Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BOTANI FARMASI

HERBARIUM RAMBUSA (Passiflora foetida L.)

Disusun Oleh:
1. Selma Ayu Resma Ersanda 202110410311046
2. Puspa Permata Brilianti 202110410311076
3. Fahmia Nuha Tsabita 202110410311189

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
RAMBUSA (Passiflora foetida L.)

Gambar Tanaman Rambusa (Passiflora foetida L.)


(http://manfaat-buahsayuran.blogspot.com/2012/12/manfaat-buah-rambusa.html)

1. Klasifikasi Tanaman Rambusa


Passiflora foetida di Indonesia dikenal dengan tanaman rambusa atau permot.
Rambusa merupakan tumbuhan yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Tumbuhan tersebut banyak tumbuh di daerah padang rumput, persawahan, dan pinggir
jalan dan tanah kosong.
Klasifikasi tanaman rambusa adalah sebagai berikut (Dani, 2021):
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malpighiales
Suku : Passifloraceae
Marga : Passiflora
Jenis : Passiflora foetida L.

2. Ciri-Ciri Morfologi Tanaman Rambusa


Tanaman rambusa termasuk tanaman lengkap dengan memiliki beberapa bagian
penting tanaman yaitu akar, batang, daun, bunga, dan buah.
Berikut adalah ciri-ciri morfologi tanaman rambusa (Mudaffar, 2022):
2.1 Akar
Bagian akar tanaman rambusa merupakan jenis akar serabut. Akar rambusa
berwarna kuning kecoklatan.
2.2 Batang
Batang rambusa tumbuh menjalar atau tumbuh memanjat. Tekstur batangnya
sedikit lunak dengan bentuk berpenampang bulat ditumbuhi rambut-rambut halus yang
rapat. Lama kelamaan batang rambusa akan kering dan berkayu, sehingga tumbuhan
tersebut tergolong liana (Dani, 2021). Panjang batang sekitar 1,5 hingga 5 meter.
Tangkai daun tersebar secara spiral dan terdapat sulur di setiap cabang tangkai daun
untuk batang tumbuh merambat. Tangkai daun rambusa juga ditumbuhi oleh rambut-
rambut halus dengan panjang tangkai 2 sampai 10 cm.
2.3 Daun
Helai daun berbentuk hati dengan tiga tonjolan bercabang membulat yang
ujungnya runcing, tonjolan di tengah lebih besar. Daun rambusa berwarna hijau.
Permukaan daun ditumbuhi rambut-rambut halus yang rapat. Ukuran daun sekitar 4,5
hingga 14,5 cm sedangkan lebar daun sekitar 3,5 hingga 13 cm.
2.4 Bunga
Bunga rambusa tergolong pada bunga tunggal yang tumbuh dari ketiak daun.
Tergolong pula bunga sempurna, dengan helaian kelopak ganda. Bentuk kelopak bunga
lonjong dan ujung membulat. Panjang bunga 2 sampai 3 cm. Mahkota bunga berbentuk
oval dengan ujung membulat berwarna putih dengan dasar ungu muda, berjumlah 5
helai, kepala sari berwarna kuning sebanyak 5 buah, dimana dasar tangkai sari menyatu
membentuk tabung berwarna merah muda, dan kepala putik berwarna hijau berjumlah
3 buah. Saat bunga masih kuncup, diselimuti oleh daun pelindung (brachtea) berwarna
hijau muda yang dapat menghasilkan enzim pencernaan bersifat lengket sehingga dapat
menjebak serangga (Dani, 2021).
2.5 Buah
Buahnya diselubungi oleh daun pembalut yang menyerupai lumut, berbentuk
bulat kecil, berwarna hijau bercorak hijau tua, tetapi jika masak berwarna merah
kekuningan. Panjang buah sekitar 1,5 sampai 2 cm dengan diameter 5 sampai 8 cm.
Permukaan buah licin dan halus, sewaktu buah masak daun pembalut akan lepas.
Tekstur daging buah rambusa hampir mirip dengan buah markisa. Daging pembungkus
biji berwarna putih, berbau harum dan dapat dimakan. Biji buah rambusa memiliki
selaput keras berwarna hitam, berbentuk pipih dan sedikit bergerigi pada daerah tepi
biji. Ukuran biji sekitar 5 mm dengan lebar 2 mm. Dalam 1 buah kurang lebih terdapat
20 biji.

