PENDAHULUAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya, maka kami selaku tim penyusun mampu menyusun LAPORAN PENDAHULUAN JASA
KONSULTANSI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEBUN RAYA MANGROVE GUNUNGANYAR
SURABAYA dengan sebaik-baiknya.
Materi laporan pendahuluan ini berisi pendahuluan, review literatur, pengambilan dan
pengumpulan data, kondisi umum, analisa, serta konsep desain.
Tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini. Kritik serta saran kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, sehingga Kota
Surabaya dijadikan pusat bisnis, perdagangan dan industri. Saat ini pencemaran udara di perkotaan
menjadi permasalahan yang serius. Penggunaan bahan bakar minyak yang dipergunakan sebagai
penggerak bagi kendaraan, sistem ventilasi mesin dan yang terutama adalah buangan dari knalpot
hasil pembakaran bahan bakar yang merupakan pencampuran ratusan gas dan aerosol menjadi
penyebab utama keluarnya berbagai pencemar. Beberapa permasalahan yang menimbulkan
penurunan kualitas udara adalah peningkatan penggunaan kendaraan bermotor dan konsumsi
energi di kota-kota, jika tidak dikendalikan akan memperparah pencemaran udara, kemacetan, dan
dampak perubahan iklim yang menimbulkan kerugian kesehatan, produktivitas, dan ekonomi bagi
negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, maka udara perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran
udara. Pemerintah Kota Surabaya sudah melakukan banyak hal dalam menangani kondisi tersebut
salah satunya dengan melaksanakan pembangunan taman hutan raya untuk membantu mereduksi
polusi udara yang ada di kota serta dapat digunakan sebagai wadah dalam menciptakan interkasi
sosial hingga membentuk budaya sehat bagi masyarakat perkotaan.
Oleh karena itu perencanan pembangunan kebun raya diperlukan dalam mendukung
kepentingan tersebut. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 Tentang RTRW Kota
Surabaya Tahun 2014-2023 perihal Kawasan Lindung, Pemerintah Kota Surabaya memiliki lahan
mangrove seluas 27 hektar di kawasan Gunung Anyar dan Medokan Ayu. Status tanah tersebut
milik pemerintah kota Surabaya di mana di dalamnya memiliki beberapa potensi keanekaragaman
flora dan fauna. Antara lain terdapat 57 jenis tanaman mangrove dari 63 jenis mangrove yang ada
di Indonesia. Serta beberapa fauna endemi khas kawasan mangrove yang masih alami. Sehingga
diperlukan rencana pengembangan di kawasan tersebut sebagai wahana rekreasi dengan konsep
kawasan kebun raya ekowisata mangrove. Terkait Rencana tersebut, Pemerintah Kota Surabaya
memiliki program kerja berupa pembangunan Kawasan Wisata Kebun Raya Mangrove pada lahan
milik Pemerintah Kota Surabaya yang meliputi area mangrove Gunung Anyar dan Medokan Ayu.
1. Tujuan umum dari Pekerjaan ini adalah untuk kelestarian, keserasian, dan keseimbangan
ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial, dan budaya;
2. Tujuan khusus dari Pekerjaan ini adalah membantu mereduksi polusi udara yang ada di kota
serta dapat digunakan sebagai wadah dalam menciptakan interaksi sosial hingga membentuk
budaya sehat bagi masyarakat perkotaan.
A. Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana adalah meliputi tugas-tugas
perencanaan ruang bangunan yang terdiri dari :
1. Persiapan Perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi lapangan, membuat
interpretasi secara garis besar terhadap KAK.
2. Menyusun Pra Rencana seperti program dan konsep ruang, perkiraan biaya.
3. Penyusunan Pengembangan Rencana, antara lain membuat :
➢ Rencana Struktur, beserta uraian konsep perhitungan (apabila diperlukan)
➢ Rencana Arsitektur, dan uraian konsep yang mudah dimengerti
➢ Rencana Sistem Mekanikal/Elektrikal (apabila diperlukan)
➢ Rencana Utilitas (apabila diperlukan)
➢ Perkiraan Biaya
4. Penyusunan rencana detail antara lain membuat :
➢ Gambar-gambar detail Arsitektur, Struktur, M/E, sesuai dengan gambar rencana yang
disetujui.
➢ Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)
➢ Rincian Volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan
➢ Laporan akhir perencanaan
B. Lingkup Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Kebun Raya Mangrove Gununganyar, terdiri
dari komponen kegiatan :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Sipil/Struktur
3. Pekerjaan Arsitektur
4. Pekerjaan M/E (apabila diperlukan)
C. Tahap – Tahap yang akan dilaksanakan adalah :
1. Persiapan Perencanaan termasuk Survei
2. Melakukan Data Tembak/Pengukuran (Theodolite)
3. Penyusunan Pra Rencana Lanjutan
4. Pengembangan Rencana Lanjutan
5. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Lanjutan
6. Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)
7. Penyusunan Rencana Detail (DED, 3d Perspektif, dll)
8. Persiapan Pelelangan
9. Pelaksanaan Pelelangan.
10. Pengawasan Berkala.
D. Membantu Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) dan Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) di dalam menyusun dokumen pelelangan dan pelaksanaan pelelangan.
E. Membantu Panitia pengadaan pada waktu penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan, menyusun kembali dokumen pelelangan dan melaksanakan
tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
F. Melaksanakan Pengawasan berkala selama pelaksanaan konstruksi fisik dan melaksanakan
kegiatan seperti :
1. Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada perubahan.
2. Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa
pelaksanaan konstruksi.
3. Memberikan Saran-saran.
4. Membuat laporan akhir pengawasan berkala.
• BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi pendahuluan, maksud & tujuan, lokasi, lingkup kegiatan, jangka waktu pelaksanaan,
dan sistematika penulisan.
• BAB 2 REVIEW LITERATUR
Kajian teori terkait Kawasan Mangrove Surabaya.
• BAB 3 PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN DATA
Berisi hasil dan dokumentasi pengambilan data di Kawasan Mangrove Surabaya.
• BAB 4 KONDISI UMUM
Berisi gambaran wilayah pekerjaan.
• BAB 5 ANALISA
Berisi analisa lokasi pekerjaan di Kawasan Mangrove Surabaya.
• BAB 6 KONSEP DESAIN
Berisi konsep rencana desain yang diadopsi dalam perencanaan pembangunan Kebun
Raya Mangrove Gununganyar.
BAB II
REVIEW LITERATUR
Mangrove berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah vegetasi pantai yang memiliki morfologi khas dengan
sistem perakaran yang mampu beradaptasi pada daerah pasang surut dengan substrat lumpur atau
lumpur berpasir. Mangrove merupakan jenis tanaman yang tumbuh di habitat air payau dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Tim Penyusun). Ekosistem mangrove berdasarkan
Peraturan Presiden RI Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem
Mangrove adalah kesatuan antara komunitas vegetasi mangrove berasosiasi dengan fauna dan
mikro organisme sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang pantai terutama
di daerah pasang surut, laguna, muara sungai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur
berpasir dalam membentuk keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Ekosistem
mangrove adalah sebuah kesatuan yang berada di sekitar vegetasi mangrove pada sepanjang
pantai (Tim penyusun). Ekosistem mangrove termasuk dalam kawasan yang harus dilindungi dari
perkembangan kawasan budidaya. Pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan dibutuhkan
dalam melestarikan dan menjaganya. Pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan menurut
Peraturan Presiden RI Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem
Mangrove adalah semua upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari melalui proses
terintegrasi untuk mencapai keberlanjutan fungsi-fungsi ekosistem mangrove bagi kesejahteraan
masyarakat.
Arahan pengembangan kebun raya mangrove gunung anyar ini nantinya akan mengacu pada
karakteristik masing-masing zona. Dimana dalam satu kawasan terbagi menjadi tiga zona, yakni
zona lindung utama, zona pemanfaatan terbatas, dan zona penyangga pendukung dengan
peruntukan dan arahan pengembangan yang berbeda-beda.
pengunjung dalam meminimalisir dampak terhadap habitat flora dan fauna eksisting. Pada zona
ini kendaraan bermotor dilarang melintas, material perkerasan pada zona ini alami atau sesuai
kondisi eksisting, serta pembangunan gedung dilarang pada zona ini.
• Zona Pemanfaatan Terbatas
Umumnya memiliki keragaman hayati tinggi-sedang dengan arahan pengembangan
sebagai aktivitas berwawasan lingkungan atau pengembangan kawasan yang dapat
memberikan nilai ekonomis dan wisata dan ruang publik yang berorientasi kepada alam. Jenis
kegiatan yang dapat dilakukan di dalam zona di antaranya adalah pariwisata dan rekreasi
berwawasan alam dan pemanfaatan tambak silvofishery (agroforestry). Jumlah pengunjung
pada zona ini tidak dibatasi jumlah tertentu. Pada zona ini kendaraan bermotor dilarang melintas
kecuali kendaraan ramah lingkungan, material perkerasan pada zona ini adalah grevel dan
rumput, serta pembangunan gedung pada zona ini diperbolehkan dengan syarat jumlahnya
terbatas dan berwawasan lingkungan.
