Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat mengerjakan dan
menyelesaikan tugas mata kuliah Fisiologi Reproduksi Ikan. Tugas ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas mahasiswa yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, untuk itu
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam
penulisan selanjutnya. Semoga penugasan ini dapat bermanfaat dan dapat
dimanfaatkan dalam menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan dari mata kuliah
Fisiologi Reproduksi Ikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Latar Belakang Teori Mendel.........................................................3
2.2 Hukum Mendel I...............................................................................4
2.3 Hukum Mendel II..............................................................................4
2.4 Teori Pewarisan Sifat......................................................................6
2.5 Percobaan Mendel..........................................................................7
2.6 Contoh Persilangan Induk Ikan Nila (Oreochromis niloticus). . .11
BAB 3. PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan....................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hukum Mendel II...............................................................................................4
2. Persilangan 2 induk kucing...............................................................................5
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi
hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang
atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain (Arumingtyas, 2016).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang teori mendel
2. Mengetahui hukum mendel I
3. Mengetahui hukum mendel II
4. Mengetahui teori pewarisan sifat
5. Mengetahui contoh percobaan hukum mendel
6. Bagaimana contoh percobaan hukum mandel pada ikan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
2.2 Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan
bahwa pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan
dipisahkan dalam dua sel anak (Nusantari, 2014). Hukum ini berlaku untuk
persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel yaitu alel resisif
(tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w
dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf
besar, misalnya R).
b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam
gambar di samping).
c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak
selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.
4
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2
pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk
betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe
wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w
pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada
tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan
ww (berwarna putih) adalah 1 : 2 : 1. Secara fenotipe perbandingan individu
merah dan individu putih adalah 3 : 1.
5
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak).
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi,
maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi
kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat
F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat : putih adalah 12 : 4, sedang
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12 : 4. Perbandingan
detail mengenai genotipe SSBB : SSBb : SsBB : SsBb : SSbb : Ssbb : ssBB :
ssBb : ssbb adalah 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1.
6
4. Teori Plasma Nutfah
7
Genotipe T t T t
Gamet T T
T TT (Tinggi) .1 Tt (Tinggi) .2
T Tt (Tinggi) .3 Tt (pendek) .4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen
untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki
fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan
penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1
b. Persilangan Monohibrid Intermediet
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM)
disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil
F1 yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan
penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga
merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Persilangannya
dapat dilihat sebagai berikut :
8
Gamet M M
Gamet BK Bk bK Bk
F2 :
9
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12
Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16
Kemungkinan
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
ke-
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput kuning
8 12, 15 bbKk Keriput kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
Perbandingan Genotipe nya :
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
10
Fenotipe Tinggi,kuning,bulat >< Pendek,keriput,
hijau
Genotip TKB >< Tkb
e
F1 TtKkBb
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
P2 TtKkBb >< TtKkBb
Gamet TKB,TKb,TkB,Tkb,t
KB,tKb, tkB,tkb
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Macam Perbandingan Jumlah
Sifat Macam Macam
Fenotipe Fenotipe F2 Individu F2
Beda Gamet Genotipe F2
F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n 4n
11
antara ikan nila berwarna terang (merah) dengan gelap (hitam) atau sebaliknya
menghasilkan dominansi warna terang (merah), hal ini disebabkan karena
genotip warna merah lebih dominan dibanding genotip warna hitam. hHsil yang
diperoleh, pada penelitian hibridisasi yang dilakukan diperoleh hybrid vigour
untuk jumlah larva dengan menggunakan induk betina Nirwana untuk semua
jantan yang digunakan. Hasil yang lebih banyak diperoleh pada hibrida yang
menggunakan ikan jantan B (BEST) lebih baik (Mahardhika et al., 2011).
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
Percobaan mengenai Persilangan Tanaman. Hukum ini terdiri dari dua bagian
yaitu hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Mendel I dan hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal Hukum Mendel II. pewarisan sifat atau yang dikenal dengan
Hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya.
Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika.
Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen.
3.2 Saran
Mahasiswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karena
apabila salah menyilangkan, maka akan salah pula hasil
persilangannya. Mengingat materi ini sangat berguna untuk kehidupan
mendatang, maka disarankan kepada seluruh mahasiswa agar rajin
mempelajarinya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14