Anda di halaman 1dari 22

USULAN

LAPORAN PENELITIAN

IDENTIFIKASI MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK DAUN PIRDOT (Saurauia


vulcani Korth)
OLEH:
Ega Camelia

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
MEDAN
2019
Halaman Pengesahan

1. a. Judul Penelitian : Identifikasi Makroskopik Dan


Mikroskopik Daun Saurauia vulcani Korth).
b. Bidang Ilmu :
2. Penelitian
a. Nama lengkap : Ega Camelia
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Nim : 1813000228
d. Status Pendidikan : MahaSiswa
e. Program Studi : Sistem Informasi
3. Alamat Peneliti
a. Alamat Kantor : JL.Kapten Rahmad buddin
b.Alamat Rumah :
4. Jumlah Anggota Peneliti :-orang

5. Jadwal Penelitian : Medan, 7 september 2019

Mengetahui,
Panitia Penguji,

Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah.........................................................................3
1.3 Hipotesis...........................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4

2.1 Tumbuhan Pirdot..............................................................................4


2.1.1 Klasifikasi Pirdot (Saurauia vulcani Korth)..........................5
2.1.2 Nama Daerah Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth)............5
2.1.3 Morfologi Pirdot (Saurauia vulcani Korth)...........................6
2.1.4 Kandungan Kimia Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth)....7
2.1.5 Khasiat Tumbuhan (Saurauia vulcani Korth)........................8
2.2 Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik...................................8
2.2.1 Pemeriksaan Makroskopik........................................................8
2.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik........................................................8

BAB III METODE PENELITIAN................................................................9

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................9


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................9
3.2.1 Tempat Penelitian...................................................................9
3.2.2 Waktu Penelitian....................................................................9
3.3 Sampel..............................................................................................9
3.4 Alat dan Bahan.................................................................................9
3.4.1 Alat...............................................................................9
3.4.2 Bahan.............................................................................10
3.5 Pembuatan Pereaksi.........................................................................10
3.5.1 Kloralhidrat 70% b/v....................................................10
3.6 Prosedur Penelitian...........................................................................10
3.6.1 Pemeriksaan Makroskopik............................................10
3.6.2 Pemeriksaan Mikroskopik.............................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................12

4.1 Hasil....................................................................................................12
4.1.1 Pemeriksaan Makroskopik.....................................................12
4.1.2 Pemeriksaan Mikroskopik.....................................................13
4.2 Pembahasan.........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu penghasil tanaman obat yang potensial dengan

keanekaragaman yang dimilikinya. Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan

ketiga setelah Brazil dan Zaire. Bila dilihat dari keanekaragaman floranya, cukup banyak

jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Beragam jenis senyawa kimia

yang terkandung dalam tumbuhan akan berhubungan dengan khasiat dan manfaat yang

dimilikinya (Mulyani, 2004).

Salah satu keanekaragaman hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai obat adalah pirdot (Saurauia vulcani Korth). Pirdot (Saurauia vulcani Korth)

merupakan tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun. Daun pirdot memiliki dua

sisi yang berbeda, bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna coklat pucat, tepi

daun bergerigi, permukaan daun muda banyak memiliki bulu sesudah dewasa tidak berbulu,

helai daun tebal dan kaku, bunga berbentuk cawan terletak pada ketiak daun, daun-daun

pelindung membulat telur sampai lonjong meruncing, memiliki lima tangkai kepala putik.

Daun pirdot memiliki lebar 12-15 cm dan panjang 27-29 cm (Miquel,1859).

Pirdot adalah salah satu tumbuhan liar di hutan Sumatera Utara. Berdasarkan data

empiris rebusan daun pirdot oleh masyarakat sekitar Tigarunggu, Kabupaten Simalungun,
dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka dan juga penyakit gula (diabetes

melitus) dengan cara merebus daun pirdot ini (Roking, 2007).

Selain itu tumbuhan spesies Saurauia yang terdapat di Indonesia yaitu Saurauia

cauliflora yang dikenal masyarakat Jawa Barat dengan nama kileho telah diteliti untuk

mengetahui efek anti depresan. Tumbuhan ini biasanya digunakan sebagai pakan hewan

primata dan belum banyak diteliti khasiatnya (Tumangger, 1999).