3. Ciri-Ciri Anatomi Tanaman Rambusa


3.1 Akar
Struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis, susunan sel-selnya rapat
dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar merupakan
modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air dan garam-garam mineral
terlarut, bulu akar memperluas permukaan akar; korteks, letaknya langsung di bawah
epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak memiliki ruang antar sel.
Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim; endodermis, lapisan pemisah antara
korteks dengan silinder pusat. Sel-sel endodermis dapat mengalami penebalan zat gabus
pada dindingnya dan membentuk seperti titik-titik, dinamakan titik Caspary. Tetapi
tidak semua sel-sel endodermis mengalami penebalan, sehingga memungkinkan air
dapat masuk ke silinder pusat. Sel-sel tersebut dinamakan sel penerus/sel peresap;
silinder pusat/ stele, bagian terdalam dari akar yang terdiri dari berbagai macam
jaringan: persikel/ perikambium, berkas pembuluh (xilem atau floem), dan empulur.
3.2 Batang
Struktur batang tumbuhan dikotil, terdiri dari epidermis pada bagian paling luar,
selanjutnya korteks, skelerenkim, xilem, floem, berkas pembuluh, dan empulur pada
bagian paling dalam. Empulur terdiri dari sel- sel berdinding tipis dengan ruang antar
sel. Kadang- kadang empulur juga tampak berongga. Pada batang tumbuhan rambusa
juga memiliki alat lain seperti sulur melilit yang terdiri dari jaringan epidermis dan
korteks (Rao, 1979).
3.3 Daun
Daun tanaman dikotil terdiri dari kutikula, epidermis atas dan bawah (bagian
terluar), korteks, sel palisade, jaringan spons (gabus), xilem, floem, kloroplas, dan
stomata.
3.4 Bunga
Rambusa (Passiflora foetida l.) ini juga memiliki sifat bunga. Pada bagian
bunganya ini lengkap. Memiliki kelopak, mahkota, benang sari dan putik (Emil, 2020).
3.5 Buah
Buahnya terdiri dari 3 bagian, yaitu epikarp (lapisan paling luar/ kulit buah).
mesocarp (daging buah), endocarp (bagian terdalam), dan embrio (biji).

4. Penggunaan Tanaman Rambusa Sebagai Obat secara Empiris/ Tradisional


meliputi Bahan Penyakit
Tanaman rambusa terdiri dari beberapa bagian yang lebih sering digunakan
sebagai obat herbal yaitu daun, bunga, dan buah. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan untuk mengolah daun rambusa adalah mengolahnya menjadi teh herbal. Teh
herbal merupakan minuman yang tidak berasal dari tanaman daun teh (Camellia
sinensis). Teh herbal umumnya berasal dari satu atau campuran beberapa bahan yang
terbuat dari kombinasi daun kering, biji, kayu, buah, bunga dan tanaman lain yang
memiliki manfaat (Nathaniel, 2020). Selain itu, daun rambusa juga memiliki senyawa
ekstrak etanol yang efektif dalam menurunkan kadar gula dalam darah (Khaerati,
2015).
Masyarakat setempat menggunakan daun dari buah rambusa sebagai terapi pasca
bersalin dan menurunkan lemak dalam darah (kolesterol) dengan cara direbus.Aktivitas
antioksidan juga ditemukan pada ekstrak etanol daun dan buah rambusa yang
digunakan sebagai obat antiinsomnia. Hal tersebut juga mampu dalam penghambatan
berbagai jenis patogen, menunjukkan daya hambat terhadap aktivitas empat bakteri
patogen pada manusia, yaitu Pseudomonos putida, Vibriocholerae, Shigella flexneri
dan Streptococcus pyogenes (Mulyani, 2019)

