Anda di halaman 1dari 23

0

Tugas Mata Kuliah Prasarana Wilayah dan


Kota II
Dosen Pengampu: Ir. Kuswanto Nurhadi,
M.T.
TATA GUNA DAN
PENGGUNAAN LAHAN
KABUPATEN KLATEN
Disusun oleh:
Dina Arifia I0612012
Dyah Ayu L. I0612014
M. Anwan B. I0612027
M. Fadel D. P. I0612029
Noer Dwi R. P. I0612031

Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2013
1


A. PROFIL KABUPATEN KLATEN
Kabupaten Klaten merupakan suatu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah
dan mempunyai luas 655,56 km
2
. Secara geografis terletak antara 73219 LS sampai
74833 LS dan antara 1102614 BT sampai 1104751 BT dengan batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
- Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo
- Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul
- Sebelah Barat : Kabupaten Sleman
Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam daerah-daerah sebagai berikut:

No.
Nama
Kecamatan
Jumlah
Luas Wilayah
(km
2
)
Desa Kelurahan Dukuh
1. Prambanan 16 - 183 24,43
2. Gantiwarno 16 - 149 25,64
3. Wedi 19 - 178 24,38
4. Bayat 18 - 228 39,43
5. Cawas 20 - 238 34,47
6. Trucuk 18 - 171 33,81
7. Kalikotes 7 - 99 12,98
8. Kebonarum 7 - 65 9,67
9. Jogonalan 18 - 202 26,70
10. Manisrenggo 16 - 252 26,96
11. Karangnongko 14 - 35 26,74
12. Ngawen 13 - 124 16,97
13. Ceper 18 - 42 24,45
14. Pedan 14 - 151 19,17
15. Karangdowo 19 - 161 29,23
16. Juwiring 19 - 208 29,79
17. Wonosari 18 - 149 31,14
18. Delanggu 16 - 37 18,78
19. Polanharjo 18 - 44 23,84
20. Karanganom 19 - 48 24,06
Tabel A.1 Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Klaten

2









Berikut merupakan peta pembagian administrasi di wilayah Kabupaten Klaten.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kabupaten Klaten terdiri dari 26 kecamatan.
Kabupaten Klaten juga merupakan jalur penghubung antara Kota Surakarta dan Daerah
Istimewa Yogyakarta sehingga terdapat jalan arteri yang melintang dari Kecamatan
Delanggu hingga Kecamatan Prambanan. Selain itu juga terdapat jalan kolektor yang
menghubungkan wilayah-wilayah penting di Kabupaten Klaten.





















21. Tulung 18 - 185 32,00
22. Jatinom 17 1 207 35,53
23. Kemalang 13 - 214 51,66
24. Klaten Selatan 11 1 112 14,43
25. Klaten Tengah 3 6 97 8,92
26. Klaten Utara 6 2 124 10,38
Total 391 10 3.703 655,56
Sumber: Klaten Dalam Angka 2009
Gambar A.1 Peta Administrasi Kabupaten Klaten
3

B. KONDISI TANAH DI KABUPATEN KLATEN
Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan lahan yang di atasnya. Hal
ini terkait dengan potensi yang terkandung di dalam tanah itu sendiri sehingga tidak
terjadi kesalahan pemanfaatan lahan. Di Kabupaten Klaten sendiri terdapat beberapa
jenis tanah yang tersebar di seluruh wilayah yang ada, yaitu :
a. Tanah Regosol-Aluvial
Tanah regosol dan aluvial yang ada di wilayah Kabupaten Klaten merupakan tanah
yang terbentuk dari endapan material vulkanik dari Gunung Merapi. Persebarannya
berada di bagian tengah Kabupaten Klaten dan mendominasi lahan di Kabupaten
Klaten. Kedua jenis tanah ini merupakan tanah yang subur sehingga sesuai untuk
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
b. Tanah Grumosol
Jenis tanah grumosol merupakan lapisan tanah yang mempunyai bahan induk berupa
batu kapur. Tanah jenis ini mempunyai potensi untuk pertambangan batu
kapur/gamping. Tanah Grumosol di Kabupaten Klaten terdapat di sebelah selatan
yang meliputi Kecamatan Cawas, Bayat, Wedi, Gantiwarno, dan Prambanan
c. Tanah Litosol-Latosol
Jenis tanah ini terbentuk karena adanya proses pelapukan batuan lain dan berpotensi
sebagai kawasan pengembangan vegetasi hutan. Persebaran jenis tanah ini berada di
Kecamatan Kemalang dan Bayat.