Penelitian terdahulu terhadap daun pirdot ini, mengatakan bahwa daun ini telah

dimanfaatkan oleh masyarakat Sumatera Utara sejak dulu sebagai pengobatan luka. Daun

pirdot mengandung senyawa-senyawa berupa steroid, flavonoid, saponin, tannin, triterpen,

dan juga memiliki daya antioksidan (Roking, 2007).

Agar pengobatan tradisional dapat dikembangkan maka perlu penelitian untuk dapat

mengetahui secara khusus bentuk tumbuhan tersebut secara makroskopik dan mikroskopik.

Pemeriksaan makroskopik adalah pemeriksaan yang dilakukan tanpa bantuan alat

pembesar. Tujuannya untuk mengenal dan mengidentifikasi daun pirdot. Cara pemeriksaan

makroskopik ini untuk mencari kekhususan bentuk, warna, bau, dan rasa. Daun pirdot

mempunyai ciri-ciri daunnya memiliki dua sisi warna. Sisi daun bagian atas berwarna hijau

dan sisi daun bagian bawah berwarna kecoklatan, tepi daun bergerigi, permukaan daun muda

banyak memiliki bulu sesudah dewasa tidak berbulu, helai daun tebal dan kaku. Sedangkan

secara mikroskopik terdiri dari berkas pembuluh xilem bentuk spiral, sel batu, parenkim,

kristal kalsium oksalat bentuk jarum.


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui bentuk-bentuk makroskopik dan mikroskopik dari daun pirdot (Saurauia vulcani

Korth).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

Apakah daun pirdot (Saurauia vulcani Korth) memiliki struktur dan ciri-ciri yang spesifik

melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

1.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Daun pirdot (Saurauia vulcani Korth)

memiliki struktur dan ciri-ciri yang spesifik melalui pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui struktur dan ciri-ciri daun pirdot

(Saurauia vulcani Korth) yang spesifik melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: Memberikan informasi tentang struktur dan

ciri-ciri spesifik daun pirdot melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Pirdot

Pirdot merupakan salah satu jenis tanaman endemik yang tumbuh diberbagai tempat di

indonesia. Menurut van Steenis (2010), jenis ini menyebar di seluruh Jawa dan Bali pada zona

sub Montana dan di Pegunungan Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Barat daya pada zona sub

montana. Di Sumatera Utara Pirdot banyak ditemukan di Kabupaten Simalungun hingga ke

Tapanuli Selatan. Jenis ini mampu tumbuh pada lahan kritis di sekitar kawasan Danau Toba.

Pirdot masuk pada kategori rentan walaupun menyebar di banyak tempat (IUCN, 1998) dan

Wihermanto (2004) memasukkan jenis ini pada kategori genting.

Pirdot tumbuh di tempat-tempat terbuka, sepanjang sungai dan di tempat lembab pada

ketinggian 600-1.200 m di atas permukaan laut. Jenis ini termasuk jenis pohon berukuran

kecil-sedang dengan tinggi 3-15 meter (van Steenis, 2010). Batangnya berwarna coklat,

mudah patah sehingga tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Penyebaran Pirdot terjadi

secara alami dan pengetahuan mengenai perbanyakan dan budidaya jenis ini belum diketahui.
Pirdot merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang hidup pada daerah lembab atau

daerah basah seperti dekat air terjun, aliran sungai, jurang, gunung yang lembab, daerah

hutan hujan, hutan lumut, dan daerah yang berawan (mendung). Kebanyakan spesies hidup

pada tanah yang berpasir, banyak humus, tanah liat, jarang terdapat pada batu (Soejarto,

1980). Daun pirdot digunakan sebagai obat luka dan diabetes dalam pengobatan tradisional

(Adiastuti, 2007).

Gambar 2.1 Tumbuhan Pirdot (Saurauia vulcani Korth)

2.1.1. Klasifikasi Tumbuhan Pirdot

Berikut adalah klasifikasi tumbuhan pirdot :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Ericales

Famili : Actinidiaceae

Genus : Saurauia
Spesies : Saurauia vulcani Korth

Nama Lokal : Daun Pirdot (Medanense, 2017).

2.1.2. Nama Daerah

Pirdot (Saurauia vulcani Korth) dikenal juga dengan nama ki leho (Sunda), lotrok

(Jawa), soyogik (Manado) (Balitbang, 2017).