• Zona Penyangga Pendukung
Umumnya memiliki keragaman hayati sedang dengan arahan pengembangan sebagai
aktivitas berwawasan lingkungan atau pengembangan kawasan yang dapat memberikan nilai
ekonomis dan wisata dan ruang publik yang berorientasi kepada alam. Jenis kegiatan yang
dapat dilakukan di dalam zona di antaranya adalah pariwisata dan rekreasi, visitor center, ruang
terbuka publik, dan area penunjang (Parkir, dll). Jumlah pengunjung pada zona ini tidak dibatasi
jumlah tertentu. Pada zona ini kendaraan bermotor diperbolehkan melintas, material perkerasan
pada zona ini adalah paving dan/atau grass blok, serta pembangunan gedung pada zona ini
diperbolehkan dengan syarat jumlahnya terbatas dan berwawasan lingkungan.
Adapun konsep penataan pada kawasan kebun raya mangrove sebagai berikut :
1. Teritory Pengembangan
Makro, mempertegas batas Kawasan Kebun Raya Mengrove Surabaya (area konservasi alam)
dengan area budidaya. Hal ini ditujukan dalam memperkuat identitas Kawasan Strategis
Pamurbaya, dan mencegah pembangunan secara masif di kawasan lindung.
Mikro, tapak pengembangan terletak pada zona pemanfaatan terbatas dan penyangga
pendukung, batasan pengembangan ini diperkuat dengan pemberian gerbang wisata mangrove.
Gambar 2.3 Konsep Penataan Teritory Pengembangan Mikro Kebun Raya Mangrove
2. Aktivitas Tematik
Meminimalisir intervensi pembangunan sevara masif, hanya difokuskan pada area gerbang
penerima dan area pengambangan wisata sebagai pusat kegiatan utama. Sedangkan zona lain
dikembangkan sebagai zona konservasi dan lindung.
Gambar 2.5 Konsep Penataan Aksesibilitas dan Transportasi Kebun Raya Mangrove
4. Ruang Ekonomi
Mendorong kegiatan ekonomi lokal (UMKM) dengan memanfaatkan pengunjung yang datang,
maupun pemanfaatan budidaya alam seperti silvofishery pada area konservasi mangrove.
Pengembangan juga dapat dikerjasamakan dengan investor swasta dalam pengelolaan wisata
seperti wisata kuda, ATV, outbond, maupun wisata danau.
B. KONSEP AVIARY
Aviary adalah kandang besar untuk membatasi burung. Tidak seperti kandang pada umumnya,
kandang burung memungkinkan burung ruang hidup yang lebih besar di mana mereka bisa terbang,
maka, kandang burung juga kadang-kadang dikenal sebagai kandang penerbangan. Kandang
burung sering mengandung tanaman dan semak-semak untuk mensimulasikan lingkungan alam.
Dibutuhkan aviary yang sesuai dengan habitat satwa burung agar satwa terawat dan hidup dengan
baik selayaknya di hatbitat aslinya. Selain itu aviary pada kebun binatang perlu di tampilkan
sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat menikmati satwa dengan maksimal dan nyaman
(Shiyama, 2014). Untuk itu aviary dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Aviary Terbuka
Sebuah aviary (kandang burung) yang bersifat terbuka. Aviary ini terbuat dari dinding-dinding
bata dengan bagian depan (salah satu sisinya terbuka) di beri kawat = kawat bolong/palang
besi.
2. Aviary Tertutup
Sebuah aviary (kandang burung) yang bersifat tertutup. Aviary ini terbuat dari dinding-
dinding bata dengan bagian depan tertutup di beri kaca/resin full. Aviary ini dilengkapi dengan
pengatur suhu, karena sebagai tempat satwa burung yang memiliki kebutuhan khusus, misalnya
seperti burung hantu.
Meninjau aviary-aviary yang sudah ada di daerah atau negara lain yang menjadi acuan
perencanaan pembangunan aviary di Kebun Raya Mangrove Gununganyar Surabaya nantinya.
Salah satunya adalah The Exotic Aviary Geodesic Dome di Sardar Patel Zoological Park, India.
Lama pembuatan aviary berbentuk dome ini adalah selama enam bulan.
Struktur kubah geodesik adalah yang pertama dari jenisnya di India dan dibangun dengan
sejumlah pipa baja yang menyilang menciptakan pengalaman udara terbuka untuk dinikmati
pengunjung. Desain ini lebih disukai untuk membangun kubah karena faktor-faktor penting seperti
skalabilitas, pengurangan biaya secara keseluruhan, waktu konstruksi dan dampak minimal
terhadap keseimbangan ekologis dari sistem ekologi sekitarnya. Struktur baja membutuhkan
lapisan yang kokoh secara inheren, melindungi dari abrasi apa pun dengan masa pakai minimal 20
tahun tanpa perawatan.
Hot-dip galvanizing akhirnya dipilih karena berbagai alasan. Itu tidak memerlukan sentuhan
yang sering dibutuhkan oleh sistem pelapis lain dan itu akan memenuhi atau melampaui tujuan
umur untuk struktur. Galvanisasi hot-dip juga memberikan waktu penyelesaian yang cepat
dibandingkan dengan opsi lain dan tim menyukai estetika yang menyenangkan yang akan
diberikannya. Meskipun biaya bukan perhatian utama, hot-dip galvanizing ternyata lebih murah juga.
Peraturan Substansi
Peraturan Presiden Nomor 93 Rencana induk (masterplan) paling kurang memuat : kondisi eksisting,
Tahun 2011 tentang Kebun analisa tapak, analisis sosial dan budaya, zonasi kebun raya, rencana
Raya tapak dan rencana utilitas, pentahapan pembangunan, dan rencana
pembiayaan.
Penataan kawasan kebun raya dilakukan melalui penentuan zona. Zona
paling kurang mencakup zona penerima, zona pengelola dan zona
koleksi.
• Zona penerima paling kurang meliputi gerbang utama, loket,
pusat informasi dan fasilitas penunjang untuk pengunjung.
• Zona pengelola paling kurang meliputi kantor pengelola,
pembibitan dan sarana penelitian.
• Zona koleksi paling kurang meliputi petak-petak koleksi
tumbuhan yang ditentukan berdasarkan pola klasifikasi
taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola
tersebut.
Peraturan Presiden RI Nomor Pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan adalah semua upaya
73 Tahun 2012 tentang Strategi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari melalui proses
Nasional Pengelolaan terintegrasi untuk mencapai keberlanjutan fungsi-fungsi ekosistem
Peraturan Substansi
Ekosistem Mangrove mangrove bagi kesejahteraan masyarakat.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas Tim Koordinasi Nasional, Ketua
Pelaksana membentuk Kelompok Kerja Mangrove Tingkat Nasional.
SNPEM bertujuan untuk menyinergikan kebijakan dan program
pengelolaan ekosistem mangrove yang meliputi bidang ekologi, sosial
ekonomi, kelembagaan, dan peraturan perundang-undangan untuk
menjamin fungsi dan manfaat ekosistem mangrove secara berkelanjutan
bagi kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan SNPEM mengacu pada:
a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
b) Rencana Tata Ruang Wilayah;
c) Rencana Kehutanan Tingkat Nasional; dan
d) Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Dalam rangka pelaksanaan SNPEM dibentuk Tim Koordinasi Nasional
Pengelolaan Ekosistem Mangrove yang selanjutnya disebut Tim
Koordinasi Nasional.
Peraturan Presiden RI Nomor Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, selanjutnya
121 Tahun 2012 tentang disebut rehabilitasi adalah proses pemulihan dan perbaikan kondisi
Rehabilitasi Wilayah Pesisir ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya dapat
dan Pulau-Pulau Kecil berbeda dari kondisi semula.
Rehabilitasi wajib dilakukan apabila pemanfaatan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil mengakibatkan kerusakan ekosistem atau populasi
yang melampaui kriteria kerusakan ekosistem atau populasi.
Rehabilitasi dilakukan terhadap:
a) Terumbu karang;
b) Mangrove;
c) Lamun;
d) Estuari;
e) Laguna;
f) Teluk;
g) Delta;
h) Gumuk pasir;
i) Pantai; dan/atau
j) Populasi ikan.
Kriteria kerusakan ekosistem atau populasi untuk dilakukan
rehabilitasi ditentukan berdasarkan:
a) Kerusakan fisik;
b) Kerusakan kimiawi; dan/atau
c) Kerusakan hayati.
1) Kerusakan fisik meliputi:
a) Penurunan manfaat dan fungsi fisik ekosistem atau populasi;
b) Penurunan luasan ekosistem atau populasi; dan/atau
c) Pencemaran habitat.
2) Kerusakan kimiawi meliputi:
a) Penyimpangan derajat keasaman/ph;
b) Penurunan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) dalam air;
c) Peningkatan jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri
untuk mendekomposisikan bahan organik hingga stabil pada
kondisi aerobik (Biological Oxygen Demand/BOD);
d) Peningkatan padatan yang terkandung dalam air (Suspended
Peraturan Substansi
Solid/SS);
e) Peningkatan total padatan tersuspensi (Total Dissolved
Suspended/TDS); dan/atau
f) Peningkatan berbagai macam senyawa toksik.