Gambar B.1 Persentase Jenis Tanah Kabupaten Klaten

Sumber : Data Digital BPN Kabupaten Klaten
4

Jenis tanah yang menempati persentase terbesar di Kabupaten Klaten adalah
jenis tanah Regosol Kelabu, disusul Regosol Coklat Kelabu, kemudian jenis tanah
Grumosol, posisi keempat adalah jenis Aluvial Kelabu, disusul Kompleks Litosol dan
Mediteran Latosol serta Kompleks Litosol dan Regosol Kelabu, dan yang terakhir
adalah jenis tanah Komplek Regosol Coklat dan Kelabu.
Sedangkan peta persebaran jenis tanah di Kabupaten Klaten dapat dilihat
sebagai berikut:




















C. PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KLATEN
Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Klaten sebagian besar digunakan
untuk lahan pertanian, pertambangan, dan permukiman seperti yang tampak pada peta
di bawah ini. Penggunaan lahan yang lain adalah untuk hutan, rawa-rawa, dan kawasan
industry. Masing-masing fungsi lahan akan dijelaskan lebih lanjut pada uraian berikut.


Gambar B.2 Peta Jenis Tanah Kabupaten Klaten
5





















1. Pertanian
Pemanfaatan suatu lahan sebagai lahan pertanian sangat bergantung pada
kondisi tanah yang ada. Sebagian besar tanah di Kabupaten Klaten merupakan jenis
tanah regosol yang berasal dari endapan material vulkanik Gunung Merapi sehingga
termasuk kategori tanah subur, yaitu seluas 57.047 Ha (87,02 %). Terdapat di kaki
vulkanik dengan topografi landai yaitu berkisar antara 0-15%, serta kaya akan
sumber air dimana terdapat 174 sumber. Dengan demikian maka Kabupaten Klaten
memiliki potensi pertanian yang tinggi. Kawasan pertanian di Kabupaten Klaten
terbagi menjadi dua jenis pertanian utama, yaitu:
a. Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan yang lahannya
diperuntukkan untuk pertanian tanaman pangan, yang umumnya diberi pengairan
misalnya menggunakan lahan sawah sebagai areal penanaman. Sebagian besar
wilayah Kabupaten Klaten merupakan tanah untuk pertanian tanaman pangan
Gambar C.1 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Klaten
6

lahan basah seluas 33.579 Ha. Dari sawah tersebut yang secara rutin sebagai
lahan basah seluas 32.359 Ha, sedangkan sawah tadah hujan seluas 1.220 Ha
yang dalam kenyataannya sering dikonservasikan untuk tanaman lahan kering.
Potensi pertanian lahan basah adalah Kecamatan Cawas, Karangdowo, Juwiring,
Wonosari, Polanharjo, Delanggu, Trucuk, Gantiwarno, Manisrenggo, Ceper, dan
Ngawen. Persebarannya dapat dilihat pada peta berikut:



















Seiring dengan dinamika wilayah Kabupaten Klaten, luas lahan sawah
yang ada juga mengalami perubahan. Dari grafik di bawah dapat dilihat bahwa luas
sawah di Kabupaten Klaten terus mengalami penurunan dari tahun 2005-2009.
Penurunan luas sebesar 82 Ha atau jika dirata-rata tiap tahunnya terjadi
pengurangan lahan sawah sebesar 20,5 Ha/tahun.




Gambar C.2 Peta Penyebaran Pertanian Lahan Basah Kabupaten Klaten
7

33 494
33 467
33 437
33 423
33 412
33 400
33 425
33 450
33 475
33 500
2005 2006 2007 2008 2009
L
u
a
s

(
H
a
)

