LAPORAN PENELITIAN
Mengetahui,
Panitia Penguji,
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
4.1 Hasil....................................................................................................12
4.1.1 Pemeriksaan Makroskopik.....................................................12
4.1.2 Pemeriksaan Mikroskopik.....................................................13
4.2 Pembahasan.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu penghasil tanaman obat yang potensial dengan
ketiga setelah Brazil dan Zaire. Bila dilihat dari keanekaragaman floranya, cukup banyak
jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Beragam jenis senyawa kimia
yang terkandung dalam tumbuhan akan berhubungan dengan khasiat dan manfaat yang
sebagai obat adalah pirdot (Saurauia vulcani Korth). Pirdot (Saurauia vulcani Korth)
merupakan tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun. Daun pirdot memiliki dua
sisi yang berbeda, bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna coklat pucat, tepi
daun bergerigi, permukaan daun muda banyak memiliki bulu sesudah dewasa tidak berbulu,
helai daun tebal dan kaku, bunga berbentuk cawan terletak pada ketiak daun, daun-daun
pelindung membulat telur sampai lonjong meruncing, memiliki lima tangkai kepala putik.
Pirdot adalah salah satu tumbuhan liar di hutan Sumatera Utara. Berdasarkan data
empiris rebusan daun pirdot oleh masyarakat sekitar Tigarunggu, Kabupaten Simalungun,
dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka dan juga penyakit gula (diabetes
Selain itu tumbuhan spesies Saurauia yang terdapat di Indonesia yaitu Saurauia
cauliflora yang dikenal masyarakat Jawa Barat dengan nama kileho telah diteliti untuk
mengetahui efek anti depresan. Tumbuhan ini biasanya digunakan sebagai pakan hewan
Penelitian terdahulu terhadap daun pirdot ini, mengatakan bahwa daun ini telah
dimanfaatkan oleh masyarakat Sumatera Utara sejak dulu sebagai pengobatan luka. Daun
Agar pengobatan tradisional dapat dikembangkan maka perlu penelitian untuk dapat
mengetahui secara khusus bentuk tumbuhan tersebut secara makroskopik dan mikroskopik.
pembesar. Tujuannya untuk mengenal dan mengidentifikasi daun pirdot. Cara pemeriksaan
makroskopik ini untuk mencari kekhususan bentuk, warna, bau, dan rasa. Daun pirdot
mempunyai ciri-ciri daunnya memiliki dua sisi warna. Sisi daun bagian atas berwarna hijau
dan sisi daun bagian bawah berwarna kecoklatan, tepi daun bergerigi, permukaan daun muda
banyak memiliki bulu sesudah dewasa tidak berbulu, helai daun tebal dan kaku. Sedangkan
secara mikroskopik terdiri dari berkas pembuluh xilem bentuk spiral, sel batu, parenkim,
mengetahui bentuk-bentuk makroskopik dan mikroskopik dari daun pirdot (Saurauia vulcani
Korth).
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
Apakah daun pirdot (Saurauia vulcani Korth) memiliki struktur dan ciri-ciri yang spesifik
1.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Daun pirdot (Saurauia vulcani Korth)
memiliki struktur dan ciri-ciri yang spesifik melalui pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik.
Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui struktur dan ciri-ciri daun pirdot
(Saurauia vulcani Korth) yang spesifik melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.
Adapun manfaat penelitian ini adalah: Memberikan informasi tentang struktur dan
TINJAUAN PUSTAKA
Pirdot merupakan salah satu jenis tanaman endemik yang tumbuh diberbagai tempat di
indonesia. Menurut van Steenis (2010), jenis ini menyebar di seluruh Jawa dan Bali pada zona
sub Montana dan di Pegunungan Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Barat daya pada zona sub
Tapanuli Selatan. Jenis ini mampu tumbuh pada lahan kritis di sekitar kawasan Danau Toba.
Pirdot masuk pada kategori rentan walaupun menyebar di banyak tempat (IUCN, 1998) dan
Pirdot tumbuh di tempat-tempat terbuka, sepanjang sungai dan di tempat lembab pada
ketinggian 600-1.200 m di atas permukaan laut. Jenis ini termasuk jenis pohon berukuran
kecil-sedang dengan tinggi 3-15 meter (van Steenis, 2010). Batangnya berwarna coklat,
mudah patah sehingga tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Penyebaran Pirdot terjadi
secara alami dan pengetahuan mengenai perbanyakan dan budidaya jenis ini belum diketahui.
