Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN

“ Genetika Tumbuhan”

Disusun Oleh:

Florencia Jovi Saptika


(11160920000134)

Kelas:
AGRIBISNIS 4D

PRORAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur terhadap kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan praktikum yang berjudul “Genetika Tumbuhan”
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu tanpa ada halangan suatu apapun.
Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini.
Akhir kata saya berharap semoga dengan adanya laporan praktikum ini sedikit
banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua,dan juga dapat menjadi referensi bagi
praktikum selanjutnya.

Senin, 23 April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... 1

Daftar Isi ................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan .................................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 3


1.2. Tujuan ........................................................................................................... 4
Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 5
Bab III Metodologi Penelitian .................................................................................. 9
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................................ 9
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................. 9
3.3. Cara Kerja ..................................................................................................... 9
Bab IV Pembahasan ................................................................................................. 11
4.1. Hasil Pengamatan ......................................................................................... 11
4.2. Pembahasan .................................................................................................. 12
Bab V Kesimpulan ................................................................................................... 14
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 15
Lampiran ................................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mendel adalah seorang Bapak Genetika terkenal, yang sampai sekarang
hukum-hukum yang dia temukan tentang genetika masih kita gunakan, yaitu hukum
Mendel I dan II. Hukum ini dia uji cobakan melalui penelitiannya dengan
mengawinkan kacang kapri dengan berbagai sifat. Dalam praktikum ini kita coba
terapkan hukum Mendel I dan II pada persilangan monohibrid (perkawinan dengan
satu sifat beda) dan dihibrid (perkawinan dengan dua sifat beda). Hukum Mendel I
merupakan hukum pemisahan gen yang sealel ke dalam gamet, dikenal sebagai
Hukum Segregasi. Bunyi hukum Mendel I adalah ”Alel memisah (segregasi) satu dari
yang lainnya selama pembentukan gamet dan diwariskan secara acak ke dalam gamet-
gamet yang sama jumlahnya”.
Pada persilangan monohibrid, terlihat adanya pemisahan alel pada waktu
tanaman yang heterozigot (F1) membentuk gamet sehingga gamet memiliki salah satu
alel. Misalnya ada gamet dengan alel A dan gamet lain dengan alel a. Jika dua
individu F1 (Aa) dengan kedua gametnya tersebut disilangkan, maka menurut Mendel
akan menghasilkan populasi F2 dengan perbandingan / nisbah genotip 1 dominan
penuh (AA) : 2 hibrid (Aa) : 1 resesif penuh (aa), dan perbandingan fenotipnya adalah
3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa).
Peristiwa dua pasang alel atau lebih dijelaskan dalam hukum pemisahan dan
pengelompokan secara bebas. Hukum ini dikenal dengan Hukum Mendel II, yang
berbunyi ” Pasangan gen berbeda yang sedang bersegregasi, akan memisah dan
mengelompok secara bebas”.
Pada persilangan dihibrid, terlihat adnya pemisahan dan pengelompokan alel
F1 pada masing-masing sifat, sehingga gamet-gamet memiliki alel dominan dan
resesif. Bila F1 disilangkan maka akan memiliki kedua macam alel pada masing-
masing sifat (AaBb). Populasi F2 hasil persilangan antar F1 ini akan menghasilkan
perbandingan fenotip 9 (A-B-) : 3 (A-bb) : 3 (aaB-) : 1 (aabb). Perbandingan genotip
dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotip-genotip yang sama diantara 16 genotip
yang terbentuk dalan diagram Punnet.