Tahun











b. Kawasan Pertanian Lahan Kering
Kawasan pertanian lahan kering merupakan kawasan budidaya pertanian untuk
tanaman pangan tanpa pengairan, berupa ladang/tegalan/kebun untuk areal
penanaman yang jumlah seluruhnya mencapai 6.301 Ha. Akan tetapi potensi untuk
dikembangkan mencapai sebesar 6.263 Ha atau 9,55% dari luas total wilayah
Kabupaten Klaten. Kawasan ini tersebar di beberapa kecamatan, meliputi:
- Kecamatan Kemalang : 1.848 Ha
- Kecamatan Manisrenggo : 137 Ha
- Kecamatan Karangnongko : 845 Ha
- Kecamatan Jatinom : 1.540 Ha
- Kecamatan Tulung : 708 Ha
- Kecamatan Pedan : 313 Ha
- Kecamatan Bayat : 782 Ha
- Kecamatan Cawas : 47 Ha

Berikut merupakan peta persebaran pertanian lahan kering di Kabupaten
Klaten:






Grafik C.1: Perubahan Luas Lahan Basah Kabupaten Klaten
Sumber: Klaten Dalam Angka 2009
8











Grafik di atas menunjukkan bahwa luas lahan ladang/tegalan/kebun di








Kabupaten Klaten dari tahun 2005-2009 cenderung mengalami
penurunan. Sebanyak 49 Ha lahan berkurang dari tahun 2005-2009, jika dirata-rata
tiap tahunnya lahan yang berkurang adalah 12,25 Ha/tahun.












Grafik C.2: Perubahan Luas Pertanian Lahan Kering Kabupaten Klaten
Sumber: Klaten Dalam Angka 2009
Gambar C.2 Peta Penyebaran Pertanian Lahan Kering Kabupaten Klaten
9

Baik dari pertanian lahan basah maupun lahan kering di wilayah
Kabupaten Klaten tiap tahunnya terus terjadi perubahan jumah luas lahan.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2005-2009 perubahan luas
yang terjadi terus mengalami penurunan. Jika dijumlahkan antara pertanian lahan
basah dan lahan kering, luas total wilayah pertanian di Kabupaten Klaten pada
2005 adalah 39.806 Ha. Hingga tahun 2009 jumlahnya menjadi sebesar 39.675 Ha.
Artinya lahan pertanian di Kabupaten Klaten berkurang 131 Ha mulai dari tahun
2005 - 2009. Lahan pertanian yang berkurang tersebut 61,38% digunakan sebagai
perumahan, 18,96% digunakan untuk industri, 10,30 % digunakan untuk
perusahaan, dan sisanya yaitu sebesar 9,36% digunakan untuk jasa.

2. Kehutanan
Hutan di Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga jenis yaitu Hutan Lindung, Hutan
Produksi, serta Hutan Rakyat yang persebarannya dapat dilihat pada peta berikut:




















Gambar C.3 Peta Penyebaran Kawasan Kehutanan Kabupaten Klaten
10

Hutan Lindung, secara administratif berada di wilayah Kecamatan Kemalang
yang meliputi Desa Tegalmulyo dan Desa Sidoharjo. Hutan lindung ini berada
pada lereng Gunung Merapi pada ketinggian 700-1200 mdpl dengan luas 639,8
Ha
Hutan Produksi, terletak dalam tiga wilayah kecamatan, taitu: Kecamatan Bayat,
Kecamatan Wedi, dan Kecamatan Kalikotes. Hutan produksi ini terletak pada
perbukitan sekis filit dan perbukitan kapur/batu dengan ketinggian 300-500
mdpl.
Hutan Rakyat, merupakan program pemerintah melalui program penghijauan dan
rehabilitasi lahan serta konservasi tanah. Hutan Rakyat tersebar di beberapa
wilayah kecamatan yang mempunyai lahan kering antara lain: Kecamatan Bayat,
Kemalang, Gantiwarno, Jatinom, Wedi, Tulung, Karangnongko, dan
Manisrenggo. Hingga saat ini luas Hutan Rakyat adalah 1.202 Ha.

3. Kolam/Rawa
Luas total kolam/rawa adalah seluas 202 Ha dengan kolam/rawa terbesar
terdapat di Kecamatan Bayat, yaitu Rawa Jombor. Rawa/kolam seluas 180 Ha ini
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten digunakan sebagai tempat budidaya ikan
air tawar, di samping fungsinya juga sebagai kawasan wisata.