2.1.3. Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan pirdot mempunyai morfologi sebagai berikut : Jenis ini termasuk jenis pohon

berukuran kecil-sedang dengan tinggi 3-15 meter (van Steenis, 2010). Batangnya berwarna

coklat, mudah patah sehingga tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Penyebaran

Pirdot terjadi secara alami dan pengetahuan mengenai perbanyakan dan budidaya jenis ini

belum diketahui.

Daun Pirdot berbentuk lonjong–jorong dengan panjang 27-29 cm, lebar 12-15 cm.

Berciri-ciri bergerigi meruncing di ujung dan bulat di bagian dasar permukaan bawah seperti

beludru kelabu atau berbulu coklat, bersisik pada permukaan atas daun remaja, licin pada

daun dewasa, bulu kempa padat dan bersisik pada bagian bawah (Yonagarasirham, et al.

1982). Pembungaan pada ketiak daun mempunyai dua daun penumpu besar seperti daun di

ujung sekitar bunga. Tetapi pembungaan akhirnya jauh lebih besar bercabang lebih banyak

(van Steenis, 2010). Panjang tangkai daun kokoh ±5 cm.


Tangkai bunga pirdot memilki panjang 5-10cm dengan daun pelindung ± 2 x 0,8 cm.

Merupakan korola yang berbentuk seperti daun. Berbentuk blong (memanjang) berekor di

bagian ujung dengan sisik yang banyak. Panjang kaliks ±7 mm, lebih pendek dari petal

menyatu di bagian dasar. Sepal berjumlah lima, dua yang terluar bersisik padat. Berukuran

tidak sama, berbentuk lanset bulat telur berukuran 4-5 x 2-3 mm, sedang tiga helai di bagian

dalam lebih besar dengan ukuran 7×5 mm, berbentuk bulat telur dengan panjang klora ± 1

cm.

Bunga pirdot termasuk hermaprodit (biseksual), dimana putik dan tangkai sari berada

pada satu bunga. Tangkai sari bunga berjumlah 33-36 terletak mengelilingi tangkai putik

yang berjumlah lima. Kepala sari lebih rendah dari kepala putik, sehingga memungkinkan

terjadinya penyerbukan sendiri (Yonagarasirham, et al. 1982), kepala sari pada bunga pirdot

yang ditemukan juga berwarna kuning dengan filamen berwarna putih bersatu dibagian

dasar.

Buah pirdot bewarna hijau tua ketika masih muda, berbulu (van Stenis, 2010) dan

semakin bewarna hijau terang ketika buah menjadi masak, berbentuk bulat seperti kelereng

dengan diameter mencapai 16 mm. Tiga kelopak bersisik bewarna hijau, sedangkan dua

kelopak dalam bewarna lebih terang dengan sedikit sisik. Bagian dalam buah bersekat lima

dengan banyak biji berukuran kecil bewarna coklat dan mengandung lendir. Pada buah yang

telah masak, lendir rasanya manis dan sering dimakan oleh tupai (Sinaga, 2008). Biji pirdot

berbentuk bulat tak beraturan berukuran 1,5 mm x 0,5 mm, berwarna coklat, permukaan

kulit biji bergelombang seperti jaring. Jumlah 10.000 butir benih pirdot adalah 0,77 gr

sehingga banyak benih dalam 1 kg dapat mencapai kira ±13 juta benih (Ali, 2015).
2.1.4. Kandungan Kimia

Tumbuhan pirdot (Saurauia vulcani Korth.) berdasarkan penelitian sebelumnya

mengandung flovonoid, glikosida, tanin, saponin, dan steroid/triterpenoid (Amta, 2018).

2.1.5. Khasiat Tumbuhan

Daun pirdot digunakan secara tradisional sebagai obat anti hiperkolesterolemia (Ningsih,

2017), antidiabetes (Sitorus, 2015), antibakteri (Saragih, 2016), dan sebagai

antihiperglikemia (Amta, 2018).

2.2 Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik

2.2.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan kaca

pembesar atau tanpa alat. Cara ini digunakan untuk mencari bentuk daun, bentuk tepi

daun, bentuk pangkal daun, warna daun, bentuk pertulangan daun, bentuk ujung daun,

bau dan rasa (Depkes RI, 1987).

2.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan

pembesaran 40x. Uji mikroskopik mengamati unsur-unsur anatomi jaringan yang khas.

Daun yang diuji dapat berupa sayatan melintang atau membujur (Eliyanoor, 2015).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang menggambarkan atau

mendeskripsikan karakterisitik simplisia sesuai dengan pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biologi, Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Sari Mutiara Indonesia.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2019.