4
Tujuan
1. menjelaskan pengertian, prinsip dan proses hukum Mendel I dan II
2. menjelaskan proses perpaduan gamet (pembuahan) merupakan suatu kejadian
acak
3. membuat diagram pola pewarisan monohidrid dan dihibrid Mendel.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gen adalah bahan genetik yang terkait dengan sifat tertentu. Sebagai bahan genetik tentu
saja gen diwariskan dari satu individu ke individu lainnya. Gen memiliki bentuk-bentuk
alternatif yang dinamakan alel. Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang sering
menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotifik berbeda. Gregor Mendel
telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang terkait dalam suatu sifat atau karakter
dalam tubuh suatu individu yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Ia menyebutkan “faktor” hukum segregasi bebas menyatakan bahwa dalam pembentukan
gamet, kedua gen yang merupakan pasangan alel itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet
menerima satu gen dari alelnya. Secara garis besar, hukum ini mencakup 3 pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini
adalah konsep mengenai alel
2. Setiap individu membawa sepasang gen,satu dari tetua jantan yang satunya lagi dari
tetua betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
terekspresikan. Alel resesif yang tidak terekspresikan tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk.
a. Persilangan Monohibrid
Monohibrid adalah persilangan antara dua spesies yang sama dengan satu sifat yang
berbeda. Monohibrid merupakan perkawinan dua individudengan satu tanda beda. Kasus-
kasus yang terjadi pada perkawinan satu tanda beda adalah :
1. Dominasi penuh
2. Intermedier
3. Over dominan
Dalam hukum mendel satu yang dikenal dengan The Law of Segretationof Allelic
genes atau hukum pemisahan gen yang sealeldinyatakan bahwa dalam pembentukan
gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa ini terlihat ketika
pembentukan gamet individu yang memiliki genitipe heterozigot, sehinnga tiap gamet
mengandung salah satu tersebut.
Dimana individu yang heterozigot mempunyai kenampakan lebih dari kenampakan
homozigot. Individu hasil perkawinan antara individu homozigot resesif untuk satu pasang
alel, akan diperoleh keturunan pertama yang heterozigot dengan fenotipe membawa sifat

6
dominan dengan kemungkinan 25%. Jika antara F1 dipersilangkan maka persilangannya
merupakan monohibrid F2 nya dengan perbandingan genotipnya 1:2:1 dan perbandingan
3:1.
b. Persilangan Dihibrid
Dihibrid merupakan persilangan dua individu dengan dua tanda beda, kasus-kasus
yang terjadi disini yaitu beberapa kasus penyimpangan dari hukum mendel, tetapi dalam
teori kemungkinan hanya membahas kasus dihibrid yang biasa dimana hasil perkawinan
secara fenotipe ada 4 macam dengan perbandingan 9:3:3.
Cahyono (2010) melaporkan bahwasannya hukum pewarisan Mendel adalah hukum
yang mengatur pewarisan sifat secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya.
Hukum ini didapat dari hasil penelitian Gregor Johann Mendel, seorang biarawan Austria.
Hukum tersebut terdiri dari dua bagian:

1. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation)


Isi dari hukum segregasi :
“ Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen akan disegregasi ke
dalam masing-masing gamet yang terbentuk.”
2. Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent
assortment)
Isi dari hukum pasangan bebas :
“ Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen
lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yangterbentu akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas.”

Pada tahun 1936, ahli statistik RA Fisher menggunakan uji chi-square untuk
menganalisis data Mendel dan dapat disimpulkan bahwa rasio yang dihasilkannya terbukti
kebenarannya. Ini menunjukkan kesesuaian data yang telah dibuat melalui suatu observasi
dapat dijadikan suatu hipotesis. Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali
digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan
ratio yangkita harapkan atau tidak. Di dalam suatu percobaan jarang sekali kita memperoleh
data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis). Hampir selalu menjadi
penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada penyimpangan
yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya dapat
dikatakan semakin normal dan cenderung lebih dapat diterima daripada penyimpangan yang
jarang terjadi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar penyimpangan itu

7
dapat diterima dan seberapa sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya, dan
jawabannya dapat dicari dengan uji X2. Rumus X2 adalah:

∑(O−E)2
X2 = E

Dimana :

O : Jumlah hasil pengamatan.

E : Jumlah yang diharapkan.

O (Observed) adalah hasil pengamatan, sedangkan E (Expected) adalah data yang


diharapkan secara teoritis, dan ∑ jumlah dari nilai X2 untuk setiap kategori. Semakin kecil
nilai X2 menunjukan bahwa data yang diamati semakin tipis perbedaannya dengan yang
diharapkan. Sebaliknya semakin besar X2 menunjuka semakin besar pula penyimpangannya.
Batas penyimpangan yang diterima atau besar peluang terjadinya nilai penyimpangan yang
dapat diterima hanya satu kali dalam 20 percobaan (peluang 1/20 = 0,05) maka pada P =
0,05 adalah atau ditolaknya data percobaan, selain itu data juga dapat dianalisis melalui
distribusi tipe kelahiran, rataan jumlah anak per kelahiran, bobot lahir, dan bobot sapih serta
melalui analisis statistik berupa rataan sifat, koefisien varians, analisis ragam dan keunggulan
relatif (Dedi Rahmat, 2006).