5. Hasil Penelitian yang Dilakukan sudah meliputi:


a. Senyawa Metabolit Teridentifikasi
b. Aktivitas Biologi terbukti Pengujian In Silico, In Vitro, dan In Vivo
NO JUDUL PENELITIAN ANALISIS PICO
.
1. Analisa Fitokimia dan Population: Seluruh bagian tanaman buah kelubut, yaitu
Aktifitas Antioksidan batang, daun, kulit buah dan isi buah.
Ekstrak Metanol Intervention: Tahapan penelitian dengan skrining
Batang, Daun, Kulit metode maserasi dan skrining fitokimia terdiri atas
Buah dan Buah beberapa uji yaitu uji alkaloid, uji fenol, uji flavonoid, uji
Tanaman Kelubut polifenol, uji saponin, uji kuinon dan uji terpenoid.
NO JUDUL PENELITIAN ANALISIS PICO
.
(Passiflora foetida) Comparison: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
adanya senyawa metabolit sekunder serta potensi
Sumber: (Wardhani & antioksidan ekstrak metanol batang, daun, kulit buah dan
Pardede, 2022) buah tanaman kelubut (Passiflora foetida).
Outcome:
a. Ekstrak batang dan daun mengandung senyawa
metabolit sekunder dari golongan alkaloid, flavonoid,
tanin / polifenol, steroid dan saponin. Pada ekstrak kulit
buah dan buah terkandung golongan alkaloid, flavonoid,
tanin / polifenol, dan kuinon.
b. Aktivitas antioksidan ekstrak batang, daun, kulit buah
dan bua]/h dilihat dari nilai IC50 adalah sebesar 2581,932
ppm, 349,5734 ppm, 92,13415 ppm dan 100,0751 ppm.
Nilai IC50 asam askobat yang merupakan senyawa
pembanding adalah 9,887 ppm. Berdasarkan nilai IC50
maka ekstrak batang dan daun memiliki intensitas
antioksidan yang sangat lemah (IC50 > 200 ppm).
Ekstrak kulit buah memiliki intensitas antioksidan kuat
(50 ppm < IC50 < 100 ppm), dan ekstrak buah memiliki
intensitas antioksidan sedang (100 ppm < IC50 < 150
ppm). Asam askorbat sebagai senyawa pembanding
memiliki intensitas antioksidan yang sangat
kuat (IC50 < 50 ppm)
2. Uji Fitokimia, Toksisitas Population: Staphylococcus aureus (Gram positif) dan
dan Aktivitas Escherichia coli (Gram Negatif).
Antibakteri terhadap Intervention: Terdapat Staphylococcus aureus (Gram
Ekstrak Etanol Daun positif) dan Escherichia coli (Gram Negatif)
Rambusa (Passiflora menggunakan metode cakram. Dilakukan uji fitokimia
foetida L.) Terhadap (uji alkaloid, flavonoid, triterpenoid dan steroid atau uji
Bakteri Staphylococcus Lieberman buchard, saponin, fenolik), uji letalitas udang
aureus dan air asin/BSLT dan uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar
NO JUDUL PENELITIAN ANALISIS PICO
.
Escherichia coli (Pengujian menggunakan konsentrasi 1%, 5%, 10%,
15%, 20% menghasilkan fraksi yang paling aktif adalah
Sumber: (Noviyanti et fraksi n-heksana dengan daya hambat minimal 1% dan
al., 2014) uji letalitas udang air asin pada konsentrasi 1000; 500;
250; 125; 62,5; 31,25; 15.625; 7,8125 ppm) dan fraksi
daun Rambusa (Passiflora foetida L.) yang berasal dari
Samarinda, Kalimantan Timur.
Comparison: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
fraksi manakah yang paling aktif terhadap larva udang
(Artemia salina (L) melalui uji mortalitas larva udang
(Brine shrimp lethality test) serta pada konsentrasi
berapakah ekstrak yang memiliki daya hambat efektif
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
Outcome: Senyawa metabolit sekunder yang terkandung
adalah alkaloid dan steroid. Begitu juga didalam ekstrak
fraksi n-heksana adalah alkaloid dan steroid serta didalam
ekstrak fraksi etanol air adalah alkaloid dan triterpenoid.
Hasil uji berdasarkan mortalitas larva udang (Brine
Shrimp Lethality Test) yang memiliki bioaktivitas paling
tinggi adalah ekstrak fraksi n- heksana, dengan nilai
LC50 adalah sebesar 133.7473 ppm.
3. Studi In Vitro: Efek Anti Population: Daun Rambusa (Passiflora Foetida, L)
Kolesterol Ekstrak Daun dikumpukan dalam kondisi segar dan terdeterminasi
Rambusa menggunakan Materia Medika Indonesia.
(Passiflora foetida L) Intervention: Efek antikolesterol diuji dengan metode
cholesterol enzymatic endpoint yang dimodifikasi.
Sumber: (Mulyani, Ekstrak daun Rambusa (Passiflora Foetida,L) dibuat
2019) dengan konsentrasi 0,5mg/ml, 1mg/ml dan 1,5mg/ml
sebagai kontrol positif (pembandig) menggunakan
simvastatin yang kemudian direaksikan dengan reagen
NO JUDUL PENELITIAN ANALISIS PICO
.
R1 dan dibaca hasilnya menggunakan fotometer dan
spektrofotometer uv-vis dengan panjang
gelombang 546nm.
Comparison: Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental bertujuan untuk mengetahui pengaruh
antikolesterol pada ekstrak daun rambusa
(Passiflora Foetida, L).