Pirdot merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang hidup pada daerah lembab atau
daerah basah seperti dekat air terjun, aliran sungai, jurang, gunung yang lembab, daerah
hutan hujan, hutan lumut, dan daerah yang berawan (mendung). Kebanyakan spesies hidup
pada tanah yang berpasir, banyak humus, tanah liat, jarang terdapat pada batu (Soejarto,
1980). Daun pirdot digunakan sebagai obat luka dan diabetes dalam pengobatan tradisional
(Adiastuti, 2007).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ericales
Famili : Actinidiaceae
Genus : Saurauia
Spesies : Saurauia vulcani Korth
Pirdot (Saurauia vulcani Korth) dikenal juga dengan nama ki leho (Sunda), lotrok
Tumbuhan pirdot mempunyai morfologi sebagai berikut : Jenis ini termasuk jenis pohon
berukuran kecil-sedang dengan tinggi 3-15 meter (van Steenis, 2010). Batangnya berwarna
coklat, mudah patah sehingga tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Penyebaran
Pirdot terjadi secara alami dan pengetahuan mengenai perbanyakan dan budidaya jenis ini
belum diketahui.
Daun Pirdot berbentuk lonjong–jorong dengan panjang 27-29 cm, lebar 12-15 cm.
Berciri-ciri bergerigi meruncing di ujung dan bulat di bagian dasar permukaan bawah seperti
beludru kelabu atau berbulu coklat, bersisik pada permukaan atas daun remaja, licin pada
daun dewasa, bulu kempa padat dan bersisik pada bagian bawah (Yonagarasirham, et al.
1982). Pembungaan pada ketiak daun mempunyai dua daun penumpu besar seperti daun di
ujung sekitar bunga. Tetapi pembungaan akhirnya jauh lebih besar bercabang lebih banyak
Merupakan korola yang berbentuk seperti daun. Berbentuk blong (memanjang) berekor di
bagian ujung dengan sisik yang banyak. Panjang kaliks ±7 mm, lebih pendek dari petal
menyatu di bagian dasar. Sepal berjumlah lima, dua yang terluar bersisik padat. Berukuran
tidak sama, berbentuk lanset bulat telur berukuran 4-5 x 2-3 mm, sedang tiga helai di bagian
dalam lebih besar dengan ukuran 7×5 mm, berbentuk bulat telur dengan panjang klora ± 1
cm.
Bunga pirdot termasuk hermaprodit (biseksual), dimana putik dan tangkai sari berada
pada satu bunga. Tangkai sari bunga berjumlah 33-36 terletak mengelilingi tangkai putik
yang berjumlah lima. Kepala sari lebih rendah dari kepala putik, sehingga memungkinkan
terjadinya penyerbukan sendiri (Yonagarasirham, et al. 1982), kepala sari pada bunga pirdot
yang ditemukan juga berwarna kuning dengan filamen berwarna putih bersatu dibagian
dasar.
Buah pirdot bewarna hijau tua ketika masih muda, berbulu (van Stenis, 2010) dan
semakin bewarna hijau terang ketika buah menjadi masak, berbentuk bulat seperti kelereng
dengan diameter mencapai 16 mm. Tiga kelopak bersisik bewarna hijau, sedangkan dua
kelopak dalam bewarna lebih terang dengan sedikit sisik. Bagian dalam buah bersekat lima
dengan banyak biji berukuran kecil bewarna coklat dan mengandung lendir. Pada buah yang
telah masak, lendir rasanya manis dan sering dimakan oleh tupai (Sinaga, 2008). Biji pirdot
berbentuk bulat tak beraturan berukuran 1,5 mm x 0,5 mm, berwarna coklat, permukaan
kulit biji bergelombang seperti jaring. Jumlah 10.000 butir benih pirdot adalah 0,77 gr
sehingga banyak benih dalam 1 kg dapat mencapai kira ±13 juta benih (Ali, 2015).
2.1.4. Kandungan Kimia
Daun pirdot digunakan secara tradisional sebagai obat anti hiperkolesterolemia (Ningsih,
pembesar atau tanpa alat. Cara ini digunakan untuk mencari bentuk daun, bentuk tepi
daun, bentuk pangkal daun, warna daun, bentuk pertulangan daun, bentuk ujung daun,
pembesaran 40x. Uji mikroskopik mengamati unsur-unsur anatomi jaringan yang khas.
Daun yang diuji dapat berupa sayatan melintang atau membujur (Eliyanoor, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN
mikroskopik.
Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biologi, Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan,
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pirdot yang diambil hingga
pada helai kelima dari pucuk. diperoleh di Desa Hariara Pintu, Samosir.
3.4.1. Alat
1. Mikroskop
2. Deck Glass
3. Gelas Objek
4. Pipet Tetes
5. Pisau Silet
3.4.2. Bahan
daun, bentuk tepi daun, bentuk pangkal daun, warna daun, bentuk pertulangan daun, bentuk
Proses dimulai dari pengambilan daun segar, selanjutnya yaitu pencucian terhadap daun
ditiriskan dan dibuat penampang membujur. Irisan membujur diletakan diatas gelas objek,
diteteskan 2-3 tetes kloralhidrat difiksasi selama 1 menit, ditutup dengan deck glass dan
Proses dimulai dari pengambilan daun segar, selanjutnya yaitu pencucian terhadap
mengalir, ditiriskan dan dibuat penampang melintang. Irisan melintang di diletakan diatas
gelas objek, diteteskan 2-3 tetes kloralhidrat difiksasi selama 1 menit, ditutup dengan deck
4.1 Hasil
Dari pemeriksaan Makroskopik yang dilakukan secara visual dan organoleptik daun
pirdot berbentuk lonjong meruncing, panjang 18 – 28 cm, lebar 15 – 18 cm, Daun pirdot
memiliki dua sisi warna. Sisi daun bagian atas berwarna hijau dan sisi daun bagian bawah
berwarna kecoklatan, tepi daun bergerigi, permukaan daun muda banyak memiliki bulu sesudah
Gambar 4.1.1
Daun Pirdot
4.1.2 Pemeriksaan Mikroskopik
mikroskop baik secara irisan Membujur dan Melintang dari daun pirdot.
Stomata, Trikoma.
Stomata
40x
Trikoma
4.2 Pembahasan
meliputi tentang bagian morfologi luar daun pirdot yaitu bentuk daun lonjong meruncing,
warna permukaan atas daun hijau, permukaan bawah daun berwarna kecoklatan, rasa agak
kelat, tidak berbau, ukuran daun memiliki panjang berkisar 18-28 cm dan lebar 15-18 cm.
dengan lensa pembesaran 40x daun pirdot terdapat Epidermis atas, Stomata, Trikoma, Kristal
kalsium oksalat.
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan jaringan, biasannya setebal satu lapis sel saja, yang menutupi
permukaan organ seperti daun, batang, akar, dan bunga. Epidermis adalah lapisan sel terluar
pada daun, jaringan ini terbagi menjadi epidermis atas dan epidermis bawah, berfungsi
melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. Epidermis bentuknya seperti gigi berbaris.
b. Stomata
Stomata adalah mulut daun yang jika membuka secara maksimal hanya selebar 0,0001
mm. Stomata diapit oleh sepasang sel penjaga. Stomata berfungsi sebagai organ respirasi,
stomata mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis. Stomata ini adalah
tipe anomosit. Pada tipe anomosit, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel tertentu yang
tidak bisa dibedakan bentuk dan ukurannya dari sel epidermis yang lain.
c. Trikoma
Trikoma didefinisikan sebagai rambut karena hal itu merupakan perkembangan dari
epidermis, kemudian trikoma digunakan untuk semua tujuan praktis, semacam rambut. Tidak
seperti bulu hewan, meskipun trikoma merupakan sel-sel hidup. Trikoma ini adalah trikoma
tunggal. Trikoma sel tunggal atau dapat disebut juga dengan trikoma uniseluler ialah trikoma
yang hanya memiliki satu sel saja, serta secara umum tidak bercabang. Akan tetapi, ada juga
Kristal kalsium oksalat umumnya terdapat pada sel kortek dan sel parenkim floem dan
parenkim xilem. Kristal kalsium oksalat terbentuk ketika asam oksalat yang bersifat racun
endapan ini kemudian membentuk kristal yang selanjutnya disebut kristal kalsium oksalat.
Sifat kristal kalsium oksalat, apabila ditambahkan asam cuka dan sedikit dipanaskan, maka
dapat pula digunakan asam klorida dan asam sulfat. Kristal kalsium oksalat ini berbentuk
jarum.
DAFTAR PUSTAKA
Amta, S. 2018. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth)
Depkes RI, 1987, Analisa Obat Tradisional, Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal
43,76,80.
Guanawan, D dan Mulyani S, 2004. Ilmu Obat Alam. Jakarta : Penebar Swadaya.
Miquel,F.A.W. 1859. Flora Van Nederlandsch Indie. Bij Fried Fleisher. Leiipzig.
Ningsih, V.E. 2017. Uji Anti Hiperkolesterolemia Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) pada
Mencit Jantan (Mus musculus L.) Yang Diberi Diet Kuning Telur Puyuh. Skripsi.
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam : Universitas
Sumatera Utara. Halaman 12.
Roking. 2007. Identifikasi Golongan Senyawa Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol, Serta
Fraksi Aktif Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth.). Universitas Indonesia. Depok.
Saragih, R.R. 2016. Skrining fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak
Metanol dan Etilasetat Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu.
Skripsi. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Halaman 34.
Sitorus, Panal. 2015. Characterization Simplisia and Ethanolic Extract of Pirdot (Saurauia
vulcani, Korth) Leaves and Study of Antidiabetic Effect in Alloxan Induced Diabetic
Mice.Faculty of Pharmacy. University of Sumatera Utara.International Journal of Chem
Tech Research Vol. 8 (6) pp 789-794. Medan
Soejarto,D.D. 1980. Fieldiana Botany Revision of South American Saurauia (Actinidiaceae).
Field Museum of Natural History. Chicago. Terhadap Kadar Soluble Receptor Advance
Glycation End Product pada Tikus Hiperglikemia. Skripsi. Fakultas Farmasi :
Universitas Sumatera Utara. Halaman 38.
Tumangger,H., Anas S., Supriyatna. 1999. Penapisan Efek Anti Depresi dan Fitokimia Beberapa
Tumbuhan Pakan Primata dengan Metode Berenang. Cermin Dunia Kedokteran
123:28-34.