Anda di halaman 1dari 17

HUKUM I DAN HUKUM II MENDEL

DAN PROSES PEWARISAN SIFAT MELALUI PAPAN CATUR


PERSILANGAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Nama : 1. Sehati Gea


2. Riusman Ndruru
3. Angeli Valentina Telaumbanua
4. Yana Arnila Gea
Semester : II (Dua)
Mata Kuliah : Biologi Lanjut

Dosen Pengampu :
Hardikupatu Gulo, S.Pd., M.Si

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Hukum Mendel I-II dan
proses pewarisan sifat melalui papn catur persilangan ” ini berjalan dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada
mata kuliah Biologi Lanjut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini .

Gunungsitoli, 20 Mei 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………...

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

A. Latar Belakang Teori Mendel………………………………………………


B. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan…………
C. Hukum Mendel I…………………………………………………………
D. Hukum Mendel II…………………………………………………………
E. Teori Pewarisan Sifat…………………………………………………….
F. Percobaan Mendel……………………………………………………….

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….

A. Kesimpulan ………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya ‘Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman’. Hukum ini terdiri dari dua bagian

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum


Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah
di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan
gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan
memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari
induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel II,
menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?

Tujuan

1. Agar siswa mengetahui latar belakang teori mendel


2. Agar siswa mengetahui hukum mendel I
3. Agar siswa mengetahui hukum mendel II
4. Agar siswa mengetahui teori pewarisan sifat
5. Agar siswa mengetahui percobaan mendel
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Teori Mendel

Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah biara
di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian hasil
persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.

B. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan


1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok.
2. Melakukan penyerbukan sendiri
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang
4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat.
5. Mempunyai keturunan banyak.

Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya


adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Tanaman
galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri akan
menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-
induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya
hibridisasi.

Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis,


yaitu:

1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan, satu
dari induk jantan dan satu induk betina
2. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua bentuk
alternative ini disebut alel.
3. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel akan
memisah secara bebas.
5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.

C. Hukum Mendel I

Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada


pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam
dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan
satu sifat beda)

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar),
dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua
betina
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu
terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.

D. Hukum Mendel II

Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment,


menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang
sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada
sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat
beda) atau lebih.

Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotip


ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotip RR
(secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar)
merupakan persilangan dari genotip induk jantan dan induk betinanya, sehingga
membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).Selanjutnya,
persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada
keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri
(induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2).
Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti rgani
pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotip: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada
tingkat 3 ini perbandingan monohibrid, (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah)
dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah
dan individu putih adalah 3:1.

Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu
sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-
induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.

Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan


genotip SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka
akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan
baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2
mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).

Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil


bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai rganism
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1

E. Teori Pewarisan Sifat

Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu pewarisan
sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan
gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut :

1. Teori Embryo

Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan,


bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de Graaf
(1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur
yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada
burung sama dengan ovarium pada kelinci.

2. Teori Preformasi

Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan


bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature yang
telah terbentuk sebelumnnya.

3. Teori Epigenesis Embriologi

Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa
ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan
pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.

4. Teori Plasma Nutfah

Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan


bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap
struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.

5. Teori Pengenesis

Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap


bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.

6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa spermatozoa
sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab sebagai penurunan
sifat.

F. Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh Persilangan dua individu dengan
satu sifat beda menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama
dengan salah satu sifat induknya. Perhatikan contoh persilangan berikut.
Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang
ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2
yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut

Parental 1 (P1) Kacang ercis >< Kacang ercis


Batang Tinggi Batang Pendek
Genotipe TT >< tt

Fenotipe Tinggi Pendek

Gamet T dan T t dan t

Filial (F1) Tt Fenotipe : Batang


Tinggi
Parental 2 (P2) Kacang ercis >< Kacang ercis
Batang Tinggi Batang Tinggi
Genotipe T t T t

Gamet T dan t >< T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :

Gamet
Gamet T t
TT Tt
T (Tinggi) .1 (Tinggi) .2
Tt
T Tt (Tinggi) .3 (pendek) .4
Pada persilangan ini , gen untuk rgani Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk
faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe
tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1

Persilangan Monohibrid Intermediet Persilangan ini tidak seperti salah satu


fenotip galur murni, tetapi mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan
dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang
semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda,
dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai
berikut :

P1 Tanaman >< Tanaman berbunga putih


berbunga
merah
Genotipe MM >< Mm
Gamet M dan M m dan m
F1 Mm Fenotipe : berbunga
merah muda
P2 Mm >< Mm (merah muda)
(merah
muda)
Gamet M dan m >< M dan m
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :

Gamet
Gamet M M
MM Mm (merah
M (Merah) 1 muda) 2
Mm (merah Mm
M muda) 3 (putih) 4

Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :


merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm
=1:2:1

2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)

Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotip tertentu. Mendel dalam
percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat
warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena
bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa
kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam
kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan
kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah
persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.

B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,

K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau

Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah

P1 Kacang ercis berbiji >< Kacang ercis berbiji


bulat warna kuning keriput warna hijau
Genotipe BBKK >< Bbkk
Gamet BK dan BK >< bk dan bk
F1 BbKk Fenotipe : berbiji bulat
warna kuning
P2 BbKk >< BbKk
Gamet BK,B k,bK,bk >< BK,Bk,bK,bk

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K
memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah:

1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13


2. bulat-hijau= nomor : 6, 18, 14
3. keripit–kuing = nomor : 11, 12, 15
4. keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam rganism dan fenotipe pada dihibrid F2 :

Kemungkinan Kotak Genotipe Fenotipe


ke- nomor
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput
Kuning
8 12, 15 bbKk Keriput
Kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk :

bbkk 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1

3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)

Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi,
biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau.
Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan rganism pada F2
Jumlah Sifat Beda Jumlah Macam Gamet Jumlah Macam Genotipe F2 Jumlah
Macam Fenotipe F2 Perbandingan Fenotipe F2 Jumlah Individu F2

Jumla Jumla Jumlah Jumlah Perbandingan Jumlah


h Sifat h Macam Macam Fenotipe F2 Individ
Beda Maca Genotip Fenotip u F2
m e F2 e F2
Gamet
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3: 64
1
N 2n 3n 2n 4n
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Hukum pewarisan Mendel adalah hokum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
“Percobaan Mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian :
Hukum pemisah (segregation) dari mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal sebagai hukum kedua Mendel.
B.Saran

Mahasiswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karna apabila salah
menyilangkan, maka akan salah pula hasil persilangannya. Mengingat materi
pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupanmendatang, maka disarankan
kepada seluruh mahasiswa agar rajin mempelajarinya.

Makalah ini ditulis dengan keterbatasan penulis atas pengalaman dan ilmu
pengetahuan, sehingga makalah ini tercipta jauh dari hasil yang sempurna, semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Daftar Pustaka

Https://www.studocu/id/document/uimed/biologi-umum/hukumI&IIMendel

https://www.academia.edu/021004/pewarisan-sifat-mendel-hukum1mendel-
hukum2mendel

https://www.Brainly.com/papan-catur-persilangan-mendel

Anda mungkin juga menyukai