Outcome: Hasil pengukuran menggunakan fotometer
menunjukan kadar kolesterol standard (kontrol negative)
200mg/dl, kontrol positif 195mg/dl, 144mg/dl (ekstrak
0,5mg/ml), 108mg/dl (ekstrak 1mg/ml) dan 103mg/dl
(ekstrak 1,5mg/ml). Sedangkan pengukuran absorbansi
dan konsentrasi kolesterol menggunakan
spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 546nm
0,179±159,8 mg/dl (Kontrol +), 0,123±109,8mg/dl
(ekstrak 0,5mg/ml), 0,110±98,2 mg/dl (ekstrak 1mg/ml),
dan 0,109±97,3 mg/dl (ekstrak 1,5mg/ml).
4. Uji Invitro Daya Population: Isolasi cendawan endofit dari tumbuhan
Hambat Cendawan rambusa, dengan mengambil batang dan daun (masing-
Endofit Asal Tumbuhan masing bagian tanaman ditimbang sebanyak 10 g).
Rambusa (Passiflora Intervention: Penelitian disusun menggunakan
foetida) sebagai Agens rancangan acak lengkap yang terdiri dari 2 perlakuan
Pengendali Hayati yaitu cendawan endofit asal daun dan batang yang
Penyakit Layu Fusarium diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 10 bagian
percobaan. Uji antagonis agens hayati dan data hasil
Sumber: (Nur Hidayat pengamatan ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
et al., 2021) Comparison: Penelitian ini bertujuan untuk menguji
cendawan endofit asal tumbuhan rambusa sebagai agens
pengendali hayati penyakit Fusarium sp. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman,
NO JUDUL PENELITIAN ANALISIS PICO
.
pada bulan April sampai Juni 2021. 
Outcome: Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat
cendawan endofit yang diisolasi dari batang dan daun
mampu menghambat cendawan Fusarium sp. Hal ini
menunjukkan bahwa cendawan endofit yang diisolasi
memberikan hasil yang sama dalam mengendalikan
penyakit Fusarium sp. Hasil penelitian daya hambat
tertinggi diperoleh pada isolat yang diisolasi dari daun
yaitu sebesar 55,27% pada pengujian hari ketujuh, bila
dibandingkan dengan isolat cendawan endofit yang
diisolasi dari batang yaitu sebesar 52,64%.
5. Studi In Silico Potensi Population: Ada dua jenis ligan yang digunakan untuk
Anthelmintik Rambusa docking, yaitu (1) senyawa bioaktif dari Passiflora
(Passiflora foetida) foetida tersedia dalam Database PubChem dan
Sebagai Inhibitor ChemSpider, (2) senyawa obat komersial (Kontrol
Produksi Atp positif; Atpenin) yang diperoleh dari studi literatur
Pada Ascaris suum mengenai obat anthelmintik dan tersedia dalam Database
PubChem dan hemSpider.
Sumber: (Novian & Intervention: Proses persiapan terdiri dari pencarian dan
Winarso, 2019) pengunduhan, optimasi struktur, pemisahan residu dari
pengotor dan penentuan binding site untuk interaksi
antara makromolekul dengan senyawa obat dan simulasi
molecular docking dilakukan
menggunakan AutoDock Vina.
Comparison: Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi
energi bebas yang terjadi dari interaksi beberapa senyawa
bioaktif Passiflora foetida dengan reseptor
Mitochondrial rhodoquinolfumarate reductase
(PDBID:3VRA) dari parasit Ascaris suum menggunakan
metode melocular docking.
Outcome: Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa
NO JUDUL PENELITIAN ANALISIS PICO
.
bioaktif ermanin dan deidadlin dari Passiflora foetida
memiliki potensi sebagai senyawa obat anthelmintik.
Aktivitas senyawa ermanin dan deidaclin memiliki energi
afinitias berturut turut-turut sebesar -8,2 kcal/mol dan -
7,8 kcal/mol, bahkan lebih rendah dari senyawa
Atpenin (-7,6kcal/mol).
6. Pengaruh Pemberian Population: Tikus wistar jantan dewasa
Ekstrak Etanol Daun Intervention: Penelitian eksperimental ini dilakukan
Rambusa (Passiflora dengan memberikan perlakuan berupa ekstrak etanol
Foetida Linn) terhadap daun Rambusa dengan variasi dosis 1mg/kgBB;
Kadar Kreatinin dalam 1,5mg/kgBB; dan 2mg/kgBB pada tikus wistar jantan
Darah dewasa selama 7 (tujuh) hari berturut- turut secara oral.
Tikus Wistar Jantan Sampel darah diambil melalui vena retroorbitalis
sebanyak 1 ml, disentrifuge dengan 3000 rpm untuk
Sumber: (Mulyani et al., mendapatkan serum dan ditambahkan monoreagen
2022) kreatinin sebelum dibaca menggunakan fotometer.
Comparison: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
gambaran fungsi ginjal tikus wistar jantan setelah
pemberian ekstrak etanol daun Rambusa secara in vivo
dengan studi eksperimental.
Outcome: Hasil penelitian menunjukan kadar Scr masih
dalam batas normal yaitu antara 0,578 – 1,128mg/dl,
serta tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Dani, C. R. (2021). ANALISIS PENETAPAN KADAR BETA KAROTEN PADA