4. Pertambangan
Luas daerah pertambangan di Kabupaten Klaten sebesar 2.605 Ha. Luas tersebut
terdiri dari 3 daerah pertambangan yaitu pertambangan pasir sebesar 46 Ha, batu
gamping 464 Ha, dan batu andesit 2.095 Ha. Persebaran wilayah pertambangan
tersebut antara lain:
Marmer, di Kecamatan Bayat dan Kecamatan Wedi.
Diarit, di Kecamatan Bayat.
Batu gamping, di Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, dan Kecamatan
Kalikotes.
Pasir dan Batu, di Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Kemalang, Kecamatan
Tulung, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Jatinom, Kecamatan Prambanan.
Lempung keramik, di Kecamatan Jogolanan, Kecamatan Kebonarum, Kecamatan
Klaten Selatan, Kecamatan Juwiring.
Trass, di Kecamatan Karangdowo.
11


Untuk lebih memperjelas penyebaran wilayah pertambangan tersebut dapat
dilihat pada gambar peta di bawah ini:



















5. Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. Di Kabupaten Klaten, luas wilayah perumahan di tahun 2005 adalah
sebesar 19.920 Ha. Jumlah ini terus bertambah sebesar 112 Ha menjadi 20.032 Ha.
Ini berarti sebesar 30,56% wilayah Kabupaten Klaten digunakan sebagai kawasan
permukiman. Namun pertambahan jumlah perumahan/bangunan di Kabupaten
Klaten tidak diiringi dengan peningkatan luas ruang terbuka hijau (RTH). Menurut
UU No.26 th. 2007 tentang Penataan Ruang, luas RTH yang harus dimiliki oleh
suatu wilayah adalah sebesar 30% dari luas wilayah yang ada. Namun untuk
Kabupaten Klaten luas RTH hanya sebesar 21%.

Gambar C.4 Peta Penyebaran Kawasan Pertambangan Kabupaten Klaten
12

19920
19938
19995
20022
20032
19900
19920
19940
19960
19980
20000
20020
20040
2005 2006 2007 2008 2009
L
u
a
s

(
H
a
)

Tahun










6. Perindustrian
Jenis industri yang ada di Kabupaten Klaten antara lain cor logam, konveksi,
mebel, gerabah, dan tembakau asapan. Luas areal yang digunakan untuk
perindustrian pada tahun 2005 adalah seluas 787 Ha dan terus meningkat hingga
tahun 2009 yaitu seluas 834 Ha. Kecamatan dengan jumlah industri terbesar adalah
Kecamatan Ceper. Persebaran industri di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada peta
berikut:

















Grafik C.3: Perubahan Luas Lahan Perumahan Kabupaten Klaten

Sumber : Klaten dalam Angka 2009
Gambar C.5 Peta Penyebaran Kawasan Industri Kabupaten Klaten
13

D. KETERKAITAN TATA GUNA & PENGGUNAAN LAHAN
Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan
penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,
industri, dan lain-lain. Maka dari itu tata guna lahan mempunyai keterkaitan yang
sangat erat dengan sektor-sektor lain pengembangan suatu kawasan.

1. Keterkaitan Tata Guna Lahan dengan Kependudukan
Penduduk merupakan sekelompok orang yang melakukan aktivitas pada
sejumlah lahan, sehingga sangat jelas apabila tata guna lahan behubungan erat
dengan aspek kependudukan. Penduduk suatu wilayah kemungkinan besar akan
selalu bertambah setiap tahunnya, tidak terkecuali di Kabupaten Klaten.
Pertambahan jumlah penduduk tentunya juga memerlukan tambahan ruang untuk
kebutuhan perumahan penduduk pada khususnya dan untuk permukiman penduduk
pada umumnya.
Wilayah Klaten yang awalnya mempunyai 33.579 Ha untuk alokasi sawah,
dengan pertambahan penduduk yang tidak terkendali akan memungkinkan hilangnya
sawah dan diganti dengan kemunculan perumahan-perumahan baru. Hal ini
berakibat fatal pada kelanjutan perekonomian penduduk itu sendiri serta pada
ketahanan pangan Kabupaten Klaten. Bukan hanya pada Kabupaten Klaten saja,
tetapi juga pada kota-kota yang disangganya, karena Klaten memasok beras ke
daerah-daerah di sekitarnya.
Keterkaitan lain yang muncul adalah mengenai kepadatan penduduk.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten, sarana perumahan
menempati 30,56% dari luas total wilayah kabupaten. Kepadatan ini termasuk
rendah karena menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan jika luas
tutupan lahan berkisar antara 30-45% termasuk kategori kawasan dengan tingkat
kepadatan rendah.