3.3. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pirdot yang diambil hingga

pada helai kelima dari pucuk. diperoleh di Desa Hariara Pintu, Samosir.

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah

1. Mikroskop

2. Deck Glass

3. Gelas Objek

4. Pipet Tetes

5. Pisau Silet

6. Gabus batang ubi

3.4.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah

1. Daun Pirdot segar

2. Pereaksi : Kloralhidrat, Akuades

3.5. Pembuatan Pereaksi

3.5.1. Kloralhidrat 70% b/v

Timbang 70 gram kloralhidrat larutkan dalam 30 ml aquadest.

3.6. Prosedur Kerja


3.6.1. Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dengan memperhatikan Morfologi luar, seperti bentuk

daun, bentuk tepi daun, bentuk pangkal daun, warna daun, bentuk pertulangan daun, bentuk

ujung daun, bau dan rasa.

3.6.2. Pemeriksaan Mikroskopik

a. Pemeriksaan Membujur Daun Segar

Proses dimulai dari pengambilan daun segar, selanjutnya yaitu pencucian terhadap daun

yang digunakan untuk menghilangkan pengotor-pengotor dengan menggunakan air mengalir,

ditiriskan dan dibuat penampang membujur. Irisan membujur diletakan diatas gelas objek,

diteteskan 2-3 tetes kloralhidrat difiksasi selama 1 menit, ditutup dengan deck glass dan

diamati di bawah mikroskop.

b. Pemeriksaan Melintang Daun Segar

Proses dimulai dari pengambilan daun segar, selanjutnya yaitu pencucian terhadap

daun yang digunakan untuk menghilangkan pengotor-pengotor dengan menggunakan air

mengalir, ditiriskan dan dibuat penampang melintang. Irisan melintang di diletakan diatas

gelas objek, diteteskan 2-3 tetes kloralhidrat difiksasi selama 1 menit, ditutup dengan deck

glass dan diamati di bawah mikroskop.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pemeriksaan Makroskopik

Dari pemeriksaan Makroskopik yang dilakukan secara visual dan organoleptik daun

pirdot berbentuk lonjong meruncing, panjang 18 – 28 cm, lebar 15 – 18 cm, Daun pirdot

memiliki dua sisi warna. Sisi daun bagian atas berwarna hijau dan sisi daun bagian bawah

berwarna kecoklatan, tepi daun bergerigi, permukaan daun muda banyak memiliki bulu sesudah

dewasa tidak berbulu, helai daun tebal dan kaku. Rasa :

Agak Kelat, Bau : tidak berbau.

Gambar 4.1.1

Daun Pirdot
4.1.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan Mikroskopik dilakukan dengan cara mengamati daun pirdot di bawah

mikroskop baik secara irisan Membujur dan Melintang dari daun pirdot.

a. Pemeriksaan Membujur Daun Segar

Pada pemeriksaan membujur daun pirdot segar menggunakan kloralhidrat terdapat

Stomata, Trikoma.

Stomata

Gambar 4.1.2 Stomata Perbesaran

40x
Trikoma

Gambar 4.1.3 Trikoma Perbesaran 40x

b. Pemeriksaan Melintang Daun Segar

Pada pemeriksaan melintang daun pirdot segar menggunakan kloralhidrat terdapat

Epidermis atas, Kristal kalsium oksalat.

Epidermis Atas Kristal Kalsium Oksalat


Gambar 4.1.4 Epidermis Atas dan Kristal Kalsium Oksalat Perbesaran 40x

4.2 Pembahasan

Dari pemeriksaan Makroskopik yaitu pengamatan secara visual dan organoleptik

meliputi tentang bagian morfologi luar daun pirdot yaitu bentuk daun lonjong meruncing,

warna permukaan atas daun hijau, permukaan bawah daun berwarna kecoklatan, rasa agak

kelat, tidak berbau, ukuran daun memiliki panjang berkisar 18-28 cm dan lebar 15-18 cm.

Pada pemeriksaan mikroskopik daun pirdot segar dengan menggunakan mikroskop

dengan lensa pembesaran 40x daun pirdot terdapat Epidermis atas, Stomata, Trikoma, Kristal

kalsium oksalat.

