DHARMALA
Posted by Nining Masitoh on 9:16 AM with 1 comment
Istilah green building sendiri merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan
menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara
efisien selama daur hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional,
pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran.
Green Building adalah bangunan dimana sejak dimulai dalam tahap perencanaan,
pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya
memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan
sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan
memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang kepada kaidah
bersinambungan.
Sedangkan menurut wikipedia bangunan hijau atau green building mengarah pada
struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan
tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan.
Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik dalam hal ekonomi,
utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.
Bangunan hijau (green building) didesain untuk mereduksi dampak lingkungan
terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui : efisiensi dalam penggunaan
energi, air dan sumber daya lain ; perlindungan kesehatan penghuni dan
meningkatkan produktifitas pekerja ; mereduksi limbah / buangan padat, cair dan
gas, mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan
lingkungan.
Ada konsep sejenis bernama bangunan alami yang biasanya berukuran lebih kecil dan
cenderung fokus pada penggunaan bahan alami yang tersedia di daerah sekitarnya.
Konsep yang lain yaitu desain berkelanjutan dan arsitektur hijau. Keberlanjutan dapat
diartikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhan mereka. Bangunan hijau tidak
secara khusus menangani masalah pembaharuan rumah yang sudah ada.
GREEN BUILDING
Pemanasan global yang semakin bertambah parah juga disertai dengan perubahan
iklim membuat kebiasaan manusia harus berubah. Gaya hidup yang ramah lingkungan
pun berbondong-bondong mulai diterapkan di berbagai negara, tak terkecuali
Indonesia.
Bukan cuma berskala individu, gaya hidup ramah lingkungan juga mulai dirambah oleh
banyak korporasi. Terbukti dengan mulai bermunculannya gedung-gedung ramah
lingkungan. Mulai dari segi desain sampai fasilitasnya. Menurut Chair Person Green
Building Council Indonesia (GBCI) Naning Adiwoso, di Jakarta sendiri pada 2015
setidaknya ada 14 gedung yang sudah menerapkan konsep hijau. Ada gedung-gedung
lama, ada juga gedung baru.
Untuk menjadi green building, ada tujuh syarat yang harus dipenuhi:
1. Tapak yang tepat
2. Hemat energi
3. Hemat air
4. Kualitas udara dalam ruangan
5. Material bangunan
6. Daur hidup
7. Manajemen lingkungan, seperti pengelolaan sampah
Terdapat prinsip – prinsip green bulding menurut buku Green Design for Sustainable
Future karya Brenda dan Robert Vale tahun 1996 diungkapkan enam aspek bangunan
hijau, yaitu :
1. Hemat energi
Sungguh sangat idela apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan
sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu
yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat megatasinya adalah
desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan
lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan
memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya.
Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar
ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang
didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan
meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat
digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi
satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya
tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial
akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak
mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan
sesuai potensi yang ada di dalam site.
Gedung Wisma Dharmala Sakti dirancang oleh arsitek kenamaan asal AS, Paul Rudolph
pada 1982, bangunan itu sendiri oleh Paul Rudolph diberikan semboyan sebagai
bangunan “ Health Of Future “ yaitu sebuah bangunan akan perduliannya dengan
kesehatan mental dan fisik penghuninya, dikarenakan bangunan wisma Dharmala Sakti
ini membuat balkon serta teras yang tersebar merata di setiap lantai, sehingga
memungkinkan adanya sinar matahari dan udara segar yang masuk kedalam ruangan.
Bangunan megah ini dibangun dan dianggap sebagai salah satu proyek yang paling
sukses dari Paul Rudolph. Bangunan ini memilik periode akhir karirnya dan merangkum
banyak dari desain patung modern hingga ide-ide yang ia dikembangkan selama
bertahun-tahun di banyak skenario eksplorasi lainnya.
Peta Wisma Dharmala Sakti
Gedung Wisma Dharmala Sakti ini terletak di Sudirman Jl.Jenderal 32, Sakti, Jakarta,
ibukota dan kota terpadat di Indonesia, juga pusat politik dan keuangan. Gedung ini
berdiri di atas lahan seluas, 0,8 hektar, di pojok perempatan Jalan Jenderal Sudirman
dan KH Mas Mansyur. Total luas bangunan 23 lantai ini, plus 3 basement, mencapai
30.986 meter persegi. Total luasan ruang perkantoran area yang disewakan mencapai
25.578 meter persegi. Sisanya dipergunakan sebagai kantor pusat perusahaan dan
sejumlah anak perusahaan.