3) Kerusakan hayati meliputi:
a) Kerapatan rendah;
b) Tutupan rendah;
c) Dominasi jenis tinggi atau keanekaragaman rendah;
d) Penurunan populasi melebihi kemampuan alam untuk pulih;
dan/atau
e) Penurunan dan/atau hilangnya daerah pemijahan (spawning
ground), daerah pembesaran (nursery ground), serta daerah
pencarian makan (feeding ground).
Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan dengan cara:
a) Pengayaan sumber daya hayati;
b) Perbaikan habitat;
c) Perlindungan spesies biota laut agar tumbuh dan berkembang
secara alami; dan
d) Ramah lingkungan.
Permenko Perekonomian No. 4 Pengelolaan Ekosistem Mangrove memiliki 4 nilai penting, di antaranya:
Tahun 2017 tentang Kebijakan, 1) Nilai penting ekologi
Strategi, Program, dan Indikator Ekosistem mangrove memiliki potensi penyimpan karbon yang baik
Kinerja Pengelolaan Ekosistem pada vegetasi mangrove maupun substrat mangrove. Pengelolaan
Mangrove Nasional ekosistem mangrove akan berdampak pada penyerapan emisi
karbon yang lebih besar daripada hutan daratan. Perubahan fungsi
lahan mangrove akan menyebabkan penurunan biodiversitas dan
jasa lingkungan yang berakibat meningkatkan risiko bencana.
Pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan perlu
didorong menuju pendekatan terintegrasi dengan upaya
pengurangan risiko bencana pasir serta adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim sehingga dapat meningkatkan ketahanan
masyarakat pesisir.
2) Nilai penting sosial ekonomi
Ekosistem mangrove menyumbang cukup besar pada ekonomi
nasional. Menurut data kementerian kelautan dan perikanan tahun
2015 dari sektor perikanan, ekosistem mangrove berkontribusi
sebesar US$ 1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta dolar) belum
termasuk manfaat lain. Ekosistem mangrove juga bermanfaat pada
keanekaragaman hayati flora fauna di dalamnya dan jasa
lingkungan. Jasa lingkungan dari ekosistem mangrove seperti
peredam bencana, mitigasi perubahan iklim, pencegahan intrusi air
laut, pemijahan biota laut, dan jasa lingkungan lainnya. Partisipasi
masyarakat lokal sekitar ekosistem mangrove dalam pengelolaan
ekosistem mangrove harus dioptimalkan. Mekanisme insentif juga
harus diterapkan dalam rangka mendukung masyarakat
berpenghasilan rendah.
3) Nilai penting kelembagaan
Sinergi kebijakan antar sektor dalam pengelolaan ekosistem
mangrove sangat penting. Oleh karena itu, perlu adanya
kelembagaan pengelola ekosistem mangrove di tingkat pusat dan
daerah.
Peraturan Substansi
4) Nilai penting perundang-undangan
Pengelolaan mangrove diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove, dan Peraturan
Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai.
Dalam rangka implementasi peraturan perundang-undangan
tersebut diperlukan sebuah kebijakan, strategi, program, dan
indikator kinerja pengelolaan ekosistem mangrove yang lebih
operasional.
Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove
ditetapkan sebagai berikut:
1). Pengendalian pemanfaatan dan konversi ekosistem mangrove
dengan prinsip kelestarian (no net loss)
2). Peningkatan fungsi ekosistem mangrove dalam perlindungan
keanekaragaman hayati, perlindungan garis pantai dan sumber daya
pesisir serta peningkatan produk yang dihasilkan sebagai sumber
pendapatan bagi negara dan masyarakat
3). Pengelolaan ekosistem mangrove sebagai bagian integral dari
pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS)
4). Komitmen politik dan dukungan kuat pemerintah, pemerintah
daerah, dan para pihak terkait lainnya.
5). Koordinasi dan kerjasama antar instansi dan para pihak terkait
secara vertikal dan horizontal untuk menjamin terlaksananya
Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
6). Pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat dengan
memperhatikan nilai ekologi, ekonomi, dan sosial budaya yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
7). Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
kewenangan dan kewajiban pengelolaan ekosistem mangrove
sesuai dengan kondisi dan aspirasi lokal
8). Pengembangan riset, iptek dan sistem informasi yang diperlukan
untuk memperkuat pengelolaan ekosistem mangrove yang
berkelanjutan
9). Pengelolaan ekosistem mangrove melalui pola kemitraan antara
pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat
dengan dukungan Lembaga dam masyarakat internasional, sebagai
bagian dari upaya mewujudkan komitmen lingkungan global.
Peraturan Lembaga Ilmu Perumusan Rencana Induk (Masterplan) sebagaimana dimaksud dalam
Pengetahuan Indonesia Nomor Pasal 16 huruf e terdiri atas:
4 Tahun 2019 tentang
a. Visualisasi Rencana Induk (Masterplan) dan penjelasannya;
Pembangunan Kebun Raya
b. Rencana blok koleksi tumbuhan berupa pembagian zona koleksi;
c. Rencana blok bangunan kebun raya berupa rencana penyusunan
blok bangunan pada zona penerima, zona pengelola, dan zona
koleksi;
d. Rencana jaringan jalan khusus Kebun Raya berupa rencana
penyusunan jalur sirkulasi primer, sekunder, dan tersier;
e. Rencana utilitas berupa rencana penyusunan utilitas air bersih,
drainase dan air limbah, persampahan, listrik, dan telekomunikasi;
Peraturan Substansi
f. Panduan desain berupa panduan penyusunan desain ruang
terbangun pada zona penerima, zona pengelola, dan zona koleksi;
g. Arahan struktur kelembagaan berupa rekomendasi lembaga
pengelola dan perangkat pendukungnya untuk menjamin
kelangsungan pengelolaan Kebun Raya; dan
h. Perkiraan anggaran biaya dan pentahapan Pembangunan Kebun
Raya berupa perkiraan biaya yang disusun secara bertahap
berdasarkan prioritas pembangunan dalam mencapai fungsi Kebun
Raya.
Zona penerima sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27 huruf a
meliputi:
• Gerbang utama yang merupakan pintu masuk utama Kebun
Raya, terletak pada bagian depan, dan paling dekat dengan
akses utama;
• Loket berupa tempat pembelian tiket masuk jika terdapat area
berbayar;
• Pusat informasi berupa tempat untuk menampilkan informasi
Kebun Raya dan memberikan layanan informasi kepada
pengunjung; dan
• Fasilitas penunjang berupa segala fasilitas yang mendukung
zona penerima.
Zona pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b meliputi:
a. Kantor pengelola berupa gedung yang berfungsi untuk aktivitas
pengelolaan Kebun Raya;
b. Pembibitan berupa tempat aklimatisasi bibit dan perbanyakan
tumbuhan di dalam Kebun Raya; dan
c. Sarana penelitian berupa bangunan dan/atau fasilitas
pendukung untuk aktivitas penelitian.
Zona koleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c meliputi
petak koleksi tumbuhan yang ditentukan berdasarkan pola:
a. klasifikasi taksonomi berdasarkan hubungan kekerabatan jenis
tumbuhan;
b. bioregion berupa persebaran jenis tumbuhan berdasarkan
pembagian wilayah;
c. tematik berdasarkan kesamaan daya guna, wilayah geografis
atau ekologi, habitat, habitus, dan/atau taksa; dan
d. kombinasi yang merupakan perpaduan antara pola klasifikasi
taksonomi, bioregion, dan tematik.
Infrastruktur pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
meliputi:
a. Infrastruktur sumber daya air berupa infrastruktur untuk
penyediaan air bagi koleksi dan lingkungannya meliputi embung
dan/atau sejenisnya;
b. Jalan khusus berupa jalur penghubung yang terdiri atas Jalan
Primer, Jalan Sekunder, dan Jalan Tersier;
c. Bangunan gedung berupa segala jenis bangunan gedung di
dalam Kebun Raya meliputi kantor pengelola, pembibitan,
sarana penelitian, pelayanan publik, dan bangunan fisik lainnya;
d. Drainase berupa sistem pembuangan air dalam kawasan Kebun
Raya;
Peraturan Substansi
e. Infrastruktur air bersih berupa prasarana penyediaan air bersih;
dan
f. Infrastruktur air limbah berupa sarana pembuangan air limbah.
Pembibitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf c memiliki
kriteria:
a. Fasilitas aklimatisasi tumbuhan meliputi rumah paranet atau
sejenisnya dan pondok kerja;
b. Sistem sirkulasi udara dan pencahayaan yang optimal; dan
c. Jaringan pengairan.
Rumah paranet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
tempat penyemaian dan tempat penyapihan bibit.
Infrastruktur pendukung yang berada di luar Kawasan Hutan paling luas
20% (dua puluh persen) dari luas total Kebun Raya.