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan jaringan, biasannya setebal satu lapis sel saja, yang menutupi

permukaan organ seperti daun, batang, akar, dan bunga. Epidermis adalah lapisan sel terluar

pada daun, jaringan ini terbagi menjadi epidermis atas dan epidermis bawah, berfungsi

melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. Epidermis bentuknya seperti gigi berbaris.

b. Stomata
Stomata adalah mulut daun yang jika membuka secara maksimal hanya selebar 0,0001

mm. Stomata diapit oleh sepasang sel penjaga. Stomata berfungsi sebagai organ respirasi,

stomata mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis. Stomata ini adalah

tipe anomosit. Pada tipe anomosit, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel tertentu yang

tidak bisa dibedakan bentuk dan ukurannya dari sel epidermis yang lain.

c. Trikoma

Trikoma didefinisikan sebagai rambut karena hal itu merupakan perkembangan dari

epidermis, kemudian trikoma digunakan untuk semua tujuan praktis, semacam rambut. Tidak

seperti bulu hewan, meskipun trikoma merupakan sel-sel hidup. Trikoma ini adalah trikoma

tunggal. Trikoma sel tunggal atau dapat disebut juga dengan trikoma uniseluler ialah trikoma

yang hanya memiliki satu sel saja, serta secara umum tidak bercabang. Akan tetapi, ada juga

yang bercabang meski sangat jarang.

d. Kristal Kalsium Oksalat

Kristal kalsium oksalat umumnya terdapat pada sel kortek dan sel parenkim floem dan

parenkim xilem. Kristal kalsium oksalat terbentuk ketika asam oksalat yang bersifat racun

bagi tumbuhan dimetabolisme dengan ion kalsium sehingga terjadi pengendapan. Endapan-

endapan ini kemudian membentuk kristal yang selanjutnya disebut kristal kalsium oksalat.

Sifat kristal kalsium oksalat, apabila ditambahkan asam cuka dan sedikit dipanaskan, maka

akan terbentuk gelembung-gelembung gas karbondioksida. Selain menggunakan asam cuka,

dapat pula digunakan asam klorida dan asam sulfat. Kristal kalsium oksalat ini berbentuk

jarum.
DAFTAR PUSTAKA

Adiastuti, p. c. 2007. Penelitian Pendahuluan Kandungan Kimia Daun Pirdot (Saurauia


Vulcani). Skripsi.Depok : UI

Amta, S. 2018. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth)

Depkes RI, 1987, Analisa Obat Tradisional, Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal
43,76,80.

Guanawan, D dan Mulyani S, 2004. Ilmu Obat Alam. Jakarta : Penebar Swadaya.

Miquel,F.A.W. 1859. Flora Van Nederlandsch Indie. Bij Fried Fleisher. Leiipzig.

Niel, N. 2013. Khasiat Daun Pirdot. http://www.parapatnews.com/2013/07/

Ningsih, V.E. 2017. Uji Anti Hiperkolesterolemia Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) pada
Mencit Jantan (Mus musculus L.) Yang Diberi Diet Kuning Telur Puyuh. Skripsi.
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam : Universitas
Sumatera Utara. Halaman 12.
Roking. 2007. Identifikasi Golongan Senyawa Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol, Serta
Fraksi Aktif Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth.). Universitas Indonesia. Depok.

Saragih, R.R. 2016. Skrining fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak
Metanol dan Etilasetat Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu.
Skripsi. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Halaman 34.

Sitorus, Panal. 2015. Characterization Simplisia and Ethanolic Extract of Pirdot (Saurauia
vulcani, Korth) Leaves and Study of Antidiabetic Effect in Alloxan Induced Diabetic
Mice.Faculty of Pharmacy. University of Sumatera Utara.International Journal of Chem
Tech Research Vol. 8 (6) pp 789-794. Medan
Soejarto,D.D. 1980. Fieldiana Botany Revision of South American Saurauia (Actinidiaceae).
Field Museum of Natural History. Chicago. Terhadap Kadar Soluble Receptor Advance
Glycation End Product pada Tikus Hiperglikemia. Skripsi. Fakultas Farmasi :
Universitas Sumatera Utara. Halaman 38.

Tumangger,H., Anas S., Supriyatna. 1999. Penapisan Efek Anti Depresi dan Fitokimia Beberapa
Tumbuhan Pakan Primata dengan Metode Berenang. Cermin Dunia Kedokteran
123:28-34.

Anda mungkin juga menyukai