Selanjutnya, untuk mengkonfirmasi hasil persilangannya, Mendel melakukan persilangan


kebalikan yang tadinya tanaman dominan menjadi tetua betina, diubah sebagai tetua jantan.
Persilangan kebalikan ini disebut dengan persilangan resiprokal. Ternyata hasilnya tidak
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut tidak terkait dengan pewarisan
maternal (Sobir dan Syukur, 2015).

Sesungguhnya ratio fenotipe F2 3:1 merupakan perhitunagn secara teoritis. Ratio ini
didapat dari ratio genotipenya. Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotipe yang
didapat tidaklah persis demikian. Makin dekat nilai ratio kenyataan atau observasi (o)
terhadap ratio teoritis atau ekspektasi (e), makin sempurna data yang dipakai, berarti makin
bagus pernyataan fenotipenya. Jika perbandingan o/e mendekati angka 1 berarti data yang
didapat semakin bagus dan pernyataan fenotipe tentang karakter yang diselidiki mendekati
sempurna. Tapi, jika o/e makin menjauhi angka 1, maka data itu buruk dan pernyataan
fenotipe karakter yang diselidiki dipengaruhi oleh suatu faktor lain, entah faktor lingkungan
atau karena data yang dipakai berasal dari jumlah obyek yang sedikit (Yatim, 2003).

8
Namun juga dalam hal ini terdapat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di
dalamnya. Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain :

a. Epistatis dominan
Terjadi jika dua pasang gen dominan lengkap mengatur sifat yang sama tetapi satu
alel dominan pada satu alel lokus dapat menghasilkan fenotip tertentu. Nisbahnya
adalah 12:3:1.
b. Epistatis resesif
Terjadi jika dua gen dominan lengkap tetapi gen resesif pada satu lokus akan
menekan pensmpilan pada lokus yang lain. Nisbahnya yaitu 9:3:4.
c. Epistatis domina resesif
Terjadi apabila satu gen dominan pada satu lokus dan homozigot resesif pada lokus
yang lain bersifat epistatik. Nisbahnya yaitu13:3.
d. Dominan rangkap
Terjadi apabila dua alel memiliki peran yang sama dalam mengatur satu sifat.
Nisbahnya yaitu 15:1
e. Resesif rangkap
Terjadi apabila fenitip yang sama dihasilkan oleh kedua genotip homozigot resesif,
dua gen epistatik terhadap alel dominan. Nisbahnya yaitu 9:7.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa, 10 April 2018
Pukul : 13.30- 16.00
Tempat : Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Alat dan Bahan


Bahan dan alat yang digunakan adalah:
1. mata uang koin
2. spidol permanen untuk penanda.

C. Cara Kerja
a. Percobaan 1. Peluang munculnya alel A dan a dalam pembentukan gamet dari
individu heterozigot Aa
1. Lemparkan satu buah koin yang telah ditandai masing-masing sisinya untuk
mewakili alel A atau a. Jika muncul sisi A maka dianggap gamet yang
dihasilkan mengandung alel A, atau sebaliknya bila yang muncul sisi a maka
dianggap gamet yang dihasilkan mengandung alel a.
2. Pelemparan dilakukan sampai 200 kali, dan setiap pelemparan sisi yang
muncul dicatat.
3. Setelah pelemparan selesai pemunculan masing-masing sisi dihitung, dan
kemudian diuji apakah data sesuai dengan hipotesa bahwa kedua alel
seimbang, atau p (A) = p (a) = 1/2
b. Percobaan 2. Penggabungan gamet (alel) pada saat pembuahan (F1 x F1) yang
menghasilkan F2 pada monohibrid
1. Lemparkan secara serempak dua mata uang (A dan a untuk mata uang ke-1, B
dan b untuk mata uang ke-2), dan catat kombinasi sisi mata uang yang muncul
(AB, Ab, aB dan ab).
2. Pelemparan dilakukan sampai 200 kali, dan setiap pelemparan kombinasi sisi
yang muncul dicatat.