Infrastruktur pendukung yang berada di dalam Kawasan Hutan paling
luas 10% (sepuluh persen) dari luas total Kebun Raya berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.
Kebun Raya dapat dibuka setelah memenuhi kriteria:
a. Memiliki lahan berkekuatan hukum tetap;
b. Memiliki lembaga pengelola yang definitif;
c. Memiliki fungsi konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan
jasa lingkungan; dan
d. Memiliki infrastruktur pendukung yang memadai pada zona
penerima, zona pengelola, dan zona koleksi.
Sumber : Rewiew Kebijakan, 2023
Gambar 2.11 Status Zona Lokasi Perencanaan Berdasarkan RDTR Kota Surabaya
Meninjau Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2018 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi Kota
Surabaya Tahun 2018-2038, pemanfaatan yang diizinkan pada sub zona Sempadan Pantai (PS-1)
di antaranya adalah Hutan Kota, Hutan Mangrove, Taman Lingkungan, Taman Kota, Lapangan
Terbuka, Urban Farming, Instalasi Utilitas. Peruntukan kegiatan yang diizinkan terbatas di antaranya
makam, tambak, perdagangan dan jasa, sentra makanan, sentra PKL, militer dan fasilitas
pertahanan keamanan serta penunjangnya, kepelabuhan dan fasilitas penunjangnya, instalasi
pengolahan air (IPA). Pemanfaatan yang tidak diizinkan pada zona ini di antaranya :
1. Kelompok kegiatan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, perlindungan setempat, dan
ruang terbuka hijau yaitu kegiatan Taman Satwa, Bumi Perkemahan, dan Sawah.
2. Semua kelompok kegiatan Perumahan.
3. Semua kelompok kegiatan Perdagangan dan Jasa kecuali kegiatan Tempat Wisata dan Fasilitas
Penunjangnya dengan jenis kegiatan Tempat Usaha Wisata dan Penunjangnya (outdoor),
kegiatan sentra makanan dan kegiatan sentra PKL.
4. Semua kelompok kegiatan sarana Pelayanan Umum (SPU).
5. Semua kelompok kegiatan Industri.
Semua kelompok kegiatan peruntukan khusus kecuali kegiatan militer dan fasilitas pertahanan
keamanan, kegiatan kepelabuhanan dan fasilitas penunjangnya, dan kegiatan instalasi utilitas
berupa jenis kegiatan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan jenis kegiatan Fasilitas Pengendali Banjir,
Rumah Pompa, Reservoir, water intake, waduk/bozem.
Meninjau lokasi perencanaan Kawasan Kebun Raya Mangrove terhadap peraturan zonasi Rencana
Detail Tata Ruang pada website CMAP, didapatkan informasi sebagai berikut:
• Kegiatan : Tempat Wisata dan Fasilitas Penunjangnya
• Klasifikasi ITBX : T (klasifikasi untuk untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang
Agar perencanaan struktur kebun raya mangrove Surabaya ini dapat memenuhi kriteria
kekuatan dan kelayakan yang dibutuhkan oleh sebuah bangunan pasar, maka pendekatan sipil
ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang akan digunakan. Kegunaan lain dari struktur
bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian bangunan atas menuju bagian bawah
tanah, lalau menyebarkan ke tanah. Perencanaan struktur harus memastikan bahwa bagian-
bagian sistem struktur ini sanggup mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban
bangunan, pada prinsipnya struktur berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen non
struktur yang meliputi elemen tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga membentuk satu
kesatuan. Dalam melakukan perencanaan desain struktur bangunan ini merujuk pada beberapa
tata cara perencanaan bangunan dan juga pada beberapa referensi khusus yang lazim
digunakan. Beberapa acuan tersebut adalah:
- Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 1729-2015)
- Tata Cara Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 1727-2019)
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2019)
- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung (SNI 1726-2015)
- Peta Sumber dan Bahaya Gempa 2017
Sistem struktur pada bangunan ini direncanakan menggunakan sistem tunggal yaitu
sistem rangka pemikul momen yang berupa balok dan kolom baja. Dalam analisa struktur
digunakan analisa gempa Response Spectrum. Analisa dan desain terhadap sistem struktur ini
akan dilakukan menggunakan program bantu SAP2000 yang merupakan program analisa
struktur berbasis teori metode elemen hingga dalam permodelan dan penyelesaian persamaan-
persamaan statikanya.
Hitungan tulangan longitudinal kolom untuk portal SRPMK dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu: dengan menggunakan diagram (Suprayogi,1991), membuat diagram desain kolom,
atau dengan cara analisis.
Begel kolom dihitung berdasarkan kombinasi gaya geser yang bekerja pada kolom
akibat beban mati, beban hidup, dan beban gempa menurut persamaan serta dengan
mempertimbangkan terbentuknya sendi plastis (momen kapasitas Mkap,k) pada ujung-ujung
kolom sesuai persamaan.
1. Persyaratan desain
Beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam desain joint untuk portal
SRPMK adalah sebagai berikut :
1). Lebar efektif joint harus disesuaikan dengan dimensi balok maupun kolom yang
merangkap pada joint.
2). Tegangan tarik tulangan balok di sekitar joint :
fkap = 1,25.fy (Pasal 21.7.2.1)
Hitungan tulangan geser joint vertikal dari portal SRPMK dilaksanakan sebagai berikut:
Mulai
Gaya geser yang ditahan tulangan vertikal (Vsv) dan luas tulangan (Ajv): Vsv =
Vjv – Vcv ; dan Ajv = Vsv / fy
Aan = n.1/4.π.D2 dengan n = jumlah tulangan antara (kanan & kiri). Jika Aan
≥ Ajv → Ak = 0
Selesai
dengan :
Pa = daya dukung izin tiang, ton
N = N nilai N SPT
Qc = tahanan ujung konus (untuk pasir qc = 40 N dan untuk lanau/ lempung qc = 20 N)
AP = luas penampang , m2 Ast = keliling penampang, m
Ii = panjang segmen tiang yang ditinjau ,m
Fi = gaya geser pada selimut segmen tiang (untuk pasir fi = N/5 dengan fi,maks = 10
t/m2 dan untuk lanau/ lempung fi = N dengan fi,max= 12 t/m2)
SF1 = faktor keamanan 3
SF2 = faktor keamanan 5
𝟏 𝟐 𝒙 𝒎 𝒙 𝑹𝒏
- 𝝆 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 = (𝟏 − √𝟏 − )
𝒎 𝒇𝒚
As = 𝝆𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 x b x d
persamaan berikut :
𝟐
𝑽𝒄 = 𝟎, 𝟏𝟕 (𝟏 + 𝜷) 𝝀√𝒇′𝒄 𝒃𝒐 𝒅 (SNI 2847:2013 Pasal 11.11.2.1(a))
𝒔 𝜶 𝒅
𝑽𝒄 = 𝟎, 𝟎𝟖𝟑 ( 𝒃𝒐 + 𝟐) 𝝀√𝒇′𝒄 𝒃𝒄 𝒅 (SNI 2847:2013 Pasal 11.11.2.1(b))
Perencanaan dan desain sistem Mekanikal & Elektrikal pembangunan Kebun Raya
mangrove Surabaya meliputi:
a) Sistem Elektrikal
▪ Sistem Distribusi Tenaga Listrik
▪ Sistem Cadangan Tenaga Listrik/Generator-set
▪ Sistem Jaringan Pemantau Kebakaran/Fire Alarm System
b) Sistem Mekanikal
▪ Sistem Penyediaan dan Pendistribusian Air Bersih
▪ Sistem pembuangan Air Kotor (Sewage), dan Air Hujan/Drainase
▪ Sistem Hydrant Pemadam Kebakaran
▪ Sistem Tata Udara dan Ventilasi
▪ STP Dan WTP
1. Penyalur Petir
Untuk melindungi bangunan dari sambaran petir, maka pada puncak dipasang penangkal
petir. Penangkal petir ini menggunakan sistem Ionisasi yaitu kepada penangkal petir menghasilkan
ion yang disebar ke udara sekelilingnya. Sehingga udara menjadi netral dan sambaran petir
diperkecil kemungkinannya. Kepala penangkal petir dihubungkan ke tanah dengan menggunakan
kabel Coaxial atau NYY. Kabel coaxial dihubungkan ke tanah dengan menggunakan elektroda
(copper rod) yang dilengkapi dengan bak kontrol yang dimaksud untuk sewaktu-waktu dapat
mengukur tahanan pentanahan. Tahanan pentanahan harus < 5 ohm. (PUIPP-1983, bab 5.8 Sistem
Pembumian).
Petir ialah suatu gejala listrik di atmosfer yang timbul bila terjadi banyak kondensasi dari uap
air dan ada arus udara naik yang kuat. Instalasi penangkal petir ialah instalasi suatu sistem dengan
komponen-komponen dan peralatan-peralatan secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap
petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bagian dari bangunan/gedung beserta isinya
terhindar dari sambaran petir. Lightning Protection System dengan radius proteksi 100 meter, yang
terdiri dari:
▪ EF Lightning Terminal
▪ Kabel Penghantar
▪ Earthing/Arde
▪ EF Lightning Terminal, memiliki fungsi/keuntungan di antaranya :
- Menciptakan elektron bebas atau emisi lebih awal mendahului obyek sekeliling yang dilindungi
atau yang menjadi sasaran sambaran.
- Mengantisipasi secara dini sambaran petir dengan aktif-reaktif.
- Tidak menggunakan radio elemen, battery atau solar cells, capacitors, diodes maupun electric
resistance.
- Mampu menerima sambaran petir hingga 150 kA.
- Memberikan efek radius proteksi cukup luas, tergantung pada ketinggian pemasangan dan
intensitas sambaran. Kabel Penghantar memiliki fungsi/keuntungan di antaranya:
• Kabel, menyalurkan arus petir kebumi tanpa menimbulkan efek listrik terhadap obyek
sekitar.
• Mencegah adanya induksi.
• Mencegah adanya lompatan arus listrik/kilat samping.
• Mampu menerima tegangan sambaran hingga 250 kV.
• Earthing/Arde.
• Kondisi Arde/ pertanahan yang baik mampu menghilangkan arus petir dengan cepat dan
aman ke bumi.
2. Sistem Pemadam
Sistem pemadam kebakaran yang digunakan pada kebun raya mangrove Surabaya terdiri
dari 2 sistem yakni hydrant dan sprinkler. menggunakan 3 pompa antara lain pompa jockey, electric
pump dan pompa diesel. System pemadam ini terintegrasi dengan sistem MCFA sebagai
kontrolernya.
3. Hydrant
Sistem hydrant menyediakan suplai air pemadam pada tiap titik-titik lokasi yang di hitung
luasannya sehingga mampu mengakomodir seluruh area, pada titik tersebut terdapat hydrant box
yang berfungsi sebagai tempat penampung peralatan pemadam dan titik suplai air pemadam.
ational Fire Protection Association (NFPA) secara khusus membuat peraturan yang menjadi acuan
dalam pemasangan hydrant, yaitu standar NFPA 20. Menurut standar NFPA 20, jarak pemasangan
hydrant pillar harus mencapai radius 35 – 38 meter. Mengacu pada SNI 03-1735-2000, pemasangan
fire hydrant harus memudahkan mobil dan petugas pemadam kebakaran untuk mengakses dengan
bebas sepanjang 50 meter menuju ke lokasi hydrant tanpa mengalami hambatan.
4. Sprinkler
Sprinkler berfungsi dalam menyediakan pengamanan kebakaran dengan mendistribusikan air
pemadam ke titik-titik sprinkler. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor:
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan, catu air bagi sistem sprinkler harus mempunyai tekanan
yang cukup untuk mencapai titik terjauh instalasi kepala sprinkler, yaitu antara (0,5-2,0) kg/cm2.
Jarak dari dinding 2-2,5 m dan antar sprinkler maksimum 4 m. Setiap 4 m2 terdapat 1 buah sprinkler
dan untuk tepi void setiap 1 m di pasang sprinkler.
Berdasarkan SNI 03-3989-2000, penempatan kepala sprinkler didasarkan pada luas lingkup
maksimum tiap kepala sprinkler di dalam satu deret dan jarak maksimum deretan berdekatan. Luas
lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
Jarak Maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum antara
deretan yang berdekatan:
Di bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti: ruang langit-langit, ruang
basement, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel dan sebagainya,
luas maksimum antara kepala sprinkler 3,7 m.
Jarak Maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum antara
deretan yang berdekatan:
• Sprinkler lain :
- Jika penempatan standar 4 m
- Jika kepala sprinkler dipasang selang seling: jarak maksimum antara kepala sprinkler
4,6 m jarak maksimum pipa cabang 4,0 m
Di bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti : ruang langit-langit,
ruang basement, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel dan
sebagainya, luas maksimum antara kepala sprinkler 3,7 m.
Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum antara
deretan yang berdekatan:
• Umum 3,7 m2
• Dalam rak penyimpanan 2,5 m2
Jika dipasang lebih dari satu lapisan sprinkler dalam rak penyimpanan, penempatan kepala
sprinkler dilapis berikutnya harus diselang-seling.
5. Elektrikal
Penerangan
Perhitungan kebutuhan penerangan berdasarkan SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan
sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung dimana tingkat pencahayaan minimum yang
direkomendasikan sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Minimum SNI 03-6575-2001 2001 Tata Cara Perancangan
Sistem Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung
6. Plumbing
Biotank
Pemilihan biotank didapat berdasarkan kebutuhan kapasitas limbah cair domestik yang
dihasilkan tiap hari. Jumlah pegawai pada bangunan menjadi penentu kapasitas yang dibutuhkan,
pada dasarnya limbah cair domestik yang dihasilkan berhubungan erat dengan penggunaan
minimum air pada bangunan tersebut. Kebutuhan air dingin pada terminal sesuai SNI 03-7065-2005
Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing adalah 50 liter/pegawai.
8. Pompa
Pompa Transfer
Pemilihan pompa sangat berpengaruh pada kedalaman tandon air dan ketinggian gedung.
Tekanan minimum pada setiap saat di titik aliran keluar harus 50 kPa (0,50 kg/cm 2), tekanan pada
katup pengglontor langsung sekurang-kurangnya 1 kg/cm2. Bila tekanan air lebih dari 500 kPa (5
kg/cm2) atau bila terdapat katup atau kran yang menutup sendiri, maka harus dipasang suatu tabung
udara atau alat mekanis yang dibenarkan untuk mencegah bahaya akibat tekanan, pukulan air dan
suara dalam pipa yang tidak dikehendaki (SNI 03-6481, 2000).
Tabel 2.4 Laju penambahan kalor SNI 03-6572-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi
dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung
Tingkat Aktivitas Tipe Kalor total Kalor total yang Kalor Kalor Laten
Penggunaan dewasa, pria disesuaikan untuk sensibel
wanita
Btu/jam W Btu/jam W Btu/jam W Btu/jam W
Duduk di gedung Siang hari 390 114 330 97 225 66 105 31
pertunjukan
Duduk di gedung Malam hari 390 114 350 103 245 72 105 31
pertunjukan
Duduk, kerja amat Kantor. Hotel, 450 132 400 117 245 72 155 45
ringan apartemen
Kerja kantor Kantor. Hotel, 475 139 450 132 250 73 200 59
dengan keaktifan apartemen
sedang
Berdiri, kerja Pusat belanja, 550 162 450 132 250 73 200 59
ringan, berjalan pertokoan
Berjalan; berdiri Apotik, Bank 550 162 500 146 250 73 250 73
Pekerjaan terus Restoran 490 144 550 162 275 81 275 81
menerus
Pekerjaan bengkel Pabrik 800 235 750 220 275 81 475 139
ringan
Berdansa Hal dansa 900 264 850 249 305 89 545 160
Berjalan 3 mph; Pabrik 1000 293 1000 293 375 110 625 183
pekerja mesin
yang ringan
Pria Dewasa Memiliki Kalor = 475 Btu/jam
Kapasitas Pos Gate = 2 orang
18. Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
19. Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
20. Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
rencana Tata Bangunan Gedung dan Lingkungan
21. Standar pelaksanaan mengacu pada SNI (Standart Nasional Indonesia), antara lain :
Pekerjaan Bangunan Gedung
SNI 03-6481-2000 Sistem Plumbing
SNI 03-6571-2001 Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung
SNI 03-6764-2002 Spesifikasi baja Struktural
SNI 03-6767-2002 Spesifikasi Umum Sistem Ventilasi Mekanis dan Sistem Tata Udara
sebagai Pengendali Asap Kebakaran Dalam bangunan
SNI 03-6768-2002 Spesifikasi Umum Sistem Pengelolaan Udara sebagai Pengendali Asap
Kebakaran Dalam Bangunan
SNI 03-6764-2002 Spesifikasi baja Struktural
SNI 03-6861.1-2002 Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (bahan Bangunan Bukan
Logam)
SNI 03-6861.1-2002 Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (bahan Bangunan dari Besi /
Baja)
SNI 03-6861.1-2002 Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (bahan Bangunan dari Logam
Bukan Besi)
SNI 1726-2012 (Perencanaan Gempa untuk Gedung)
SNI 2847-2013 (Beton Struktur)
SNI 1727-2013 (Beban Minimum untuk Bangunan)
SNI 2052-2014 (Baja Tulangan Beton)
SNI 1729-2015 (Gedung Baja Struktur)
SNI 8460 : 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
BAB III
PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN DATA
2. Mengamati dan mencatat kondisi lingkungan secara keseluruhan di Kebun Raya Mangrove
Surabay meliputi faktor-faktor seperti salinitas air, kualitas air, suhu udara, kelembaban, dan
kualitas tanah.
3. Mengamati kegiatan manusia yang terkait dengan kebun raya mangrove termasuk aktivitas
penelitian, pengelolaan, dan/atau konservasi yang dilakukan oleh staf kebun raya. Serta
perhatikan interaksi manusia dengan ekosistem mangrove, seperti wisata alam atau
kegiatan nelayan.