EKSTRAK BUAH RAMBUSA (Passiflora foetida L.) DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis.

Emil (2020). Anatomi Akar.


https://mahasiswa.ung.ac.id/613412100/home/2012/11/8/anatomi_akar.html

Khaerati, K., Ihwan, Musdalifah S. M. (2015). UJI EFEK ANTIDIABETES EKSTRAK


DAUN RAMBUSA (Passiflora foetida L.) PADA MENCIT (Mus musculus)
YANG DIINDUKSI GLUKOSA.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2015.v1.i2.6240

Mudaffar, R. A. (2022). IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN EKOLOGI PADA


TUMBUHAN LIAR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER VITAMIN C
Identification of Morphology and Ecology in Potential Wild Plants as Sources of
Vitamin C. Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 10(1).

Mulyani, E. (2019). Studi In Vitro: Efek Anti Kolesterol Ekstrak Daun Rambusa
(Passiflora foetida, L). Jurnal Surya Medika, 4(2), 60–65.
https://doi.org/10.33084/jsm.v4i2.606
Mulyani, E., Suryadini, H., & Reyhan, A. (2022). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol
Daun Rambusa (Passiflora Foetida Linn) terhadap Kadar Kreatinin dalam Darah
Tikus Wistar Jantan. Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(2), 203–209.
https://doi.org/10.36387/jifi.v5i2.1252
Nathaniel, A. N., I Nengah K. P., dan A. A. I. Sri Wiadnyani (2020). PENGARUH
SUHU DAN WAKTU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN DAN SIFAT SENSORIS TEH HERBAL CELUP DAUN
RAMBUSA (Passiflora foetida L.).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/view/67757
Novian, D. R., & Winarso, A. (2019). Studi in silico potensi anthelmintik rambusa
(Passiflora foetida) sebagai inhibitor produksi ATP pada Ascaris suum. ARSHI
Veterinary Letters, 3(4), 79–80. https://doi.org/10.29244/avl.3.4.79-80
Noviyanti, Pasaribu, S. P., & Program, D. T. (2014). Uji Fitokimia, Toksisitas dan
Aktivitas Antibakteri terhadap Ekstrak Etanol Daun Rambusa (Passiflora foetida
L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Kimia
Mulawarman, 12(1), 31–36.
http://jurnal.kimia.fmipa.unmul.ac.id/index.php/JKM/article/download/16/23
Nur Hidayat, Rajab, A., & Mudi, L. (2021). UJI INVITRO DAYA HAMBAT
CENDAWAN ENDOFIT ASAL TUMBUHAN RAMBUSA (Passiflora foetida)
SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LAYU FUSARIUM.
Jurnal Agrotech, 11(2), 64–70. https://doi.org/10.31970/agrotech.v11i2.73
Rao, K. S dan Y. S. Dave (1979). Anatomical Studies in Tendrils of Passiflora.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S036725301731931X
Wardhani, R. R. A. A. K., & Pardede, A. (2022). Analisa Fitokimia Dan Aktifitas
Antioksidan Ekstrak Metanol Batang, Daun, Kulit Buah Dan Buah Tanaman
Kelubut (Passiflora foetida). Dalton : Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu Kimia,
5(2), 62. https://doi.org/10.31602/dl.v5i2.9343

Anda mungkin juga menyukai