2. Keterkaitan Tata Guna Lahan dengan Transportasi
Tata guna lahan dan jaringan transportasi merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dan dijalankan sendiri-sendiri. Jaringan jalan berfungsi sebagai
14

pemisah guna lahan sekaligus sebagai akses menuju lahan itu sendiri. Sehingga
jaringan jalan yang tidak mampu melayani suatu lahan akan disebut gagal.
Hubungan antara tata guna lahan dengan transportasi di Kabupaten Klaten
terlihat dari pertumbuhan guna lahan (seperti lahan permukiman, perkantoran dan
bangunan lain tempat berlangsungnya kegiatan) di sepanjang jalan-jalan utama yang
terdapat di pusat Kabupaten Klaten, yaitu Kota Klaten. Kota klaten terdiri dari 3
kecamatan, yaitu Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Klaten Tengah dan
Kecamatan Klaten Selatan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan aksesibilitas di
Kota Klaten. Sehingga penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan (perumahan,
perkantoran, pusat perbelanjaan, dll) di Kota Klaten mendekati akses ke jalan utama
tersebut.
Dari ketiga kecamatan yang terdapat di Kota Klaten tersebut terdapat
penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan sebesar 3986,30 Ha. Dari total luas
penggunaan lahan tersebut, terdapat sekitar 2734,52 Ha yang terkonsentrasi di jalan
utama. Artinya, terdapat sekitar 68,9% penggunaan lahan untuk pusat-pusat
kegiatanyang terkonsentrasi d jalan utama. Hal ini menunjukkan bahwa jalan raya
(aksesibilitas transportasi) sangat berpengaruh terhadap tata guna lahan di sekitar
jalan tersebut.

E. PENGEMBANGAN TATA GUNA LAHAN KABUPATEN KLATEN
Rencana pengembangan dan peraturan penggunaan lahan di Kabupaten Klaten
didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten. RTRW Kabupaten
Klaten merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Klaten yang menetapkan lokasi yang harus
dilindungi, lokasi pengembangan kawasan budidaya termasuk kawasan produksi dan kawasan
permukiman (bangunan gedung) yang berada dalam wilayah Kabupaten Klaten.
RTRW Kabupaten Klaten dijadikan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam
pemanfaatan ruang secara terencana, terarah, terpadu, dan berkesinambungan. Pemanfaatan
ruang ini akan menciptakan suatu pola tata guna lahan dengan berpedoman pada RTRW.
Dengan adanya penataan lahan yang berpedoman pada RTRW ini diharapkan mampu
mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan tetap
berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi, dan dapat dijadikan acuan
dalam program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Dalam RTRW Kabupaten Klaten dijelaskan tentang Rencana Struktur dan Rencana
Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah yang merupakan acuan dalam RTRW untuk pemanfaatan
ruang:
15

1. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah
Merupakan rencana pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan hierarki pusat pelayanan
wilayah. Hierarki pusat pelayanan adalah suatu jejaring yang menggambarkan sebaran kota-
kota kecamatan dan fungsional kota-kota yang terkait dengan pola transportasi dan
prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah Kabupaten Klaten. Hierarki ini terdiri dari
sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan, serta sistem prasarana wilayah.
a. Sistem Permukiman Perdesaan
Sistem permukiman perdesaan terdiri dari :
Permukiman desa kota, merupakan permukiman perdesaan yang karena posisinya
termasuk dalam wilayah administrasi kota, yaitu sekitar Kota Klaten dan ibukota-
ibukota kecamatan.
Permukiman desa tradisonal, merupakan permukiman perdesaan yang posisinya
sebagai daerah belakang ibukota-ibukota kecamatan.
Dalam strategi pengembangannya pengelolaan kawasan perdesaan diarahkan untuk
meningkatkan fungsi kawasan sebagai permukiman dan sentra produksi pertanian dengan
pendekatan teknologi sehingga tetap memiliki daya tarik bagi penyerapan tenaga kerja
dan pengembangan ekonomi.

b. Sistem Permukiman Perkotaan
Sistem permukiman perkotaan membentuk sistem kota sebagai sistem simpul pelayanan,
yang terdiri dari :
Pusat pelayanan wilayah atau Kota Hirarki I, yaitu Kota Klaten yang meliputi
wilayah kecamatan Klaten Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan, yang berfungsi
sebagai : pusat pelayanan pemerintahan sampai dengan kantor pemerintahan tingkat
kabupaten, pusat pelayanan kesehatan sampai dengan setingkat rumah sakit umum,
pusat pelayanan pendidikan sampai dengan setingkat pendidikan tinggi, pusat
pelayanan perdagangan sampai dengan setingkat pasar khusus (pasar hewan dan
buah), dan pusat pelayanan jasa keuangan sampai dengan setingkat bank umum dan
swasta.
Pusat pelayanan sub-wilayah atau Kota Hirarki II, yaitu Kota Delanggu,
Prambanaan, Jatinom, Cawas, dan Pedan, yang berfungsi sebagai : pusat pelayanan
pemerintahan sampai dengan kantor pemerintahan tingkat kecamatan, pusat
pelayanan kesehatan sampai dengan setingkat puskesmas rawat inap, pusat pelayanan
pendidikan sampai dengan setingkat pendidikan sekolah menengah tingkat atas, pusat
pelayanan perdagangan sampai dengan setingkat pasar khusus umum, dan pusat
pelayanan jasa keuangan sampai dengan setingkat bank cabang tingkat kecamatan.
16

Pusat pelayanan kecamatan atau Kota Hirarki III, yaitu Kota Juwiring, Jogonalan,
Ceper, Gantiwarno, Trucuk, Wedi, Wonosari, Karangdowo, Tulung, Polanharjo,
Kemalang, Ngawen, Karanganom, Karangnongko, Kebonarum, Bayat, Manisrenggo,
dan Kalikotes, yang berfungsi sebagai : pusat pelayanan pemerintahan sampai dengan
kantor pemerintahan setingkat kecamatan, pusat pelayanan kesehatan sampai dengan
setingkat puskesmas rawat jalan, pusat pelayanan pendidikan sampai dengan setingkat
pendidikan menengah atas, pusat pelayanan perdagangan sampai dengan setingkat
pasar kecamatan, dan pusat pelayanan jasa keuangan sampai dengan setingkat bank
cabang kecamatan dan badan kredit kecamatan.

2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
Dalam rencana pola pemanfaatan ruang wilayah digambarkan tentang daerah
persebaran kawasan lindung dan budidaya serta pengembangannya.
a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan,
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung diarahkan dalam upaya mempertahankan
kawasan lindung yang masih ada dan mengoptimalkan fungsinya melalui pengawasan
yang lebih baik. Kawasan lindung di Kabupaten Klaten terdiri dari 4 kawasan, yaitu :
1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan di Bawahnya
Merupakan yang berada pada ketinggian dan kemiringan tertentu yang apabila tidak
dilindungi dapat membahayakan kehidupan di kawasan yang berada di bawahnya. Di
Kabupaten Klaten kawasan ini ditetapkan di lereng Gunung Merapi Kecamatan
Kemalang sebesar 15,7% dari luas total Kecamatan Kemalang atau 810,6 Ha.

2. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan sempadan sungai
Kawasan sekitar waduk/rawa : ditetapkan meliputi dataran sepanjang tepian
danau, waduk atau rawa, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari pasang titik tertinggi kea rah darat,
terletak di sekitar Rawa Jombor
Kawasan sekitar mata air ditetapkan meliputi kawasan sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 meter di sekitar seluruh mata air.

3. Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
17

Kawasan Cagar Budaya :
- Kecamatan Prambanan : Kawasan Candi Prambanan, Candi Sowijan, Candi
Bubrah, Candi Lumbung, Candi Asu, dan Candi Plaosan
- Kecamatan Karangnongko : Kawasan Candi Merak
- Kecamatan Bayat : Kawasan Pandanaran

4. Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi ditetapkan di sebagian
Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Manisrenggo dengan luas sekitar 532 Ha.
Kawasan rawan bencana tanah longsor/erosi ditetapakan di :
- Lereng pegunungan Jiwowetan Kecamatan Wedi
- Desa Sukorini Kecamatan Manisrenggo
- Desa Tegalmulyo, Tlogowatu, Sidorejo, Bumiharjo, Tangkil, Dompol,
Kendalsari, Balerante, Bawukan, dan Kecamatan Kemalang.
Berikut merupakan peta rawan bencana untuk Kabupaten Klaten:






















Gambar E.1 Peta Penyebaran Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Klaten
18

b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan secara terencana dan terarah
sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna bagi hidup dan kehidupan manusia yang
terdiri dari kawasan budidaya pertanian dan non-pertanian. Pengelolaan kawasan
budidaya diarahkan pada optimalisasi fungsi kawasan. Kawasan budidaya Kabupaten
Klaten terdiri dari:
1. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi terbagi menjadi dua yaitu kawasan hutan rakyat dan
kawasan hutan produksi terbatas yang dapat dikelola dengan tetap mempertahankan
fungsi hutannya. Pengembangan kawasan hutan produksi ditetapkan sebagai berikut :
Kawasan hutan rakyat ditetapkan di Kecamatan Kemalang, Karangnongko,
Jatinom, Tulung, Manisrenggo, Gantiwarno, Wedi, Kalikotes, dan Bayat.
Kawasan hutan produksi terbatas ditetapkan di wilayah Kecamatan Bayat.

2. Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian ditetapkan sebagai berikut :
Kawasan pertanian lahan basah ditetapkan dengan lokasi tersebar di seluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali Kecamatan Kemalang.
Kawasan tanaman pangan lahan kering ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan
Kemalang, Manisrenggo, Karangnongko, Jatinom, Tulung, Pedan, Bayat, dan
Cawas.
Kawasan tanaman tahunan/perkebunan ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan
Kemalang, Karangnongko, Jatinom, Tulung, Bayat, Trucuk, Manisrenggo, dan
Wedi.
Kawasan peternakan sapi perah ditetapkan dengan lokasi di Kemalang,
Manisrenggo, Jatinom, Karangnongko, dan Tulung.
Kawasan perikanan air tawar ditetapkan dengan lokasi di sekitar Rawa Jombor
Kecamatan Bayat, Kecamatan Polanharjo, Tulung, dan Kebonarum.

3. Kawasan Pertambangan
Pengembangan kawasan pertamabangan ditetapkan sebagai berikut :
Pertambangan batu Andesit Karangdowo ditetapkan dengan lokasi di
Kecamatan Karangdowo.
Pertambangan batu gamping ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Bayat dan
Cawas.
Pertambangan gabro dan diorit ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Bayat.
19

Pertambangan lempung alluvial ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan
Gantiwarno, Karangnongko, Jogonalan, Kebonarum, Bayat, Ngawen,
Karanganom, dan Ceper.
Pertambangan pasir vulkanik dan Andesit Merapi ditetapkan dengan lokasi di
Kecamatan Kemalang dan Manisrenggo.

4. Kawasan Peruntukan I ndustri
Pengembangan kawasan peruntukan industri ditetapkan sebagai berikut :
Kawasan perindustrian ditetapkan di Desa Karanganom Kecamatan Klaten Utara
dan Kelurahan Mojayan Kecamatan Klaten Tengah.
Kawasan industri ditetapkan di Desa Troketon dan Desa Kaligawe Kecamatan
Pedan dengan luas lahan 100 Ha.
Kawasan sentra industri ditetapkan di :
- Kecamatan Ceper sebagai sentra industri cor logam
- Kecamatan Pedan sebagai sentra industri tenun ATBM
- Kecamatan Wedi sebagai sentra industri konveksi
- Kecamatan Juwiring dan Kecamatan Trucuk sebagai sentra industri
mebel/furnitur
- Kecamatan Bayat sebagai sentra industri gerabah/keramik
- Kecamatan Trucuk dan Manisrenggo sebagai sentra industri tembakau
asapan
- Kecamatan Ngawen sebagai sentra industri soon
- Kecamatan Jogonalan sebagai sentra makanan kecil

5. Kawasan Pariwisata
Kawasan wisata di Kabupaten Klaten terdiri dari kawasan wisata alam, permainan
dan olahraga (pemandian), ziarah (keagamaan), pendidikan (museum), budaya
(tradisi), dan peninggalan sejarah (candi). Pengembangan kawasan wisata ditetapkan
sebagai berikut :
Candi Prambanan, Sewu, dan Plaosan di Kecamatan Prambanan.
Deles Indah di Kecamatan Kemalang.
Museum Gula Jawa Tengah di Gondangwinangun Kecamatan Jogonalan.
Rawa Jombor Permai dan Makam Ki Ageng Pandanaran di Kecamatan Bayat.
Wisata Alam Gunung Watu Prau dan Pegunungan Kidul di Kecamatan Bayat.
Wisata Sumber Air Ingas, Pemandian Lumban Tirto, Pemancingan Janti, dan
Tradisi Padusan di Kecamatan Tulung.
Wisata Pemandian Jolotundo di Kecamatan Karanganom.
20

Wisata Pemandian Tirtomulyono di Kecamatan Kebonarum.
Wisata Makam Ki Ageng Gribig dan Tradisi Yaqowiyu di Kecamatan Jatinom.
Wisata Makam Ki Ageng Ronggowarsito di Kecamatan Trucuk.
Wisata Makam Ki A. Perwito di Kecamatan Wonosari.

6. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman terdiri dari kawasan permukiman perdesaan dan kawasan
permukiman perkotaan. Pengembangan kawasan permukiman meliputi :
Kawasan permukiman perdesaan ditetapkan di seluruh wilayah kecamatan,
dengan dominasi di Kecamatan Gantiwarno, Wedi, Cawas, Bayat, Trucuk,
Kebonarum, Jogonalan, Manisrenggo, Karangnongko, Ngawen, Ceper,
Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Polanharjo, Karanganom, Tulung, dan
Kemalang.
Kawasan permukiman perkotaan ditetapkan di Kecamatan Klaten Utara, Klaten
Tengah, Klaten Selatan, Delanggu, Prambanan, Kalikotes, Pedan, Jatinom dan
pusat-pusat pelayanan kecamatan lainnya.

Pembangunan dan pengembangan kawasan perumahan baru harus mengacu pada
persyaratan lokasi sebagai berikut :
Tidak berlokasi pada kawasan rawan bencana
Tidak berlokasi pada kawasan konservasi
Tidak berlokasi pada kawasan yang masih dalam sengketa
Mempunyai sumber air baku yang memadai (kualitas dan kuantitas) atau
terhubungkan dengan jaringan pelayanan air bersih serta jaringan sanitasi dan
pernatusan berskala kota
Terletak pada hamparan dengan luasan yang cukup, yang memungkinkan
terselenggarakannya pola hunian yang berimbang
Tidak terganggu oleh kebisingan
Memiliki pola permukiman yang kompak
Memiliki kemudahan mencapai fasilitas umum
Topografi cukup datar, dengan kelerengan lahan 25%

c. Kawasan Prioritas
Kawasan prioritas adalah kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan penanganannya
serta memerlukan dukungan penataan ruang segera dalam kurun waktu perencanaan.
Kawasan prioritas pembangunan yang perlu mendapat perhatian dalam
pengembangannya meliputi :
21

Kawasan perbatasan, terletak di Kecamatan Prambanan, Juwiring, Wonosari,
Cawas, Manisrenggo dan Tulung
Kawasan pertumbuhan cepat, terletak di Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten
Selatan, Pedan, Jogonalan dan Delanggu
Kawasan pengembangan sektor-sektor strategis/unggulan pertanian tanaman
pangan, terletak di Kecamatan Delanggu, Wonosari, Juwiring, Cawas,
Karangdowo, Trucuk dan Polanharjo
Kawasan kritis yang perlu dipelihara fungsi lindungnya untuk menghindarkan
kerusakan lingkungan, terletak di Kecamatan Gantiwarno, Bayat, Manisrenggo,
Karangnongko, Tulung, Jatinom, Kemalang
Kawasan prioritas Konservasi Lereng Gunung Merapi terletak di Kecamatan
Kemalang
Kawasan Pengembangan Kawasan Tertinggal terletak di Kecamatan Bayat dan
Gantiwarno

Pengembangan kawasan prioritas memiliki kriteria sebagai berikut :
Kawasan yang mempunyai kontribusi terhadap pencapaian sasaran
pembangunan secara regional dan nasional
Kawasan yang tidak masuk dalam deliniasi kawasan tertentu dan andalan
tetapidari dimensi Daerah memiliki peranan untuk pertumbuhan dan pemerataan
yang besar
Kawasan yang mempunyai permasalahan ruang yang harus segera ditangani















22

Lampiran Foto


















Sawah
Industri Hutan
Pertambangan

Anda mungkin juga menyukai