Berikut adalah hasil pengukuran topografi yang dilakukan di site perencanaan pekerjaan aviary
pada Kebun Raya Mangrove.
BAB IV
KONDISI UMUM
Lingkup area pekerjaan berada di Kawasan Kebun Raya Mangrove Surabaya, tepatnya di
Zona Edukasi dan Koleksi, dan merupakan lahan milik Pemerintah Kota Surabaya yang akan
dilakukan penataan dan disesuaikan dengan luas kepemilikan mangrove pemerintah Kota
Surabaya.
Berdasar pada hasil studi dan pengelompokan kepemilikan aset tanah Pemerintah Kota
Surabaya, terdapat 11 (sepuluh) Blok Rencana yang digunakan dalam Pengembangan Kebun Raya
Mangrove di kawasan PAMURBAYA. Berikut merupakan luasan tiap blok dan lokasinya.
bagaimana lahan digunakan oleh manusia dan bagaimana penggunaan tersebut dapat
mempengaruhi ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Identifikasi penggunaan lahan dapat
dilakukan dengan menggunakan data penginderaan jauh, peta, survei lapangan, dan informasi dari
sumber lainnya. Peta di bawah ini menunjukkan penggunaan lahan di Kelurahan Gununganyar
Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya.
Berdasar pada peta Kelurahan Gununganyar Tambak di atas, sebagian besar penggunaan
lahannya adalah sebagai tegalan ladang dan mangrove. Sebagian lainnya merupakan lahan
kosong, permukiman dan sungai yang melalui lokasi tapak perencanaan. Sungai tersebut adalah
Kali Gununganyar dan Kali Tambakoso.
Meninjau lebih detail, penggunaan lahan eksisting di lokasi perencanaan aviary merupakan
hutan mangrove dengan pemanfaatan lahan dan deskripsi aktivitasnya sebagai berikut :
2. Fasilitas Wisata
(Jogging Track)
• Berjalan kaki
• Berswafoto
• Fotografi
• Observasi
3. Fasilitas Wisata
(Menara Pandang)
• Menikmati pemandangan
• Fotografi
• Bersantai
• Berswafoto
4. Fasilitas Wisata
(Gate)
• Berswafoto
• Melihat sekeliling area
• Fotografi alam
4.3 BIODIVERSITAS
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan variasi dari makhluk hidup (hewan
maupun tumbuhan). Biodiversitas yang ada di Kebun Raya Mangrove Gununganyar Surabaya
sangat beragam.
A. FLORA
Berikut adalah beberapa temuan flora eksisting seperti ekor kuda, waru laut, dan cemara udang:
Secara umum pola zonasi mangrove di Surabaya bagian terdepan ditumbuhi oleh Avicennia
dan Sonneratia. Di belakang zona ini tumbuh Rhizophora, Bruguiera, Lumnitzera, Xylocarpus, Nypa
dan berbagai jenis mangrove asosiasi. Zona belakang umumnya didominasi oleh Acanthus,
Sesuvium dan berbagai jenis mangrove asosiasi lainnya. Di sepanjang sempadan sungai mendekati
muara didominasi oleh mangrove jenis Avicennia dan Sonneratia. Lebih ke arah dalam umum
dijumpai Rhizophora, Acanthus dan Nypa, dilanjutkan oleh Hibiscus yang diselingi Sonneratia dan
Phragmites (Irawanto, 2020).
Jenis tanaman eksisting di wilayah perencanaan terdiri dari 24 jenis, yaitu: Calophylum
inophillum, Aegiceras comiculatum, Lumitzera racemosa, Avecinea lanata, Rhizophora apiculata,
Acantus ilicifolius, Cerbera manghas, Avecinea alba, Sonneratia alba, Bruguiera sexangula,
Bruguiera cilindryca, Rhizophora stylosa, Sesuvium portulacastrum, Excoecaria agallocha,
Casuarina equisetifolia, Derris infoliata, Xylocarpus moluccensis, Sonneratia caseolaris, Bruguiera
gymnorhiza, Avecenia marina, Nypa fructicans, Rhizophora mucronata, Zizipus mauritiana,
Hisbiscus tiliaceus (Irawanto, 2020).
Jenis ini sangat mirip dengan Avicennia lanata yang memiliki buah lebih kecil (panjang
maksimum 18 mm) dengan bulu-bulu halus yang lebih panjang dan pernah dilaporkan terdapat di
Surabaya (Laboratorium Ekologi Departemen Biologi ITS, 2019).
Terdapat jenis mangrove yang tidak ditemukan di lokasi surabaya lainnya yaitu bogem
Sonneratia ovata dan Scyphiphora hydrophyllacea. Jenis Avicennia spp masih mendominasi
tegakan mangrove di zona terbuka, diselingi oleh beberapa jenis lain seperti Rhizophora spp,
Sonneratia spp dan Bruguiera spp. Total ketebalan zona terbuka mencapai 55-250 meter dengan
rata-rata 145 meter. Di pematang tambak umum ditanami pohon api-api Avicennia marina. Tegakan
mangrove alami dijumpai terutama pada lahan-lahan kosong dengan jenis utama adalah api-api
(Avicennia spp), kayu wuta dan nyiri serta tinjang (Bruguiera spp) (Muzaki, 2012).
Mangrove jenis ini hanya dijumpai di wilayah pesisir Surabaya dan Sidoarjo (Laboratorium
Ekologi Departemen Biologi ITS, 2019).
Jumlah
Nama Tanaman Jumlah Tanaman
No. Nama Tanaman Latin Tanaman
Lokal
2020 2021
1 Rhizhopora Mucronata Tinjang/Tanjang 221.000 225.173
2 Rhizhopora Stylosa Tanjang merah/Bakau 15.041 16.451
3 Rhizhopora Apiculata Bakau Putih 1.055 2.136
4 Bruguiera Gymnorhiza Putut/Lindur 10.511 13.421
5 Bruguiera Clyndrica Werus 15.078 16.111
6 Bruguiera Sexangula Mata Buaya 43 113
7 Bruguiera Parviflora Putut Putih 115 271
8 Avicennia Marina Api-Api 1.000.514 1.700.049
9 Avicennia Lanata Kateng 1.008.900 1.600.047
10 Avicennia Official Api-Api Ludat 513 521
11 Avicennia Alba Api-Api Putih 5.115 6.621
12 Sonneratia Caseolaris Bogem 519 1.011
13 Sonneratia Ovata Prapat 2 2
14 Sonneratia Alba Pidada 1 1
15 Ceriops Decandra Luru 1.590 1.789
16 Ceriops Tagal Mentigi 1.617 1.772
17 Nypa Fruticans Buyuk/Nipah 517 362
18 Lumnitzera Racemosa Keduduk 154 582
19 Xylocarpus Mollucensis Nyirih 617 1.027
20 Xylocarpus Granatum Nyireh 318 526
21 Xylocarpus Rumphi Nyireh - 27
22 Aeigiceras Corniculatum Gedang Gedangan 413 472
23 Excoecaria Agallocha Buta-Buta/Manengen 10.513 11.981
24 Hibiscus Tiliaceus Waru Laut 8 8
25 Acanthus Illicifolius Jeruju HItam 455 1.487
26 Acanthus Embracteatus Jeruju 615 1.356
27 Derris Trifoliata Ketower 5.000 6.389
28 Acrosticum Aerum Paku Luat 10.514 11.715
29 Acrosticum Specifium Paku laut 10.609 10.872
Jumlah
Nama Tanaman Jumlah Tanaman
No. Nama Tanaman Latin Tanaman
Lokal
2020 2021
30 Sesuvium Portulacastrum Alur Kecil TAK TERHINGGA 10.592
31 Sesuvium Alur Kebo TAK TERHINGGA 9.769
32 Ziziphus Mauritiana Bidara 115 143
33 Thespesia Populnea Waru Lot 54 54
34 Terminalia Catappa Ketapang 176 326
35 Carbera Manghas Bintaro 213 471
Ipomoea pes-caprae Kangkung Laut/Tapak
36 Kuda TAK TERHINGGA 6.057
37 Ruellia Tuberosa Pletekan TAK TERHINGGA 10.591
38 Melampodium Paludosum Serunen TAK TERHINGGA 11.497
39 Calophyllum Inophyllum Nyamplung 178 188
40 Stachytarpheta Jamaica Kretekan TAK TERHINGGA 9.690
41 Spinifex Littorius Gulung-gulung TAK TERHINGGA 10.148
42 Pandanus Tectorius Parkinson Pandan 1 1
43 Casuarina Equisetifolia Cemara Udang 5.018 5.612
44 Vitex Trifolia Legundi Semak TAK TERHINGGA 3.789
45 Vitex Ovata Legundi 5 38
46 Pluchea India Beluntas TAK TERHINGGA 18.461
47 Calotropis Gigantea Widuri TAK TERHINGGA 269
48 Baringtonia Asiatica Bogem Hutan 4 4
49 Phoenix Trifoliata Kurma Rawa 2 2
50 Celedendrum Inerme Gambir Laut - 10
51 Jatropha Curcas Jarak Pagar - 54
52 Morinda Citrifolia Mengkudu - 126
53 Ziziphus Jujuba Bidara Arab - 1
54 Baringtonia Edulis Bogem Edulis - 2
55 Ricinus Communis Jarak Kepyar - 5
56 Pemphis Acidula Sentigi 1
57 Scaevola Taccada (bakung-Bakung) Jarak Kepyar 1
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya, 2023
Tabel 4.5 Daftar Flora Selain Mangrove Eksisting di Kebun Raya Mangrove
1 Trembesi 20 20
2 Mahoni 21 4
3 Kelapa Kopyor 13 7
4 Kelapa Hijau 10 5
5 Pule 12 12
6 Mangga 8 4
7 Ketepeng varigata 154 41
8 Ketepeng Kencana 184 54
9 Waru India 10 10
10 Bambu taman 25 25
11 Murbei 1 1
12 Kelengkeng Merah 8 4
13 Gayam 50 50
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya, 2023
B. FAUNA
Selain Flora, adapun beberapa fauna juga tinggal di area sekitar, seperti kepiting rawa yang
tinggal di area wisata mangrove Surabaya tersebut. Terdapat sekitar 148 spesies burung yang
pernah dilihat di kawasan Pantai Timur ini. Sekitar 84 spesies burung adalah penghuni tetap dengan
12 spesies di antara masuk sebagai jenis yang dilindungi. Sementara burung-burung pantai yang
singgah ada 44 jenis setiap tahunnya (Riski, 2015). Dari kajian Nol Sampah tahun 2012, tercatat
sebagai habitat berbagai jenis burung, tujuh spesies mamalia di antaranya monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) dan musang (Paradoxurus sp.) (Riski, 2015). Di sana juga masih ada 53
spesies serangga, 18 spesies ikan, dan 7 spesies kelompok udang (crustaceae), serta beberapa
jenis hewan melata (reptil) (Riski, 2015). Di hutan mangrove Pamurbaya juga ditemukan satu jenis
burung yang termasuk langka dan hampir punah yaitu bubut jawa (Centropus nigrorufus) (Riski,
2015).