Wisma Dharmala Sakti yang biasa disebut sebagai Intiland Tower ini menawarkan
ruang kantor yang nyaman dengan berbagai fasilitas di dalamnya. Gedung yang terdiri
dari 23 lantai ini juga mudah diakses karena lokasinya di Jalan Jendral sudirman yang
merupakan pusat bisnis kota Jakarta.
Dalam konteks ini, Rudolph merancang suatu sistem tata arsitektur mengemulasi
keindahan atap tradisional daerah ini dari Jakarta, Memasukkan atap dalam dan
overhang dengan spandrels dari 45 derajat. Dua kolom kembar milik struktur dan
lintas menghubungkan ujung proyeksi ini, pemikiran ini diyakini Rudolph kolom yang
berdekatan menciptakan proporsi yang lebih baik dan memberikan kekuatan dan arah
pandang. Dalam Dharma, ini kolom kembar dijamin dalam basis lintas, mirip dengan
penguatan diagonal terkenal Hong Kong & Shanghai Bank of Norman Foster.
Seperti bagaimana menyiasati sinar matahari yang berlimpah, Arsitek membuat teras
dan dengan bentuk setengah atap. Gunanya untuk memecah sinar ultra violet
matahari yang berlebihan tidak dapat masuk secara langsung kedalam bangunan, akan
tetapi tetap ruangan di dalam bangunan mendapat sinar matahari yang cukup untuk
menerangkan ruangan yang di dalam bangunan.
Terdapat pula void yang cukup besar sehingga udara sejuk masih terasa di dalamnya
tanpa kehujanan saat merasakannya. Bahkan di perencanaan awal, bangunan ini
sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring berjalannya
waktu dan efek rumah kaca ttelah memberi panas yang cukup parah dan tidak
menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Namun pada
koridor hal tersebut masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih dapat masuk.
Pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak terlalu diperlukan pada koridor karena
cahaya matahari masih dapat masuk tanpa pengguna merasa terik maupun kehujanan.
Angin pun dapat masuk kedalam ruangan sehingga dapat terjadi suatu pergerakan
udara yang pada akhirnya akan disebut sebagai ventilasi alami. Dan juga dengan teras
yang pajang keluar dapat berfungsi sebagai penangkap angin yang datang ke
bangunan.
Pada tingkat dasar, area pintu masuk memiliki banyak balkon dan trotoar tingkat
terbuka, tidak hanya menciptakan perasaan ruang yang cocok untuk jenis bangunan,
juga mengelilingi atrium untuk kepentingan sirkulasi udara yang sejuk dan teduh,
balkon dan gateway interlacing.
Tampak Luar
Beberapa tingkat teras dan balkon diletakan kotak hijau theire, saluran air, air
mancur, bersama-sama dengan seluruh lingkungan di sekitarnya yang diperhatikan
tata letak secara hati-hati, dipelajari dan menciptakan skala manusia dari fitur
tempat elegan ini dengan modernitas di akhir.
Bagian Dalam
Kantor dirancang di set tiga, bergantian antara dua sudut memiliki bentuk paralel dan
diagonal. Menara ini terlihat seperti que patung muncul dari atas podium, memutar
dan menyalakan di tempat yang sama setiap tiga lantai sampai atas, geometri
menciptakan balkon jendela dengan banyak penghijauan.
Beton Bertulang
Strukturnya telah digunakan beton bertulang dan baja. Selesai di seluruh bangunan,
kolom, dinding, pagar dan balkon, memang dibuat dengan ubin putih. Hal ini tidak
hanya beton cetakan, karena cuaca basah di daerah tersenut, menjadi solusi umum
di Indonesia, juga menciptakan rasa elegan keren, rapi putih, sedangkan skala kecil
untuk ubin memberikan tekstur yang menyenangkan dan bangunan besar ini.
Contoh Struktur Wisma Dharmala
KESIMPULAN
Wilayah tropis ada yang berhasil diterapkan secara
praktis seperti pada fasad gedung “Wisma Dharmala Sakti” dan
pemasangan Kanopi tambahan. Sirip-sirip kanopi Wisma Dharmala Sakti ini
membuktikan bahwa konsep dan fasad bangunan gedung tinggi di Indonesia
bukan berarti tidak bisa menerapkan konsep Arsitektur Tropis.
Arsitektur tropis adalah konsep yang masih dapat diaplikasikan
pada gedung/ bangunan tinggi seperti pada desain Wisma Dharmala. Serta
usaha pemasangan kanopi tambahan pada beberapa unit gedung untuk
beradaptasi dengan iklim tropis
setempat. Wisma Dharmala Sakti memiliki gaya arsitektur post
modern, sehingga bangunan ini menjadi landmark bangunan disekitarnya. Da
ri bentuknya bangunan ini terlihat tidak monoton dengan mempermainkan
lekukan pada fasadnya.