10
3. Setelah pelemparan selesai pemunculan masing-masing kombinasi sisi
dihitung, dan kemudian diuji apakah kemunculan sisi dari setiap mata uang itu
bebas satu sama lain atau tidak.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Percobaan Dihibrid
Hasil lemparan koin sebanyak 200 kali:
A : 101
a : 99
Tabel. 1 Hasil Percobaan Dihibrid

Kelas Observasi Expected (E) O-E (O – E)2 (O – E)2/ E


(n) (O) 𝟏
=𝟐 x 200

A 101 100 1 1 1
= 0,01
100

a 99 100 -1 1 1
= 0,01
100

Jadi X hitungnya yaitu : 0,01+ 0,01 = 0,02


Ketentuan untuk X tabel :
Derajat Bebas (db) Peluang (k = 0,05)
1 3,83
2 5,99
3 7,82

Derajat kebebasan (db) yang digunakan : n-1 = 2-1 = 1


Sehingga X tabel yang digunakan yaitu : 3,83

2. Percobaan Monohibrid
Hasil lemparan koin sebanyak 200 kali, yaitu:
 AB : 54
 Ab : 45
 aB : 49
 ab : 52

12
Tabel. 2 percobaan Monohibrid
Kelas (n) Observasi Expected (E) O-E (O – E)2 (O – E)2/ E
(O)
AB, 148 3 -2 (-2)2 = 4 4
x 200 = 150 = 0,027
4 150
Ab,aB
ab 52 1 2 (2)2 = 4 4
x 200 = 50 = 0,08
4 50

Jadi X hitungnya yaitu : 0,027+ 0,08 = 0,107


Ketentuan untuk X tabel :
Derajat Bebas (db) Peluang (k = 0,05)
1 3,83
2 5,99
3 7,82

Derajat kebebasan (db) yang digunakan : n-1 = 4-1 = 3


Sehingga X tabel yang digunakan yaitu : 7,82

B. Pembahasan
Pada percobaan untuk persilangan dihibrid menggunakan satu buah uang
logam yang telah ditandai masing-masing sisinya untuk mewakili alel A atau a yakni
dengan 200 kali pengulangan dalam pengambilan data. Berdasarkan hasil pengamatan
didapat untuk genotip A muncul sebanyak 101 kali dan genotip a muncul sebanyak 99
kali. Sehingga didapat perbandingan antara A : a adalah 101 : 99. Untuk menguji
apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesauai dengan hukum mendel
atau tidak maka digunakan uji chi square (X2). Pada percobaan ini diperoleh hasil uji
chi square (X2) didapat X hitung 0,02 sedangkan untuk X tabel yang digunakan
dengan derajat bebas 1, yaitu : 3,83. Apabila X hitung < X tabel, maka Ho dapat
diterima, yaitu sesuai dengan peluang 100:100.
Sedangkan pada pengamatan percobaan persilangan monohibrid digunakan
dua buah koin yang pada koin satu diberi label bertuliskan A dan a sedangkan pada
koin dua diberi label B dan b. Pelemparan dua buah koin dilakukan sebanyak 200
kali. Dan didapat hasil genotip AB muncul sebanyak 54 kali, genotip Ab sebanyak 45
kali, genotip aB sebanyak 49 kali dan genotip ab muncul sebanyak 52 kali. Untuk

13
menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesauai dengan hukum
mendel atau tidak maka digunakan uji chi square (X2), didapat 0,107 sebagai X
hitung. sedangkan untuk X tabel yang digunakan dengan derajat bebas 3, yaitu : 7,82.
Apabila X hitung < X tabel, maka Ho dapat diterima, yaitu sesuai dengan peluang
100:100.

14
BAB V
KESIMPULAN

Untuk menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesauai
dengan hukum mendel atau tidak maka digunakan uji chi square (X2). Pada percobaan
dihibrid diperoleh hasil uji chi square (X2) didapat X hitung 0,02 sedangkan untuk X
tabel yang digunakan dengan derajat bebas 1, yaitu : 3,83. Pada percobaan
monohibrid didapat 0,107 sebagai X hitung, sedangkan untuk X tabel yang digunakan
dengan derajat bebas 3, yaitu : 7,82. Apabila X hitung < X tabel, maka Ho dapat
diterima, yaitu sesuai dengan peluang 100:100. Dari kedua percobaan diatas hasil X
Hitung < X tabel maka sesuai dengan kesepakatan data hasil percobaan dapat diterima
atau sesuai dengan teori peluang 100 : 100

15
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Wildan. 2003. Genetika. Tarsito, Bandung.

Sobir dan M. Syukur. 2015. Genetika Tanaman. IPB Press, Bogor.

Cahyono, Fransisca. 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel.Makalah II2092


probabilitas dan Statistik – Sem. I. Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi
Bandung, Bandung.

http://omonginajadisini.blogspot.co.id/2016/10/laporan-praktikum-genetika-
tumbuhan_22.html diakses pada tanggal 23 April 2018 pukul 21.00

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai