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya.
Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika.
Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen. Teori-teori tentang
pewarisan sifat  adalah sebagai berikut :
1. Teori Embryo

Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan,


bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de
Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma
dengan sel telur yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan
bahwa ovarium pada burung sama dengan ovarium pada kelinci.
2. Teori Preformasi

Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang


menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating
sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnnya.
3. Teori Epigenesis Embriologi

Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan


bahwa ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini
menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.

6
4. Teori Plasma Nutfah

Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan


bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap
struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5. Teori Pengenesis

Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap


bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.
6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab
sebagai penurunan sifat.

2.5  Percobaan Mendel


1.  Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a.  Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurun kan sifat
dominan apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya. 
Pada percobaan contoh persilangan yang dilakukan mandel menurut
Akbar (2015), yaitu tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang
ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan
melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi
dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam
bagan berikut : 

Parental 1 (P1) Kacang ercis > Kacang ercis Batang


Batang Tinggi ><  Pendek
Genotipe TT > tt
>< 
Fenotipe Tinggi Pendek

Gamet T dan T t dan t

Filial (F1) T Fenotipe : Batang


Tt Tinggi
Parental 2 (P2) Kacang ercis > Kacang ercis Batang
Batang Tinggi ><  Tinggi

7
Genotipe T  t T   t

Gamet T dan t ><  T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut : 

Gamet T T

T TT (Tinggi)  .1 Tt (Tinggi)   .2

T Tt  (Tinggi)  .3 Tt (pendek)  .4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen
untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki
fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan
penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1 
b.  Persilangan Monohibrid Intermediet
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM)
disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil
F1 yang semuanya berbunga  merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan
penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga
merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Persilangannya
dapat dilihat sebagai berikut :

P1 Tanaman > Tanaman                      


berbunga ><  berbunga putih
merah
Genotipe MM > Mm
>< 
Gamet M dan M m dan m
F1 M Fenotipe : berbunga
m merah muda
P2 Mm (merah > Mm (merah muda)
muda) >< 
Gamet M dan m M dan m
 
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : 

8
Gamet M M

M MM (Merah)  1 Mm (merah muda) 2

M Mm (merah muda) 3 Mm (putih) 4


Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet
adalah yaitu merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1.
Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1 

2. Persilangan dua Individu dengan dua Sifat beda (Dihibrid)


Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam
percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat
warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau.
Karena bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1
seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini
kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk
memperoleh F2. Keturunan kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Persilangan tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda
yaitu bentuk biji dan warna biji. B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau. Pada bagian persilangan  dua
individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah :

P1 Kacang ><  Kacang ercis berbiji keriput warna hijau


ercis berbiji
bulat warna
kuning
Genotipe BBKK ><  Bbkk
Gamet BK dan BK ><  bk dan bk
F1 BbKk Fenotipe : berbiji bulat warna kuning
P2 BbKk ><  BbKk
Gamet BK,B ><  Bk,bK,bk
k,bK,bk

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah yaitu : 

Gamet BK Bk bK Bk
F2 :

9
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12
Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang


mengandung K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1.      bulat – kuning    = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2.      bulat – hijau       = nomor : 6, 18, 14
3.      keripit – kuing   = nomor : 11, 12, 15
4.      keriput – hijau    = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 : 

Kemungkinan
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
ke-
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput kuning
8 12, 15 bbKk Keriput kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
Perbandingan Genotipe nya :
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1

3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)


Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang
tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna
biji hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid 

P1 TTKKBB >< Ttkkbb

10
Fenotipe Tinggi,kuning,bulat >< Pendek,keriput,
hijau
Genotip TKB >< Tkb
e
F1 TtKkBb
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
P2 TtKkBb   >< TtKkBb
Gamet TKB,TKb,TkB,Tkb,t
KB,tKb, tkB,tkb
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2 
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Macam Perbandingan Jumlah
Sifat Macam Macam
Fenotipe Fenotipe F2 Individu F2
Beda Gamet Genotipe F2
F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n 4n

2.6 Contoh Persilangan Induk Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Pemilihan induk matang gonad dilakukan dengan pengecekan satu per
satu ciri kelamin primernya. Induk betina yang matang gonad ditandai dengan
warna merah pada bagian papila, sedangkan pada indukjantan dilakukan
pengurutan ringan untuk memastikan ada atau tidaknya sperma. Bobot induk
betina yang digunakan berkisar 200-410 g, sedangkan induk jantan yang
digunakan 350 - 600 g. Induk jantan Red NIFI, Nirwana, Merah Lido, dan BEST
diperlukan masing-masing sebanyak 4 ekor, sehingga total dibutuhkan 16 ekor
indukjantan matang gonad. Induk betina Red NIFI, Nirwana, Merah Lido, dan
BEST diperlukan masing-masing 16 ekor, sehingga total dibutuhkan 64 ekor
induk betina matang gonad.
Fenotipe warna benih yang dihasilkan dibagi menjadi dua bagian yaitu
warna gelap (hitam dan hitam kemerahan) dan terang (merah corak hitam,
merah, merah corak putihT dan putih). Hibridisasi ikan dengan warna kedua
induk gelap (BEST dan Nirwana) menghasilkan benih 100% hitam. Persilangan

11
antara ikan nila berwarna terang (merah) dengan gelap (hitam) atau sebaliknya
menghasilkan dominansi warna terang (merah), hal ini disebabkan karena
genotip warna merah lebih dominan dibanding genotip warna hitam. hHsil yang
diperoleh, pada penelitian hibridisasi yang dilakukan diperoleh hybrid vigour
untuk jumlah larva dengan menggunakan induk betina Nirwana untuk semua
jantan yang digunakan. Hasil yang lebih banyak diperoleh pada hibrida yang
menggunakan ikan jantan B (BEST) lebih baik (Mahardhika et al., 2011).

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
Percobaan mengenai Persilangan Tanaman. Hukum ini terdiri dari dua bagian
yaitu hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Mendel I dan hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal Hukum Mendel II. pewarisan sifat atau yang dikenal dengan
Hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya.
Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika.
Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen.

3.2 Saran
Mahasiswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karena
apabila salah menyilangkan, maka akan salah pula hasil
persilangannya. Mengingat materi ini sangat berguna untuk kehidupan
mendatang, maka disarankan kepada seluruh mahasiswa agar rajin
mempelajarinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. T., S. Hardhienata dan A. Maesya. 2015. Implementasi sistem


hereditas menggunakan metode persilangan hukum mendel untuk
identifikasi pewarisan warna kulit manusia. Jurnal Online
Mahasiswa. 1(1): 1-13.

Aristya, G. R., B. S. Daryono, N. S. N. Handayani dan T. Arisuryanti.


2018. Karakterisasi kromosom tumbuhan dan hewan. UGM PRESS. 141
hlm.

Arumingtyas, E. L. 2016. Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu


Genetika. Universitas Brawijaya Press. 153 hlm.

Huda, D. N. 2015. Aplikasi pembelajaran persilangan berdasarkan hukum


mendel. Jurnal Bangkit Indonesia. 4(2): 45-45.

Mahardhika, P., R. Gustiano, D. T. Soelistyowati dan M. F. Ath-thar. 2011.


Keragaan hibridaintra spesifik dariempat strain ikan nila (Oreochromis
niloticus) dikaramba jaring apung, Danau Lido, Bogor. Berita
Biologi. 10(4): 533-540.

Nusantari, E. 2014. Type of Misconception Genetics Found on Textbook in High


School. Jurnal Pendidikan Sains. 1(1): 52-64.

14

Anda mungkin juga menyukai