Hutan mangrove Gunung anyar memiliki berbagai jenis fauna seperti Monyet, Burung, Ular,
Udang, Ikan, Kepiting dan sebagainya (Dewi, 2021). Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan, diperoleh 2 jenis lebah dan 9 jenis tawon di Kawasan Mangrove Gunung Anyar yang
terdiri dari empat famili yaitu Sphecidae, Apidae, Pompilidae, dan Vespidae, serta delapan genus
yaitu Sceliphron, Spex, Apis, Polistes, Gorytes, Pesis, Gryptochalus, dan Eumenes (Pramesti,
2018). Ditemukan pula populasi ikan Gelodok pada wilayah mangrove Gunung Anyar, Kota
Surabaya berkisar antara 3,6 ind/m2 hingga 9,2 ind/m2 (Hartiyaningsih, 2019). Ukuran populasi
monyet ekor panjang di Mangrove Wonorejo secara keseluruhan berjumlah 148 individu, sebagian
besar berada di bagian hutan yang masuk ke kecamatan Gunung Anyar (Anggraeni, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan di Kawasan Mangrove Wonorejo Surabaya pada bulan Juli
2018 ditemukan 38 spesies burung yang dijumpai di area wisata mangrove, jogging track, tambak
depan pendopo, tambak Gajahan, dan muara. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sebanyak 38
jenis burung tersebut merupakan anggota dari 24 famili yaitu Aegithinidae,Acanthizidae,
Alcedinidae, Apodidae, Ardeidae, Campephagidae, Charadriidae, Columbidae, Corvidae,
Dicaeidae, Estrildidae, Hirudinidae, Passeridae, Phalacrocoracidae, Picidae, Pycnonotidae,
Rallidae, Recurvirostridae, Rhipiduridae, Sternidae, Sylviidae, Nectariniidae, dan Zosteropidae
(Akhadah, 2019). Peneliti burung dari Ekologi Satwa Alam Liar Indonesia (EKSAI) melepas seekor
burung Kipasan Belang (Rhipidura javanica) yang terjaring untuk diteliti di kawasan Hutan Bakau
Gunung Anyar (Madani, 2022).
Jenis-jenis fauna yang ditemukan pada lokasi Kebun Raya Mangrove Surabaya khususnya
burung nantinya akan dikumpulkan dalam sebuah aviary. Mengacu pada temuan Akhadah (2019),
keanekaragaman burung yang ditemukan di Kebun Raya Mangrove Surabaya adalah sebagai
berikut:
Recurvirostrida
Acanthizidae Dicaeidae
e
Campephagida Phalacrocoracida
e
Nectariniidae
e
Columbidae Pycnonotidae
BAB V
ANALISA
Berikut ini adalah uraian prosedur pelaksanaan tahapan kegiatan, metode pelaksanaan,
pelibatan tenaga dan alat bantu serta target keluaran atau outputnya. Secara umum uraian ini
berangkat dari pemahaman konsultan tentang lingkup pekerjaan, kegiatan, keluaran serta indikasi
kebutuhan tenaga dan jadwal yang dipersyaratkan dalam KAK.
Analisa tapak adalah sebagian tahap dalam merancang sebuah objek perancangan
berdasarkan fakta empiris berupa kondisi eksisting tapak. Analisa tapak bertujuan untuk
menyesuaikan objek perancangan dengan kondisi eksisting tapak dengan tanggapan yang terdiri
beberapa alternatif.
Dari site plan Kebun Raya Mangrove Surabaya di atas, terlihat bahwa aviary termasuk dalam
Zona Koleksi 1 berdekatan dengan jogging track, research center, dan Sentra Wisata Kuliner
Gununganyar. Lokasinya berada di tengah hutan mangrove untuk mempertahankan kesan habitat
asli burung yang nantinya berada di dalam aviary.
Lahan perencanaan merupakan area kebun mangrove yang menurut Mardina (2005)
umumnya tanah yang ditumbuhi mangrove adalah tanah-tanah yang bertekstur halus, mempunyai
tingkat kematangan rendah, mempunyai kadar garam rendah, alkalinitas tinggi, dan sering
mengandung lapisan sulfat masam atau bahan sulfidik (cat clay).
Lokasinya yang hanya berupa hutan mangrove tanpa ada bangunan tinggi, menyebabkan
kecepatan angin dari segala arah cenderung tinggi di wilayah perencanaan. Tapak belum dilengkapi
dengan drainase namun dilalui oleh dua sungai yakni Kali Gununganyar dan Kali Tambakoso yang
sekaligus berfungsi sebagai drainase. Hasil zonasi tapak pada daerah perencanaan berdasarkan
pemanfaatan eksistingnya saat ini adalah sebagai berikut.
Arah angin berdasar dari peta arah angin milik BMKG memperlihatkan lokasi aviary tegak lurus
terhadap arah angin, ada beberapa dampak yang mungkin terjadi sebagai berikut :
• Beban angin yang lebih tinggi: Jika jogging track berada tepat di arah angin dominan,
kemungkinan besar akan mengalami beban angin yang lebih tinggi. Ini dapat menyebabkan
tekanan yang berlebihan pada struktur jogging track dan meningkatkan risiko kerusakan atau
kegagalan struktural.
• Gangguan kenyamanan pengguna: Jika jogging track berada di arah angin dominan, pengguna
jogging track mungkin mengalami ketidaknyamanan saat melintas karena angin kencang. Angin
yang kuat dapat menyebabkan rasa tidak stabil atau bahkan membuat sulit berjalan.
Oleh karena itu, baik jogging track maupun aviary yang tegak lurus dengan arah angin dominan,
perlu penyesuaian sebagai berikut :
• Struktur harus dirancang dengan memperhitungkan beban angin yang tinggi. Ini termasuk
menggunakan material yang kuat dan mempertimbangkan kekakuan serta fleksibilitas struktur
untuk menangani gaya angin yang diberikan.
• Perlu dilakukan perhitungan yang tepat untuk menentukan beban angin yang diterapkan pada
jembatan. Ini melibatkan penilaian kecepatan angin rata-rata dan faktor-faktor lain seperti
turbulensi atau gaya angin acak yang dapat terjadi di daerah tersebut. Perhitungan ini akan
membantu dalam menentukan dimensi dan kekuatan struktur.
• Desain struktur harus mempertimbangkan penampilan aerodinamika yang baik. Ini dapat
mencakup penggunaan elemen penahan angin atau penghalang yang tepat untuk mengurangi
turbulensi atau pengaruh angin yang berlebihan.
Di dalam konteks aviary, pejalan kaki atau pedestrian tidak memiliki peran langsung yang
spesifik. Namun, infrastruktur pejalan kaki yang baik dan akses yang nyaman dapat memberikan
manfaat penting bagi pengunjung aviary. Berikut adalah beberapa gunanya:
1. Aksesibilitas: Jalan pejalan kaki atau trotoar yang baik di sekitar aviary memungkinkan
pengunjung untuk berjalan kaki dengan nyaman dan aman. Ini membuat pengunjung dapat
mencapai aviary dengan mudah tanpa mengganggu lalu lintas kendaraan.
2. Keselamatan: Dengan adanya fasilitas pejalan kaki yang jelas dan terpisah dari jalan raya atau
area kendaraan, pengunjung dapat berjalan menuju aviary dengan lebih aman. Trotoar yang
terpisah mengurangi risiko kecelakaan antara pejalan kaki dan kendaraan.
3. Kenyamanan: Memiliki jalur pejalan kaki yang baik di sekitar aviary memberikan pengalaman
yang nyaman bagi pengunjung. Mereka dapat berjalan dengan tenang, menikmati
pemandangan sekitar, dan fokus pada burung-burung di dalam aviary tanpa harus khawatir
tentang pergerakan kendaraan.
4. Menghargai lingkungan: Dengan mendorong pengunjung untuk menggunakan jalur pejalan kaki,
aviary dapat mempromosikan transportasi yang ramah lingkungan. Hal ini dapat membantu
mengurangi polusi dan dampak negatif lainnya yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
5. Menghubungkan dengan area sekitar: Jalur pejalan kaki yang baik juga dapat menghubungkan
aviary dengan area sekitarnya, seperti taman atau tempat-tempat wisata lainnya. Ini
memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk menjelajahi lingkungan sekitar dan
memperluas pengalaman mereka di luar aviary.
Jika diilustrasikan konsep pedestrian di kawasan aviary direncanakan akan terlihat sebagai berikut:
Konsep Desain untuk Kebun Raya Mangrove Surabaya adalah ekowisata dan edukasi serta
adventure dan kreasi. Konsep tersebut secara lebih jelas adalah sebagai berikut:
• Ekowisata dan edukasi
Dalam rangka mendukung terbangunnya Kebun Raya Mangrove Surabaya, terdapat sarana
edukasi perihal jenis dan ragam flora fauna. Meliputi jenis-jenis flora mangrove yang beraneka
ragam beserta proses tahapan tanam-tumbuhnya. Serta keanekaragaman jenis fauna endemik
asli di Kawasan Mangrove.
• Adventure dan rekreasi
Kawasan Kebun Raya Mangrove Surabaya memiliki area yang cukup besar dengan luas 27
hektar. Di mana di dalamnya tidak hanya berkutat perihal flora fauna mangrove, tapi memiliki
topografi yang unik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana adventure dan rekreasi agar
memberikan keanekaragaman pengalaman di Kawasan Kebun Raya Mangrove Surabaya.
Desain untuk aviary dalam Kebun Raya Mangrove Surabaya mendukung konsep ekowisata
dan edukasi serta adventure dan kreasi dengan mempertahankan kesesuaian habitat satwa burung
agar satwa terawat dan hidup dengan baik selayaknya habitat aslinya. Konsep aviary yang dipilih
adalah aviary terbuka dengan bentuk seperti dome sebagai sangkar burung “raksasa” yang cukup
lebar agar pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan satwa-satwa di dalamnya.
BAB VI
KONSEP DESAIN
BAB ini berisi 3D visualisasi konsep desain aviary di Kawasan Kebun Raya Mangrove
Surabaya beserta konsep desain yang diusulkan. Seperti yang sebelumnya dibahas dalam BAB II,
dilakukan area zoning sesuai dengan arahan regulasi dan disesuaikan dengan kondisi eksisting
perencanaan, sehingga Kebun Raya Mangrove Surabaya nantinya akan terbagi menjadi zona-zona
sebagai berikut :
Gambar 6.1 Masterplan Penataan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar – Medokan Ayu
Langkah awal sebelum memulai proses desain adalah menuangkan ide abstrak dalam
moodboard. Moodboard akan membantu mengungkapkan ide dan konsep secara visual, sebagai
alat untuk mencari inspirasi, membantu dalam mengembangkan identitas visual, dan juga sebagai
panduan visual selama proses desain. Berikut adalah moodboard dari desain aviary/minizoo yang
direncanakan berada di Kabun Raya Mangrove Surabaya.
Dari moodboard di atas dapat dideskripsikan konsep yang diambil adalah aviary tertutup
yang cukup luas agar manusia dapat masuk dan berkeliling di dalam aviary. Aviary akan diisi fauna
yang banyak ditemukan di lokasi aviary yakni berbagai jenis burung. Dalam aviary juga dilengkapi
pepohonan dan tanaman hijau yang asri menyerupai habitat asli burung. Meskipun tertutup, aviary
yang direncanakan nantinya menggunakan bahan penutup transparan sehingga memaksimalkan
cahaya matahari masuk, serta meninggalkan kesan terbuka di tempat yang tertutup seperti yang
ditunjukkan pada moodboard di atas.
Berbeda dengan sangkar yang ukurannya lebih kecil, aviary memiliki ukuran besar dan
didalamnya terdapat ekosistem alami seperti semaksemak dan pohon yang memungkinkan burung-
burung didalamnya mendapatkan pengalaman layaknya hidup di alam aslinya. Pada area ini
pengunjung akan disajikan dengan berbagai macam jenis burung yang nantinya akan dilepas di
area mangrove. Pengunjung juga dapat berinteraksi dengan berbagai jenis burung (Bird Feeding)
agar lebih mengenal jenis burung tersebut.
Adapun pepohonan atau flora yang mengisi aviary, sebagai contoh cemara laut, pohon stigi,
dan waru laut. Sirkulasi pengunjung di aviary yakni berjalan kaki di jogging track yang disediakan.
Beberapa material yang umum digunakan dalam pembangunan aviary (kandang burung)
meliput :
▪ Pipa SCH40 : Pipa SCH 40 mengacu pada salah satu jenis pipa plastik yang terbuat
dari material PVC (Polyvinyl Chloride) dengan standar ukuran tertentu. Pipa SCH 40
digunakan sebagai material utama untuk membangun kerangka aviary. Pipa ini terbuat
dari PVC, yang merupakan jenis plastik yang kuat, tahan terhadap korosi, dan tahan
terhadap kerusakan akibat paparan air, cahaya matahari, atau lingkungan yang lembab.
PVC juga relatif ringan, membuatnya mudah diinstal dan dikelola. Ukuran pipa SCH 40
yang digunakan adalah yang berukuran 1 (satu) inch dan 2 (dua) inch.
▪ Kawat Mesh (wiremesh) : dengan menggunakan atap kawat mesh, udara dapat
mengalir secara bebas ke dalam aviary. Ini penting untuk menjaga sirkulasi udara yang
baik. Mesh pada atap memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam aviary. Ini
memberikan pencahayaan alami yang penting bagi kesejahteraan burung. Cahaya
matahari juga dapat memberikan stimulus yang baik untuk aktivitas dan perilaku burung.
Ukuran kawat mesh yang digunakan adalah yang berukuran 5 (lima) cm.
▪ Railing Kayu : railing kayu digunakan sebagai pengaman untuk melindungi pengguna
jogging track dari jatuh atau keluar dari jalur. Railing kayu memberikan pegangan yang
kokoh dan bisa dijadikan penyangga, pembatas untuk memisahkan jogging track dari
area lain, serta menjaga agar pengguna tidak terjatuh ke bawah. Railing kayu yang
dirancang dengan baik dapat memberikan penampilan estetis yang menarik pada
jogging track. Railing ini terbagi menjadi dua, yakni railing dalam dan railing luar dengan
dua ukuran berbeda. Railing dalam terdiri dari kolom kayu 100 x 100mm, kolom pembagi
kayu 50 x 100 mm, dan balok kayu 20 x 100 mm. Sedangkan railing luar terdiri dari
kolom kayu 50 x 100 mm, kolom pembagi kayu 30 x 30 mm, dan balok kayu 50 x 50
mm.
▪ Decking Stamp Concrete : decking stamp concrete umumnya digunakan untuk
membuat lantai atau area eksterior yang estetis, tahan lama, dan mudah perawatannya.
Decking stamp concrete yang digunakan di zona aviary merupakan material utama
sebagai jalur pejalan kaki dengan motif serat warna coklat pola kayu. Dengan
menggunakan decking stamp concrete, jalur pejalan kaki dapat dibuat dengan pola dan
tekstur yang menarik, memberikan kesan estetika yang lebih tinggi dibandingkan
dengan beton polos atau material lainnya.
▪ Besi Hollow : besi hollow pada aviary digunakan di bagian kusen pintu dengan ukuran
40 x 80 x 3 mm. Penggunaan besi hollow pada kusen pintu tergantung pada desain dan
konstruksi pintu yang digunakan. Namun, secara umum, besi hollow memberikan
struktur yang kuat, penguatan, dan kestabilan pada kusen pintu, menjadikannya lebih
tahan lama dan berfungsi dengan baik sebagai kerangka pintu. Kusen pintu juga
dilengkapi kawat expanded, engsel pintu, kunci tanam, dan handle.